Sejarah Berdirinya Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Asam Jawa.

24 BAB III PERLUASAN LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI DESA ASAM JAWA

3.1 Sejarah Berdirinya Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Asam Jawa.

Sejak diperkenalkannya komoditi sawit di Indonesia, perkembangan komoditas ini mengalami pasang surut dalam perjalanannya. Waktu diperkenalkannya bibit sawit di tahun 1848 yang awal penanaman bibitnnya di kebun Raya Bogor berjumlah empat bibit, perkembangan komoditi kelapa sawit ini juga melalui beberapa fase perjalanan waktu dimana dimulai pada masa kolonialisme hingga masa kemerdekaan Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang hingga pemerintahan orde lama, komoditas ini seakan mati suri dan penanaman komoditi ini hampir tidak terlihat lagi perannya di Indonesia. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai dikembangkan lagi pada tahun 1966 17 yang awalnya luas areal lahan perkebunan pada saat itu adalah 119.500 hektar dengan total produksi minyak mentahnya berjumlah 189.000 ton per tahun. 18 17 Soehardjo, dkk, Op.cit hal. 1. 18 Muh. Mustafa Hadi, Teknik Berkebun Kelapa Sawit, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2004, hal. 2. Sejak masa itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Menggalakkan pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia merupakan kebijakan pemerintahan rezim Orde Baru yang dipimpin 25 olehPresiden Soeharto dalam rangka untuk memberikan lapangan pekerjaan yang luas dan menambah pendapatan devisa negara. Hal itu dikarenakan pada masa itu kebutuhan akan minyak nabati dunia sangat besar, sehingga permintaan terhadap minyak goreng dari kelapa sawit juga meningkat. Banyaknya permintaan akan minyak goreng dari kelapa sawit ini dianggap pemerintah dapat menjadi sektor strategis pendapatan devisa negara utama. Melalui program pelitanya, tepatnya pada masa pelita ke I 1969 Presiden Soeharto mulai melakukan kebijakan dengan menginstruksikan perusahaan- perusahaan milik pemerintahan untuk melakukan pembukaan lahan yang masih berupa hutan untuk dikonversi 19 menjadi perkebunan milik rakyat, yang kemudian perusahaan-perusahaan milik pemerintah ini mulai melakukan pengembangan terhadap komoditi kelapa sawit untuk dijadikan perkebunan besar. 20 Pola yang dilakukan perusahaan-perusahaan tersebut dikenal dengan pola PIR Perusahaan Inti Rakyat.Pola ini merupakan pola yang pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia dalam mengembangkan perkebunan besar yang dapat dikelola oleh rakyat.Pola ini mulai dirancang pada tahun 19741975 yang diperkenalkan dengan proyek NES 21 PIR-BUN di daerah yang telah menjadi perkebunan. 22 19 Konversi maksudnya adalah pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dari bekas perkebunan tanaman lain maupun hutan. 20 Siti, “Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Desa Batang Pane II Kecamatan Padang Bolak1982-2000” Skripsi S-1 belum diterbitkan , Medan: Departemen Sejarah FIB USU, 2011. 21 NES merupakan singkatan dari Nucleus Estate And Smallholder Development Project yang berarti Pengembangan Perkebunan Besar. Program ini sudh dilaksankan pada tahun 1953 dan tujuan dilakukannya program ini adalah sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan rakyat. Tujuan dari 26 konsep ini adalah untuk memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani dengan cara meningkatkan jumlah produksi hasil usaha taninya dan menambah pendapatan petani. Dalam konsep ini perusahaan milik pemerintah maupun swasta menjadi badan inti yang mengembangkan perkebunan, sedangkan masyarakat dijadikan plasma 23 Perkebunan kelapa sawit yang ada di desa Asam Jawa sudah mulai dilaksanakan pada tahun 1980, pada saat itu orang dari PTP IV peserta dalam proyek PIR tersebut. Dengan dikembangkannya pola tersebut pemerintah berharap akanada kerjasama antara perkebunan besar milik pemerintah atau swasta dengan perkebunan rakyat yang sifatnya sama-sama saling menguntungkan, utuh, dan berkesinambungan. 