Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito, danatau tabungan pada bank lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada Bank Perkreditan Rakyat apabila Bank Perkreditan Rakyat mengalami over likuiditas. 3. Tujuan Bank Perkreditan Rakyat Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam usaha mencapai tujuannya Bank Perkreditan Rakyat mempunyai sasaran melayani keutuhan petani, nelayan, peternak, pedagang, pengusaha kecil, pegawai dan pensiunan, karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum sehingga dapat mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang rentenir dan pengijon. 94

C. Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

Bank Kredit Desa adalah salah satu lembaga yang dipersamakan dengan bank, alasannya karena Bank Kredit Desa memiliki fungsi dan potensi yang dominan dalam bidang keuangan, khususnya dalam keuangan bidang mikro, yakni desa. Pembangunan ekonomi skala desa merupakan salah satu fungsi dari berdirinya Badan Kredit Desa, sehingga tidak dipungkiri bahwa keberlangsungan 94 Ibid, hlm. 197. Universitas Sumatera Utara Badan Kredit Desa dari zaman sebelum kemerdekaan dan bahkan sampai saat ini masih digunakan dalam pembagunan ekonomi skala desa. Bank Kredit Desa telah membantu menopang perekonomian masyarakat desa sejak tidak dapat terpisahkan, karena selain keberadaan Badan Kredit Desa yang telah berlangsung lama namun juga ditunjang akan kepercayaan masyarakat desa akan keberadaan Badan Kredit Desa. Kepercayaan merupakan aset perbankan yang sangat penting untuk dijaga guna meningkatkan efisiensi penggunaan bank, efisiensi intermediasi, dan efektifitas penggunaan sarana lalu lintas pembayaran. 95 Undang-Undang Perbankan Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menegaskan tentang konsep kepercayaan dalam dalam perbankan. Badan Kredit Desa merupakan salah satu bagian dari perbankan, hal ini karena Badan Kredit Desa memiliki kegiatan yang sama dengan perbankan yakni simpan pinjam. Sehingga Badan Kredit Desa dipersamakan dengan perbankan, berkolerasi dengan ketentuan diatas memberi sifat hubungan bankdan nasabah penyimpan dana sebagai hubungan kepercayaan fiduciary relation konsekuensi dari pengakuan hubungan kepercayaan ini adalah bahwa bank tidak boleh hanya memperlihatkan kepentingannya sendiri semata- mata, tetapi juga harus memperhatikan kepentingan nasabah penyimpanan dana. Mengenai hubungan bank dengan nasabah debitur juga merupakan hubungan kepercayaan karena bank hanya bersedia memberikan kredit kepada nasabah 95 Etty Susilowati, Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Badan Kredit Desa, Makalah Disajikan Pada Focus Group Discusion Badan Kredit Desa, Jakarta, 12 Juni 2015, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara debitur atas dasar kepercayaan bahwa nasabah debitur mampu dan mau membayar kembali kredit tersebut. 96 Pentingnya akan kepercayaan masih terjalin sampai saat ini baik dengan berubahnya badan hukum Badan Kredit Desa menjadi Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa, hal ini dikarenakan masyarakat desa mengenal Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa masih sama dengan Badan Kredit Desa. Karena operasional dari sistem pembayaran masihlah sama dengan Badan Kredit Desa mengingat bahwa dalam praktek ini merupakan Bank Perkreditan Rakyat yang terkecualikan dari ketentuan pada aturan Bank Perkreditan Rakyat pada umumnya. 97 Untuk melindungi kepercayaan maka masyarakat desa nasabah perlu mendapat perlindungan agar kepercayaan masyarakat desa akan Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa akan meningkat pula. Alasan utama pelindung hukum terhadap nasabah, diantaranya : 98 1. Nasabah membutuhkan sarana untuk menyimpan dananya dan bertranstaksi dengan pihak lain melalui banknya dengan rasa aman. 2. Nasabah hanya memperhatikan hanya dari sisi kepentingannya, tidak menilai tentang keberadaan Bank sebagai lembaga. 3. Kepercayaan nasabah terhadap Banknya, telah meyakini kegiatan usaha lembaga Bank nya, sehingga nasabah seolah-olah telah memiliki informasi lengkap. 4. Bank harus selalu memperhatikan asas kehati-hatian dalam melaksanakan kewajibannya, dalam rangka melindungi kepentingan nasabahnya. 