Susilowati, Etty. “Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Badan Kredit Desa”, Makalah Disajikan Pada Focus Group Discusion Badan Kredit Desa. 12
Juni 2015
Tim Penyusunan Rancangan Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan dan Persiapan Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan. “Naskah Akademik
Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan” Februari 2012.
D. Website
Mengawal Transformasi Badan Kredit Desa,
Independensi Otoritas Jasa Keuangan. http:jetis.ponorogo.go.id201601mengawal-transformasi-badan-kredit-desa-
bkd, diakses pada 5 Juni 2016.
http:www.hukumonline.comklinikdetaillt4fd97bc71ee6botoritas-jasa- keuangan diakses pada tanggal 25 Juni 2016 pukul 20.00
OJK Perkuat Tugas Penyidikan Tindak Pidana Sektor Jasa Keuangan, http:www.ojk.go.ididberita-dan-kegiatansiaran-persPagessiaran-pers-ojk-
perkuat-tugas-penyidikan-tindak-pidana-sektor-jasa-keuangan.aspx, diakses pada tanggal 14 Agustus 2016 pada pukul 20.30 WIB.
Badan Kredit Desa,http:bankdesa.idpengertian-badan-kredit-desa, diakses pada 1 September 2016.
Analisis Yuridis Terhadap Status Hukum Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014,
Bank Perkreditan Rakyat, http:hukum.student
journal.ub.ac.idindex.phphukumarticleviewFile14141268, diakses pada 2 September 2016
Bank Perkreditan Rakyat Pendukung Perekonomian Rakyat, http:www.ojk.go.ididkanalperbankanPagesBank-
Perkreditan-Rakyat.aspx, diakses pada 3 September 2016. https:staff.blog.ui.ac.idmartanifiles201408Pedoman-Akuntansi-BPR-
pdf.pdf, diakses pada sabtu, 23 Juli 2016 pukul 14.59.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KEDUDUKAN BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS
SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT
A. Badan Kredit Desa
1. Pengertian Badan Kredit Desa
Berdirinya Badan Kredit Desa tidak dapat dipisahkan dari berdirinya AVB Algemene Volkerediet Bank yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia
pada sekitar tahun 1896. Kehadirannya erat kaitannya dengan keadaan ekonomi pedesaan di Jawa yang memprihatinkan disebabkan oleh kegagalan panen secara
luas akibat musim kemarau panjang, banjir dan serangan hama.Berdasarkan pengalaman pahit ini Asisten Residen Banyumas di Purwokwerto De Wolf Van
Westerrode berusaha membentuk kelompok-kelompok swadaya masyarakat guna mengatasi keadaan, dengan cara membuat lumbung-lumbung desa untuk
menanggulangi keadaan akibat musim paceklik yang sering terjadi terutama di Jawa dilaksanakan dengan prinsip Koperasi Reifeizen di Jerman yang prakteknya
di Jawa dilaksanakan dengan prinsip Rembug Desa, dimana hal tersebut sudah biasa dilakukan oleh masyarakat di Jawa dengan prinsipnya gotong – royong.
Badan Kredit Desa adalah perusahaan milik desa yang beroperasi diwilayah desa yang diurus sebagai perusahaan tersendiri dan terpisah dari
kekayaan lain milik desa yang bersangkutan.Ordonasi Badan Kredit Desa yang termuat dalam Staatblad 357 tahun 1929, Rijksblad No 9 tahun 1938 untuk daerah
Kasultanan yang menyangkut Pengawasan, Mengurus dan Menjalankan tata
Universitas Sumatera Utara
usaha, keuangan dan harta lainnya.Dalam perkembangannya Staatblad tersebut telah dicabut dan diganti dengan UU No 7 tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 pasal 58.
70
Badan Kredit Desa sudah ada sejak zaman Belanda tahun 1895 dan merupakan cikal bakal terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat.Badan Kredit Desa
memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan bunga yang rendah dan stabil serta tanpa jaminan dan sesuai kebutuhan masyarakat desa itu sendiri. Badan
Kredit Desa Berbeda dengan Bank Perkreditan Rakyat yang apabila mengajukan pinjaman harus ada jaminan serta ada kisaran pinjaman yang berlaku. Hal ini
Indonesia adalah salah satu negara yang 70 rakyatnya tinggal di pedesaan. Keadaan seperti ini menyadarkan bahwa fondasi perekonomian akan
semakin kuat, apabila perekonomian rakyat diperkuat. Memperkuat perekonomian rakyat salah satunya dengan cara membangun lembaga keuangan pedesaan yang
mampu menjadi perantara keuangan pedesaan. Lembaga keuangan pedesaan sudah ada sejak tahun 1825, dimana lembaga keuangan pedesaan itu disebut
dengan Badan Kredit Desa .Badan Kredit Desa bertujuan untuk memberantas “sistem ijon”dan mempersempit gerak rentenir sehingga para petani, pegawai, dan
buruh tidak meminjam uang kepada rentenir dengan bunga yang tinggi.Badan Kredit Desa merupakan perusahaan milik desa yang beroperasi di wilayah
pedesaan yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat itu sendiri.
