46
diturunkannya.Maka dari itu sering terjadi para pemanen memaksa menurunkan buah agar mendapatkan untung yang lebih besar.
Tujuan dari penggunaan tenaga kerja ini karena si pemilik kebun tidak sanggup mengerjakan lahannya dengan keluarga sendiri oleh karena alas an tertentu
seperti luas lahan yang sangat lebar atau yang lain sebagainya. selain daripada itu alasan lain dari penggunaan tenaga kerja upahan tersebut karena si pemilik
perkebunan mempunyai profesi ganda seperti pedagang, pengusaha, maupun sebagai pns. Menurut kasmuri, para pemanen upahan seperti dia banyak digunakan oleh
pemilik kebun untuk mulai membuka lahan perkebunan kelapa sawit.
37
3.2.4 Pemasaran Buah
Selain para pemanen tersebut kerja untuk pemilik kebun, mereka juga ada yang bekerja untuk
perusahaan-perusahaan swasta.Pekerjaan ganda tersebut dilakukan untuk menambah pemasukan para pemanen kelapa sawit tersebut.
Mulainya pembangunan kelapa sawit di desa Asam Jawa membawa angin segar terhadap masyarakat di desa Asam Jawa. Adanya pengembangan perkebunan
kelapa sawit membuat masyarakat mendapatkan mata pencaharian baru untuk biaya hidup mereka.Mata pencaharian yang berkembang setelah adanya perkebunan kelapa
sawit tersebut ialah toke atau seorang yang memiliki modal untuk membeli buah sawit yang dipanen oleh masyarakat. Biasanya para toke ini juga memiliki lahan yang
luas dari masyarakat biasanya.
37
Wawancara dengan Kasmuri, desa Asam Jawa, 10 Mei 2016.
47
Sistem kerja dari toke ini adalah mereka membeli hasil dari panen kelapa sawit masyarakat yang kemudian mereka menjual kembali hasil-hasil panen tersebut
kepada pabrik yang mengolah TBS. Pembelian yang dilakukan oeh para toke ini biasanya memiliki perbedaan harga dari mereka membeli di masyarakat dan
menjualnya kembali ke pabrik. Harga yang dipatok para toke tersebut biasanya lebih murah ketika mereka menjual lagi ke pabrik pengolahan, itu dilakukan para toke ini
untuk mengambil keuntungan dari bisnisnya tersebut. Ada dua jenis toke yang ada di desa Asam Jawa, yaitu toke besar dan toke
kecil. Perbedaan dari keduanya ini terletak pada modalnya. Umumnya toke kecil bekerja dengan cara buah-buah yang dijual kepadanya tidak langsung dibayar tunai
pada saat itu juga. Para toke kecil ini hanya menimbang buah yang disetor kemudian dia menjual lagi buah itu ke KUD yang ada di desa Asam Jawa dan kemudian KUD
tersebutlah yang langsung menjual ke pabrik pengolahan kelapa sawit. Dari hasil penjualan buah tersebutlah kemudian toke kecil ini membayarkan buah sesuai hasil
penimbangan yang sebelumnya telah dilakukan. Adanya para toke kelapa sawit ini tidak diketahui kapan mulai munculnya.
Menurut perkiraan awal tahun 1990 para toke kelapa sawit ini mulai banyak bermunculan di desa Asam Jawa.
38
38
Wawancara dengan Amalan Siregar, 11 Mei 2016.
Awal pemasaran kelapa sawit di desa Asam Jawa ini tidak langsung serta merta memunculkan para toke tersebut.Penyetoran buah sawit
dilakukan masyarakat langsung ke pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di desa Asam Jawa.Penyetoran itu dilakukan karena sistem PIR yang diterapkan perusahaan
48
pembangun perkebunan di desa Asam Jawa mewajibkan masyarakat harus menjual hasil panennya langsung kepada pabrik yang telah ditetapkan sebelumnya.Kewajiban
itu dilakukan karena ada perjanjian dari perusahaan pengembang dengan masyarakat karena masyarakat harus membayar kredit lahan yang telah diberikan perusahaan
tersebut kepada masyarakat. Barulah ketika sistem kredit yang diwajibkan perusahaan pengembang telah
lunas maka muncul lah para toke-toke kelapa sawit di desa Asam Jawa. Keuntungan dan kerugian juga sering dilanda para toke ini. Harga kelapa sawit yang terkadang
tidak menentu dapat membuat para toke ini kebingungan untuk menutupi biaya transportasi untuk pengangkutan buah. Maka dari itu para toke ini menerapkan harga
mengikuti harga dari pabrik pengolahan, ketika harga sawit turun maka para toke juga menurunkan harga begitu juga sebaliknya jika harga buah naik. Akibat dari dampak
tidak stabilnya harga tersebut mengakibatkan para pemilik kebun juga terkadang mengalami kesulitan dalam hal biaya untuk menutupi para pemanen ataupun untuk
perawatan kebun. Biasanya para toke ini memiliki pekerja sendiri untuk membantu usahanya
tersebut. Para pekerja tersebut biasanya mengurusi hal-hal yang pekerjaannya dilapangan seperti mengangkut buah, menimbang buah, serta menyetorkan buah ke
pabrik. Jarang sekali para toke tersebut terlibat langsung bekerja di lapangan. Untuk masalah pembayaran biasanya masyarakat langsung datang ke rumah si toke tersebut
dengan menunjukkan bukti timbangan yang dilakukan pekerjanya sebelumnya
49
kemudian toke tersebut langsung membayar cash sesuai jumlah timbangan yang dicatat.
