2.1.2. G aya K epemimpinan Persoalan kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik. Suatu
organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Suatu ungkapan mulia yang mengatakan bahwa pimpinanlah yang
bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan ungkapan yang mendudukkan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi
yang terpenting. Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat Thoha, 2007: 303. Dalam hal ini usaha menyelaraskan
persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.
2.1.3. Arti Penting Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat didefenisikan sebagai proses mempengaruhi orang lain untuk berbuat guna mewujudkan tujuan-tujuan yang sudah ditentukan. Dalam
hal ini kepemimpinan selalu melibatkan upaya seseorang pemimpin untuk mempengaruhi perilaku seseorang pengikut atau para pengikut dalam suatu situasi
Manulang, 2000: 141. Kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang
lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Disini dapat ditangkap suatu pengertian bahwa jika seseorang telah mulai berkeinginan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, maka kegiatan kepemimpinan itu telah
Universitas Sumatera Utara
dimulai. Pengaruh dan kekuasaan dari seseorang pemimpin mulai tampak relevansinya. Demikian pula peranan pemimpin dalam mengatasi konflik.
2.1.4. Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan yang selalu berusaha menyesuaikan dengan situasi dan kondisi organisasi, serta bersifat
fleksibel dalam menyesuaikanberadaptasi dengan kematangan bawahan dan lingkungan kerja Thoha, 2007: 316.
Menurut Sutarto 2001: 137 kepemimpinan situasional didasarkan pada saling pengaruh antara:
1. Sejumlah petunjuk dari pengarahan perilaku tugas yang pemimpin berikan 2. Sejumlah pendukung emosional perilaku hubungan yang pemimpin berikan
3. Tingkat kesiapsiagaan kematangan yang para bawahan tunjukan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi atau sasaran.
2.1.5. Teori Situasional
Belajar dari konsep Hersey and Blanchard, perilaku dan gaya kepemimpinan bersifat situasional, pimpinan atau manajer harus menyesuaikan
responnya menurut kondisi atau tingkat perkembangan kematangan, kemampuan dan minat karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Dalam hal ini, respon
seorang manajer dalam perilaku kepemimpinannya memberikan sejumlah pengarahan dan dukungan yang bersifat sosioemosional. Sementara itu manajer
harus menyesuaikan tingkat kematangan karyawan. Tingkat kematangan
Universitas Sumatera Utara
karyawan maturity, diartikan sebagai tingkat kemampuan karyawan untuk bertanggung jawab dan mengarahkan perilaku dalam bentuk kemauan.
Berdasarkan tingkat kematangannya, menurut Hersey dan Blanchard dalam Thoha, 2007: 318 ada empat jenis karyawan, yaitu: 1 karyawan yang tidak
mampu dan tidak mau, 2 karyawan yang tidak mampu, tetapi mau, 3 karyawan yang mampu, tetapi tidak mau, 4 karyawan yang mampu dan mau.
Ada empat gaya dasar kepemimpinan dalam mengelola kinerja berdasarkan tingkat kematangan karyawan, yaitu instruksi, konsultasi, partisipasi
dan delegasi dengan memperhatikan dukungan supportif dan pengarahan directif, sebagai berikut:
Sumber: Thoha 2007: 319
Gambar 2.1. Empat Gaya Dasar Kepemimpinan
Model Situasional Hersey Dan Blanchard
P er
il aku m
endukung Tinggi Dukungan
dan Rendah Pengarahan
G3 Tinggi Pengarahan
dan Tinggi Dukungan
G2 Tinggi Pengarahan
dan Rendah Dukungan
G1 Rendah Dukungan
dan Rendah Pengarahan
G4
Perilaku Mengarahkan Tinggi
Tinggi Rendah
Universitas Sumatera Utara
a. Instruksi Gaya 1 Gaya kepemimpinan yang mengarahkan, merupakan respon kepemimpin-
an yang perlu dilakukan oleh manajer pada kondisi karyawan lemah dalam kemampuan, minat dan komitmennya. Sementara itu, organisasi menghendaki
penyelesaian tugas-tugas yang tinggi. Dalam situasi seperti ini Hersey dan Blanchard menyarankan agar manajer memainkan peran directive yang tinggi,
memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu tanpa mengurangi intensitas hubungan sosial dan komunikasi antara pimpinan dan bawahan.
Menurut Sutarto 2001: 137 ciri-ciri gaya tersebut adalah: 1. Tinggi tugas dan rendah hubungan.
