Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Desa Asam Jawa Kecamatan Kota Pinang 1980-1996

(1)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Dahlan Harahap Umur : 65 tahun

Pekerjaan : Mantan Sekdes Desa Asam Jawa periode 1977-1980

2. Nama : Ali Borkat Hasibuan Umur : 45 tahun

Pekerjaan : Kepala Desa Asam Jawa Periode 2014- sekarang

3. Nama : Kasmuri Umur : 68 tahun

Pekerjaan : Mantan Pemanen Kelapa Sawit

4. Nama : Sukimin Umur : 63 Tahun

Pekerjaan : Karyawan Pabrik

5. Nama : Amalan Siregar Umur : 65 tahun


(2)

6. Nama : Sukardi Umur : 46 tahun

Pekerjaan : Karyawan Pabrik

7. Nama : Berlian Silitonga Umur : 50 tahun

Pekerjaan : PNS Desa Asam Jawa

8. Nama : Eli Sitorus Umur : 55 tahun Pekerjaan : Wiraswasta


(3)

LAMPIRAN

1. Peta Desa Asam Jawa Tahun 2006


(4)

2. Kantor Kepala Desa Asam Jawa

Sumber: Koleksi Pribadi, tahun 2016

3. Bibit kelapa sawit yang masih dalam pollybag, umur tanam 8 dan 2 tahun


(5)

4. Bibit kelapa sawit yang berbuah pasir berumur 3-4 tahun.

Sumber: Koleksi Pribadi, tahun 2016

5. Pohon kelapa sawit berumur 8-9 tahun.


(6)

6. Pemanenan pohon kelapa sawit yang berumur diatas 10 tahun dengan menggunakan egrek.


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arif, Muhamad. Pengantar Kajian Sejarah. Bandung: Yrama Widya. 2011.

Fauzi, Yan, dkk. Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha, dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya. 1992.

Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985.

Hagul, Peter. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta: Rajawali Press. 1992.

Hakim Basyar, A. Perkebunan Besar Kelapa Sawit. Jakarta: CePAS. 1999.

Hugiono & Poerwantana.Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Rineka Cipta. 1992.

Kartohadikoesoemo, Soetardjo. Desa. Jakarta: Balai Pustaka. 1984.

Koetjaraningrat, Masyarakat Desa di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 1984.

Latif, Sjafrul, dkk. Potensi Dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006.

Mustafa Hadi, Muh, dkk. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. 2004.

Sajogyo, Ekologi Pedesaan: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Rajawali, 1987.

Siti.Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Di Desa Batang Pane II Kecamatan Padang Bolak (1982-2000), (skripsi) tidak diterbitkan. Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sejarah. 2011.

Soehardjo, dkk.Vademecum Kelapa Sawit. Sumatera Utara: PTPN IV. 1996.

Sugito.Kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadya. 1997.


(8)

Buku Instansi Negara

_______, Labuhan Batu Dalam Angka 1992. Kantor Statistik Sumatera Utara.

_______, Labuhan Batu Dalam Angka 1993. Kantor Statistik Sumatera Utara.

_______, Labuhan Batu Dalam Angka 1994. Kantor Statistik Sumatera Utara.

_______, Labuhan Batu Dalam Angka 1995. Kantor Statistik Sumatera Utara.

_______, Labuhan Batu Dalam Angka 1996. Kantor Statistik Sumatera Utara.

_______, Labuhan Batu Dalam Angka 1997. Kantor Statistik Sumatera Utara.

_______, Labuhan Batu Dalam Angka 1998. Kantor Statistik Sumatera Utara.

Arsip

Arsip Data Kependudukan Desa Asam Jawa, Penggunaan Lahan, Dan Mata Pencaharian Masyarkat (belum diterbitkan).Kantor Kepala Desa Asam Jawa. 2006.


(9)

BAB III

PERLUASAN LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI DESA ASAM JAWA

3.1 Sejarah Berdirinya Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Asam Jawa.

Sejak diperkenalkannya komoditi sawit di Indonesia, perkembangan komoditas ini mengalami pasang surut dalam perjalanannya. Waktu diperkenalkannya bibit sawit di tahun 1848 yang awal penanaman bibitnnya di kebun Raya Bogor berjumlah empat bibit, perkembangan komoditi kelapa sawit ini juga melalui beberapa fase perjalanan waktu dimana dimulai pada masa kolonialisme hingga masa kemerdekaan Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang hingga pemerintahan orde lama, komoditas ini seakan mati suri dan penanaman komoditi ini hampir tidak terlihat lagi perannya di Indonesia.

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai dikembangkan lagi pada tahun 196617 yang awalnya luas areal lahan perkebunan pada saat itu adalah 119.500 hektar dengan total produksi minyak mentahnya berjumlah 189.000 ton per tahun.18

17

Soehardjo, dkk, Op.cit hal. 1.

18Muh. Mustafa Hadi, Teknik Berkebun Kelapa Sawit, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2004,

hal. 2.

Sejak masa itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Menggalakkan pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia merupakan kebijakan pemerintahan rezim Orde Baru yang dipimpin


(10)

olehPresiden Soeharto dalam rangka untuk memberikan lapangan pekerjaan yang luas dan menambah pendapatan devisa negara. Hal itu dikarenakan pada masa itu kebutuhan akan minyak nabati dunia sangat besar, sehingga permintaan terhadap minyak goreng dari kelapa sawit juga meningkat. Banyaknya permintaan akan minyak goreng dari kelapa sawit ini dianggap pemerintah dapat menjadi sektor strategis pendapatan devisa negara utama.

Melalui program pelitanya, tepatnya pada masa pelita ke I (1969) Presiden Soeharto mulai melakukan kebijakan dengan menginstruksikan perusahaan-perusahaan milik pemerintahan untuk melakukan pembukaan lahan yang masih berupa hutan untuk dikonversi19 menjadi perkebunan milik rakyat, yang kemudian perusahaan-perusahaan milik pemerintah ini mulai melakukan pengembangan terhadap komoditi kelapa sawit untuk dijadikan perkebunan besar.20Pola yang dilakukan perusahaan-perusahaan tersebut dikenal dengan pola PIR (Perusahaan Inti Rakyat).Pola ini merupakan pola yang pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia dalam mengembangkan perkebunan besar yang dapat dikelola oleh rakyat.Pola ini mulai dirancang pada tahun 1974/1975 yang diperkenalkan dengan proyek NES21/PIR-BUN di daerah yang telah menjadi perkebunan.22

19 Konversi maksudnya adalah pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dari bekas

perkebunan tanaman lain maupun hutan.

20

Siti, “Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Desa Batang Pane II Kecamatan Padang Bolak1982-2000” Skripsi S-1 belum diterbitkan , Medan: Departemen Sejarah FIB USU, 2011.

21 NES merupakan singkatan dari Nucleus Estate And Smallholder Development Project

yang berarti Pengembangan Perkebunan Besar. Program ini sudh dilaksankan pada tahun 1953 dan tujuan dilakukannya program ini adalah sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan rakyat.


(11)

konsep ini adalah untuk memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani dengan cara meningkatkan jumlah produksi hasil usaha taninya dan menambah pendapatan petani. Dalam konsep ini perusahaan milik pemerintah maupun swasta menjadi badan inti yang mengembangkan perkebunan, sedangkan masyarakat dijadikan plasma23

Perkebunan kelapa sawit yang ada di desa Asam Jawa sudah mulai dilaksanakan pada tahun 1980, pada saat itu orang dari PTP IV

/peserta dalam proyek PIR tersebut. Dengan dikembangkannya pola tersebut pemerintah berharap akanada kerjasama antara perkebunan besar milik pemerintah atau swasta dengan perkebunan rakyat yang sifatnya sama-sama saling menguntungkan, utuh, dan berkesinambungan.

24

datang ke desa ini untuk melakukan sosialisasi pengembangan kelapa sawit untuk dikelola oleh rakyat sendiri. Dalam konsepnya, perusahaan milik pemerintah tersebut melakukan pola PIR yang mengharuskan perusahaan itu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang penanaman kelapa sawit dan menjadi pembina rakyat dalam mengembangkan perkebunan kelapa sawit yang didirikan perusahaan tersebut. Pengetahuan yang diberikan oleh perusahaan tersebut antara lain:

22Yan Fauzi, Op.Cit., Hal. 9.

23Plasma yang dimaksud ini adalah perusahaan inti yang membangun suatu areal wilayah

menjadi perkebunan besar tetapi diberikan kepada rakyat untuk dikelola.

24 Sebelumnya perusahaan milik pemerintah tersebut bernama PTP IV dan kemudian berganti


(12)

1. Mengetahui tata cara yang baik dalam melakukan penanaman kelapa sawit.

2. Mengetahui tata cara pemupukan tanaman kelapa sawit.

3. Mengetahui tata cara dalam melakukan pemberantasan hama dan penyakit kelapa sawit.

4. Mengetahui tata cara memanen kelapa sawit.

Berdirinya PTP IV Aek Torop25 tersebut merupakan awal dari perkembangan perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa.Peranan yang sangat sentral dilakukan oleh perusahaan pemerintah tersebut memberikan kemajuan dalam pembukaan lahan hutan maupun melakukan konversi lahan dari komoditi karet menjadi kelapa sawit.Luas areal lahan yang dikembangkan perusahaan milik pemerintah tersebut terbagi atas tiga jenis lahan26

Awal sebelum munculnya PIR-Bun di desa Asam Jawa, PTP IV tersebut terlebih dahulu mengembangkan pola PIR-Lok (Perusahaan Inti Rakyat Lokal) di desa Asam Jawa.Pola ini lebih mengutamakan masyarakat lokal dalam mengerjakan lahan perkebunan kelapa sawitnya masing-masing.Namun dalam prakteknya pola ini , luasnya areal tersebut dikarenakan peranan pemerintah yang cukup besar untuk mengembangkan penanaman komoditi tanaman keras tersebut.

25 PTP IV/PTPN III ini berdiri pada 6 Juli 1979, yang tepatnya di desa Aek Torop.

26Lahan-lahan PTP IV yang awal terbentuknya perusahaan tersebut memiliki jenis dan tujuan

dari pembukaannya. Jenis-jenis lahan serta luas lahannya yaitu: - Lahan konsesi = 11.000 Ha

- Lahan Small Holder/PIR = 6000 Ha - Lahan areal AIP = 6.000 Ha


(13)

memiliki sedikit masalah dalam pengerjaannya, mudahnya masyarakat lokal terserang penyakit ketika membuka lahan memunculkan mitos-mitos yang mengakibatkan para warga di desa tersebut jarang mengikuti pola yang diterapkan perusahaan milik pemerintah tersebut.

Melihat kurang berkembangnya perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa yang diusahakan oleh masyarakat lokal, kemudian barulah PTP IV mendatangkan masyarakat-masyrakat dari luar daerah desa Asam Jawa untuk bekerja di lahan yang telah disiapkan perusahaan tersebut, pola ini kemudian berubah nama menjadi PIR-Trans. Datangnya masyarakat transmigrasi dari Tapanuli maupun Jawa tersebut memulai perkembangan kelapa sawit di desa Asam Jawa yang cukup pesat. Hal itu dikarenakan masih banyaknya penduduk lokal yang percaya terhadap mitos-mitos desa tersebut jika membuka lahan dari hutan maka masyarakat disana akan terkena penyakit.