Berdirinya beberapa pabrik swasta di desa Asam Jawa juga memberi dampak yang menguntungkan bagi para toke maupun petani.Banyaknya pendirian perusahaan
kelapa sawit tersebut memberikan persaingan harga kelapa sawit yang ketat sehingga membuat harga sawit di desa Asam Jawa itu menjadi sangat tinggi. Tingginya harga
sawit tersebut karena para toke tidak lagi mengeluarkan biaya transportasi yang besar untuk mengangkut buah dari tempat pengambilan menuju pabrik pengolahan. Oleh
karena kecilnya biaya transportasi tersebut pemotongan biaya penjualan kelapa sawit itu menjadi sedikit dan membuat harga kelapa sawit melambung tinggi.
Berdirinya banyak perusahaan swasta di desa Asam Jawa membawa dampak kemajuan sistem pemasaran bagi masyarakat di desa Asam Jawa.Bersaingnya harga-
harga penjualan kelapa sawit tersebut menunjang kesejahteraan para pemilik kebun.Permainan harga yang dilakukan para toke-toke nakal yang membuat kerugian
terhadap petani semakin berkurang oleh adanya perkebunan swasta tersebut.Melalui organisasi yang dibentuk masyarakat, mereka mulai membuat Koperasi Unit
Desa.Fungsi dari koperasi ini adalah untuk membuat transparansi informasi tentang segala hal yang berhubungan dengan kelapa sawit terkhususnya untuk harga
penjualan kelapa sawit.Selain itu, KUD ini berfungsi juga untuk mengatasi masalah- masalah seputar kelapa sawit dimulai dari penanaman, perawatan, dan lain
sebagainya.
50
Walaupun sudah berdirinya organisasi yang dapat menguntungkan para petani kelapa sawit, tetapi masih ada saja terjadi masalah-masalah yang dapat membuat rugi
para petani kelapa sawit.Para pemilik kebun kelapa sawit tidak semuanya memiliki fasilitas-fasilitas untuk menunjang perkembangan lahan sawit miliknya. Sering
pemilik kebun yang memiliki keterbatasan fasilitas dana maupun alat memasrahkan hasil panennya kepada para toke tersebut. Akibat terlalu percaya para petani terhadap
toke tersebut sering dimanfaatkan toke-toke untuk memainkan harga penjualan kelapa sawit masyarakat yang tidak berdaya.Harga-harga sawit diturunkan dengan
seenaknya dengan berbagai alasan untuk menjatuhkan harga penjualan kelapa sawit dari para pemilik kebun. Meskipun para pemilik kebun mengetahui bahwa harga
sawit mereka telah dipermainkan para toke, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Hal itu dikarenakan mereka membutuhkan alat transportasi yang memadai untuk
mengangkut buah sawit dari tempat pemanenan secepatnya agar sawit tidak busuk dan tidak dapat dijual.
Memasuki tahun 1989-1990 para toke belum banyak bermunculan seperti sekarang ini. Jumlah para toke tersebut tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan
perkembangan sekarang dimana masyarakat bebas memilih toke yang dapat membeli buah sawit dengan harga tinggi. Berbeda dengan tahun 1989-1990, masyarakat tidak
dapat bebas memilih para toke sesuai yang diinginkan mereka.Umumnya dalam satu desa hanya memiliki 4-5 orang toke saja dan itupun tidak semuanya dapat mengambil
buah sawit dari tempat panen karena keterbatasan fasilitas jalan yang tidak memungkinkan.Akibat dari itu para petani tidak mempunyai pilihan untuk memilih
51
toke yang terdekat dengan lahannya agar buah sawitnya dapat segera diambil dan tidak membusuk walaupun dengan harga yang tidak normal.
