BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengawas kegiatan perbankan di
indonesia diatur dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, di dalamnya dijelaskan bahwa tugas pengawasan terhadap Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang independen
dan dibentuk dengan Undang-Undang. OJK sebagai lembaga independen bertugas mengatur dan mengawasi lembaga keuangan. Otoritas pengawas
lembaga jasa keuangan membutuhkan independensi, baik dari pemerintahan maupun dari industri yang diawasi, sehingga tujuan OJK untuk memastikan
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel dapat tercapai. Secara umum, struktur
regulasi yang independen dapat diukur dari beberapa faktor yaitu, independensi dari segi regulasi, independensi dari segi pengawasan,
independensi dari segi institusi, independensi dari segi pembiayaan. Pengawasan Bank tersebut terbagi dua yaitu pengawasan makro yang
dilakukan oleh Bank Indonesia sedangkan pengawasan mikro yang
Universitas Sumatera Utara
mengawasi individual Bank Indonesia dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
2. Kedudukan Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank
Perkreditan Rakyat diatur berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10POJK.032016. Badan Kredit Desa merupakan perusahaan milik
desa yang beroperasi di wilayah pedesaan yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat itu sendiri. Badan Kredit Desa adalah salah satu lembaga yang
dipersamakan dengan bank, alasannya karena Badan Kredit Desa memiliki fungsi dan potensi yang dominan dalam bidang keuangan, khususnya dalam
keuangan bidang mikro, yakni desa. Pembangunan ekonomi skala desa merupakan salah satu fungsi dari berdirinya Badan Kredit Desa. Badan Kredit
yang telah mendapat izin usaha dari Menteri Keuangan dan telah diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat oleh Undang-Undang.
3. Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap transformasi Badan Kredit Desa
yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat. Dengan Berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, Badan Kredit Desa yang diberikan
status sebagai Bank Perkreditan Rakyat tidak akan dikecualikan dari setiap ketentuan yang berlaku bagi Bank Perkreditan Rakyat. Pengawasan Badan
Kredit Desa dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka melakukan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan berwenang melakukan pemeriksaan
terhadap Badan Kredit Desa. Dalam melakukan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan kordinasi dengan instansi terkait antara
Universitas Sumatera Utara
lainKementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Kementerian Dalam negeri.
B. Saran