Ketika datangnya para transmigrasi dari Tapanuli Utara tersebut, mereka mulai ikut belajar cara menanam kelapa sawit untuk menjadi mata pencaharian utama mereka. Penduduk yang datang dari daerah-daerah diluar kecamatan Kota Pinang tersebut tidak percaya terhadap mitos-mitos yang beredar di desa tersebut, hingga akhirnya masyarakat transmigrasi dari Tapanuli Utara tersebut sukses mengembangkan dan memperluas lahan perkebunan kelapa sawit yang ada di desa Asam Jawa. Oleh karena keberhasilan para transmigran dari Tapanuli Utara tersebut


(14)

membuka lahan hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit maka masyarakat tersebut di juluki si pengayak begu.27

Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu melalui intruksi bupati kepada pejabat di desa Asam Jawa pada tahun 1979 mengeluarkan perintah agar setiap perkebunan rakyat yang ada di desa tersebut dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan oleh perusahaan milik pemerintah dan dikelola oleh masyarakat. Hal tersebut dilakukan oleh karena “pemerintah beranggapan pada masa itu banyak lahan yang dimiliki oleh masyarakat tidak menghasilkan panen secara maksimal dari komoditi yang telah ada sebelumnya di desa Asam Jawa.”28

Masyarakat yang ada di desa Asam Jawa tersebut kemudian mendapatkan dana bantuan yang total bantuannya tidak diketahui jumlahnya, untuk mengembangkan lahannya yang disalurkan dari bank-bank yang dimiliki pemerintah untuk membeli segala keperluan untuk pengembangan kelapa sawit, seperti pupuk, racun untuk membasmi hama, dan hal lainnya. Dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah itu sebenarnya tidak lah diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah. Masyarakat yang telah menanami kelapa sawit tersebut ketika lahan perkebunannya sudah menghasilkan tandan buah segar sawit diwajibkan untuk mengembalikan dana yang diberikan pemerintah sebelumnya.

27Si pengayak begu menurut kepercayaan masyarakat di desa Asam Jawa berarti orang-orang

yang tidak terkena dampak dari kekuatan-kekuatan ghaib sehingga ketika dibukanya lahan hutan menjadi lahan kelapa sawit mereka tidak terkena berbagai macam penyakit yang ditimbulkan oleh kekuatan tersebut.


(15)

Masyarakat membayar dana bantuan tersebut dengan cara mencicil dana tersebut dari hasil panen kelapa sawit yang ditanam. Ketika panen sudah dilakukan, kemudian masyarakat menjual tandan buah segar tersebut kepada PTP IV yang kemudian hasil dari pembayaran kelapa sawit itu dipotong 30 % dari hasilnya untuk disetor kepada pemerintah.

Selain memberikan dana bantuan, pemerintah melalui perusahaannya memberikan kemudahan bagi masyarakat di desa tersebut, kemudahan-kemudahan yang didapatkan masyarakat adalah:

1. Masyarakat diberi lahan seluas 2 ½ Ha secara cuma-cuma kepada masyarakat untuk ditanami kelapa sawit.

2. Pada awal penanaman kelapa sawit, yang mengelola perkebunan tersebut adalah perusahaan milik pemerintah dari awal tahun penanamannya hingga pohon kelapa sawit berumur 3 tahun dan sudah menghasilkan tandan buah segar.

3. Ketika kelapa sawit tersebut sudah menghasilkan tandan buah segar, maka perusahaan tersebut menyerahkan lahan tersebut kepada masyarakat untuk mengelola sendiri lahannya.

Kemudahan dan pengetahuan yang lebih dari cukup yang didapatkan dari pemerintah pada saat itu kemudian di realisasikan oleh masyarakat desa Asam Jawa dengan sangat sukses.Pertumbuhan kelapa sawit di desa Asam Jawa perlahan-lahan berkembang dan semakin luas.Oleh karena perkembangan kelapa sawit yang cukup


(16)

pesat di desa Asam Jawa, kemudian banyak masyarakat yang melakukan transmigrasi ke desa tersebut untuk mencoba menanami komoditas kelapa sawit tersebut.

Kondisi geografis dan klimatologi yang memungkinkan dikembangkannya perkebunan tanaman keras kelapa sawit juga menunjang kemajuan pesat dalam pembangunan perkebunan tanaman keras tersebut. Dengan curah hujan yang cukup berada diantara 1000-1500 mm/thn menjadikan daerah desa Asam Jawa lahan yang cocok bagi tanaman keras tersebut untuk bertumbuh dan menghasilkan buah yang baik, desa ini pun juga memiliki topografi berada di ketinggian 750 meter diatas permukaan laut dan memiliki lahan yang mayoritas daerahnya datar.29

Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor penting dalam menanam tanaman keras kelapa sawit, beberapa jenis tanah yang dikatakan baik untuk dikembangkannya lahan perkebunan kelapa sawit yaitu jenis tanah gambut, alluvial, serta jenis tanah mineral.Desa Asam Jawa yang mayoritas daerahnya merupakan lahan yang berjenis tanah mineral dan sebagian kecilnya merupakan lahan yang berjenis tanah gambut.30

29

Untuk mengembangkan tanaman keras kelapa sawit dibutuhkan syarat-syarat dalam menanam komditi tersebut, syarat dari penanamannya yaitu:

1. Curah hujan berkisar antara 1000-3000 mm/thn 2. Penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari 3. Suhu udara yang cocok antara 24-32 °C

4. Berada di ketinggian >500 mdpl, namun secara ekonomis kelapa sawit juga dapat menguntungkan bila ditanaman dilahan <400 mdpl.

30Berdasarkan persyaratan iklim dan tanah di Indonesia, klasifikasi lahan kelapa sawit dapat

ditentukan menjadi 4 kelas. Empat kelas laha serta produksinya tersebut sebagai berikut: Kelas I (SI) : Kesesuaian tinggi produksilebih dari 24 ton TBS/ha/tahun

Kelas II (S2) : Kesesuain sedang produksi antara 19-24 ton TBS/ha/tahun Kelas III (S3) : Kesesuaian terbatas, produksi antara 13-18 ton TBS/ha/tahun


(17)

Budidaya kelapa sawit yang dilakukan di desa Asam Jawa tersebut memberikan dampak positif yang memberikan kemajuan kepada desa ini. Pembangunan jalan serta jembatan di sungai barumun pada tahun 1984-1986 yang dilakukan pihak perusahaan pengembang (dalam hal ini pemerintah dan perusahaan milik pemerintah yang berperan) memberikan jalur baru untuk masuk ke desa Asam Jawa sehingga memudahkan transportasi darat untuk melintas dengan mudah hingga sampai ke desa Asam Jawa. Adanya fasilitas jalan serta jembatan yang dibangun pada saat itu membuat banyak orang-orang dari daerah lain masuk ke desa Asam Jawa untuk membangun pemukiman dan ikut bercocok tanam kelapa sawit.

Setelah adanya pembangunan fasilitas itu kemudian pola PIR-Lok tersebut berubah menjadi pola PIR-Bun, dimana pola ini lebih banyak menguntungkan pihak-pihak yang memiliki modal besar untuk mendapatkan lahan lebih luas.Masyrakat yang dulunya di fokuskan untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit kemudian beralih kepada orang-orang yang mempunyai kekuasaan dan modal yang besar untuk melakukan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit yang baru.Biasanya masyarakat mengenal orang-orang tersebut sebagai ‘petani berdasi31’.

Kelas IV (S4) : Tidak ssesuai, produksi dari 12 ton TBS/ha/tahun.

Desa Asam Jawa berada di pembagian kelas yang ke-2 kesesuaian sedang produksi antara 19-24 ton TBS/ha/tahun, namun faktor dari pengelolaan budidaya yang baik serta pemilihan bibit-bibit kelapa sawit yang unggul dapat juga menentukan hasil dari produksi kelapa sawit tersebut.

31Petani berdasi maksudnya ialah petani yang memiliki pendidikan yang tinggi serta memiliki


(18)

Tabel. 4

Perkembangan luas lahan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Kota Pinang

Tahun Luas (Ha)

1991 59.435

1992 29.450

1993 39.822

1994 13.275

1995 13.312

1996 10.883

Sumber: Labuhan Batu Dalam Angka Tahun 1998.

Tabel diatas menunjukkan perkembangan perluasan kebun kelapa sawit di Kecamatan Kota Pinang mengalami kemunduran dimana dari tahun 1991 hingga tahun 1998 kebun kelapa sawit semakin menyempit luas lahannya. Tahun yang paling drastis mengalami penurunan tersebut berada di tahun 1997 hingga 1998. Penurunan jumlah luas lahan tersebut belum dapat dipastikan masalah apa yang mengakibatkannya terjadi. Berdasarkan analisa yang penulis dapat hal itu dikarenakan adanya pemekaran yang terjadi di desa Asam Jawa tersebut yang mengakibatkan desa Asam Jawa terpisah dari kecamatan Kota Pinang dan tergabung kedalam Kecamatan Torgamba.Akibat dari pemekaran tersebut luas lahan perkebunan kelapa sawit menjadi tidak jelas perkiraan batas-batas wilayahnya pada saat itu.


(19)

3.2 Budidaya Kelapa Sawit 3.2.1 Penanaman

Berbeda dengan penanaman komoditi tanaman karet, penanaman kelapa sawit membutuhkan beberapa langkah-langkah serta pengetahuan yang mencukupi dalam mempersiapkan lahan yang baik hingga pemilihan bibit kelapa sawit yang akan ditanam. Kesalahan dalam mempersiapkan lahan serta pemilihan bibit yang sembarangan dapat menimbulkam masalah untuk jangka waktu yang panjang, seperti ketika pohon kelapa sawit sudah memasuki umur produktif tetapi pohon tersebut tidak menghasilkan tandan buah segar. Pohon-pohon kelapa sawit yang tidak menghasilkan tandan buah segar ketika memasuki usia produktif akan memaksa para petani untuk melakukan replanting dini dan itu akan menimbulkan kerugian yang cukup besar dalam hal material maupun tenaga. Pembukaan lahan memiliki ciri khasnya masing-masing tergantung daerah yang akan di jadikan areal perkebunan.32

Penanaman kelapa sawit memerlukan beberapa aspek teknis dalam membudidayakannya.Hal itu dikarenakan budidaya kelapa sawit membutuhkan kecermatan dan mengikuti teknis dari penanamannya karena dapat mempengaruhi perkembangan pohon dari kelapa sawit tersebut.Seperti halnya membuat lubang untuk penanaman kelapa sawit tersebut, sebaiknya dilakukan pada waktu 2-3 bulan sebelum dilakukannya penanaman. Hal itu berguna ketika daerah yang ditanami bibit kelapa sawit mengandung tanah liat jika penanamannya dilakukan di musim

32Sugito, Kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran, Jakarta:


(20)

penghujan akan membuat air tergenang dan hal tersebut akan menggangu dalam proses penanaman. Lain halnya ketika dilakukan pada tanah yang gembur tidak akan menimbulkan masalah dalam penanamannya. Ukuran yang dipakai untuk membuat lubang memiliki variasnya masing-masing sesuai dengan umur bibit yang akan ditanam, ukuran-ukurannya yang dipakai antara lain :

- 45 cm x 45 cm x 40 cm - 60 cm x 60 cm x 50 cm - 60 cm x 60 cm x 60 cm

Penanaman bibit kelapa sawit juga harus melihat dari berapa usia bibitnya, jika terlalu cepat penanaman bibit kelapa sawit dilakukan akan membuat bibit tersebut rusak dan tidak dapat berkembang (mati). Menyangkut penanaman bibit kelapa sawit, keadaan iklim sudah tentu mempengaruhi perkembangan dari bibit itu sendiri. Iklim yang baik akan mempercepat laju pertumbuhan bibit sehingga dalam proses penanamannya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk pohon menghasilkan buat, begitu juga sebaliknya iklim yang tidak baik dapat membuat laju pertumbuhan bibit menjadi lambat bahkan dapat terhenti atau bibit mengalami kerusaka/kematian. Ketika iklim sedang berada dalam keadaan tidak mengalami banyak curah hujan akan memudahkan dalam proses penanamannya, hal tersebut dikarenakan jika curah hujan terlalu banyak akan membuat lubang yang telah dibuat sebelumnya akan tergenang air sehingga menyulitkan petani untuk menaruh bibit tersebut kedalam lubang yang telah dibuat.


(21)

Pembibitan kelapa sawit sendiri juga harus memperhatikan teknis dalam penanamannya. Apabila salah dalam melakukan pembibitan akan mengakibatkan masalah yang fatal untuk bibit itu sendiri. Dalam pembibitan sendiri, pembibitan dengan menggunakan pollybag merupakan pembibitan yang paling menguntungkan bagi petani sebelum dipindahkan ke lahan yang luas. Dengan melakukan pembibitan cara ini memudahkan para petani dalam mengawasi , memelihara, memumpuk, serta memberantas hama yang menyerang. Pembibitan dengan menggunakan pollybag ini dapat membuat bibit yang telah ditanam mencapai target sehingga dapat dipindahkan dari pollybag ke lahan yang telah disiapkan sebelumnya.