Ada juga permasalahan dimana para petani meminta bantuan kepada salah satu toke seperti berupa meminjam uang kepada toke tersebut.Peminjaman uang
kepada toke-toke tertentu itu memunculkan satu masalah yaitu balas budi.Untuk membalas budi kepada toke yang dipinjam uangnya, para pemilik kebun biasanya
melakukan penjualan buah sawit kepada toke sawit tersebut meskipun si toke tidak meminta kepada si pemilik kebun.Akibatnya sering juga dilakukan permainan harga
yang membawa dampak kerugian bagi si petani.Jatuhnya harga penjualan sawit itu membuat petani kesusahan untuk menutupi biaya dari pemamenan kelapa sawit serta
perawatannya. Pada tahun 1990 keatas barulah mulai bermunculan toke-toke yang memiliki
modal besar yang membuat persaingan harga buah semakin sehat dan menguntungkan. Munculnya toke-toke yang baru tersebut memberikan angin segar
untuk para petani yang sering mengalami kerugian akibat monopoli harga yang dilakukan toke-toke sebelumnya. Perdagangan kelapa sawit mulai melampaui batas-
batas administratif desa Asam Jawa. Ada beberapa toke yang berasal dari desa lain di kecamatan Kota Pinang yang membeli sawit masyarkat di desa Asam Jawa dan
sebalinya juga beberapa petani juga ada yang menjual buah sawitnya kepada toke yang berasal dari luar desa Asam Jawa.
52
BAB IV DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP KEHIDUPAN
SOSIAL EKONOMI MASAYARAKAT DI DESA ASAM JAWA 4.1
Kehidupan Ekonomi
Perkembangan perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa membawa perubahan yang signifikan bagi masyarakat maupun fasilitas di desa
tersebut.Pengembangan yang dilakukan pemerintah daerah terhadap lahan-lahan yang tidak digunakan secara maksimal membawa dampak yang positif bagi perkembangan
kesejahteraan masyarakat di desa Asam Jawa. Akibat munculnya salah satu komoditi yang banyak dibutuhkan dunia hasil
sumberdayanya memberikan mata pencaharian sekaligus lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat di desa Asam Jawa.Program bantuan yang dicetuskan pemerintah
daerah pada tahun 1980 juga membawa dampak besar bagi kehidupan perekonomian di desa tersebut.Banyak pembangunan-pembangunan besar yang dibuat pemerintah
daerah maupun desa untuk mengembangkan daerahnya.Salah satu pembangunan besar itu ialah pembangunan jalan raya dan jembatan di sungai barumun.
Sebelum adanya pengembangan kelapa sawit di desa Asam Jawa, mata pencaharian penduduk saat itu hanya bertumpu pada tanaman karet, padi, kopi, dan
bahkan sampai ada yang merantau keluar desa untuk mencoba peruntungan akibat sedikitnya sumber mata pencaharian di desa Asam Jawa. Tanaman karet yang pada
53
saat itu menjadi salah satu pencaharian utama penduduk tidak memberi kontribusi banyak bagi kesejahteraan masyarakat.Pengetahuan serta ketrampilan yang kurang
didapatkan masyarakat dalam mengembangkan karet membuat komoditi tanaman keras itu tidak dapat berkembang.Oleh karena keadaan seperti itu masyarakat hanya
menjadikan tanaman keras tersebut menjadi sektor untuk menutupi kehidupan sehari- hari tanpa ada prospek jangka panjang.Selain masalah tersebut, desa ini seakan-akan
menjadi terisolasi akibat adanya sungai Barumun yang memisahkan desa ini dengan ibukota kabupaten yang membuat sulitnya transportasi masuk ke daerah desa Asam
Jawa.Sulitnya akomodasi untuk masuk ke desa Asam Jawa turut menambah kurang berkembangnya kehidupan perekonomian desa tersebut.
