91
Pengukuran kandungan gas CO2, dalam gas buang dapat digunakan untuk menghitung udara berlebih excess-air. Sejumlah tertentu excess-air diperlukan
untuk pembakaran sempurna bahan bakar minyak, jika terlalu banyak excess-air mengakibatkan pembakaran yang tidak sempurna.
4.3 Rangkuman Hasil Unjuk Kerja Kompor
Dari hasil perhitungan dan grafik pengujian unjuk kerja kompor bioetanol gel yang dibuat dapat dirangkum beberapa beberapa hal penting diantaranya
adalah sebagai berikut: 1.
Semakin banyak dan besar diameter lubang udara air-wallsemakin besar juga nilai dari: 1 bakar yang dikonsumsi f
cm
, 2 bahan bakar setara yang dikonsumsi f
cd
, 3 air yang tersisa di akhir uji w
cr
, 4 laju pembakaran r
cb
, 5 konsumsi bahan bakar spesifik SCc, 6 konsumsi spesifik temp-dikoreksi SC T
h
, dan 7 daya api Firepower FPc yang dihasilkan.
2. Sebaliknya, semakin kecil dan sedikit diameter lubang udara air-wall
yang dibuat semakin kecil pula nilai dari: 1 perubahan dalam tempat pembakaran burner selama tahap pengujian
∆ cc, 2 air yang menguap w
cv
, 3 durasi fase ∆tc, dan 4 efesiensi termal h
c
yang dihasilkan.
3. Diameter lubang udara yang terlalu kecil seperti yang terdapat pada
variasi tempat pembakaran burner kelima dengan ∅ 2 �� tidak
memberikan pengaruh dari udara yang masuk, artinya burner variasi kelima sama dengan hasil unjuk kerja kompor burner tanpa lubang
udara. Hal ini dapat dilihat dari grafik hasil pengujian nilai bahan bakar yang dikonsumsi fcm , bahan bakar setara yang dikonsumsi
fcd, efesiensi termal hc, konsumsi bahan bakar spesifik SCc, konsumsi spesifik temp-dikoreksi SCTh.
4. Warna api biru bercampur merah yang dihasilkan oleh variasi tempat
pembakaran burner pertama V1 dapat mempengaruhi nilai air yang menguap w
cv
dan air yang tersisa di akhir uji w
cr
, sehingga berbeda dari variasi burner lainya yang berwarna full biru.
Universitas Sumatera Utara
92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari pengujian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan prototype dan pengujian kompor bioetanol gel dengan bahan
material dari kaleng minuman soft drink bekas berhasil diwujudkan.
2. Jumlah volume udara yang masuk ke tempat pembakaran burner sangat
mempengaruhi kualitas api bahan bakar bioetanol gel yang dihasilkan. 3.
Semakin banyak dan besar diameter lubang udara yang dibuat semakin boros bahan bakar yang dikonsumsi dan daya api firepower kompor
dengan bahan bakar bioetonol gel yang dihasilkan semakin besar. 4.
Variasi tempat pembakaran burner yang paling efektif dan efisien untuk diterapkan sebagai kompor bioetanol gel masa depan adalah variasi
tempat pembakaran burner pertama V1, karena paling hemat bahan bakar, efesiensi termal yang tinggi yaitu
0,67847 67, waktu pendidihanya cepat, apinya dominan biru dan stabil.
5. Unjuk kerja kompor bioetanol gel ini juga lebih unggul dari pada kompor
bioetnol yang sudah dibuat sebelumnya seperti kompor etanol kadar 50 dengan tekanan 50–150 kPa buatan Anil K. Rajvanshi, S.M. Patil dan B.
Mendonca 2007 yang hanya menghasilkan efisiensi sekitar 44 - 46, Kompor Cleancook buatan Murren, J dan O’Brien, C 2006 yang
memakai etanol kadar 90 menghasilkan efisiensi hanya 61, Kompor Superblue buatan James Robinson, tahun 2006 yang menggunakan etanol
kadar 96 menghasilkan efisiensi hanya 40 pada start dingin dan 43 pada start panas dan yang terakhir tipe side burner dengan variasi
diameter 3 inci dan 2.5 inci buatan Pradana, Rizka Andika; Institut Teknologi Sepuluh Nopember ITS 2012 yang menggunakan etanol
kadar 90 menghasilkan efisiensi sebesar 56.57 untuk diameter 3 inci dan 54.91 untuk diameter 2.5 inci.
Universitas Sumatera Utara