Penyeleksian terhadap bibit yang akan ditanam juga menjadi faktor penting dalam penanaman bibi kelapa sawit.33

33Sugito, Op.Cit. hal. 45-52

Masyarakat desa Asam Jawa mayoritas menggunakan bibit yang berjenis marihat, banyaknya pemilihan bibit jenis marihat ini dikarenakan jenis tanah yang ada di desa Asam Jawa merupakan jenis tanah mineral yang dimana bibit yang berjenis marihat dapat bertumbuh dengan baik dan menghasilkan TBS dengan maksimal. Umur bibit yang cocok untuk dilakukan pemindahan dari proses budidaya ke tanah adalah berkisar 12-14 bulan. Hal itu dikarenakan bibit yang dipindahkan kurang dari 6 bulan tidak tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Dan ketika proses pemindahannya melebihi waktu juga akan membuat bertambahnya biaya penanaman dan watktu penanaman menjadi lama untuk pohon menghasilkan tandan buah segar.


(22)

Waktu yang tepat untuk melakukan penanaman kelapa sawit sebenarnya ketika sedang memasuki musim hujan, hal tersebut dikarenakan komoditi yang satu ini merupakan tanaman yang banyak menghabiskan air ketika pertumbuhannya.Minimal 10 hari setelah penanaman dilakukan, setidaknya hujan harus dapat turun secara berturut-turut.Musim penghujan yang ada di Indonesia terjadi ketika memasuki bulan September hingga Februari, oleh karena itu pada bulan-bulan itulah penanaman kelapa sawit paling cocok untuk dilakukan.

Namun walaupun sedang dalam masa musim penghujan, juga harus diperhatikan cara penanamannya agar ketika bibit-bibit yang telah ditanami tersebut tidak mati akibat kebanyakan pasokan air yang datang (seperti terkena banjir) serta tidak juga kekurangan air diawal-awal penanamannya. Cara untuk mengantisipasi keadaan seperti itu jika terjadi adalah membuat irigasi yang baik agar pengairan dapat terus terjaga secara berkesinambungan.

Penanaman kelapa sawit dalam prakteknya mempunyai ketentuan-kententuan ketika mulai memindahkan bibit-bibit dari polybag langsung ke tanah.Ketentuan-ketentuan tersebut berguna untuk memaksimalkan lahan agar bibit yang ditanam jumlahnya lebih maksimal dan tidak ada lahan yang terbuang sia-sia. Ada berbagai macam bentuk yang digunakan perusahaan maupun masyarakat untuk menanami kelapa sawitnya, namun cara yang digunakan yang paling efektif dari segi eknomisnya ialah penanaman yang berbentuk segitiga sama sisi dengan jarak tanam antara satu pohon dengan pohon yang lain berjarak 9 m untuk tanah yang keadaan datar dan 8.7 m untuk keadaan tanah yang bergelombang. Jenis penanaman tersebut


(23)

menguntungkan dikarenakan dapat memuat pohon samapai berjumlah 143 untuk tiap hektarnya.Kontur tanah yang ada di desa Asam Jawa pada umumnya memiliki lahan yang datar dan hanya sebagian kecil jumlah lahan yang keadaannya bergelombang ataupun curam.Oleh karena kontur tanah yang sangat baik tersebut masyarakat dapat dengan menanam jumlah bibit yang maksimal. Dengan maksimalnya penanaman tersebut maka akan berdampak terhadap jumlah tandan buah segar yang banyak dan itu berbanding lurus dengan jumlah pendapatan dari penjualan tandan buah segar kepada pabrik-pabrik.

Penanaman kelapa sawit sendiri pada umumnya membutuhkan waktu 3-5 tahun untuk menghasilkan tandan buah segar dari sejak mulai penanamannya. Untuk menghadapai masa-masa itu banyak petani mengisi lahan perkebunannya dengan tanaman-tanaman sela yang umur penanamannya dalam jangka yang pendek34

34

Jenis-jenis tanaman sela yang cocok ditanama di dalam perkebunan kelapa sawit yaitu: jenis tanaman palawija dan sayur-sayuran, seperti ketela pohon, ketela rambat, talas, jagung, kacang tanah, kedelai, kacang panjang, kecipir, selain itu dapat juga ditanami beberapa tanaman keras seperti kopi cokelat, dan randu.

. Penanaman tanaman sela tersebut biasanya digunakan untuk menutupi dari biaya perawatan penanaman kelapa sawit selama belum menghasilkan tandan buah segar tersebut. Hasil dari panen tanaman sela tersebut dapat dijual lagi kepada toke-toke maupun penjual di pasar yang bergadang dari hasil panen tanaman-tanaman sela tersebut. Namu disisi lain penanaman tanaman sela ini juga harus diperhatikan, sebab kemungkinan tanaman-tanaman sela yang telah ditanam dapat mengakibatkan terganggu bahkan kerusakan terhadap pertumbuhan pohon-pohon kelapa sawit yang telah ditanam sebelumnya. Hal yang dapat mengakibatkan terganggu atau bahkan


(24)

rusaknya tanaman pokok yang diakibatkan tanaman sela adalah akar tanaman sela terkadang dapat menjalar ke akar tanaman pokok tersebut yang berdampak kurang maksimalnya hasil-hasil tandan buah segar dari tanaman kelapa sawit.

3.2.2 Perawatan Tanaman Kelapa Sawit

Mengembangkan perkebunan kelapa sawit memiliki suka duka dalam proses penanamannya sendiri. Jika tidak memiliki pengetahuan tentang perawatan tanaman yang cukup dalam proses penanaman komoditi ini dapat menimbulkan beberapa masalah jangka pendek maupun jangka panjangnya. Perlunya perawatan tanaman yang disiplin diawal-awal penanaman akan menentukan kualitas dari hasil bibit kelapa sawit itu sendiri. Pada masa awal penanaman kelapa sawit, komoditi ini membutuhkan perawatan serta perhatian yang ekstra dari para pemiliki lahan yang mengusahakannya. Hal tersebut dikarenakan komoditi ini rentan terkena penyakit yang disebabkan berbagai macam gulma atau tanaman liar serta hama yang mengganggu proses perkembangan tanaman.

Penduduk desa Asam Jawa biasanya melakukan pemeliharaan terhadap pohon kelapa sawit yang meliputi penyiangan, pemupukan, pemangkasan, serta perlindungan terhadap hama dan penyakit. Perawatan yang dilakukan tersebut sagat berguna untuk pertumbuhan pohon itu sendiri.


(25)

Pemberantasan terhadap gulma dan hama yang menyerang pohon harus dilakukan secara terus-menerus agar tidak menyerang bibit maupun yang telah jadi pohon. Ada beberapa cara dalam memberantas gulma-gulma yang menyerang tanaman kelapa sawit, diantaranya ialah; pemberantasan secara mekanis, pemberantasan ini lebih menggunakan alat dan tenaga secara langsung. Cara kerja dari pemberantasan ini adalah dengan melakukan penyiangan dibagian piringan kelapa sawit secara bersih tanpa meninggalkan satu pun rumput yang tersisa.Setelah melakukan penyiangan dibagian piringan pohon, kemudian dilakukan pemberantasan gulma dengan membabat alang-alang diseluruh bagian lahan yang ditanami kelapa sawit.

Pemberantasan gulma dan hama tidak hanya dapat dilakukan dengan cara mekanis saja, ada juga cara lain yang dapat dilakukan untuk memberantasnya. Cara yang kedua menggunakan bahan-bahan kimia atau herbisida dalam prakteknya.Bahan-bahan kimia itu seperti rondup. Tujuan dari cara ini sebenarnya sama dengan cara mekanis yang telah dijelaskan sebelumnya, namun ada perbedaan dari cara menggunakan bahan-bahan kimiwa tersebut. Selain dapat mengurangi beban tenaga yang dikeluarkan, proses pemberantasan gulma dengan cara ini lebih cepat dan efektif sehingga tidak memerlukan pengeluaran biaya yang berlebih. Setidaknya pemberantasan gulma itu harus dilakukan 5-6 kali dalam tahun pertama penanaman dengan melihat keadaan kondisi lahan. Untuk pemberantasan hama juga memiliki bahan kimia tersendiri yang digunakan, bahan-bahan kimia tersebut antara lain;


(26)

pestisida yang jenisnya fungisida, insektisida, nematisida, akarisida, dan lain sebagainya.

Pemberian pupuk merupakan salah satu perawatan yang vital dilakukan untuk menunjang perkembangan bibit menjadi pohon kelapa sawit yang menghasilkan tandan buah segar. Fungsi pemupukan ialah menambah ketersediaan unsur hara didalam tanah yang dapat membuat tanaman menyerap dari unsure tersebut sesuai kebutuhan pohon. Pemberian pupuk secara teratur dan berkesinambungan dapat membuat bibit tumbuh dengan baik dan bahkan dapat membuat pohon menghasilkan tandan buah segar secara maksimal dan berkualitas baik. Namun pemupukan ini mempunyai aturannya sendiri, pemupukan secara berlebihan juga dapat membuat pertumbuhan pohon bahkan dapat mematikan pohon.Oleh karena itu pemupukan terhadap pohon kelapa sawit harus dilakukan hanya dua kali saja dalam setahun yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan.

Pemupukan dan pemberantasan gulma merupakan beberapa tahap yang dilakukan untuk merawat tanaman keras kelapa sawit ini.Setidaknya ada beberapa tahap lagi yang harus dilakukan secara rutin dan disiplin untuk merawat tanaman komoditi keras tersebut.Penunasan ataupun pemangkasan pelepah-pelepah yang sudah tua yang ada di pohon kelapa sawit juga merupakan hal yang penting dilakukan. Tujuan dari kegiatan ini antara lain:


(27)

- Dapat membantu proses pembesaran buah dan kehilangan brondolan buah yang terjepit pada pelepah daun,

- Memudahkan para pemanen dalam memanen tandan buah segar, - Mengurangi perkembangan hama penyakit,

- Serta memberikan kebersihan pada kebun kelapa sawit.

Alat yang digunakan untuk penunasan ini biasanya dengan alat dodos, egrek ( arit yang diikatkan ke bambu yang panjang) ataupun kampak petik. Sistem dari penunasan ini memiliki rotasi waktu sama halnya seperti pemupukan yang telah dijelaskan tadi. Namun ada perbedaan dari rotasi pemupukan dengan penunasan tersebut, jika pemupukan dilakukan hanya dua kali dalam setahun, proses penunasan ini memiliki rotasi waktu yang cukup lama berdasarkan umur pohon sawit. Pada waktu pohon masih muda dan belum menghasilkan tandan buah segar, penunasan dilakukan dalam rentang waktu enam bulan sekali yaitu pada urutan lingkaran pelepah yang kedua terbawah dan untuk pohon yang sudah memasuki umur menghasilkan penunasan dilakukan dalam rentang waktu delapan bulan dan penunasannya pada urutan dua terbawah lingkaran pelepah.

3.2.3 Tata Cara Panen dan Penggunaan Tenaga Kerja

Pada dasarnya tujuan dari penanaman kelapa sawit adalah untuk mendapatkan tandan buah segar dari pohon kelapa sawit untuk dijadikan berbagai macam barang ekspor35

35Barang ekspor tersebut seperti minyak sawit dan minyak inti sawit.


(28)

tandan buah segar ketika umur pohon memasuki tahun keempat dan kelima. Ketika pohon telah memasuki umur menghasilkan maka tahap selanjutnya adalah pemanenan untuk mengambil tandan buah segar dari pohonnya. Tata cara panen yang baik dan benar juga dibutuhkan dalam pengerjaannya untuk menghasilkan tandan buah segar yang memiliki kualitas dan kandungan minyak yang maksimal.

Ada beberapa cara yang digunakan untuk memanen tandan buah segar dari pohon kelapa sawit. Tata cara pemanenan yang baik dan benar ialah

a. Pada waktu pohon memiliki ketinggian 2-5 m cara panen yang digunakan dengan alat kapak siam.

b. Pada waktu pohon memiliki ketinggian 5-10 m cara panen yang digunakan dengan alat dodos.

c. Pada waktu pohon memiliki ketinggian lebih dari 10 m cara panen digunakan alat arit yang disambungkan ke bambu yang panjang (alat ini lebih dikenal dengan egrek.