Hingga pada tahun 1984, setelah dimulainya pengembangan perkebunan kelapa sawit, pembangunan-pembangun mulai dilakukan, yaitu salah satunya
pembangun jembatan sungai barumun yang terletak di Kota Pinang.Setelah dibangunnya jembatan tersebut perputaran perekonomian di desa Asam Jawa semakin
ramai.Para pengusaha dan pedagang mulai banyak berdatangan ke desa ini untuk mengembangkan usaha mereka serta ikut membuka lahan kelapa sawit.Selain
pembangunan jembatan, jalan-jalan tanah yang ada di desa Asam Jawa juga diperbaiki.Semua jalan yang sebelumnya terbuat dari tanah diganti menjadi jalan
beraspal yang membuat alat-alat transportasi seperti truk dan mobil tangki minyak dapat dengan mudah masuk ke desa Asam Jawa.
Pada tahun 1980 pemerintah mulai memperhatikan masalah yang terjadi di desa tersebut.Melalui kebijakan bupati pada saat itu, pemerintah melalui perusahaan
54
yang dimilikinya mulai mengembangkan satu komoditi baru di desa Asam Jawa yaitu kelapa sawit.Dengan sistem yang dibuat pada saat itu, masyarakat diharuskan
menjadi pemeran utama dalam mengembangkan perkebunan kelapa sawit untuk memberikan mata pencaharian baru dan lapangan pekerjaan untuk mereka.
Pembangunan lahan plasma untuk masyarakat yang dibuat perusahaan pengolahan kelapa sawit menimbulkan efek positif bagi kesejahteraan
masyarakat.Lahan-lahan yang sebelumnya ditanami karet kemudian di konversi menjadi lahan kelapa sawit yang luas.
Setelah mulai dikembangkan perkebunan kelapa sawit tersebut, perlahan- lahan perkebunan kelapa sawit mulai banyak dijumpai di desa Asam Jawa.Besarnya
penghasilan yang didapat dari perkebunan kelapa sawit membuat banyak penduduk mengalih fungsikan kebun miliknya yang ditanami komoditas karet menjadi kelapa
sawit. Rata-rata tiap penduduk memiliki jumlah anak 4-5 orang, dimana 3
diantaranya memiliki usia produktif yaitu diatas 15 tahun. Banyaknya jumlah usia produktif pada masa itu memudahkan para keluarga untuk membudidayakan kelapa
sawit. Para pemilik kebun tersebut tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk penanaman kelapa sawit.Mereka mulai memanfaatkan anggota keluarganya untuk
menjadi tenaga kerja agar mengurangi biaya pengeluaran.Hal itupun efektif untuk membuat keuntungan yang lebih besar kepada para pemilik kebun.
55
Jika dilihat dari segi pemukiman memang desa ini terlihat merupakan desa yang biasa-biasa saja.Jarang sekali masayarakat didesa ini membangun rumah megah
dan mewah.Mereka lebih memilih membangun rumah sederhana untuk memperluas kebun kelapa sawitnya. Walaupun jarang dijumpai rumah megah dan mewah di desa
Asam Jawa, gaya hidup mereka dapat dibilang sangat mewah. Banyak sekali dijumpai penduduk yang sudah naik haji berkali-kali dan memiliki mobil yang
mewah. Sebelum adanya perkebunan kelapa sawit ini, tingkat pendidikan penduduk
desa Asam Jawa juga sangat rendah.Jarang masyarakat disana menyelesaikan sekolahnya hingga tingkat Sekolah Menengah Atas SMA oleh karena ketiadaan
biaya.Sehingga mereka terpaksa harus putus sekolah dan berhenti melanjutkan pendidikannya.Mereka berpendapat lebih baik membantu orang tua berladang
daripada harus membuang-buang uang untuk sekolah.
39
39
Wawancara dengan Sukimin, desa Asam Jawa 12 Mei 2016.
Ketika mulai dirasakan penghasilan kelapa sawit banyak masyarakat mulai terbuka pikirannya untuk menyekolahkan anaknya hingga kejenjang Pendidikan
Tinggi PT. Tidak tanggung-tangggung, mereka menyekolahkan anaknya hingga sampai keluar daerahnya seperti kota Medan bahkan hingga keluar provinsi seperti ke
daerah Pulau Jawa. Besarnya pendapatan masyarakat dari kelapa sawit tidak membuat khawatir mereka akan kekuarangan uang untuk mengirim uang pada anak-
anaknya.
56
Dengan penghasilan Rp 1.000.000 – 1.500.000 Ha tiap 2 minggu sekali dalam harga keadaan normal memberikan pemasukan cukup besar bagi mereka.Rata-
rata masyarakat desa Asam Jawa memiliki luas lahan minimal 2 HaKK Kepala Keluarga.Bisa dibilang penghasilan dari kelapa sawit jumlahnya bisa 2 kali lipat gaji
dari seorang karyawan di pabrik yang hanya berkisar antara Rp 1.000.000 – 2.000.000 bulan.