70
Badan Kredit Desa,http:bankdesa.idpengertian-badan-kredit-desa, diakses pada 1 September 2016.
Universitas Sumatera Utara
dijelaskan pada peraturan Bank Indonesia 826 pasal 72 bahwa Badan Kredit Desa dikecualikan dari peraturan Bank Perkreditan Rakyat.
71
Badan Kredit Desa merupakan perusahaan milik desa yang beroperasi di wilayah pedesaan yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat itu sendiri.Badan
Kredit Desa sudah ada sejak zaman Belanda tahun 1895 dan merupakan cikal bakal terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat.Badan Kredit Desa memberikan
pinjaman kepada masyarakat dengan bunga yang rendah dan stabil serta tanpa jaminan dan sesuai kebutuhan masyarakat desa itu sendiri.Badan Kredit Desa
Berbeda dengan Bank Perkreditan Rakyat yang apabila mengajukan pinjaman harus ada jaminan serta ada kisaran pinjaman yang berlaku.Hal ini dijelaskan pada
peraturan Bank Indonesia 826 pasal 72 bahwa Badan Kredit Desa dikecualikan dari peraturan Bank Perkreditan Rakyat.
72
a. Badan Kredit Desa merupakan cikal bakal terbentuknya BPR, dasar
hukum yang mengatur Badan Kredit Desa ialah Staatsblad Nomor 357 tahun 1929 yang berisi Badan Kredit Desa perusahaan terpisah dan tidak
Keberadaan Badan Kredit Desa di pedesaaan semakin penting, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan akan jasa-jasa lembaga keuangan bagi
masyarakat pedesaan. Status Bank Perkreditan Rakyat baru diberikan kepada Badan Kredit Desa sejak dikeluarkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992,
proses pemberian status Badan Kredit Desa menjadi Bank Perkreditan Rakyat diperoleh melalui tahapan berikut:
71
Wina Andini “Jurnal Pengaruh Badan Kredit Desa Terhadap Perekonomian Desa Margoluwih Desa Sleman,Yogyakarta” Bogor 2014, hlm. 6.
72
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
boleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan desa, pinjaman hanya ke penduduk desa yang memerlukan, bunga tidak boleh lebih dari yang
diperlukan untuk menutup biaya operasional, dimana membentuk modal dan cadangan, satu kali dalam tiga tahun sisa uang di luar keperluan harus
disetorkan ke kas desa, uang kas yang tidak digunakan dalam operasional harus disimpan pada sentral kas, dan untuk menutup biaya keperluan
bersama beberapa Badan Kredit Desa dibentuk dana usaha dari iuran tahunan Badan Kredit Desa.
b. Undang-undang nomor 14 Tahun 1967 pasal 41 ayat 1 yang berbunyi bank
desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai, dan bank-bank lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu yang pada saat mulai berlakunya
Undang-undang ini telah ada, tetap menjalankan tugasnya dalam sistem perbankan berdasarkan Undang-undang ini.
c. Kepres Nomor 38 tahun 1988 pasal 1 yang berbunyi bank desa, lumbung
desa, bank pasar, bank pegawai, dan bank lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun
1967 adalah bank perkreditan rakyat. d.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1064KMK.001988 tentang pendirian dan usaha Bank Perkreditan Rakyat.
e. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 pasal 58 yang berbunyi bank desa,
lumbung desa, bank pasar, bank pegawai, lumbung pitih nagari LPN, lembaga perkreditan desa LPD, badan kredit desa BKD, badan kredit
kecamatan BKK, kredit usaha rakyat kecil KURK, lembaga perkreditan
Universitas Sumatera Utara
kecamatan LPK, dan badan karya produksi desa BKPD yang telah memperoleh izin usaha menteri keuangan diberikan status sebagai BPR
sesuai tata cara yang diatur dalam peraturan pemerintah. f.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 pasal 19 ayat 1 yang berbunyi bank desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai, LPN, LPD,
BKD, BKK, KURK, LPK, BKPD yang telah memperoleh izin usaha menteri keuangan diberikan status sebagai BPR.
g. Peraturan Bank Indonesia PBI 826 tentang Kelembagaan BPR yang
terdapat pada ketentuan penutup Pasal 72 berbunyi PBI ini tidak diberlakukan bagi BPR eks BKD yang didirikan berdasarkan Staasblad
tahun 1929 Nomor 357. Badan Kredit Desa yang selanjutnya disingkat BKD adalah Bank Desa,
Lumbung Desa atau Badan Kredit Desa yang telah mendapat izin usaha dari Menteri Keuangan dan telah diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat
oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998.