Pada saat proses pemanenan kelapa sawit, masyarakat biasanya melakukan pemanenan kelapa sawit dalam rentang waktu dua minggu sekali. Waktu dalam pemanenan itu dikenal dengan sistem rotasi.Sistem rotasi dalam pemanenan kelapa sawit sangat penting untuk menjaga hasil panen yang optimal.Masyarakat desa Asam Jawa biasanya memanen kelapa sawit dalam sebulan minimal dua kali. Proses itu dilakukan karena setiap satu hektar lahan perkebunan kelapa sawit yang berisi 144 pohon (lahan dalam kondisi topografi yang normal) tidak langsung semua


(29)

menghasilkan TBS yang siap panen. Menurut perhitungan setiap pohon maksimal menghasilkan 2 buah segar yang siap dipanen dalam waktu 2 minggu sekali.

Kondisi iklim dan cara perawatan sangat menentukan hasil panen kelapa sawit. Melihat dari tiap bulan, penyebaran buah di pohon kelapa sawit biasanta tidak menentu. Ada beberapa kejadian pada panen kelapa sawit dimana tiba-tiba buah kelapa sawit sangat banyak jumlahnya dalam sekali panen36

Membahas tentang cara memanen yang baik tidak terlepas dari para tenaga kerja yang memanen kelapa sawit. Penggunaan tenaga kerja di desa Asam Jawa dalam usaha perkebunan kelapa sawit terbagi dua jenis yaitu tenaga upahan dan tenaga kerja dari keluarga. Pembukaan lahan kelapa sawit mulai dari persiapan lahan, mulai berproduksi, hingga sampai masa re-planting (peremajaan), semua proses itu , ketika itu terjadi biasanya para pemanen akan mengalami masa-masa sulit.

Pemanenan dengan cara yang benar merupakan salah satu faktor yang membuat pohon menghasilkan TBS yang berkualitas. Perhitungan dalam setiap satu hektar lahan kelapa sawit, umumnya para pendodos dapat menurunkan buah dari pohon seberat 1000-1500 kg/ 1-1,5 ton TBS. Untuk tiap hektarnya belum tentu semua pohon menghasilkan TBS, karena ada beberapa kejadian pada masa panen ada pohon yang sama sekali tidak mengeluarkan buah. Rata-rata berat kelapa sawit yang diturunkan pemanen biasanya bobotnya berkisar antara 25-50 kg/buah.

36Dalam kondisi seperti ini, biasanya masyarakat menyebutnya dalam keadaan buah lagi trek,

masalah ini terjadi biasanya pada waktu pohon lagi masa awal-awal produktif dan menghasilkan buah pasir.Umumnya kondisi ini terjadi setiap 6 bulan sekali.


(30)

membutuhkan tenaga kerja. Kedua jenis tenaga kerja tersebut masing-masing memilik kelemahan dan keunggulannya masing-masing.

Tenaga kerja keluarga merupakan pekerja yang berasal dari keluarga pemilik kebun sendiri yang sanggup menanam, merawat, serta memanen perkebunannya sendiri. Keunggulan menggunakan tenaga kerja dari keluarga sendiri salah satunya dari sisi pembiayaan pekerja, dengan menggunakan pekerja dari keluarga sendiri secara otomatis akan menekan biaya yang keluar dari perawatan kebun dan membuat keuntungan semakin besar.

Cara pemanenan dari tenaga keluarga ini biasanya lebih mengedepankan perawatan pohon kelapa sawitnya sendiri.Mereka biasanya memanen kelapa sawit mengikuti sistem yang ada tanpa memaksa untuk menurunkan buah sebanyak-banyaknya. Memanen dengan cara memaksa menurunkan buah yang belum matang akan mengakibatkan tingkat kesuburan dari pohon kelapa sawit menurun.

Berbeda dengan tenaga kerja upahan, penggunaan tenaga kerja upahan pada perkebunan kelapa sawit ini membutuhkan biaya lebih untuk perawatan maupun pemanenan kelapa sawit.Pada umumnya para pemanen upahan ini ada yang menggunakan cara-cara memaksa pemanenan buah.Pemaksaan pemanenan itu dilakukan supaya para pemanen upahan tersebut menghasilkan buah lebih banyak dan mendapat upah yang lebih besar.Perhitungan upah pendodos di desa Asam Jawa didapat berdasarkan dari jumlah bobot kelapa sawit yang berhasil


(31)

diturunkannya.Maka dari itu sering terjadi para pemanen memaksa menurunkan buah agar mendapatkan untung yang lebih besar.

Tujuan dari penggunaan tenaga kerja ini karena si pemilik kebun tidak sanggup mengerjakan lahannya dengan keluarga sendiri oleh karena alas an tertentu seperti luas lahan yang sangat lebar atau yang lain sebagainya. selain daripada itu alasan lain dari penggunaan tenaga kerja upahan tersebut karena si pemilik perkebunan mempunyai profesi ganda seperti pedagang, pengusaha, maupun sebagai pns. Menurut kasmuri, para pemanen upahan seperti dia banyak digunakan oleh pemilik kebun untuk mulai membuka lahan perkebunan kelapa sawit.37

3.2.4 Pemasaran Buah

Selain para pemanen tersebut kerja untuk pemilik kebun, mereka juga ada yang bekerja untuk perusahaan-perusahaan swasta.Pekerjaan ganda tersebut dilakukan untuk menambah pemasukan para pemanen kelapa sawit tersebut.

Mulainya pembangunan kelapa sawit di desa Asam Jawa membawa angin segar terhadap masyarakat di desa Asam Jawa. Adanya pengembangan perkebunan kelapa sawit membuat masyarakat mendapatkan mata pencaharian baru untuk biaya hidup mereka.Mata pencaharian yang berkembang setelah adanya perkebunan kelapa sawit tersebut ialah toke atau seorang yang memiliki modal untuk membeli buah sawit yang dipanen oleh masyarakat. Biasanya para toke ini juga memiliki lahan yang luas dari masyarakat biasanya.


(32)

Sistem kerja dari toke ini adalah mereka membeli hasil dari panen kelapa sawit masyarakat yang kemudian mereka menjual kembali hasil-hasil panen tersebut kepada pabrik yang mengolah TBS. Pembelian yang dilakukan oeh para toke ini biasanya memiliki perbedaan harga dari mereka membeli di masyarakat dan menjualnya kembali ke pabrik. Harga yang dipatok para toke tersebut biasanya lebih murah ketika mereka menjual lagi ke pabrik pengolahan, itu dilakukan para toke ini untuk mengambil keuntungan dari bisnisnya tersebut.

Ada dua jenis toke yang ada di desa Asam Jawa, yaitu toke besar dan toke kecil. Perbedaan dari keduanya ini terletak pada modalnya. Umumnya toke kecil bekerja dengan cara buah-buah yang dijual kepadanya tidak langsung dibayar tunai pada saat itu juga. Para toke kecil ini hanya menimbang buah yang disetor kemudian dia menjual lagi buah itu ke KUD yang ada di desa Asam Jawa dan kemudian KUD tersebutlah yang langsung menjual ke pabrik pengolahan kelapa sawit. Dari hasil penjualan buah tersebutlah kemudian toke kecil ini membayarkan buah sesuai hasil penimbangan yang sebelumnya telah dilakukan.

Adanya para toke kelapa sawit ini tidak diketahui kapan mulai munculnya. Menurut perkiraan awal tahun 1990 para toke kelapa sawit ini mulai banyak bermunculan di desa Asam Jawa.38

38Wawancara dengan Amalan Siregar, 11 Mei 2016.

Awal pemasaran kelapa sawit di desa Asam Jawa ini tidak langsung serta merta memunculkan para toke tersebut.Penyetoran buah sawit dilakukan masyarakat langsung ke pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di desa Asam Jawa.Penyetoran itu dilakukan karena sistem PIR yang diterapkan perusahaan


(33)

pembangun perkebunan di desa Asam Jawa mewajibkan masyarakat harus menjual hasil panennya langsung kepada pabrik yang telah ditetapkan sebelumnya.Kewajiban itu dilakukan karena ada perjanjian dari perusahaan pengembang dengan masyarakat karena masyarakat harus membayar kredit lahan yang telah diberikan perusahaan tersebut kepada masyarakat.

Barulah ketika sistem kredit yang diwajibkan perusahaan pengembang telah lunas maka muncul lah para toke-toke kelapa sawit di desa Asam Jawa. Keuntungan dan kerugian juga sering dilanda para toke ini. Harga kelapa sawit yang terkadang tidak menentu dapat membuat para toke ini kebingungan untuk menutupi biaya transportasi untuk pengangkutan buah. Maka dari itu para toke ini menerapkan harga mengikuti harga dari pabrik pengolahan, ketika harga sawit turun maka para toke juga menurunkan harga begitu juga sebaliknya jika harga buah naik. Akibat dari dampak tidak stabilnya harga tersebut mengakibatkan para pemilik kebun juga terkadang mengalami kesulitan dalam hal biaya untuk menutupi para pemanen ataupun untuk perawatan kebun.

Biasanya para toke ini memiliki pekerja sendiri untuk membantu usahanya tersebut. Para pekerja tersebut biasanya mengurusi hal-hal yang pekerjaannya dilapangan seperti mengangkut buah, menimbang buah, serta menyetorkan buah ke pabrik. Jarang sekali para toke tersebut terlibat langsung bekerja di lapangan. Untuk masalah pembayaran biasanya masyarakat langsung datang ke rumah si toke tersebut dengan menunjukkan bukti timbangan yang dilakukan pekerjanya sebelumnya


(34)

kemudian toke tersebut langsung membayar cash sesuai jumlah timbangan yang dicatat.

Berdirinya beberapa pabrik swasta di desa Asam Jawa juga memberi dampak yang menguntungkan bagi para toke maupun petani.Banyaknya pendirian perusahaan kelapa sawit tersebut memberikan persaingan harga kelapa sawit yang ketat sehingga membuat harga sawit di desa Asam Jawa itu menjadi sangat tinggi. Tingginya harga sawit tersebut karena para toke tidak lagi mengeluarkan biaya transportasi yang besar untuk mengangkut buah dari tempat pengambilan menuju pabrik pengolahan. Oleh karena kecilnya biaya transportasi tersebut pemotongan biaya penjualan kelapa sawit itu menjadi sedikit dan membuat harga kelapa sawit melambung tinggi.

Berdirinya banyak perusahaan swasta di desa Asam Jawa membawa dampak kemajuan sistem pemasaran bagi masyarakat di desa Asam Jawa.Bersaingnya harga-harga penjualan kelapa sawit tersebut menunjang kesejahteraan para pemilik kebun.Permainan harga yang dilakukan para toke-toke nakal yang membuat kerugian terhadap petani semakin berkurang oleh adanya perkebunan swasta tersebut.Melalui organisasi yang dibentuk masyarakat, mereka mulai membuat Koperasi Unit Desa.Fungsi dari koperasi ini adalah untuk membuat transparansi informasi tentang segala hal yang berhubungan dengan kelapa sawit terkhususnya untuk harga penjualan kelapa sawit.Selain itu, KUD ini berfungsi juga untuk mengatasi masalah-masalah seputar kelapa sawit dimulai dari penanaman, perawatan, dan lain sebagainya.


(35)

Walaupun sudah berdirinya organisasi yang dapat menguntungkan para petani kelapa sawit, tetapi masih ada saja terjadi masalah-masalah yang dapat membuat rugi para petani kelapa sawit.Para pemilik kebun kelapa sawit tidak semuanya memiliki fasilitas-fasilitas untuk menunjang perkembangan lahan sawit miliknya. Sering pemilik kebun yang memiliki keterbatasan fasilitas dana maupun alat memasrahkan hasil panennya kepada para toke tersebut. Akibat terlalu percaya para petani terhadap toke tersebut sering dimanfaatkan toke-toke untuk memainkan harga penjualan kelapa sawit masyarakat yang tidak berdaya.Harga-harga sawit diturunkan dengan seenaknya dengan berbagai alasan untuk menjatuhkan harga penjualan kelapa sawit dari para pemilik kebun. Meskipun para pemilik kebun mengetahui bahwa harga sawit mereka telah dipermainkan para toke, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Hal itu dikarenakan mereka membutuhkan alat transportasi yang memadai untuk mengangkut buah sawit dari tempat pemanenan secepatnya agar sawit tidak busuk dan tidak dapat dijual.