Perkebunan kelapa sawit ini mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat disana dengan sangat baik.Bukan hanya para pemilik kebun saja yang mendapat
untung dari perkembangan tersebut, sektor-sektor lain seperti para pedagang juga merasakan imbas dari perkebunan kelapa sawit.Dengan besarnya penghasilan kebun
milik mereka, para petani tidak segan-segan lagi membelanjakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.Penjualan para pedagang tersebut juga menjadi laris dan
berkembang dengan banyaknya pembeli. Memang tidak semua masyarakat di desa Asam Jawa ini memiliki kebun
kelapa sawit pribadi.Masyarakat yang tidak memiliki kebun kelapa sawit pribadi tersebut tergolong masyarakat yang tingkatan ekonominya berada menengah
kebawah.Golongan masyarakat ini biasanya bermata pencaharian sebagai buruh tani sebuah pabrik juga sebagai tenaga upahan bagi pemilik-pemilik kebun.Tingkatan
masyarakat seperti ini memang masih dibilang memprihatinkan dari segi pendidikannya.Sering terjadi anggota keluarga dari keluarga ini hanya menamatkan
pendidikan formalnya sampai pada tingkat Sekolah Dasar SD. Dengan gaji berkisar Rp 1.500.000- 1.800.000 bulan sebagai buruh pabrik dan ditambah dari penghasilan
57
sebagai tenaga upahan dari pemilik kebun sawit pribadi yang digaji Rp 200kg dikalikan 1000 kg sawit Ha yaitu sebesar Rp 200.000 tentu saja tidak cukup jika
untuk menyekolahkan anaknya hingga sampai ke jenjang Sekolah Menengah Atas SMA maupun hingga ke Perguruan Tinggi PT.
Pembangunan fasilitas-fasilitas di desa Asam Jawa lambat laun juga mulai dilakukan.Pembangunan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, pembangunan
sekolah-sekolah untuk masyarakat yang kurang mampu, dan fasilitas yang lainnya.meningkatnya fasilitas tersebut juga merupakan dampak dari meningkatnya
kesejahteraan dari masyarakat itu sendiri. Dengan banyaknya uang yang dimiliki tentu saja masyarakat menginginkan pelayanan yang ekstra untuk memberikan rasa
kepuasan dan kenyamanan bagi masyarakat. Contohnya saja dibidang kesehatan, sebelumnya masyarakat di desa ini ketika
ada proses melahirkan masyarakat lebih memilih jasa duku beranak untuk membantu proses persalinan karena biaya yang murah, tetapi ketika mulai meningkatnya taraf
hidup masyarakat mereka mulai beralih menggunakan tenaga medis seperti bidan dan dokter untuk membantu proses persalinannya.
Selain dari petani dan pengusaha, masyarakat di desa Asam Jawa juga ada yang bekerja sebagai PNS.Gaji yang didapat para PNS tersebut rata-rata berkisar
antara Rp 64.000- 80.000 bulan.
40
40
Wawancara dengan B. Silitonga, desa Asam Jawa 12 Mei 2016.
Dengan gaji tersebut memang dapat dikatakan kurang bagi mereka untuk menutupi kebutuhan hidup.Tidak jarang ada beberapa PNS
58
yang mempunyai penghasilan ganda dengan ikut membudidayakan kelapa sawit untuk menambah pemasukannya.Dengan melakukan hutang kepada bank, para PNS
tersebut mulai membeli lahan kosong yang pada saat itu harganya bekisar Rp. 1.500.000 1 ½ Ha.Dibantu dengan gaji per bulan yang didapat para PNS tersebut
memang tidak sulit untuk mereka untuk membiayai penanaman hingga perawatan kelapa sawit sampai lahan tersebut mulai menghasilkan buah yang normal.
4.2 Kehidupan Sosial
Mulai berkembangnya perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa turut juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakatnya.Setiap desa yang tumbuh dan
berkembang mempunyai ciri khasnya masing-masing untuk berkembang.
41
Pembangunan jembatan di sungai Barumun salah satu faktor yang membuat banyaknya suku-suka lain berdatangan ke desa ini.Mulai dari suku Batak Toba, Jawa,
Desa Asam Jawa merupakan desa yang berkembang melalui sektor pertanian.Biasanya
desa yang berkembang dari sektor ini masyarakatnya memiliki keberagaman suku maupun budaya.