2. Pemimpin memberikan tugas khusus. 3. Pengawasan dilakukan secara ketat.
4. Pemimpin menerangkan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, kapan harus dilaksanakan pekerjaan itu, dan
dimana pekerjaan itu harus di lakukan.
b. Konsultasi Gaya 2 Pada kondisi karyawan menghadapi kesulitan menyelesaikan tugas-tugas,
takut untuk mencoba melakukannya, manajer juga memproporsikan struktur tugas dengan tanggung jawab karyawan. Selain itu, manajer harus menemukan hal-hal
yang menyebabkan karyawan tidak termotivasi serta masalah-masalah yang dihadapi karyawan. Pada kondisi ini, karyawan sudah mulai mampu mengerjakan
tugas-tugas dengan lebih baik, akan memicu perasaan timbulnya over confident.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi ini, memungkinkan karyawan menghadapi permasalahan baru yang muncul. Oleh karena itu, setelah memberikan pengarahan, manajer harus
memerankan gaya menjual dengan mengajukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
Menurut Sutarto 2001: 137 ciri-ciri gaya tersebut yaitu: 1. Tinggi tugas dan tinggi hubungan
2. Pemimpin menerangkan keputusan 3. Pemimpin memberikan kesempatan untuk penjelasan
4. Pemimpin masih banyak melakukan pengarahan 5. Pemimpin mulai melakukan komunikasi dua arah
c. Partisipasi Gaya 3 Perilaku kepemimpinan partisipasi, adalah respon manajer yang harus
diperankan ketika tingkat kemampuan karyawan lebih tinggi akan tetapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tanggung jawab, karena ketidakmauan atau
ketidakyakinan mereka untuk melakukan tugastanggung jawab seringkali disebabkan karena kurang keyakinan. Dalam kasus seperti ini pemimpin perlu
membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendengarkan mendukung usaha- usaha yang dilakukan para bawahan.
Menurut Sutarto 2001: 138 ciri ciri-ciri gaya tersebut yaitu: 1. Tinggi hubungan dan rendah tugas.
2. Pemimpin dan bawahan saling memberikan gagasan. 3. Pemimpin dan bawahan bersama-sama membuat keputusan.
Universitas Sumatera Utara
d. Delegasi Gaya 4 Selanjutnya, untuk tingkat karyawan dengan kemampuan dan kemauan
yang tinggi, maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah gaya delegasi. Dengan gaya delegasi ini pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan,
karena dianggap sudah mampu dan mau melaksanakan tugastanggungjawabnya. Mereka diperkenankan untuk melaksanakan sendiri dan memutuskan tentang
bagaimana, kapan dan dimana pekerjaan mereka harus diselesaikan. Pada gaya delegasi ini tidak terlalu diperlukan komunikasi dua arah. Menurut Sutarto 2001:
138 ciri-ciri gaya tersebut yaitu: 1. Rendah hubungan dan rendah tugas.
2. Pemimpin melimpahkan pembuatan keputusan dan pelaksanaan kepada bawahan.
2.2. K ar akter istik Pemimpin dalam M engefektifkan Or ganisasi Menurut Nawawi 2006: 77, karakteristik utama seorang pemimpin dalam
mengefektifkan organisasi terdiri dari: 1. Kecerdasan
Para pemimpin yang efektif atau pemimpin yang mampu mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya, pada umumnya secara relatif lebih
cerdas dari pada pengikut anggota organisasi. 2. Kematangan dan Keluasan Pandangan Sosial
Para pemimpin yang efektif atau pemimpin yang mampu mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya, pada umumnya secara relatif lebih
matang emosinya dari pada pengikut anggota organisasinya, sehingga selalu
Universitas Sumatera Utara
mampu mengendalikan situasi, kritikal sulit dan bermasalah. Di samping itu memiliki kemampuan pula dalam melakukan sosialisasi dengan orang lain,
khususnya anggota organisasi. Di samping itu juga memiliki keyakinan serta kepercayaan diri yang cukup tinggi.
3. Memiliki Motivasi dan Keinginan Berprestasi Para pemimpin yang efektif atau pemimpin yang mampu mengefektifkan
organisasi untuk mencapai tujuannya, pada umumnya secara relatif memiliki dorongan yang besar dari dalam dirinya untuk dapat meyelesaikan
sesuatu secara sukses. 4. Memiliki Kemampuan Hubungan Manusiawi
Para pemimpin yang efektif atau pemimpin yang mampu mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya, pada umumnya secara relatif
mengetahui bahwa usahanya untuk mencapai sesuatu sangat tergantung pada orang lain, khususnya anggota organisasinya. Para pemimpin itu selalu
mampu memahami orang lain dan berorientasi pada anggota organisasi pengikutbawahan.
2.3. Kinerja Agen 2.3.1. Pengertian Kinerja Agen