Memasuki tahun 1989-1990 para toke belum banyak bermunculan seperti sekarang ini. Jumlah para toke tersebut tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan perkembangan sekarang dimana masyarakat bebas memilih toke yang dapat membeli buah sawit dengan harga tinggi. Berbeda dengan tahun 1989-1990, masyarakat tidak dapat bebas memilih para toke sesuai yang diinginkan mereka.Umumnya dalam satu desa hanya memiliki 4-5 orang toke saja dan itupun tidak semuanya dapat mengambil buah sawit dari tempat panen karena keterbatasan fasilitas jalan yang tidak memungkinkan.Akibat dari itu para petani tidak mempunyai pilihan untuk memilih


(36)

toke yang terdekat dengan lahannya agar buah sawitnya dapat segera diambil dan tidak membusuk walaupun dengan harga yang tidak normal.

Ada juga permasalahan dimana para petani meminta bantuan kepada salah satu toke seperti berupa meminjam uang kepada toke tersebut.Peminjaman uang kepada toke-toke tertentu itu memunculkan satu masalah yaitu balas budi.Untuk membalas budi kepada toke yang dipinjam uangnya, para pemilik kebun biasanya melakukan penjualan buah sawit kepada toke sawit tersebut meskipun si toke tidak meminta kepada si pemilik kebun.Akibatnya sering juga dilakukan permainan harga yang membawa dampak kerugian bagi si petani.Jatuhnya harga penjualan sawit itu membuat petani kesusahan untuk menutupi biaya dari pemamenan kelapa sawit serta perawatannya.

Pada tahun 1990 keatas barulah mulai bermunculan toke-toke yang memiliki modal besar yang membuat persaingan harga buah semakin sehat dan menguntungkan. Munculnya toke-toke yang baru tersebut memberikan angin segar untuk para petani yang sering mengalami kerugian akibat monopoli harga yang dilakukan toke-toke sebelumnya. Perdagangan kelapa sawit mulai melampaui batas-batas administratif desa Asam Jawa. Ada beberapa toke yang berasal dari desa lain di kecamatan Kota Pinang yang membeli sawit masyarkat di desa Asam Jawa dan sebalinya juga beberapa petani juga ada yang menjual buah sawitnya kepada toke yang berasal dari luar desa Asam Jawa.


(37)

BAB IV

DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASAYARAKAT DI DESA ASAM JAWA

4.1Kehidupan Ekonomi

Perkembangan perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa membawa perubahan yang signifikan bagi masyarakat maupun fasilitas di desa tersebut.Pengembangan yang dilakukan pemerintah daerah terhadap lahan-lahan yang tidak digunakan secara maksimal membawa dampak yang positif bagi perkembangan kesejahteraan masyarakat di desa Asam Jawa.

Akibat munculnya salah satu komoditi yang banyak dibutuhkan dunia hasil sumberdayanya memberikan mata pencaharian sekaligus lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat di desa Asam Jawa.Program bantuan yang dicetuskan pemerintah daerah pada tahun 1980 juga membawa dampak besar bagi kehidupan perekonomian di desa tersebut.Banyak pembangunan-pembangunan besar yang dibuat pemerintah daerah maupun desa untuk mengembangkan daerahnya.Salah satu pembangunan besar itu ialah pembangunan jalan raya dan jembatan di sungai barumun.

Sebelum adanya pengembangan kelapa sawit di desa Asam Jawa, mata pencaharian penduduk saat itu hanya bertumpu pada tanaman karet, padi, kopi, dan bahkan sampai ada yang merantau keluar desa untuk mencoba peruntungan akibat sedikitnya sumber mata pencaharian di desa Asam Jawa. Tanaman karet yang pada


(38)

saat itu menjadi salah satu pencaharian utama penduduk tidak memberi kontribusi banyak bagi kesejahteraan masyarakat.Pengetahuan serta ketrampilan yang kurang didapatkan masyarakat dalam mengembangkan karet membuat komoditi tanaman keras itu tidak dapat berkembang.Oleh karena keadaan seperti itu masyarakat hanya menjadikan tanaman keras tersebut menjadi sektor untuk menutupi kehidupan sehari-hari tanpa ada prospek jangka panjang.Selain masalah tersebut, desa ini seakan-akan menjadi terisolasi akibat adanya sungai Barumun yang memisahkan desa ini dengan ibukota kabupaten yang membuat sulitnya transportasi masuk ke daerah desa Asam Jawa.Sulitnya akomodasi untuk masuk ke desa Asam Jawa turut menambah kurang berkembangnya kehidupan perekonomian desa tersebut.

Hingga pada tahun 1984, setelah dimulainya pengembangan perkebunan kelapa sawit, pembangunan-pembangun mulai dilakukan, yaitu salah satunya pembangun jembatan sungai barumun yang terletak di Kota Pinang.Setelah dibangunnya jembatan tersebut perputaran perekonomian di desa Asam Jawa semakin ramai.Para pengusaha dan pedagang mulai banyak berdatangan ke desa ini untuk mengembangkan usaha mereka serta ikut membuka lahan kelapa sawit.Selain pembangunan jembatan, jalan-jalan tanah yang ada di desa Asam Jawa juga diperbaiki.Semua jalan yang sebelumnya terbuat dari tanah diganti menjadi jalan beraspal yang membuat alat-alat transportasi seperti truk dan mobil tangki minyak dapat dengan mudah masuk ke desa Asam Jawa.

Pada tahun 1980 pemerintah mulai memperhatikan masalah yang terjadi di desa tersebut.Melalui kebijakan bupati pada saat itu, pemerintah melalui perusahaan


(39)

yang dimilikinya mulai mengembangkan satu komoditi baru di desa Asam Jawa yaitu kelapa sawit.Dengan sistem yang dibuat pada saat itu, masyarakat diharuskan menjadi pemeran utama dalam mengembangkan perkebunan kelapa sawit untuk memberikan mata pencaharian baru dan lapangan pekerjaan untuk mereka.

Pembangunan lahan plasma untuk masyarakat yang dibuat perusahaan pengolahan kelapa sawit menimbulkan efek positif bagi kesejahteraan masyarakat.Lahan-lahan yang sebelumnya ditanami karet kemudian di konversi menjadi lahan kelapa sawit yang luas.

Setelah mulai dikembangkan perkebunan kelapa sawit tersebut, perlahan-lahan perkebunan kelapa sawit mulai banyak dijumpai di desa Asam Jawa.Besarnya penghasilan yang didapat dari perkebunan kelapa sawit membuat banyak penduduk mengalih fungsikan kebun miliknya yang ditanami komoditas karet menjadi kelapa sawit.

Rata-rata tiap penduduk memiliki jumlah anak 4-5 orang, dimana 3 diantaranya memiliki usia produktif yaitu diatas 15 tahun. Banyaknya jumlah usia produktif pada masa itu memudahkan para keluarga untuk membudidayakan kelapa sawit. Para pemilik kebun tersebut tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk penanaman kelapa sawit.Mereka mulai memanfaatkan anggota keluarganya untuk menjadi tenaga kerja agar mengurangi biaya pengeluaran.Hal itupun efektif untuk membuat keuntungan yang lebih besar kepada para pemilik kebun.


(40)

Jika dilihat dari segi pemukiman memang desa ini terlihat merupakan desa yang biasa-biasa saja.Jarang sekali masayarakat didesa ini membangun rumah megah dan mewah.Mereka lebih memilih membangun rumah sederhana untuk memperluas kebun kelapa sawitnya. Walaupun jarang dijumpai rumah megah dan mewah di desa Asam Jawa, gaya hidup mereka dapat dibilang sangat mewah. Banyak sekali dijumpai penduduk yang sudah naik haji berkali-kali dan memiliki mobil yang mewah.

Sebelum adanya perkebunan kelapa sawit ini, tingkat pendidikan penduduk desa Asam Jawa juga sangat rendah.Jarang masyarakat disana menyelesaikan sekolahnya hingga tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) oleh karena ketiadaan biaya.Sehingga mereka terpaksa harus putus sekolah dan berhenti melanjutkan pendidikannya.Mereka berpendapat lebih baik membantu orang tua berladang daripada harus membuang-buang uang untuk sekolah.39

39Wawancara dengan Sukimin, desa Asam Jawa 12 Mei 2016.

Ketika mulai dirasakan penghasilan kelapa sawit banyak masyarakat mulai terbuka pikirannya untuk menyekolahkan anaknya hingga kejenjang Pendidikan Tinggi (PT). Tidak tanggung-tangggung, mereka menyekolahkan anaknya hingga sampai keluar daerahnya seperti kota Medan bahkan hingga keluar provinsi seperti ke daerah Pulau Jawa. Besarnya pendapatan masyarakat dari kelapa sawit tidak membuat khawatir mereka akan kekuarangan uang untuk mengirim uang pada anak-anaknya.


(41)

Dengan penghasilan Rp 1.000.000 – 1.500.000 /Ha tiap 2 minggu sekali dalam harga keadaan normal memberikan pemasukan cukup besar bagi mereka.Rata-rata masyarakat desa Asam Jawa memiliki luas lahan minimal 2 Ha/KK (Kepala Keluarga).Bisa dibilang penghasilan dari kelapa sawit jumlahnya bisa 2 kali lipat gaji dari seorang karyawan di pabrik yang hanya berkisar antara Rp 1.000.000 – 2.000.000 / bulan.

Perkebunan kelapa sawit ini mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat disana dengan sangat baik.Bukan hanya para pemilik kebun saja yang mendapat untung dari perkembangan tersebut, sektor-sektor lain seperti para pedagang juga merasakan imbas dari perkebunan kelapa sawit.Dengan besarnya penghasilan kebun milik mereka, para petani tidak segan-segan lagi membelanjakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.Penjualan para pedagang tersebut juga menjadi laris dan berkembang dengan banyaknya pembeli.

Memang tidak semua masyarakat di desa Asam Jawa ini memiliki kebun kelapa sawit pribadi.Masyarakat yang tidak memiliki kebun kelapa sawit pribadi tersebut tergolong masyarakat yang tingkatan ekonominya berada menengah kebawah.Golongan masyarakat ini biasanya bermata pencaharian sebagai buruh tani sebuah pabrik juga sebagai tenaga upahan bagi pemilik-pemilik kebun.Tingkatan masyarakat seperti ini memang masih dibilang memprihatinkan dari segi pendidikannya.Sering terjadi anggota keluarga dari keluarga ini hanya menamatkan pendidikan formalnya sampai pada tingkat Sekolah Dasar (SD). Dengan gaji berkisar Rp 1.500.000- 1.800.000 /bulan sebagai buruh pabrik dan ditambah dari penghasilan


(42)

sebagai tenaga upahan dari pemilik kebun sawit pribadi yang digaji Rp 200/kg dikalikan 1000 kg sawit /Ha yaitu sebesar Rp 200.000 tentu saja tidak cukup jika untuk menyekolahkan anaknya hingga sampai ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun hingga ke Perguruan Tinggi (PT).

Pembangunan fasilitas-fasilitas di desa Asam Jawa lambat laun juga mulai dilakukan.Pembangunan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, pembangunan sekolah-sekolah untuk masyarakat yang kurang mampu, dan fasilitas yang lainnya.meningkatnya fasilitas tersebut juga merupakan dampak dari meningkatnya kesejahteraan dari masyarakat itu sendiri. Dengan banyaknya uang yang dimiliki tentu saja masyarakat menginginkan pelayanan yang ekstra untuk memberikan rasa kepuasan dan kenyamanan bagi masyarakat.

Contohnya saja dibidang kesehatan, sebelumnya masyarakat di desa ini ketika ada proses melahirkan masyarakat lebih memilih jasa duku beranak untuk membantu proses persalinan karena biaya yang murah, tetapi ketika mulai meningkatnya taraf hidup masyarakat mereka mulai beralih menggunakan tenaga medis seperti bidan dan dokter untuk membantu proses persalinannya.

Selain dari petani dan pengusaha, masyarakat di desa Asam Jawa juga ada yang bekerja sebagai PNS.Gaji yang didapat para PNS tersebut rata-rata berkisar antara Rp 64.000- 80.000/ bulan.40

40Wawancara dengan B. Silitonga, desa Asam Jawa 12 Mei 2016.