96 Ibid. 97 Analisis Yuridis Terhadap Status Hukum Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, http:hukum.studentjournal.ub.ac.idindex.phphukumarticleviewFile14141268 diakses pada 4 agustus 2016 pukul 21.00 98 Etty Susilowati, Aspek Hukum Transaksi Bisnis Pada Internal Banking, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Volume 10 No. 1, 2012. Universitas Sumatera Utara 5. Kompeksitas kegiatan perbankan yang meluas pada produk keuangan lainnya tidak semata mata bergerak dalam usaha jasa perbankan yang konvensional, sehingga perlu mengantisipasi resiko perbankan yang tidak merugikan nasabah. Perlindungan hukum kepada nasabah tentunya akan berdampak positif pada Bank Perkreditan Rakyat eks Bank Kredit Desa itu sendiri sekaligus pada peningkatan pembangunan ekonomi nasional. Semakin tinggi perlindungan hukum yang diberikan kepada nasabah, maka semakin tinggi pula kepercayaan nasabah pada bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa sehingga kegiatan simpan pinjam di Bank Perkreditan Rakyat Eks Bank Kredit Desa semakin dinikmati masyarakat desa. Apabila Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa sudah tidak dipercayai lagi oleh masyarakat desa, maka eksistensi Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa sebagai lembaga intermediasi akan hancur, karena hidup matinya Bank Perkeditan Rakyat eks Badan Kredit Desa tergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat desa. Sehingga perlindungan hukum bagi nasabah merupakan suatu tuntutan yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Keberadaan kepastian suatu hukum juga dapat mempengaruhi terhadap kepercayaan masyarakat desa, walaupun saat ini keperadaan Badan Kredit Desa sudah berubah baik menjadi Bank Perkreditan Rakyat, PT Bank Perkreditan Rakyat, koperasi Badan Perkreditan Rakyat juga sangat mempengaruhi kepercayaan di masyarakat. Seperti yang dipaparkan oleh Badan Pengurus Pusat Asosiasi Badan Kredit Desa BPP ABKD yang menyatakan bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan maka merubah status Bank Kredit Desa Menjadi Bank Perkreditan Rakyat, namun Bank Perkreditan Universitas Sumatera Utara Rakyat eks Badan Kredit Desa ini merupakan Bank Perkreditan rakyat yang dikecualikan dari ketentuan yang mengatur mengenai Bank Perkreditan Rakyat pada umumnya. Sampai saat ini tidak ada payung hukum dan peraturan perundang-undangan yang membahas mengenai Badan Kredit Desa, sehingga kondisi tersebut menyebabkan ketidakpastian pada Badan Kredit Desa. 99 Permasalahan tersebut akan secara tidak langsung merusak stabilitas Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa dan kepercayaan dari masyarakat desa. Status hukum yang tidak ditunjang dari dalam peraturan pelaksanaan memberikan ketidakpastian hukum terhadap keberadaan Bannk Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa. Terutama terhadap masalah Badan Kredit Desa yang telah bertransformasi menjadi Bank Perkreditan Rakyat, walaupun operasional dan pemanfaatan Bank Perkreditan Rakyat tersebut masih sama dan selayaknya Badan Kredit Desa, namun nomenklatur sudah beruba menjadi Bank Perkreditan Rakyat. Selayaknya Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa tersebut harus tunduk pada ketentuan Undang-Undang Perusahaan Daerah serta tunduk pada Peraturan Perbankan.Namun Kembali pada kenyataan pada lapangan bahwa Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa merupakan salah satu Bank Perkreditan Rakyat yang terkecualikan. 99 Badan Pengurus Pusat Asosiasi Badan Kredit Desa, Gambaran Umum Pengelolaan Operaional Badan Kredit Desa di Tengah Ketidakpastian Peraturan, Makalah disajikan pada Focus Group Discussion BKD, Jakarta, 12 Juni 2015, hlm 3. Universitas Sumatera Utara BAB IV PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

A. Konsekuensi Adanya Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat dari Kepailitan

3 95 116

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 18 116

ANALISIS YURIDIS INDEPENDENSI OJK (OTORITAS JASA KEUANGAN) DALAM UPAYA PENGAWASAN BANK Analisis Yuridis Independensi Ojk (Otoritas Jasa Keuangan) Dalam Upaya Pengawasan Bank.

0 2 16

ANALISIS YURIDIS INDEPEDENSI OJK (OTORITAS JASA KEUANGAN) DALAM UPAYA PENGAWASAN BANK Analisis Yuridis Independensi Ojk (Otoritas Jasa Keuangan) Dalam Upaya Pengawasan Bank.

0 5 12

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

0 0 10

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

0 0 1

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

0 0 23

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

0 0 26

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

0 0 4

UPAYA OTORITAS JASA KEUANGAN SOLO DALAM MENJAGA EKSISTENSI BANK PERKREDITAN RAKYAT TERHADAP KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) - UNS Institutional Repository

0 0 15