9
Sediaan bentuk larutan pada terapi mata diklofenak tersedia untuk penanganan radang pasca operasi setelah pengangkatan katarak Godman dan Gilman, 2012.
2.1.5 Efek toksik
Peradangan umumnya dibagi dalam tiga tipe yaitu peradangan akut, respon imun, dan peradangan kronis. Peradangan akut adalah respon awal dari luka jaringan
yang disebabkan oleh pelepasan autokoid dan biasanya mendahului perkembangan respons imun Katzung, 2002.
Radang akut ini tidak spesifik dan dapat disebabkan oleh cedera yang terjadi dalam waktu singkat. Peradangan akut dianggap sebagai awal pertahanan terhadap
cedera dan ditandai dengan perubahan-perubahan mikro sirkulasi, dengan eksudasi cairan dan migrasi leukosit dari pembuluh darah ke daerah cedera. Peradangan akut
biasanya berlangsung singkat, terjadi sebelum respon imun berfungsi baik, dan terutama dimaksudkan untuk menghilangkan penyebab yang membuat cedera
Candrasoma dan Taylor, 2006.
2.2 Hubungan Farmakokinetika dan Farmakodinamika
Farmakokinetika berhubungan erat dengan farmakodinamika yang dapat menjelaskan tentang hubungan dosis dan efek. Farmakodinamika digunakan untuk
memperkirakan konsentrasi obat yang diperlukan dalam mencapai efek terapeutik. Konsentrasi obat dalam tubuh dapat diketahui dengan menentukan kinetika obat
yang meliputi proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
Pengaruh terapeutik suatu obat pada seorang pasien sebenarnya merupakan respon obat tersebut. Hal ini tergantung pada konsentrasi yang bisa dicapai pada
tempat kerja obat reseptor. Setiap perubahan konsentrasi obat yang terukur mencerminkan perubahan pada reseptor, dimana pengukuran konsentrasi obat dalam
Universitas Sumatera Utara
10
darah bisa diperhitungkan atau diramalkan tingkat aktivitas farmakologik yang tercapai.
Nasib obat di dalam tubuh agar dapat menimbulkan efek yang diharapkan harus melalui tiga tahap: farmasetika, farmakokinetika dan farmakodinamika, seperti
yang tertera pada Gambar 2.2.
Universitas Sumatera Utara
11
1. Tahap Farmasetika
- Disintegrasi obat tersedia
Dosis sediaan obat
untuk diabsorpsi -
Disolusi Senyawa aktif
2. Tahap Farmakokinetika
- Absorpsi
obat tersedia -
Distribusi untuk beraksi
- Metabolisme
- Ekskresi
ketersediaan hayati
3. Tahap Farmakodinamika
- Interaksi obat-
Reseptor -
Dalam jaringan Efek
sasaran
Gambar 2.2 Hubungan Antara Tahap Farmakokinetika dan
Farmakodinamika Donatus, 1985.
Universitas Sumatera Utara
12
2.3 Sistem Absorpsi, Distribusi, Metabolisme dan Ekskresi
Pemberian obat secara ekstravaskular seperti peroral lebih banyak dilakukan dibanding secara intravaskular, dimana pada pemberian peroral semua bahan obat
akan diserap oleh organ tubuh. Perjalanan obat dalam tubuh terdiri dari empat tahap yaitu: absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi yang keseluruhannya
membentuk sistem A.D.M.E. Aiache, 1993.
2.3.1 Absorpsi Penyerapan
Obat-obat yang diberikan peroral akan diabsorpsi bila molekul obat berada dalam bentuk terlarut. Molekul obat mula-mula berikatan dengan mukosa lambung
atau usus, kemudian obat mencapai lapisan yang lebih dalam dari membran sel tapi belum sampai ke pembuluh darah. Penyerapan obat dapat terjadi di lambung atau
usus halus. Penyerapan obat di lambung tergantung pada keadaan lambung yang penuh atau kosong. Saat saluran pencernaan berada dalam keadaan istirahat,
spincter pylorus agak membuka dan obat yang diberikan peroral dapat melintas dengan mudah dan akan diserap di usus halus. Selanjutnya obat akan menembus
dinding pembuluh darah dan masuk kedalam sirkulasi darah Aiache, 1993. Suatu obat dapat mencapai tempat kerja di jaringan atau organ harus
melewati berbagai membran sel. Pada umumnya, membran sel mempunyai struktur lipoprotein yang bertindak sebagai membran lipid semipermeabel Shargel dan Yu,
1988. Mekanisme absorpsi obat melewati membran sel dapat berlangsung dengan beberapa cara yaitu: difusi pasif, filtrasi, transport aktif, transport dengan fasilitas,
transport pasangan ion dan pinositosis Ritschel, 1980.