Dengan gaji tersebut memang dapat dikatakan kurang bagi mereka untuk menutupi kebutuhan hidup.Tidak jarang ada beberapa PNS


(43)

yang mempunyai penghasilan ganda dengan ikut membudidayakan kelapa sawit untuk menambah pemasukannya.Dengan melakukan hutang kepada bank, para PNS tersebut mulai membeli lahan kosong yang pada saat itu harganya bekisar Rp. 1.500.000/ 1 ½ Ha.Dibantu dengan gaji per bulan yang didapat para PNS tersebut memang tidak sulit untuk mereka untuk membiayai penanaman hingga perawatan kelapa sawit sampai lahan tersebut mulai menghasilkan buah yang normal.

4.2Kehidupan Sosial

Mulai berkembangnya perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa turut juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakatnya.Setiap desa yang tumbuh dan berkembang mempunyai ciri khasnya masing-masing untuk berkembang.41

Pembangunan jembatan di sungai Barumun salah satu faktor yang membuat banyaknya suku-suka lain berdatangan ke desa ini.Mulai dari suku Batak Toba, Jawa, Desa Asam Jawa merupakan desa yang berkembang melalui sektor pertanian.Biasanya desa yang berkembang dari sektor ini masyarakatnya memiliki keberagaman suku maupun budaya.

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, desa Asam Jawa memang sebelum berkembangnya kelapa sawit merupakan daerah yang terisolasi daerahnya.Umumnya masyarakat yang tinggal didesa ini hanya di tinggali oleh satu suku saja yaitu Mandailing. Namun ketika desa ini mulai pengembangan perkebunan kelapa sawit, banyak masyarakat dari suku lain mulai berdatangan masuk ke desa Asam Jawa.


(44)

Nias, dan Manado.Banyaknya suku yang datang ke desa Asam Jawa memberikan satu warna baru terhadap kehidupan sosial masyarakatnya.Suku asli dengan suku pendatang mulai saling beradatasi dengan masing-masing kebudayaannya.Tidak jarang masyarakat didesa ini dapat mengerti bahkan menguasai beberapa bahasa dari suku-suku yang berbeda.Contohnya saja orang batak dapat berkomunikasi dengan suku jawa dengan bahasa suku jawa itu sendiri, begitu juga sebaliknya suku jawa juga dapat menguasai bahasa dari suku batak toba.

Kehidupan ekonomi suatu desa memiliki hubungan yang erat dengan perkembangan kehidupan sosialnya. Sejahteranya kehidupan masyarakat satu desa dapat mendorong masyarakat lain dari luar daerah datang untuk mencoba peruntungannya. Meningkatnya taraf hidup masyarakat desa Asam Jawa juga memberi dampak keberagaman di desa Asam Jawa.

Selain itu, meningkatnya taraf hidup masyarakat juga berimbas kepada acara adat masing-masing suku yang ada didesa Asam Jawa.Seperti contoh pada pesta adat upacara pernikahan adat campuran seperti Batak Toba dengan suku Jawa.Pesta pernikahan dengan percampuran adat tersebut sering dijumpai di desa Asam Jawa.Oleh karena itu, tidak jarang masyarakat disana melakukan pesta pernikahan lebih dari satu kali.Hal itu dikarenakan masing-masing dari keluarga mempelai ingin pestanya dilakukan sesuai adat mereka masing-masing.Maka dari itu mau tidak mau mereka melakukan pesta adat secara dua kali yang dimulai dari adat mempelai si laki-laki dan kemudian menyusul adat pernikahan si perempuan.


(45)

Desa Asam Jawa sendiri memang tidak semuanya masyarakat memiliki tingkatan ekonomi yang sama. Masyarakat didesa ini juga terbagi atas 3 stratifikasi sosialnya, yaitu tingkatan ekonomi keatas, menengah, dan sederhana.Bagi mereka yang memiliki tingkatan ekonomi menengah keatas memang tidak sulit untuk melakukan pesta adat dua kali.Tetapi untuk masyarakat yang memiliki tingkatan ekonomi yang sederhana tentu saja sulit melakukannya.

Dengan biaya yang minim, sangat tidak mungkin mereka membuat pesta dengan menggunakan ada sekali dua. Oleh karena itu biasanya masyarakat golongan sederhana tersebut lebih memilih pesta ada secara nasional tanpa melakukan pesta adat dari salah satu mempelai. Bahkan ada juga masyarakat yang melakukan pesta adat dalam sekali pesta menggunakan 2 acara adat.Seperti contohnya ketika diawal-awal resepsi pernikahan menggunakan adat Jawa, tetapi ketika dimulainya acara bebas mereka menggunakan gondang42

Mayoritasnya masyarakat yang bersuku batak di desa Asam Jawa ini membuat desa ini hampir tidak pernah terjadi konflik antar suku. Kuatnya rasa persaudaraan dan kekerabatan suku batak yang diterapkan sejak kecil membuat masing-masing warganya merasa bersaudara walaupun satu sama lain berbeda suku. Terbentuknya beberapa organisasi kekerabatan yang dibuat menjunang ketentraman bermasyarakat di desa Asam Jawa.Organisasi itu seperti arisan marga, serikat tolong menolong (STM), dan perwiritan.

sebagai alat music pengiring pesta.

42Gondang merupakan jenis alat music batak yang biasa digunakan pada acara-acara adat


(46)

Fungsi dari masing-masing organisasi itu adalah untuk menjalin hubungan antar warga di desa Asam Jawa untuk saling mengenal dan peduli dengan keadaan disekitarnya.


(47)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perkembangan perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa bermula dari kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Labuhan Batu pada tahun 1980.Untuk mengembangkan desa-desa yang tertinggal melalui pengembangan perkebunan-perkebunan besar yang dibangun pemerintah.

Pada daerah desa Asam Jawa pengembangan yang dilakukan adalah dengan membangun sektor perkebunan kelapa sawit.Pengembangan perkebunan kelapa sawit ini dimulai pada saat pembangunan pabrik PTP IV di Aek Torop, sedangkan PTP IV ini sendiri berdiri pada tahun 1979.Pada tahun selanjutnya ditahun 1980, PTP IV ini membuat satu lahan perkebunan besar berbentuk plasma. Lahan perkebunan bentuk plasma ini maksudnya ialah perkebunan kelapa sawit awalnya dikembangkan oleh perusahan milik pemerintah tersebut pada 3-4 tahun pertama sampai pohon kelapa sawit sudah menghasilkan TBS (tandan buah segar). Dapat disimpulkan bahwa perusahaan inti menjadi pembinan bagi masyarakat untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit sampai dirasa masyarakat dapat meneruskan perkebunan tersebut.

Ketika pohon kelapa sawit telah memasuki usia produktif, barulah perusahaan menyerahkan perkebunan kelapa sawit yang telah ditanam untuk diserahkan kepada


(48)

masyarakat. Namun, pemberian itu tidaklah secara cuma-cuma diberikan oleh perusahaan. Ada persyaratan yang diberikan kepada masyarakat untuk memiliki perkebunan tersebut, syarat-syarat itu antara lain; masyarakat hanya diberikan lahan 1-1 ½ Ha lahan untuk tiap kepala keluarga, kemudian masyarakat diwajibkan untuk mengkredit lahan yang telah diberikan perusahaan kepada perusahaan dengan cara membayar setiap kali mereka panen, serta setiap kali penduduk panen maka penjualan buah harus dijual kepada PTP IV selama proses kredit masih berlangsung.

Membudidayakan komoditi kelapa sawit ini sebenarnya tidaklah terlalu sulit dilakukan.Memang ketika masa awal-awal penanaman diperlukan kedisiplinan dan tenaga yang ekstra serta modal yang cukup besar untuk mengembangkan perkebunannya.Pada awal penanaman, bibit kelapa sawit tidak langsung ditanam ditanah.Penanaman awal bibit diletakkan kedalam pollybag yang telah di isi tanah sebelumnya.Pada masa bibit ditanam di dalam pollybag, bibit-bibit tersebut harus mendapatkan air yang cukup setiap harinya agar bibit tersebut dapat berkembang dengan baik dan tepat waktu untuk dipindahkan ke lahan yang telah disiapkan.Untuk penanaman dalam pollybag tersebut dibutuhkan setidaknya waktu 12-14 bulan sebelum dipindahkan ke lahan perkebunan.Penanaman menggunakan pollybag ini menguntungkan para petani dalam melakukan perawatan, pemupukan, dan penyemprotan terhadap hama-hama yang dapat menggangu pertumbuhan bibit.

Ketika proses penanaman bibit pada pollybag berlangsung, secara bersamaan para petani juga menyiapkan lahan untuk bibit kelapa sawit yang umurnya telah siap untuk dipindahkan ke tanah. Ada beberapa jenis dalam mempersiapkan lahan


(49)

perkebunan, diantaranya ialah, konversi lahan dan peremajaan lahan.Mayoritas masyarakat desa Asam Jawa melakukan konversi lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Dalam melakukan konversi lahan tersebut setidaknya ada beberapa cara dilakukan yaitu dengan cara membakar lahan, menggunakan alat-alat berat seperti traktor, buldoser, dan beko, serta menggunakan alat-alat kimia seperti rond-up. Pada umumnya masyarakat desa Asam Jawa lebih memilih melakukan konversi lahan dengan cara membakar. Banyaknya masyarakat melakukan pembakaran untuk membuka lahan adalah karena cara ini tidak membutuhkan biaya yang besar dan tenaga yang ekstra. Hanya dengan mempersiapkan bensin dan pemantik para petani dapat membuka lahan seluas-luasnya.Namun cara-cara seperti ini sudah dilarang digunakan di desa Asam Jawa oleh karena adanya pelarangan dari pemerintah daerah dalam hal pembukaan lahan. Oleh karena itu, masyarakat diharuskan melakukan pembukaan lahan dengan cara menggunakan alat berat ataupun alat kimia. Untuk tiap hektar lahan perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa biasanya ditanami 143 pohon kelapa sawit.Hal tersebut dikarenakan pada lahan desa Asam Jawa umumnya memiliki kontur yang datar sehingga dapat memaksimalkan jumlah pohon untuk ditanam. Ketika pohon sudah memasuki usia produktif yaitu pada usia 3-4 tahun, maka pemanenan dapat dilakukan 2 kali dalam sebulan.

Perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa pada tahun 1980-1996 merupakan perubahan minat dari petani yang dilatarbelakangi oleh beberapa faktor oleh karena tingkat kesejahteraan penduduk di desa ini.Pada waktu dimulainya penanaman kelapa sawit di desa Asam Jawa tersebut perubahan dalam hal


(50)

perekonomian masyarakat mulai mengalamai perubahan.Pendapatan dari pekebunan kelapa sawit dirasakan sangat besar bagi masyarakat di desa Asam Jawa.Tingginya harga minyak kelapa sawit dipasar dunia membawa dampak terhadap petani kelapa sawit dalam hal tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Hingga ketika pada tahun 1986 terjadi pemekaran wilayah kecamatan pada tahun 1996 yaitu Kecamatan Kota Pinang terbagi menjadi 2, yaitu munculnya Kecamatan Torgamba membuat sebagian lahan perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa menjadi kepemilikan wilayah Kecamatan Kota Pinang. Hal itu menyebabkan berkurang drastisnya lahan perkebunan di desa Asam Jawa oleh karena pemekaran wilayah tersebut.

5.1 Saran

Saran saya sebagai penulis dari Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Asam Jawa Kecamatan Kota Pinang Tahun 1980-1996 adalah supaya pemerintah daerah lebih memaksimalkan potensi lahannya dari komoditi perkebunan kelapa sawit untuk mengembangkan daerahnya agar lebih maju dari sebelumnya dan dapat lebih mensejahterakan masyarakat yang kurang mampu di desa Asam Jawa. Caranya pemerintah harus mulai memperhatikan setiap perusahaan-perusahaan pengolahan kelapa sawit yang berdiri di desa Asam Jawa untuk mulai membangun fasilitas-fasilitas yang memadai seperti membangun jalan lintas yang rusak diakibatkan kendaraan berat yang tiap hari melewati desa Asam Jawa dan memprioritaskan putra daerah untuk dipekerjakan di perusahaan-perusahaan yang berdiri di desa Asam Jawa. Saran penulis selanjutnya didalam bidang akademik untuk kepentingan ilmiah ialah supaya pemerintah mulai melengkapi arsip serta dokumen-dokumen


(51)

terkhususnya dalam bidang sejarah desa Asam Jawa seperti data penduduk, data penggunaan lahan, dan data statistik lainnya.