73
73
Pasal 1 Peraturan OJK No. 10 POJK.032016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Badan Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Badan
Kredit Desa.
Badan Kredit Desa BKD merupakan tonggak sejarah berdirinya Lembaga Keuangan Mikro di
Indonesia.Diawali dengan berdirinya Lumbung Desa LD pada tahun 1897 oleh Kelompok Swadaya Masyarakat. Lumbung Desa dan Bank Desa inilah kemudian
dikenal dengan nama Badan Kredit Desa BKD, yang merupakan cikal bakal berdirinya Lembaga Perkreditan Kecil di Pedesaan atau sekarang lebih dikenal
dengan istilah Lembaga Keuangan Mikro Rudjito, 2003. Badan Kredit Desa
Universitas Sumatera Utara
BKD merupakan tonggak sejarah berdirinya Lembaga keuangan Mikro di Indonesia.Diawali dengan berdirinya Lumbung Desa LD pada tahun 1897 oleh
Kelompok Swadaya Masyarakat. Lumbung Desa dan Bank Desa inilah kemudian dikenal dengan nama Badan Kredit Desa BKD, yang merupakan cikal bakal
berdirinya Lembaga Perkreditan Kecil terdapat proses administratif formal yang menyulitkan, Sasarannya adalah masyarakat miskin dan pengusaha mikro, dimana
jasa keuangan yang diberikan dapat disesuaikan dengan karakteristik kelompok sasaran tersebut, Menggunakan pendekatan kelompok, baik dengan ataupun tidak
dengan sistem tanggung renteng yang mengedepankan pola hubungan kenal dekat sebagai landasan utama mengelola risiko, lingkup kegiatan LKM dapat mencakup
pembiayaan kegatan ekonomi produktif maupun konsumtif, pendampingan dan pendidikan, kegiatan penghimpunan dan bentuk kegiatan lain yang dibutuhkan
oleh pengusaha mikro dan masyarakat miskin. Selain sarat dengan potensi, perkemba-ngan BKD masih dihadapkan pada berbagai kendala baik yang bersifat
internal maupun kondisi eksternal yang kurang kondusif. Pemasalahan mendasar yang dirasakan sebagai kendala utama bagi
berkembangnya BKD di Indonesia adalah sebagai berikut: 1.
Masih rancunya definisi dari usaha mikro, kecil, dan menengah, sehinggaterjadi penafsiran yang berbeda antarakalangan perbankan dengan
instansipemerintah terkait. 2.
Belum adanya perlindungan hukum bagi usaha di bidang keuangan mikro, sehingga resiko kerugian yang diderita oleh nasabah sebagai akibat dari
kelalaian dalam mengelola BKD masih belum cukup terlindungi. Demikian
Universitas Sumatera Utara
pula resiko kerugian yang diderita oleh BKD belum dapat dipertanggungkan kepadapihak lain melalui mekanisme penjami-nan.
3. Belum adanya ketentuan hukum yang mengatur tentang lembaga
penjaminansimpanan mengakibatkan LKM menjadi lembaga yang kurangmenarik bagi masyarakat yang ingin menempatkan simpanannya dalam
BKD, sehingga mendorong BKD bertumpu pada sumber pembiayaanyang lebih mahal.
4. Tertutupnya ijin baru bagi pendirian lembaga penjaminan kredit dirasakan
sebagai salah satu kendala bagi tumbuhnya LKM di berbagai daerah, meskipun di daerah tersebut terdapaT potensi dana yang cukup signifikan bagi
pembentukan LKM. 5.
Adanya larangan bagi Pemda untuk melakukan penjaminan hutang PP 107 tahun 2001 pasal 10. Oleh karena itu perlu dipikirkan mengenai adanya
langkah terobosan bagi pengembangan skema baru untuk penjaminan, misalnyamelalui revisi PP disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan.
6. Status kelembagaan BKD yang masihmenggantung, dimana BKD
cenderung berstatus BPR tetapi belum sepenuhnya dapat dianggap sebagaiBPR, karena belum memenuhi persyaratankewajiban sebagai BPR.