24 datang ke desa ini untuk melakukan sosialisasi pengembangan kelapa sawit untuk dikelola oleh rakyat sendiri. Dalam konsepnya, perusahaan milik pemerintah tersebut melakukan pola PIR yang mengharuskan perusahaan itu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang penanaman kelapa sawit dan menjadi pembina rakyat dalam mengembangkan perkebunan kelapa sawit yang didirikan perusahaan tersebut. Pengetahuan yang diberikan oleh perusahaan tersebut antara lain: 22 Yan Fauzi, Op.Cit., Hal. 9. 23 Plasma yang dimaksud ini adalah perusahaan inti yang membangun suatu areal wilayah menjadi perkebunan besar tetapi diberikan kepada rakyat untuk dikelola. 24 Sebelumnya perusahaan milik pemerintah tersebut bernama PTP IV dan kemudian berganti nama dengan PTPN III, yang berada di Aek Torop. 27 1. Mengetahui tata cara yang baik dalam melakukan penanaman kelapa sawit. 2. Mengetahui tata cara pemupukan tanaman kelapa sawit. 3. Mengetahui tata cara dalam melakukan pemberantasan hama dan penyakit kelapa sawit. 4. Mengetahui tata cara memanen kelapa sawit. Berdirinya PTP IV Aek Torop 25 tersebut merupakan awal dari perkembangan perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa.Peranan yang sangat sentral dilakukan oleh perusahaan pemerintah tersebut memberikan kemajuan dalam pembukaan lahan hutan maupun melakukan konversi lahan dari komoditi karet menjadi kelapa sawit.Luas areal lahan yang dikembangkan perusahaan milik pemerintah tersebut terbagi atas tiga jenis lahan 26 Awal sebelum munculnya PIR-Bun di desa Asam Jawa, PTP IV tersebut terlebih dahulu mengembangkan pola PIR-Lok Perusahaan Inti Rakyat Lokal di desa Asam Jawa.Pola ini lebih mengutamakan masyarakat lokal dalam mengerjakan lahan perkebunan kelapa sawitnya masing-masing.Namun dalam prakteknya pola ini , luasnya areal tersebut dikarenakan peranan pemerintah yang cukup besar untuk mengembangkan penanaman komoditi tanaman keras tersebut. 25 PTP IVPTPN III ini berdiri pada 6 Juli 1979, yang tepatnya di desa Aek Torop. 26 Lahan-lahan PTP IV yang awal terbentuknya perusahaan tersebut memiliki jenis dan tujuan dari pembukaannya. Jenis-jenis lahan serta luas lahannya yaitu: - Lahan konsesi = 11.000 Ha - Lahan Small HolderPIR = 6000 Ha - Lahan areal AIP = 6.000 Ha 28 memiliki sedikit masalah dalam pengerjaannya, mudahnya masyarakat lokal terserang penyakit ketika membuka lahan memunculkan mitos-mitos yang mengakibatkan para warga di desa tersebut jarang mengikuti pola yang diterapkan perusahaan milik pemerintah tersebut. Melihat kurang berkembangnya perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa yang diusahakan oleh masyarakat lokal, kemudian barulah PTP IV mendatangkan masyarakat-masyrakat dari luar daerah desa Asam Jawa untuk bekerja di lahan yang telah disiapkan perusahaan tersebut, pola ini kemudian berubah nama menjadi PIR- Trans. Datangnya masyarakat transmigrasi dari Tapanuli maupun Jawa tersebut memulai perkembangan kelapa sawit di desa Asam Jawa yang cukup pesat. Hal itu dikarenakan masih banyaknya penduduk lokal yang percaya terhadap mitos-mitos desa tersebut jika membuka lahan dari hutan maka masyarakat disana akan terkena penyakit. Ketika datangnya para transmigrasi dari Tapanuli Utara tersebut, mereka mulai ikut belajar cara menanam kelapa sawit untuk menjadi mata pencaharian utama mereka. Penduduk yang datang dari daerah-daerah diluar kecamatan Kota Pinang tersebut tidak percaya terhadap mitos-mitos yang beredar di desa tersebut, hingga akhirnya masyarakat transmigrasi dari Tapanuli Utara tersebut sukses mengembangkan dan memperluas lahan perkebunan kelapa sawit yang ada di desa Asam Jawa. Oleh karena keberhasilan para