(52)

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU

2.1 Letak Geografis Desa Asam Jawa

Desa Asam Jawa berada di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini merupakan daerah yang memiliki luas daerah 6.600 Ha, dimana lahan di desa ini terbagi atas 5.800 Ha merupakan lahan perkebunan dan 800 Ha adalah permukiman masyarakat, oleh karena itu desa Asam Jawa terbagi atas 22 dusun didalamnya.10

10Arsip kantor kepala desa Asam Jawa, makalah seminar Sejarah Desa Asam Jawa tahun

2016 (tidak diterbitkan). Dusun yang ada di desa Asam Jawa yaitu: Dusun Teluk Pinang, Kampung Beringin, Kampong Mangga, Asam Jawa Barat, Asam Jawa Timur, Bakti Aek Batu, AL’Amin Aek Batu, Cinta Makmur, Aek Batu Selatan, Aek Batu Utara, Aek Batu Timur, Milano, Herfinta, Tasik Rejo, Aek Torop Barat, Aek Torop Timur, Sumberjo I, Sumberjo II, Sumberjo III, Sumberjo IV, Sumberjo V, Sumberjo Pirbun.

Desa Asam Jawa ini berada di ketinggian 750 mdpl.

Daerah yang ada di desa ini umumnya memiliki tanah yang datar dan hanya sedikit daerah yang tanahnya memiliki kemiringan. Suhu di desa Asam Jawa ini umumnya hanya berkisar rata-rata 29o-33o C yang merupakan suhu beriklim tropis, daerah ini dapat dikatakan memiliki suhu tropis yang cocok untuk ditanami komoditi kelapa sawit ada. Curah hujan yang ada di desa Asam Jawa ini berada pada kisaran 1000-1500 mm/thn, curah hujan yang dapat dikatakan tinggi ini sangat cocok untuk ditanami komoditi-komoditi perkebunan yang banyak menyerap air tanah.


(53)

Desa Asam Jawa dikelilingi daerah-daerah lain yang ada disekitarannya. Daerah-daerah yang berbatas langsung dengan desa ini yaitu:

- Disebelah utara berbatasan dengan Desa Bunut

- Disebelah selatannya berbatasan dengan desa Pasit Tuntung - Disebelah timur berbatasan dengan desa Aek Batu

- disebelah baratnya berbatasan dengan kelurahan Kota Pinang.

Jika dilihat dari perbatasan-perbatasannya, desa Asam Jawa dikelilingi oleh desa-desa maupun ibukota kabupaten yang menunjang perkembangan desa tersebut.Jarak antara desa Asam Jawa ke ibukota kecamatan 11 Km serta jarak ke ibukota kabupaten yaitu 30 Km.11

Sebelum adanya pemekaran di Kabupaten Labuhan Batu Selatan, desa Asam Jawa ini merupakan desa yang tergabung kedalam Kecamatan Kota Pinang, dan merupakan desa yang terpencil dan dapat dikatakan terisolasi. Hal itu dikarenakan pada tahun 1980’an, di Kota Pinang memiliki satu sungai yang bernama Sungai Barumun, dimana pada saat itu sungai ini belum memiliki jembatan yang dapat dilewati transportasi darat untuk sampai ke desa Asam Jawa. Oleh karena itu, masyarakat pada masa sebelum adanya jembatan di sungai tersebut ketika hendak

11Pada tahun 1980-1998 ibukota kecamatan dari desa Asam Jawa berada di Kota Pinang, serta


(54)

menyeberang dari Kota Pinang menuju desa Asam Jawa ataupun sebaliknya harus menyewa Panton12

Sungai Barumun juga menjadi salah satu yang berperan penting dalam hal transportasi masyarakat di desa Asam Jawa dikarenakan akses untuk masuk ke desa ini umumnya hanya melalui sungai itu saja.

sebagai alat transportasi.

13

Salah satu faktor yang mendukung berkembang pesatnya perkebunan yang ada di desa Asam Jawa ialah letak geografisnya yang sangat cocok untuk menanam komoditi kelapa sawit. Faktor-faktor yang mendukung dapat berkembang pesatnya komoditi kelapa sawit adalah kesesuain lahan yang ditentukan oleh letak geografis, tofografi serta ketersediaan air yang banyak.14

Selain sawit yang menjadi komoditas utama perkebunan di desa Asam Jawa, setidaknya ada beberapa komoditas lain yang dikembangkan didesa Asam Jawa tersebut, komoditas-komoditas itu ialah karet, kopi robusta, kakao, kelapa, serta pinang. Banyaknya komoditas tanaman perkebunan di desa Asam Jawa itu juga tidak

Strategis serta suburnya tanah yang dimiliki desa Asam Jawa ini memberikan dampak yang besar bagi perkembangan desa Asam Jawa yang semula hanya terdiri dari hutan-hutan yang lebat dan sedikit penghuninya.

12 Panton/perahu merupakan alat transportasi masyarakat untuk dapat menyeberang

ketikaberpergian dari Kota Pinang menuju desa Asam Jawa ataupun sebaliknya.

13Wawancara dengan H. Dahlan Harahap yang merupakan mantan Sekdes Desa Asam Jawa

pada tahun 1977-1980.


(55)

terlepas dari faktor keadaan geografis dan iklim yang ada di desa Asam Jawa yang sangat cocok ditanami enam komoditas tersebut.

2.2 Penduduk Desa Asam Jawa

Penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam suatu perjalanan kehidupan suatu negara, provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, dan lain sebagainya.Adanya penduduk dalam satu wilayah dapat memberikan suatu pengaruh terhadap perkembangan wilayah yang ditempati.Penduduk mempunyai peranan penting dalam berkontribusi mengembangkan suatu wilayah.Pertambahan penduduk dan peningkatan mutu pendidikan merupakan beberapa faktor penting yang dapat memajukan suatu wilayah. Hal itu dikarenakan dengan banyaknya jumlah penduduk yang memiliki mutu pendidikan yang baik akan memberikan banyak pemikiran-pemikiran untuk membangun wilayah yang ditempati menjadi sebuah wilayah yang makmur serta nyaman untuk ditempati.

Tahun 1980 desa Asam Jawa memiliki penduduk tidak kurang dari 250 kepala keluarga.15

15Wawancara dengan H. Dahlan Harahap yang merupakan mantan Sekdes Desa Asam Jawa

pada tahun 1977-1980, 10 Mei 2016.

Keadaan penduduk desa Asam Jawa pada saat itusangat memprihatinkan karena pada saat itu masyarakatnya mengalami ketertinggalan dalam segi mutu pendidikan dan perkembangan daerahnya.Hal itu dikarenakan sulitnya akses untuk dapat masuk ke desa tersebut sehingga untuk melakukan eksplorasi terhadap desa tersebut sangat sulit dilakukan.Pemukiman-pemukiman pada masa itupun masih sangat sunyi dan antar satu rumah berjarak cukup jauh, bahkan untuk menempuh ke


(56)

satu rumah dengan rumah yang lainnya memerlukan alat transportasi seperti sepeda maupun sepeda motor.Akibat dari keadaan tersebut masyarakat pada masa itu masih sangat sulit untuk bersosialisasi antar masyarakatnya.

Tabel 1

Jumlah penduduk di Kecamatan Kota Pinang 1992-1998 Tahun Jumlah (Jiwa)

1992 121.219

1993 122.853

1994 123.988

1995 125.197

1996 127.141

Sumber: Data BPS, Labuhan Batu dalam Angka, dari tahun 1992-1998 Dari data diatas dapat terlihat terjadi peningkatan jumlah penduduk dari tahun 1992-1996, hal itu dikarenakan semakin banyaknya masyarakat dari luar daerah desa Asam Jawa yang berminat untuk menjalankan serta mengembang perkebunan kelapa sawit


(57)

Tabel 2

Jumlah penduduk kecamatan Kota Pinang dari tahun 1992-1998 berdasarkan jenis kelamin dewasa dan anak-anak

Tahun Dewasa Anak-Anak

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan 1992 34.084 33.065 27.661 26.411 1993 34.747 34.121 27.277 26.708 1994 34.852 34.746 27.410 26.980 1995 35.165 35.092 27.629 27.311 1996 35.615 35.512 28.378 27.636 Sumber: Data BPS, Labuhan Batu dalam Angka, dari tahun 1992-1998

Dari tabel diatas menunjukkan, masyarakat di Kecamatan Kota Pinang tersebut mayotitas memiliki penduduk yang berusia produktif lebih banyak dibandingkan dengan yang masih anak-anak. Dilihat dari jumlah laki-laki dan wanita dewasa, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak disbanding dengan wanitanya. Hal tersebut dapat menunjang perkembangan perkebunan kelapa sawit karena pada umumnya penanaman kelapa sawit merupakan kerjaan yang cukup berat dan dapat maksimal pengerjaannya apabila dikerjakan oleh laki-laki.Perkembangan kepadatan penduduknya pun tiap tahun mengalami kemajuan dilihat dari bertambahnya jumlah penduduk di tiap tahunnya.


(58)

2.3 Mata Pencaharian Masyarakat Desa Asam Jawa

Indonesia memiliki beragam daerah yang masing-masingnya memiliki potensi alam serta sumber daya manusia yang berbeda dan tidak sama satu dengan yang lainnya. Oleh kaena perbedaan-perbedaan tersebut juga mempengaruhi mata pencaharian penduduknya masing-masing tergantung dari potensi alam serta mutu pendidikan yang dimiliki masyarakatnya.Di Indonesia ada beberapa mata pencaharian utama yang dilakukan penduduknya, diantaranya ialah menjadi nelayan, penambang, serta petani.Dari ketiga hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk Indonesia pada umumnya menggunakan potensi alam saja untuk dijadikan mata pencahariannya.

Begitu jugamasyarakat di desa Asam Jawa juga merupakan salah satu contoh masyarakat yang mata pencahariannya masih mengutamakan potensi alamnya yang sangat subur.Masyarakat didesa ini pada umumnya ialah mengusahakan pada bidang pertanian maupun perkebunan.Komoditas tanaman pertanian yang pernah dibudidayakan menjadi perkebunan di desa ini mayoritas ditanami karet, kelapa sawit, serta komoditi tanaman pangan seperti sawah, namun mayoritas perkebunan terbanyak adalah lahan kelapa sawit.

Mata pencaharian penduduk desa Asam Jawa sebelum adanya perkebunan kelapa sawit berasal dari bercocok tanam karet serta bercocok tanam sawah dan komoditas lainnya yang jumlah luas areal lahannya masih kecil. Sebelum mengenal pertanian kelapa sawit masyarakat di desa Asam Jawa mayoritas penduduk pada saat itu melakukan bercocok tanam karet sebagai mata pencaharian utama masyarakatnya.


(59)

Perkebunan karet yang ada pada saat itu merupakan mayoritas perkebunan karet rakyat dengan adanya perkebunan yang dimiliki oleh perusahaan pemerintah maupun yang dimiliki swasta disekitarnya, sehingga pada umumnya perkebunan karet tersebut nampak tidak teratur dalam penanamannya.Hingga akhirnya, pada tahun 1980 pemerintah menggalakkan perusahaan yang dimiliki pemerintah (BUMN) untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit di desa tersebut.

Selain dari perkebunan, mata pencaharian masyarakat di desa Asam Jawa juga ada yang PNS maupun karyawan perusahaan-perusahaan milik swasta maupun pemerintah yang berdiri disana.Oleh karena itu sebagian masyarakat di desa ini tidak hanya bergantung kepada hasil-hasil dari perkebunan yang telah ada sebelumnya.Bahkan di desa Asam Jawa ini ada sebagian masyarakatnya memiliki dua mata pencaharian sekaligus dalama satu rumah tangga serta masing-masing suami-istri mempunyai penghasilannya yang satu menjadi PNS dan suaminya membeli lahan untuk menanam kelapa sawit. Adanya pekerjaan lain yang didapat masyarakat tersebut dapat membantu serta menutupi untuk kehidupan sehari-hari mereka maupun untuk pemeliharaan lahan perkebunan kelapa sawitnya.

