Strategi pendayagunaan zakat melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat: studi rumah zakat Kebon Jeruk

(1)

( Studi Rumah Zakat )

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah ( SEI )

Oleh :

ANNISA HARTIWI WULANDARI 205046100595

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M


(2)

STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT MELALUI

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

( Studi Rumah Zakat )

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah ( SEI )

Oleh :

ANNISA HARTIWI WULANDARI NIM. 205046100595

Dibawah bimbingan

Drs. H. Asep Syarifuddin, SH, MH NIP : 196911211994031001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M


(3)

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT (studi pada Rumah Zakat Meruya Ilir, Kebon Jeruk) telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 4 Agustus 2010. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 4 Agustus 2010 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma. SH.. MA., MM NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Drs. Djawahir Heiazziey. SH., MA NIP. 195510151979031002

2. Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag NIP.196404121994031004

3. Pembimbing : Drs. H. Asep Syarifuddin, SH., MH NIP.196911211994031001

4. Penguji I : DR. H. Supriyadi Ahmad. MA NIP.195811281994031001 5. Penguji II : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag


(4)

i

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمرلا ها مسب

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Selawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatNya yang telah memberikan petunjuk jalan untuk menempuh keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik penyusunan, penulisan, maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, saran dan masukannya sangat penulis harapkan.

Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah baik langsung membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Utamanya penulis haturkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku ketua Program Studi Muamalat fakultas syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ah. Azharuddin Latief, M.Ag., MH selaku sekretasris Program Studi Muamalat fakultas syari’ah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(5)

ii

4. Drs. Djawahier Hejazziey, SH., MA selaku koordinator teknis program non reguler dan Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag selaku sekretaris teknis program non reguler fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Dr. H. Asep Syarifuddin, SH, MH selaku dosen peMbimbing skripsi 6. Keluargaku tercinta, papah Oyon Daryono dan mamah Suhartini, terima

kasih atas semuanya. Hanya Allah yang dapat membalas semua jasa dan kasih sayang kalian selama ini padaku. Kedua adikku, Winna Dwiarti, S.sos dan Wanti Trinurani. Aku bangga dengan kalian semua.

7. Untuk Ibu Mufidah, SHI dan Bapak Syafi’I yang telah banyak memberikan arahan dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

8. Untuk staff perpustakaan, terutama kepada Bapak Zuhri, SH. Terima kasih atas kemudahan, arahan dan bantuannya kepada penulis dalam memperoleh data-data kepustakaan yang diperlukan penulis untuk skripsi ini

9. Seluruh staff dan Manager Rumah Zakat cabang Kebon Jeruk Jakarta Barat Raya, terutama kepada Bapak Herlan selaku staff teknis dari Rumah Zakat, Ibu Dessy dan Ibu Dini yang telah memberikan saya waktu, kesempatan dan kemudahan untuk memperoleh bahan-bahan skripsi saya 10.Untuk Billy Vancent yang terus memberi motivasi dan semangat


(6)

iii

11.Untuk teman-teman dan sahabat-sahabatku yang selalu setia menemani dan membantuku. Ria, Naila, Sidiq, Fatah, Rofi, dan semuanya terima kasih.

Besar harapan penulis bahwa penulisan ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pihak-pihak yang memberikan, terutama bagi rekan-rekan mahasiswi fakultas syari’ah dan hukum jurusan perbankan syariah, untuk menambah khasanah Ilmu Perbankan Islam.

Penulis sangat sadar bahwa masih banyak sekali diperlukan penyempurnaan, karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Demikian sedikit pengantar dan ucapan terima kasih dari penulis. Atas semua perhatian yang diberikan penulis ucapkan terima kasih.

Wassalam

Jakarta, Juli 2010


(7)

iv DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 8

D. Metode Penelitian... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pola Pendayagunaan Dana Zakat ... 16

1. Pengertian Zakat dan Dasar Hukumnya ... 17

2. Pengertian Pola Pendayagunaan Zakat ... 20

3. Sasaran Pendayagunaan Zakat ... 20

4. Management Pendayagunaan Zakat ... 22

B. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ... 26


(8)

v

2. Pola-Pola Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ... 27

3. Pendayagunaan Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ... 31

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT A. Sejarah dan Perkembangan ... 34

B. Visi dan Misi ... 38

C. Struktur Organisasi dan Keanggotaan ... 38

D. Mekanisme Operasional ... 40

E. Strategi Pengembangan Rumah Zakat ... 42

BAB IV PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT MELALUI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT A. Aplikasi Pendayagunaan Dana Zakat... 44

B. Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ... 59

C. Analisa... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN


(9)

1 A. Latar Belakang Masalah

Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat muslim Indonesia sebenarnya memiliki potensi strategik yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan pendapatan, yaitu institusi zakat, infak dan sedekah (ZIS). Karena secara demografik, penduduk Indonesia adalah beragama Islam, dan secara kultural kewajiban zakat, dorongan untuk berinfak dan bersedekah di jalan Allah telah mengakar kuat dalam tradisi kehidupan masyarakat Islam.