transmigran dari Tapanuli Utara tersebut 29 membuka lahan hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit maka masyarakat tersebut di juluki si pengayak begu. 27 Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu melalui intruksi bupati kepada pejabat di desa Asam Jawa pada tahun 1979 mengeluarkan perintah agar setiap perkebunan rakyat yang ada di desa tersebut dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan oleh perusahaan milik pemerintah dan dikelola oleh masyarakat. Hal tersebut dilakukan oleh karena “pemerintah beranggapan pada masa itu banyak lahan yang dimiliki oleh masyarakat tidak menghasilkan panen secara maksimal dari komoditi yang telah ada sebelumnya di desa Asam Jawa.” 28 Masyarakat yang ada di desa Asam Jawa tersebut kemudian mendapatkan dana bantuan yang total bantuannya tidak diketahui jumlahnya, untuk mengembangkan lahannya yang disalurkan dari bank-bank yang dimiliki pemerintah untuk membeli segala keperluan untuk pengembangan kelapa sawit, seperti pupuk, racun untuk membasmi hama, dan hal lainnya. Dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah itu sebenarnya tidak lah diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah. Masyarakat yang telah menanami kelapa sawit tersebut ketika lahan perkebunannya sudah menghasilkan tandan buah segar sawit diwajibkan untuk mengembalikan dana yang diberikan pemerintah sebelumnya. 27 Si pengayak begu menurut kepercayaan masyarakat di desa Asam Jawa berarti orang-orang yang tidak terkena dampak dari kekuatan-kekuatan ghaib sehingga ketika dibukanya lahan hutan menjadi lahan kelapa sawit mereka tidak terkena berbagai macam penyakit yang ditimbulkan oleh kekuatan tersebut. 28 Wawancara dengan Dahlan Harahap, desa Asam Jawa, 10 Mei 2016. 30 Masyarakat membayar dana bantuan tersebut dengan cara mencicil dana tersebut dari hasil panen kelapa sawit yang ditanam. Ketika panen sudah dilakukan, kemudian masyarakat menjual tandan buah segar tersebut kepada PTP IV yang kemudian hasil dari pembayaran kelapa sawit itu dipotong 30 dari hasilnya untuk disetor kepada pemerintah. Selain memberikan dana bantuan, pemerintah melalui perusahaannya memberikan kemudahan bagi masyarakat di desa tersebut, kemudahan-kemudahan yang didapatkan masyarakat adalah: 1. Masyarakat diberi lahan seluas 2 ½ Ha secara cuma-cuma kepada masyarakat untuk ditanami kelapa sawit. 2. Pada awal penanaman kelapa sawit, yang mengelola perkebunan tersebut adalah perusahaan milik pemerintah dari awal tahun penanamannya hingga pohon kelapa sawit berumur 3 tahun dan sudah menghasilkan tandan buah segar. 3. Ketika kelapa sawit tersebut sudah menghasilkan tandan buah segar, maka perusahaan tersebut menyerahkan lahan tersebut kepada masyarakat untuk mengelola sendiri lahannya. Kemudahan dan pengetahuan yang lebih dari cukup yang didapatkan dari pemerintah pada saat itu kemudian di realisasikan oleh masyarakat desa Asam Jawa dengan sangat sukses.Pertumbuhan kelapa sawit di desa Asam Jawa perlahan-lahan berkembang dan semakin luas.Oleh karena perkembangan kelapa sawit yang cukup 31 pesat di desa Asam Jawa, kemudian banyak masyarakat yang melakukan transmigrasi ke desa tersebut untuk mencoba menanami komoditas kelapa sawit tersebut. Kondisi geografis dan klimatologi yang memungkinkan dikembangkannya perkebunan tanaman keras kelapa sawit juga menunjang kemajuan pesat dalam pembangunan perkebunan tanaman keras tersebut. Dengan curah hujan yang cukup berada diantara 1000-1500 mmthn menjadikan daerah desa Asam Jawa lahan yang cocok bagi tanaman keras tersebut untuk bertumbuh dan menghasilkan buah yang baik, desa ini pun juga memiliki topografi berada di ketinggian 750 meter diatas permukaan laut dan memiliki lahan yang mayoritas daerahnya datar. 