62
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perkembangan perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa bermula dari kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Labuhan Batu pada tahun 1980.Untuk
mengembangkan desa-desa yang tertinggal melalui pengembangan perkebunan- perkebunan besar yang dibangun pemerintah.
Pada daerah desa Asam Jawa pengembangan yang dilakukan adalah dengan membangun sektor perkebunan kelapa sawit.Pengembangan perkebunan kelapa sawit
ini dimulai pada saat pembangunan pabrik PTP IV di Aek Torop, sedangkan PTP IV ini sendiri berdiri pada tahun 1979.Pada tahun selanjutnya ditahun 1980, PTP IV ini
membuat satu lahan perkebunan besar berbentuk plasma. Lahan perkebunan bentuk plasma ini maksudnya ialah perkebunan kelapa sawit awalnya dikembangkan oleh
perusahan milik pemerintah tersebut pada 3-4 tahun pertama sampai pohon kelapa sawit sudah menghasilkan TBS tandan buah segar. Dapat disimpulkan bahwa
perusahaan inti menjadi pembinan bagi masyarakat untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit sampai dirasa masyarakat dapat meneruskan perkebunan
tersebut. Ketika pohon kelapa sawit telah memasuki usia produktif, barulah perusahaan
menyerahkan perkebunan kelapa sawit yang telah ditanam untuk diserahkan kepada
63
masyarakat. Namun, pemberian itu tidaklah secara cuma-cuma diberikan oleh perusahaan. Ada persyaratan yang diberikan kepada masyarakat untuk memiliki
perkebunan tersebut, syarat-syarat itu antara lain; masyarakat hanya diberikan lahan 1-1 ½ Ha lahan untuk tiap kepala keluarga, kemudian masyarakat diwajibkan untuk
mengkredit lahan yang telah diberikan perusahaan kepada perusahaan dengan cara membayar setiap kali mereka panen, serta setiap kali penduduk panen maka
penjualan buah harus dijual kepada PTP IV selama proses kredit masih berlangsung. Membudidayakan komoditi kelapa sawit ini sebenarnya tidaklah terlalu sulit
dilakukan.Memang ketika masa awal-awal penanaman diperlukan kedisiplinan dan tenaga yang ekstra serta modal yang cukup besar untuk mengembangkan
perkebunannya.Pada awal penanaman, bibit kelapa sawit tidak langsung ditanam ditanah.Penanaman awal bibit diletakkan kedalam pollybag yang telah di isi tanah
sebelumnya.Pada masa bibit ditanam di dalam pollybag, bibit-bibit tersebut harus mendapatkan air yang cukup setiap harinya agar bibit tersebut dapat berkembang
dengan baik dan tepat waktu untuk dipindahkan ke lahan yang telah disiapkan.Untuk penanaman dalam pollybag tersebut dibutuhkan setidaknya waktu 12-14 bulan
sebelum dipindahkan ke lahan perkebunan.Penanaman menggunakan pollybag ini menguntungkan para petani dalam melakukan perawatan, pemupukan, dan
penyemprotan terhadap hama-hama yang dapat menggangu pertumbuhan bibit. Ketika proses penanaman bibit pada pollybag berlangsung, secara bersamaan
para petani juga menyiapkan lahan untuk bibit kelapa sawit yang umurnya telah siap untuk dipindahkan ke tanah. Ada beberapa jenis dalam mempersiapkan lahan
64
perkebunan, diantaranya ialah, konversi lahan dan peremajaan lahan.Mayoritas masyarakat desa Asam Jawa melakukan konversi lahan hutan menjadi perkebunan
kelapa sawit. Dalam melakukan konversi lahan tersebut setidaknya ada beberapa cara dilakukan yaitu dengan cara membakar lahan, menggunakan alat-alat berat seperti
traktor, buldoser, dan beko, serta menggunakan alat-alat kimia seperti rond-up. Pada umumnya masyarakat desa Asam Jawa lebih memilih melakukan konversi lahan
dengan cara membakar. Banyaknya masyarakat melakukan pembakaran untuk membuka lahan adalah karena cara ini tidak membutuhkan biaya yang besar dan
tenaga yang ekstra. Hanya dengan mempersiapkan bensin dan pemantik para petani dapat membuka lahan seluas-luasnya.Namun cara-cara seperti ini sudah dilarang
digunakan di desa Asam Jawa oleh karena adanya pelarangan dari pemerintah daerah dalam hal pembukaan lahan. Oleh karena itu, masyarakat diharuskan melakukan
pembukaan lahan dengan cara menggunakan alat berat ataupun alat kimia. Untuk tiap hektar lahan perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa biasanya ditanami 143
pohon kelapa sawit.Hal tersebut dikarenakan pada lahan desa Asam Jawa umumnya memiliki kontur yang datar sehingga dapat memaksimalkan jumlah pohon untuk
ditanam. Ketika pohon sudah memasuki usia produktif yaitu pada usia 3-4 tahun, maka pemanenan dapat dilakukan 2 kali dalam sebulan.
Perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa pada tahun 1980-1996 merupakan perubahan minat dari petani yang dilatarbelakangi oleh beberapa faktor
oleh karena tingkat kesejahteraan penduduk di desa ini.Pada waktu dimulainya penanaman kelapa sawit di desa Asam Jawa tersebut perubahan dalam hal
65
perekonomian masyarakat mulai mengalamai perubahan.Pendapatan dari pekebunan kelapa sawit dirasakan sangat besar bagi masyarakat di desa Asam Jawa.Tingginya
harga minyak kelapa sawit dipasar dunia membawa dampak terhadap petani kelapa sawit dalam hal tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Hingga ketika pada tahun 1986
terjadi pemekaran wilayah kecamatan pada tahun 1996 yaitu Kecamatan Kota Pinang terbagi menjadi 2, yaitu munculnya Kecamatan Torgamba membuat sebagian lahan
perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa menjadi kepemilikan wilayah Kecamatan Kota Pinang. Hal itu menyebabkan berkurang drastisnya lahan
perkebunan di desa Asam Jawa oleh karena pemekaran wilayah tersebut.
5.1 Saran