Menurut Wijono, permasalahan eksternal yang dihadapi BKD adalah aspekkelembagaan, sedangkan permasalahan internal yang dihadapkan adalah
menyangkut aspek operasional dan pemberdayaan usaha. Sebagian besar BKD masih terbatas kemam puannya karena masih tergantung kepada jumlah
anggotanasabah serta besaran modalsendiri.Kemampuan SDM BKD dalam
Universitas Sumatera Utara
mengelola usaha sebagian besar juga masihterbatas, sehingga dalam jangka panjangakan mempengaruhi perkembangan BKD,bahkan bisa menjadi faktor
penghambat yang cukup serius.
74
Badan Kredit Desa merupakan salah satu penggerak perekonomian skala mikro, sehingga pada tahun 1971-1972 terbitlah Izin Kementerian Keuangan
terkait mengenai Badan Usaha BKD.Izin badan usaha yang diberikan oleh Kementerian Keuangan sejumlah 5279 BKD.Sedangkan BKD sejumlah 175 BKD
tidak memiliki izin dari Kementerian Keuangan namun memiliki izin dari Surat Depdagri No. 412.211502BANGDES tgl 14 November 1991.
75
Berdasarkan pada ketentuan dalam pasal 4 UU Nomor 14 Tahun 1967, BKD tersebut
dipersamakan status dan tugas sebagai dari BPR. Guna untuk memberikan kepastian terhadap BKD tersebut, sehingga lahirlah Keputusan Presiden Nomor
38 Tahun 1988 tentang Bank Perkreditan Rakyat dimana Lumbung Desa dan Bank Desa yang diberikan status Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan pada
wilayah.Terkait mengenai status BKD sebagai BPR dipertegas kembali dalam KMK No.1064KMK.001998 tentang Pendirian dan Usaha BPR, dan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang BPR.
76
2. Fungsi Badan Kredit Desa
74
Susila, Ikwan. 2007 Analisis Efesiensi Lembaga Keuangan Mikro, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8, No. 2, hlm. 225.
75
Analisis Yuridis Terhadap Status Hukum Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014,
http:hukum.student journal.ub.ac.idindex.phphukumarticleviewFile14141268, diakses pada 2 September 2016
76
Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Otoritas Jasa Keuangan, Modul Transformasi Badan Kredit Desa Dan Tata Cara Pendirian Bank Perkreditan Rakyat, Jakarta,
2015, hlm. 5.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi utama Bank dalam suatu perekonomian adalah untuk memobilisasi dana masyarakat, dan secara tepat serta cepat menyalurkan dana tersebut kepada
penggunaan atau investasi yang efektif dan efisien. Fungsi seperti itu dapat dikatakan sebagai “aliran darah” bagi perkrembangan perekonomian dan
peningkatan standar taraf hidup.
77
Disetiap negara, fungsi bank merupakan “jantung” dari pasar uang.Fungsi bank seperti itu sudah berjalan sejak abad pertengahan.Pada waktu it pihak
penguasa telah memanfatkan kredit bank sebagai pengganti pajak untuk membiayai ambisi mereka.
Fungsi bank lainnya adalah sebagai lembaga penyedia instrumen pembayaran untuk barang dan jasa yang dapat dilakukan
secara cepat, efisien dan aman. Fungsi ini akan berjalan apabila penjual dan pembeli barangdan jasa meyakini bahwa instrumen yang digunakan untuk
pembayara tersebut akan diterima dan dibayar oleh semua pihak dalam suatu transaksi dan transaksi ikutannya. Tanpa adanya kepercayaan, maka fungsi
dimaksud tidak akan berjalan.
78
a. Pemenuhan modal kerja bagi usaha kecil.
Sedangkan Fungsi Badan Kredit Desa menurut Otoritas Jasa Keuangan adalah:
b. Meningkatkan pendapatan atau taraf hidup.
c. Mendorong pembangunan ekonomi desa dan upaya pengentasan
kemiskinan.
77
Lihat Frederic S. Mishkin, The Economics of Money, Banking Financial Markert, Fifth Edition, Singapore: Addsison-Wasley, 1998, hlm 226, yang mangatakan bahwa bank memainkan
peranan penting dalam menyalurkan dana dari nadabah kepada sektor-sektor produktif dan menjamin sistem keuangan berjalan dengan lancar dan efisien.
78
Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, Jakarta:Universitas Indonesia- Press, 2012, hlm. 220.
Universitas Sumatera Utara
d. Membatasi ruang gerak rentenir atau ijon.
3. Tujuan Badan Kredit Desa Tujuan Badan Kredit Desa menurut Otoritas Jasa Keuangan adalah:
a. Memudahkan akses permodalan.
b. Mendidik masyarakat agar gemar menabung.
c. Memberantas sistem ijon dan mempersempit gerak rentenir.
B. Bank Perkreditan Rakyat