29 Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor penting dalam menanam tanaman keras kelapa sawit, beberapa jenis tanah yang dikatakan baik untuk dikembangkannya lahan perkebunan kelapa sawit yaitu jenis tanah gambut, alluvial, serta jenis tanah mineral.Desa Asam Jawa yang mayoritas daerahnya merupakan lahan yang berjenis tanah mineral dan sebagian kecilnya merupakan lahan yang berjenis tanah gambut. 30 29 Untuk mengembangkan tanaman keras kelapa sawit dibutuhkan syarat-syarat dalam menanam komditi tersebut, syarat dari penanamannya yaitu: 1. Curah hujan berkisar antara 1000-3000 mmthn 2. Penyinaran matahari antara 5-7 jamhari 3. Suhu udara yang cocok antara 24-32 °C 4. Berada di ketinggian 500 mdpl, namun secara ekonomis kelapa sawit juga dapat menguntungkan bila ditanaman dilahan 400 mdpl. 30 Berdasarkan persyaratan iklim dan tanah di Indonesia, klasifikasi lahan kelapa sawit dapat ditentukan menjadi 4 kelas. Empat kelas laha serta produksinya tersebut sebagai berikut: Kelas I SI : Kesesuaian tinggi produksilebih dari 24 ton TBShatahun Kelas II S2 : Kesesuain sedang produksi antara 19-24 ton TBShatahun Kelas III S3 : Kesesuaian terbatas, produksi antara 13-18 ton TBShatahun 32 Budidaya kelapa sawit yang dilakukan di desa Asam Jawa tersebut memberikan dampak positif yang memberikan kemajuan kepada desa ini. Pembangunan jalan serta jembatan di sungai barumun pada tahun 1984-1986 yang dilakukan pihak perusahaan pengembang dalam hal ini pemerintah dan perusahaan milik pemerintah yang berperan memberikan jalur baru untuk masuk ke desa Asam Jawa sehingga memudahkan transportasi darat untuk melintas dengan mudah hingga sampai ke desa Asam Jawa. Adanya fasilitas jalan serta jembatan yang dibangun pada saat itu membuat banyak orang-orang dari daerah lain masuk ke desa Asam Jawa untuk membangun pemukiman dan ikut bercocok tanam kelapa sawit. Setelah adanya pembangunan fasilitas itu kemudian pola PIR-Lok tersebut berubah menjadi pola PIR-Bun, dimana pola ini lebih banyak menguntungkan pihak- pihak yang memiliki modal besar untuk mendapatkan lahan lebih luas.Masyrakat yang dulunya di fokuskan untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit kemudian beralih kepada orang-orang yang mempunyai kekuasaan dan modal yang besar untuk melakukan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit yang baru.Biasanya masyarakat mengenal orang-orang tersebut sebagai ‘petani berdasi 31 ’. Kelas IV S4 : Tidak ssesuai, produksi dari 12 ton TBShatahun. Desa Asam Jawa berada di pembagian kelas yang ke-2 kesesuaian sedang produksi antara 19- 24 ton TBShatahun, namun faktor dari pengelolaan budidaya yang baik serta pemilihan bibit-bibit kelapa sawit yang unggul dapat juga menentukan hasil dari produksi kelapa sawit tersebut. 31 Petani berdasi maksudnya ialah petani yang memiliki pendidikan yang tinggi serta memiliki kekuasaan serta modal yang besar untuk membuka lahan baru. 33 Tabel. 4 Perkembangan luas lahan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Kota Pinang Tahun Luas Ha 1991 59.435 1992 29.450 1993 39.822 1994 13.275 1995 13.312 1996 10.883 Sumber: Labuhan Batu Dalam Angka Tahun 1998. Tabel diatas menunjukkan perkembangan perluasan kebun kelapa sawit di Kecamatan Kota Pinang mengalami kemunduran dimana dari tahun 1991 hingga tahun 1998 kebun kelapa sawit semakin menyempit luas lahannya. Tahun yang paling drastis mengalami penurunan tersebut berada di tahun 1997 hingga 1998. Penurunan jumlah luas lahan tersebut belum dapat dipastikan masalah apa yang mengakibatkannya terjadi. Berdasarkan analisa yang penulis dapat hal itu dikarenakan adanya pemekaran yang terjadi di desa Asam Jawa tersebut yang mengakibatkan desa Asam Jawa terpisah dari kecamatan Kota Pinang dan tergabung kedalam Kecamatan Torgamba.Akibat dari pemekaran tersebut luas lahan perkebunan kelapa sawit menjadi tidak jelas perkiraan batas-batas wilayahnya pada saat itu. 34

3.2 Budidaya Kelapa Sawit