Tabel. 3

Jenis mata pencaharian masyarakat yang berada di Desa Asam Jawa Jenis Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (Jiwa)

Petani 1.975

Pedagang 561


(60)

Penjahit 17

PNS 107

Aparat Negara 6

Perangkat Desa 7

Buruh Industri 505

Sumber: Arsip Kantor Kepala Desa

2.3 Pemerintahan

Pemerintahan di desa Asam Jawa pada umumnya memiliki sistem yang sama dengan desa-desa yang lainnya, dimana pemerintahan di desa ini dipimpin oleh kepala desa dengan dibantu perangkat-perangkat desa lainnya seperti sekretaris desa, ketua RT maupun RW, dan lain sebagainya. Sistem pemerintahan di desa ini pada tahun 1970 belum semodern seperti sekarang ini, pada awalnya desa ini hanya dipimpin oleh seorang penghulu16

Pada tahun 1977, barulah desa ini terbentuk dimana kepala desa resmi pertamanya adalah bapak almahrum Dongoran Hasibuan serta yang menjadi sekretarisnya ialah bapak Dahlan Harahap. Bapak tersebut menjadi kepala desa Asam Jawa dimulai dari tahun 1977 dan berakhir pada tahun 1980. Sebelum adanya kepala desa, desa Asam Jawa dipimpin oleh seorang penghulu, dimana nama

saja tanpa ada perangkat-perangkat desa yang memadai untuk memudahkan dalam membantu pembangunan desa. Pada saat itu desa ini memang belum menjadi sebuah desa melainkan hanya sebuah dusun kecil.

16Penghulu menurut masyarakat di desa Asam Jawa merupakan kepala suku dari desa Asam


(61)

penghulu tersebut yaitu penghulu Sarip (tidak diketahui tahun mulai memimpin) dan penghulu nalang yang memimpin ditahun 1950-1977, pada saat itu desa Asam Jawa masih hanya sebuah dusun kecil.

Menurut bapak H. Dahlan Harahap, pemerintahan di desa Asam Jawa pada masa mereka menjabat masih sangat tradisional, dimana belum adanya fasilitas-fasilitas yang memungkinkan untuk melakukan pembangunan terhadap desa Asam Jawa. Pemerintahan pada masa itu sangat sulit untuk mengembangkan daerahnya oleh karena keterbatasan dana dan keterbatasan sumber daya alam maupun manusianya.


(62)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kelapa sawit telah diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1848 oleh pemerintah Belanda.1 Pertama kali empat bibit dari kelapa sawit tersebut ditanam di kebun Raya Bogor, yang selanjutnya pada tahun 1911, Adrian Hallet yang berkebangsaan Belgia mulai membudidayakan kelapa sawit tersebut dan memunculkan komoditi perkebunan baru yaitu kelapa sawit yang pertama kali ditanam di daerah Sumatera Timur yaitu Pulu Raja dan Sungai Liput di Aceh.2

Berdirinya perkebunan kelapa sawit pada tahun 1911 tersebut, komoditi ini kemudian menjadi berkembang sangat pesat terutama pada masa kependudukan Belanda serta menjadikan Indonesia pemasok utama minyak sawit dunia pada saat itu. Namun ketika, berakhirnya masa kependudukan Belanda ditahun 1942 menandai mati surinya perkebunan kelapa sawit tersebut oleh karena pendudukan Jepang.Hal itu dikarenakan pasukan Jepang tidak memerlukan hasil dari minyak kelapa sawit, mereka lebih mengutamakan penanaman komoditi yang menghasilkan bahan bakar minyak serta komoditi bahan pangan untuk keperluan perang yang mereka hadapi di Perkebunan kelapa sawit tersebut letak daerahnya pertama kali didirikan di Deli dan Aceh tahun 1911.

1

Yan Fauzi, dkk, Kelapa Sawit: Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha

dan Pemasaran, Jakarta: Penebar Swadaya, 1992, Hal. 2.


(63)

Asia Pasifik.Hingga masa awal kemerdekaan, perkebunan kelapa sawit tenggelam dan hampir tidak mempunyai peran penting dalam membantu perekonomian Indonesia.3

Pada masa orde baru, pengembangan perkebunan sawit mulai dilakukan oleh Presiden Soeharto untuk menciptakan kesempatan kerja dan menjadikannya sektor penghasil devisa negara.4

3

Soehardjo, dkk, Vademecum Kelapa Sawit, Sumatera Utara: PTPN IV, 1996, hal. 1.

4Bahan Seminar Nasional Sejarah Perkebunan di Sumatera Utara, Avros PPKS 12 April

2016.

Pembangunan ini merupakan kebijakan pemerintahan Soeharto dalam program pemerintahannya yaitu Pelita.Kebijakan yang dilakukan pemerintahan Soeharto tersebut membuat perkebunan kelapa sawit kembalimuncul dan berkembang pesat menjadi salah satu komoditi utama yang ditanami pemerintah maupun rakyat.

Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi masyarakat yang berada di provinsi Sumatera Utara.Berbagai macam jenis komoditi yang telah dikembangkan sejak dimulainya pengembangan perkebunan pada masa kolonial di Indonesia seperti tembakau, karet, dan lain sebagainya.Pengembangan lahan perkebunan yang dilakukan dimasa kolonial membuat daerah Sumatera Utara menjadi salah satu provinsi dimana hampir di semua daerahnya merupakan lahan perkebunan, baik yang di miliki pemerintah, swasta, maupun rakyat. Sumatera Utara juga menyumbang minyak CPO terbesar di Indonesia yang memberikan devisa cukup besar.


(64)

Setelah pengembangan perkebunan kelapa sawit dimulai, kelapa sawit menjadi sangat populer di Sumatera Utara, terkhususnya di Desa Asam Jawa.5

Desa Asam Jawa memiliki lahan potensial dengan luas 5.200 Ha dimana 4.200 Ha tersebut dipakai untuk lahan perkebunan.Berkembangnya perkebunan kelapa sawit didesa ini memberikan dampak yang besar bagi kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakatnya.Hal ini dapat terlihat dari beragam kebudayaan dan etnis masyarakat yang berdomisili di desa Asam Jawa. Umumnya masyarakat di Desa Asam Jawa merupakan pendatang baik dari Sumatera maupun luar Sumatera, dari Sumatera pendatang berasal dari Tapanuli Utara dan Kepulauan Nias, sedangkan dari Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Desa Asam Jawa ini merupakan salah satu daerah yang mendapat dampak dari pengembangan perkebunan kelapa sawit. Mayoritas masyarakat yang berdomisili di desa tersebut memiliki perkebunan kelapa sawitnya sendiri-sendiri, namun disisi lain terdapat banyak perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah yang berdiri di desa Asam Jawa, diantaranya seperti PT Asam Jawa, PT Herfinta, serta PTPN III.

Mudahnya dalam membuka lahan perkebunan pada masa orde baru serta cara penanaman yang cukup mudah dengan banyaknya sosialisasi yang dilakukan pememrintah untuk menambah pengetahuan masyarakat, banyak memberikan kontribusi pengembangan perkebunan kelapa sawit baik yang dimiliki rakyat maupun perusahaan swasta.

5Desa Asam Jawa awalnya bernama Pagaran Padang, sebelumnya Desa Asam Jawa tergabung

kedalam kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhan Batu, namun setelah pemekaran ditahun 2008 desa Asam Jawa tergabung kedalam pemerintah daerah Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan


(65)

luar Sumatera berasal dari Jawa dan Manado. Sementara itu penduduk asli dari desa tersebut adalah Melayu, meskipun demikian, suku Mandailing telah berhasil mendominasi desa tersebut.Awalnya desa ini hanya desa yang tertinggal, yang terdiri dari hutan-hutan yang sangat lebat dan penduduk yang bermukim pun jaraknya berjauhan antara rumah yang satu dengan yang lainnya. Berkembangnya perkebunan kelapa sawit membawa dampak kesejahteraan bagi masyarakat dan mengembangkan desa Asam Jawa menjadi salah satu desa swadaya di Kecamatan Torgamba.

Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat ini terlihat dari tingkat kesejateraannya yang dimulai dari menengah hingga keatas. Jika dilihat dari pola pemukiman masyarakatnya memang masyarakat di desa Asam Jawa tidak menunjukkan adanya kesejahteraan, namun ketika dilihat dari gaya hidup masyarakatnya barulah akan terlihat kesejahteraan dari masyarakat ini, tidak jarang masyarakatnya walaupun memiliki rumah yang kecil tetapi memiliki ladang sawit yang sangat luas dan bahkan memiliki fasilitas-fasilitas mewah seperti: mobil, kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.

Berdirinya beberapa perusahaan kelapa sawit di desa Asam Jawa ini juga memberikan dampak yang besar bagi perkembangan perkebunan kelapa sawit. Pada awal pengembangan perkebunan kelapa sawit di Desa Asam Jawa tersebut pemerintah mulai memberikan instruksi kepada perusahaan-perusahaan milik pemerintah (BUMN) untuk memberikan lahan kepada masyarakat didesa tersebut dengan sistem PIR-Bun (Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan), dimana program ini bertujuan agar perusahaan milik pemerintah ini membuka lahan perkebunan kelapa


(1)

11.Untuk teman-temanku Maria, Ridho, dan Harapan terima kasih untuk kegilaan bersama selama diperkuliahan. Pengalaman bersama kalian tiga membuat banyak perubahan buatku selama dimasa perkuliahan hingga pada penyelesaian skripsi ini.

12.Putri Nurmawati, Andri Ismayantri, dan Eka Andriani, terima kasih telah menjadi malaikat penolong penulis dimasa perkuliahan. Bersama kalian membuat ku banyak inspirasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

13.Kepada teman-teman stambuk 2012 Ilmu Sejarah, terkhusus Zuli, Daniel, Ellel, Halimah, Utari, Iqbal, Purnawan, dan teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang telah banyak memberikan cerita dimasa perkuliahan yang terkadang membuat tertawa, kecewa, dan berpetualang bersama, serta teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis selama menempuh studi hingga saat ini. Semoga kita meraih kesuksesan seperti yang di cita-citakan. Penulis juga mengucapkan kepada senior ku khususnya bang Dias Sembiring yang telah banyak membimbing penulis dalam masa perkuliahan.

Akhirnya dengan rasa yan bahagia penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data.Penulis meminta maaf kepada kerabat ataupun pihak-pihak yang telah membantu penulis


(2)

namun namanya belum tercantum.Semoga kebaikan dan bantuan dari berbagai pihak mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.Amin.

Medan, Agustus 2016

Penulis,

Rio Rizky Buari Sitorus


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. ii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ………... ix

ABSTRAK ………... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2Rumusan Masalah ……… 7

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 8

1.4Tinjauan Pustaka ………... 9

1.5Metode Penelitian ……… 11

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG KABUPATEN LABUHAN BATU 2.1 Letak Geografis Desa Asam Jawa ….……….. 13

2.2 Penduduk Desa Asam Jawa ……… 16


(4)

2.3 Pemerintahan ……….. 21

BAB III PENDIRIAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI DESA ASAM JAWA 3.1 Sejarah Berdirinya Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Asam Jawa …… 23

3.2 Budidaya Kelapa Sawit ………... 32

3.2.1 Penanaman ………... 32

3.2.2 Perawatan Tanaman Kelapa Sawit ……….. 38

3.2.3 Tata Cara Panen dan Penggunaan Tenaga Kerja ………. 41

3.2.4 Pemasaran Buah ………... 45

BAB IV DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASAYARAKAT DI DESA ASAM JAWA 4.1 Kehidupan Ekonomi ……… 51

4.2 Kehidupan Sosial ………. 57

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ……….. 61


(5)

DAFTAR PUSTAKA ………... 66

DAFTAR INFORMAN ……… 68


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel. 1 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kecamatan Kota Pinang

Tahun 1992-1998

Tabel. 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dewasa dan

Anak-Anak

Tabel. 3 Jenis Mata Pencaharian Masyarakat yang Berada di Desa Asam

Jawa

Tabel. 4 Perkembangan Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Desa