Universitas Sumatera Utara
13
2.3.2 Distribusi Penyebaran
Obat setelah masuk ke dalam peredaran darah akan disebarkan keseluruh tubuh melalui aliran darah. Pada tahap ini sebagai obat dapat berikatan dengan
protein darah dan membentuk kompleks obat protein yang reversibel dan umumnya melibatkan albumin. Obat yang terikat dengan protein merupakan suatu kompleks
besar yang tidak dapat melewati membran sel dengan mudah sehingga tidak aktif secara farmakologik. Sebaliknya obat bentuk bebas atau tidak terikat dapat melewati
membran sel dan didistribusikan ke semua jaringan, dan obat dapat berinteraksi dengan reseptor untuk menghasilkan efek farmakologik. Pada keadaan ini terjadi
reaksi kesetimbangan bolak balik antara kompleks obat-protein dengan obat bebas Aiache, 1993.
2.3.3 Metabolisme
Metabolisme obat terbesar adalah pada hati, juga terjadi di ginjal, jaringan otot, dinding usus dan saluran darah. Obat yang mengalami metabolisme pada epitel
saluran pencernaan dan hati sebelum mencapai sirkulasi sistemik dikenal dengan metabolisme lintas pertama. Obat-obat dapat mengalami metabolisme sebagian
sebelum diekskresi Ritschel, 1980. Tujuan metabolisme obat adalah untuk:
a. menghasilkan energi dan pertahanan tubuh.
b. peruraian menjadi bentuk yang lebih sederhana katabolisme.
c. membentuk molekul kompleks biosintesis.
d. konversi senyawa lebih polar, larut dalam air dan menjadi bentuk terionisasi
sehingga mudah dieliminasi.
Universitas Sumatera Utara
14
Empat reaksi kimia yang terlibat dalam metabolisme obat yaitu: oksidasi, reduksi, hidrolisis dan konjugasi Aiache, 1993. Faktor yang mempengaruhi
metabolisme obat yaitu induksi enzim yang dapat meningkatkan kecepatan biotransformasi. Selain itu inhibisi enzim yang merupakan kebalikan dari induksi
enzim, biotranformasi obat diperlambat, menyebabkan bioavailabilitasnya meningkat, menimbulkan efek menjadi lebih besar dan lebih lama. Kompetisi
interaksi obat juga berpengaruh terhadap metabolisme dimana terjadi oleh obat yang dimetabolisir oleh sistem enzim yang sama contoh alkohol dan barbiturat.
Perbedaan individu juga berpengaruh terhadap metabolisme karena adanya genetic polymorphism, dimana seseorang mungkin memiliki kecepatan metabolisme berbeda
untuk obat yang sama Hinz, 2005.
2.3.4 Ekskresi
Ekskresi obat merupakan proses eliminasi akhir suatu obat dari dalam tubuh. Molekul-molekul obat dikeluarkan dari tubuh tanpa atau setelah mengalami
perubahan hayati biotransformasi. Obat dapat diekskresikan melalui berbagai rute Aiache, 1993 yaitu:
a. ginjal, organ utama untuk mengeliminasi obat dari tubuh melalui urine.
b. feses, khususnya untuk obat-obat yang sukar diabsorpsi dan tinggal dalam
saluran lambung-usus. c.
empedu, bila reabsorpsi obat dari saluran lambung-usus kecil. d.
paru-paru, tempat keluar obat-obat yang mudah menguap melalui ekspirasi pernafasan.
Universitas Sumatera Utara
15
2.4 Uraian Tumbuhan