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, desa Asam Jawa memang sebelum berkembangnya kelapa sawit merupakan daerah yang terisolasi daerahnya.Umumnya
masyarakat yang tinggal didesa ini hanya di tinggali oleh satu suku saja yaitu Mandailing. Namun ketika desa ini mulai pengembangan perkebunan kelapa sawit,
banyak masyarakat dari suku lain mulai berdatangan masuk ke desa Asam Jawa.
41
Soetardjo Kartohadikoesoemo, Desa, Jakarta:Balai Pustaka, 1984, hal. 19.
59
Nias, dan Manado.Banyaknya suku yang datang ke desa Asam Jawa memberikan satu warna baru terhadap kehidupan sosial masyarakatnya.Suku asli dengan suku
pendatang mulai saling beradatasi dengan masing-masing kebudayaannya.Tidak jarang masyarakat didesa ini dapat mengerti bahkan menguasai beberapa bahasa dari
suku-suku yang berbeda.Contohnya saja orang batak dapat berkomunikasi dengan suku jawa dengan bahasa suku jawa itu sendiri, begitu juga sebaliknya suku jawa juga
dapat menguasai bahasa dari suku batak toba. Kehidupan ekonomi suatu desa memiliki hubungan yang erat dengan
perkembangan kehidupan sosialnya. Sejahteranya kehidupan masyarakat satu desa dapat mendorong masyarakat lain dari luar daerah datang untuk mencoba
peruntungannya. Meningkatnya taraf hidup masyarakat desa Asam Jawa juga memberi dampak keberagaman di desa Asam Jawa.
Selain itu, meningkatnya taraf hidup masyarakat juga berimbas kepada acara adat masing-masing suku yang ada didesa Asam Jawa.Seperti contoh pada pesta adat
upacara pernikahan adat campuran seperti Batak Toba dengan suku Jawa.Pesta pernikahan dengan percampuran adat tersebut sering dijumpai di desa Asam
Jawa.Oleh karena itu, tidak jarang masyarakat disana melakukan pesta pernikahan lebih dari satu kali.Hal itu dikarenakan masing-masing dari keluarga mempelai ingin
pestanya dilakukan sesuai adat mereka masing-masing.Maka dari itu mau tidak mau mereka melakukan pesta adat secara dua kali yang dimulai dari adat mempelai si laki-
laki dan kemudian menyusul adat pernikahan si perempuan.
60
Desa Asam Jawa sendiri memang tidak semuanya masyarakat memiliki tingkatan ekonomi yang sama. Masyarakat didesa ini juga terbagi atas 3 stratifikasi
sosialnya, yaitu tingkatan ekonomi keatas, menengah, dan sederhana.Bagi mereka yang memiliki tingkatan ekonomi menengah keatas memang tidak sulit untuk
melakukan pesta adat dua kali.Tetapi untuk masyarakat yang memiliki tingkatan ekonomi yang sederhana tentu saja sulit melakukannya.
Dengan biaya yang minim, sangat tidak mungkin mereka membuat pesta dengan menggunakan ada sekali dua. Oleh karena itu biasanya masyarakat golongan
sederhana tersebut lebih memilih pesta ada secara nasional tanpa melakukan pesta adat dari salah satu mempelai. Bahkan ada juga masyarakat yang melakukan pesta
adat dalam sekali pesta menggunakan 2 acara adat.Seperti contohnya ketika diawal- awal resepsi pernikahan menggunakan adat Jawa, tetapi ketika dimulainya acara
bebas mereka menggunakan gondang
42
Mayoritasnya masyarakat yang bersuku batak di desa Asam Jawa ini membuat desa ini hampir tidak pernah terjadi konflik antar suku. Kuatnya rasa
persaudaraan dan kekerabatan suku batak yang diterapkan sejak kecil membuat masing-masing warganya merasa bersaudara walaupun satu sama lain berbeda suku.
Terbentuknya beberapa organisasi kekerabatan yang dibuat menjunang ketentraman bermasyarakat di desa Asam Jawa.Organisasi itu seperti arisan marga, serikat tolong
menolong STM, dan perwiritan. sebagai alat music pengiring pesta.
42
Gondang merupakan jenis alat music batak yang biasa digunakan pada acara-acara adat batak seperti upacara pernikahan, upacara pemakaman, dan lain sebagainya.
61
Fungsi dari masing-masing organisasi itu adalah untuk menjalin hubungan antar warga di desa Asam Jawa untuk saling mengenal dan peduli dengan keadaan
disekitarnya.
62
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan