22
Penjahit 17
PNS 107
Aparat Negara 6
Perangkat Desa 7
Buruh Industri 505
Sumber: Arsip Kantor Kepala Desa
2.3 Pemerintahan
Pemerintahan di desa Asam Jawa pada umumnya memiliki sistem yang sama dengan desa-desa yang lainnya, dimana pemerintahan di desa ini dipimpin oleh
kepala desa dengan dibantu perangkat-perangkat desa lainnya seperti sekretaris desa, ketua RT maupun RW, dan lain sebagainya. Sistem pemerintahan di desa ini pada
tahun 1970 belum semodern seperti sekarang ini, pada awalnya desa ini hanya dipimpin oleh seorang penghulu
16
Pada tahun 1977, barulah desa ini terbentuk dimana kepala desa resmi pertamanya adalah bapak almahrum Dongoran Hasibuan serta yang menjadi
sekretarisnya ialah bapak Dahlan Harahap. Bapak tersebut menjadi kepala desa Asam Jawa dimulai dari tahun 1977 dan berakhir pada tahun 1980. Sebelum adanya kepala
desa, desa Asam Jawa dipimpin oleh seorang penghulu, dimana nama penghulu- saja tanpa ada perangkat-perangkat desa yang
memadai untuk memudahkan dalam membantu pembangunan desa. Pada saat itu desa ini memang belum menjadi sebuah desa melainkan hanya sebuah dusun kecil.
16
Penghulu menurut masyarakat di desa Asam Jawa merupakan kepala suku dari desa Asam Jawa yang sebelumnya masih berbentuk dusun.
23
penghulu tersebut yaitu penghulu Sarip tidak diketahui tahun mulai memimpin dan penghulu nalang yang memimpin ditahun 1950-1977, pada saat itu desa Asam Jawa
masih hanya sebuah dusun kecil. Menurut bapak H. Dahlan Harahap, pemerintahan di desa Asam Jawa pada
masa mereka menjabat masih sangat tradisional, dimana belum adanya fasilitas- fasilitas yang memungkinkan untuk melakukan pembangunan terhadap desa Asam
Jawa. Pemerintahan pada masa itu sangat sulit untuk mengembangkan daerahnya oleh karena keterbatasan dana dan keterbatasan sumber daya alam maupun manusianya.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kelapa sawit telah diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1848 oleh pemerintah Belanda.
1
Pertama kali empat bibit dari kelapa sawit tersebut ditanam di kebun Raya Bogor, yang selanjutnya pada tahun 1911, Adrian Hallet yang
berkebangsaan Belgia mulai membudidayakan kelapa sawit tersebut dan memunculkan komoditi perkebunan baru yaitu kelapa sawit yang pertama kali
ditanam di daerah Sumatera Timur yaitu Pulu Raja dan Sungai Liput di Aceh.
2
Berdirinya perkebunan kelapa sawit pada tahun 1911 tersebut, komoditi ini kemudian menjadi berkembang sangat pesat terutama pada masa kependudukan
Belanda serta menjadikan Indonesia pemasok utama minyak sawit dunia pada saat itu. Namun ketika, berakhirnya masa kependudukan Belanda ditahun 1942 menandai
mati surinya perkebunan kelapa sawit tersebut oleh karena pendudukan Jepang.Hal itu dikarenakan pasukan Jepang tidak memerlukan hasil dari minyak kelapa sawit,
mereka lebih mengutamakan penanaman komoditi yang menghasilkan bahan bakar minyak serta komoditi bahan pangan untuk keperluan perang yang mereka hadapi di
Perkebunan kelapa sawit tersebut letak daerahnya pertama kali didirikan di Deli dan Aceh tahun 1911.
1
Yan Fauzi, dkk, Kelapa Sawit: Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran, Jakarta: Penebar Swadaya, 1992, Hal. 2.
2
Loc.Cit, Hal. 2.
2
Asia Pasifik.Hingga masa awal kemerdekaan, perkebunan kelapa sawit tenggelam dan hampir tidak mempunyai peran penting dalam membantu perekonomian
Indonesia.
3
Pada masa orde baru, pengembangan perkebunan sawit mulai dilakukan oleh Presiden Soeharto untuk menciptakan kesempatan kerja dan menjadikannya sektor
penghasil devisa negara.
4
3
Soehardjo, dkk, Vademecum Kelapa Sawit, Sumatera Utara: PTPN IV, 1996, hal. 1.
4
Bahan Seminar Nasional Sejarah Perkebunan di Sumatera Utara, Avros PPKS 12 April 2016.
Pembangunan ini merupakan kebijakan pemerintahan Soeharto dalam program pemerintahannya yaitu Pelita.Kebijakan yang dilakukan
pemerintahan Soeharto tersebut membuat perkebunan kelapa sawit kembalimuncul dan berkembang pesat menjadi salah satu komoditi utama yang ditanami pemerintah
maupun rakyat. Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi
masyarakat yang berada di provinsi Sumatera Utara.Berbagai macam jenis komoditi yang telah dikembangkan sejak dimulainya pengembangan perkebunan pada masa
kolonial di Indonesia seperti tembakau, karet, dan lain sebagainya.Pengembangan lahan perkebunan yang dilakukan dimasa kolonial membuat daerah Sumatera Utara
menjadi salah satu provinsi dimana hampir di semua daerahnya merupakan lahan perkebunan, baik yang di miliki pemerintah, swasta, maupun rakyat. Sumatera Utara
juga menyumbang minyak CPO terbesar di Indonesia yang memberikan devisa cukup besar.
3
Setelah pengembangan perkebunan kelapa sawit dimulai, kelapa sawit menjadi sangat populer di Sumatera Utara, terkhususnya di Desa Asam Jawa.
5
Desa Asam Jawa memiliki lahan potensial dengan luas 5.200 Ha dimana 4.200 Ha tersebut dipakai untuk lahan perkebunan.Berkembangnya perkebunan
kelapa sawit didesa ini memberikan dampak yang besar bagi kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakatnya.Hal ini dapat terlihat dari beragam kebudayaan dan
etnis masyarakat yang berdomisili di desa Asam Jawa. Umumnya masyarakat di Desa Asam Jawa merupakan pendatang baik dari Sumatera maupun luar Sumatera, dari
Sumatera pendatang berasal dari Tapanuli Utara dan Kepulauan Nias, sedangkan dari Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Desa Asam Jawa ini
merupakan salah satu daerah yang mendapat dampak dari pengembangan perkebunan kelapa sawit. Mayoritas masyarakat yang berdomisili di desa tersebut memiliki
perkebunan kelapa sawitnya sendiri-sendiri, namun disisi lain terdapat banyak perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah yang berdiri di desa Asam Jawa,
diantaranya seperti PT Asam Jawa, PT Herfinta, serta PTPN III. Mudahnya dalam membuka lahan perkebunan pada masa orde baru serta cara
penanaman yang cukup mudah dengan banyaknya sosialisasi yang dilakukan pememrintah untuk menambah pengetahuan masyarakat, banyak memberikan
kontribusi pengembangan perkebunan kelapa sawit baik yang dimiliki rakyat maupun perusahaan swasta.
5
Desa Asam Jawa awalnya bernama Pagaran Padang, sebelumnya Desa Asam Jawa tergabung kedalam kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhan Batu, namun setelah pemekaran ditahun 2008
desa Asam Jawa tergabung kedalam pemerintah daerah Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan
4
luar Sumatera berasal dari Jawa dan Manado. Sementara itu penduduk asli dari desa tersebut adalah Melayu, meskipun demikian, suku Mandailing telah berhasil
mendominasi desa tersebut.Awalnya desa ini hanya desa yang tertinggal, yang terdiri dari hutan-hutan yang sangat lebat dan penduduk yang bermukim pun jaraknya
berjauhan antara rumah yang satu dengan yang lainnya. Berkembangnya perkebunan kelapa sawit membawa dampak kesejahteraan bagi masyarakat dan mengembangkan
desa Asam Jawa menjadi salah satu desa swadaya di Kecamatan Torgamba. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat ini terlihat dari tingkat
kesejateraannya yang dimulai dari menengah hingga keatas. Jika dilihat dari pola pemukiman masyarakatnya memang masyarakat di desa Asam Jawa tidak
menunjukkan adanya kesejahteraan, namun ketika dilihat dari gaya hidup masyarakatnya barulah akan terlihat kesejahteraan dari masyarakat ini, tidak jarang
masyarakatnya walaupun memiliki rumah yang kecil tetapi memiliki ladang sawit yang sangat luas dan bahkan memiliki fasilitas-fasilitas mewah seperti: mobil,
kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Berdirinya beberapa perusahaan kelapa sawit di desa Asam Jawa ini juga
memberikan dampak yang besar bagi perkembangan perkebunan kelapa sawit. Pada awal pengembangan perkebunan kelapa sawit di Desa Asam Jawa tersebut
pemerintah mulai memberikan instruksi kepada perusahaan-perusahaan milik pemerintah BUMN untuk memberikan lahan kepada masyarakat didesa tersebut
dengan sistem PIR-Bun Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan, dimana program ini bertujuan agar perusahaan milik pemerintah ini membuka lahan perkebunan kelapa
5
sawit di lahan yang dimiliki masyarakat daerah-daerah yang masih memiliki lahan yang serta belum di eksplorasi dan menjadi pembina perkebunan-perkebunan rakyat
disekitarnya.
6
Selain itu ada beberapa faktor penting yang ikut menunjang perkembangan perkebunan kelapa sawit tumbuh subur dan menghasilkan TBS tandan buah segar
yang berkualitas tinggi, seperti diantaranya adalah kesesuaian lahan yaitu letak geografis, tofografi, elevasi, penyinaran matahari dan ketersediaan air. Umumnya
kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik didaerah yang memiki lahan yang datar, bergelombang hingga berbukit dimulai dari kemiringan 0-30.
Ketika perkebunan kelapa sawit tersebut telah berhasil ditanami kelapa sawit masyarakat diwajibkan untuk menjual kelapa sawitnya kepada perusahaan milik
pemerintah tersebut PTP IV pada saat itu serta membayar kredit untuk biaya pengembangan perkebunan kelapa sawit kepada perusahaan tersebut.
7
Pengembangan perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh perusahaan pemerintah tersebut yang kemudian memberikan kontribusi penting terhadap
perkembangan perkebunan tersebut. Pada sisi lain kemudian muncul perusahaan- perusahaan swasta yang ikut berkontribusi untuk mengembangkan perkebunan kelapa
sawit di desa Asam Jawa. Hal tersebut dikarenakan, walaupun masyarakat dapat menanam kelapa sawit dengan bekal yang diberikan pengetahuan oleh pemerintah,
Desa Asam Jawa menjadi salah satu tempat yang bagus untuk semua kriteria pengembangan
perkebunan kelapa sawit tersebut.
6
Sjafrul Latif, dkk, Potensi dan Peluang Investasi: Industri Kelapa Sawit di Indonesia, Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006, hal 29.
7
Ibid, hal.2.
6
pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit membutuhkan teknologi yang canggih yang pada saat iitu hanya dapat dibuat oleh perusahaan-perusahan yang
dimiliki oleh pemerintah maupun pihak swasta. Banyaknya dibangun perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang di bangun
desa Asam Jawa, yang dimiliki pemerintah maupun milik swasta turut memberikan lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat di desa Asam Jawa tersebut sehingga
menunjang perekonomian disana berkembang menuju kesejahteraan. Proses kehidupan sosial masyarakat di desa Asam Jawa juga terlihat sangat
tentram dan damai dengan rasa solidaritas yang sangat kuat, hal tersebut dikarenakan masyarakat di desa Asam Jawa umumnya mayoritas suku Batak yang dikenal sangat
menjunjung tinggi adat dan tradisi dimana pun berada. Tradisi dan budaya yang dimiliki oleh suku batak secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat desa Asam Jawa yang sukunya tidak termasuk kedalam suku batak. Kehadiran dari komoditas kelapa sawit tersebut membawa banyak dampak
dari kehidupan perekonomian di desa Asam Jawa.Semakin meluasnya areal perkebunan kelapa sawit dari tahun ke tahun di Asam Jawa, yang dapat dilihat dari
awalnya hanya berupa hutan-hutan belantara kini beralih fungsi menjadi lahan perkebunan sawit yang sangat luas menjadikan desa ini ikon kelapa sawit di
Kabupaten Labuhan Batu Selatan.Diantara desa disekitarnya, desa Asam Jawa salah satu yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit rakyat yang luas.
Keberhasilan dari pemerintah dan petani kelapa sawit yang ada didesa Asam Jawa dalam mengembangkan lahan perkebunan kelapa sawit terlihat jelas ketika desa
7
Asam Jawa mulai terbentuk.Hampir di semua daerah yang ada di Asam Jawa ditanami komoditas tanaman kelapa sawit, namun tidak menutup kemungkinan
adanya komoditas-komoditas lain yang ditanam di desa Asam Jawa. Berdasarkan uraian diatas, penulis melakukan pengkajian terhadap
perkebunan kelapa sawit terhadap desa Asam Jawa dengan alasan dan tujuan penting yang dilakukan penulis mengingat hal yang menarik terhadap pengembangan
perkebunan kelapa sawit ini memberikan dampak bukan hanya terhadap kehidupan perekonomian mayarakatnya saja melainkan sisi sosial dan budayanya juga ikut
berpengaruh. Penulisan yang telah dikaji tersebut penulis memberikan judul
“Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Masyarakat di Desa Asam Jawa, Kecamatan Kota Pinang 1980-1996.”
Pembabakan dalam penulisan yang dilakukan oleh penulis agar tidak terlalu meluas, maka ditentukan periodesasi yang tepat.Penelitian ini diawali dari tahun
1980, dimana pada tahun ini perusahaan milik pemerintah BUMN yaitu PTP IV membuat PIR Plasma kepada masyarakat untuk mengembangkan perkebunan kelapa
sawit. Jangkauan waktu penelitian ini diakhiri pada tahun 1996, untuk melihat bagaimana pengaruh pemekaran kecamatan Kota Pinang menjadi kecamatan
Torgamba yang membuat lahan perkebunan kelapa sawit menurun luasnya.
1.2 Rumusan Masalah