Dengan demikian, mayoritas masyarakat penduduk Indonesia, secara ideal bisa terlibat dalam mekanisme pengelolaan zakat. Kedudukan kewajiban zakat dalam Islam sangat mendasar dan fundamental. Begitu mendasarnya, sehingga perintah zakat dalam Al-Qur’an sering disertai dengan ancaman yang tegas. Zakat menempati rukun Islam ketiga, setelah syahadat dan shalat. Dalam Al-Qur’an sering sekali kata zakat disetarakan dengan kata shalat. Hal ini menegaskan adanya kaitan komplementer antara ibadah shalat dan zakat. Jika shalat berdimensi vertikal-keutuhan, maka zakat merupakan ibadah yang berdimensi horizontal-kemanusiaan.1

Sejauh ini, meskipun studi tentang zakat telah banyak dilakukan, namun telaah dari perspektif pemberdayaan ekonomi masyarakat nampaknya

1

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, ( Jakarta : UI Press, 1998), h. 90


(10)

2

belum banyak menjadi sorotan. Padahal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, zakat tidak hanya dimaknai secara teologis (ibadah), tetapi juga dimaknai secara sosial-ekonomi, yaitu mekanisme distribusi kekayaan. Dengan kata lain, disamping membersihkan jiwa dan harta benda, zakat juga merupakan alat pemerataan pendapatan yang ampuh dalam kehidupan ekonomi masyarakat.

Potensi zakat untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan berupaya menciptakan iklan masyarakat yang berjiwa wirausaha akan terwujud, apabila penyalurannya tidak langsung diberikan kepada mustahik untuk keperluan konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola dan didistribusikan oleh badan/lembaga yang amanah dan profesional. Untuk keperluan ini, UU RI No. 38 Tahun 1999 mengenai Pengelolaan Zakat merupakan wujud kepedulian Pemerintah mengupayakan kelembagaan pengelolaan zakat dengan manajemen modern.

Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Hal tersebut berbeda dengan sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki dampak balik apapun kecuali ridha dan mengharap pahala dari Allah semata. Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat tidak ada sistem kontrolnya. Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui, pertama, zakat merupakan panggilan agama. Ia merupakan cerminan dari keimanan seeorang. Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya seorang membayar zakat, tidak akan pernah habis dan yang telah membayar setiap


(11)

tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar. Ketiga, zakat secara empirik dapat menghapuskan kesenjangan sosial dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi aset dan pemerataan pembangunan.2

Nilai-nilai zakat tersebut dapat mendatangkan manfaat bagi golongan mampu (wajib zakat), ataupun bagi mustahik (khususnya golongan miskin). Dengan nilai zakat tersebut bagi mustahik dapat merubah kehidupan mereka yaitu untuk meringankan beban biaya hidup, menjadikan kuat berusaha dengan modal dari zakat, juga memberikan suatu kesadaran penggunaan dana zakat, serta dapat mengembangkan etos kerja. Sedangkan untuk para muzzaki

nilai tersebut menjadikan diri bersih, menimbulkan kesadaran terhadap golongan yang tidak mampu dan menimbulkan ketenangan dalam hidup, karena kewajiban itu (zakat) telah terpenuhi.3

Zakat4, infak5, dan sedekah6 adalah sebagian dari mekanisme agama yang berintikan semangat pemerataan pendapatan7. Dana zakat yang diambil dari harta orang lain yang berkelebihan dan disalurkan kepada orang yang kekurangan. Hal ini disebabkan karena zakat diambil dari sebagian kecil hartanya dengan beberapa kriteria tertentu dari harta yang wajib dizakati. Oleh karena itu alokasi dana zakat tidak bisa diberikan secara sembarangan dan hanya disalurkan kepada masyarakat tertentu.

2

Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII

Press), 2005. Cet 2, h. 189-190

3

M. Djamal Doa, Membangun Ekonomi Umat Melalui Pengelolaan Zakat Harta

(Jakarta: Nuansa Madani, 2001), h. 28

4

Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve), h. 1985-1986

5

Cholid Fadlullah, Mengenal Hukum Zakat dan Pengamalannya di DKI Jakarta,

(Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 1993), h. 5

6

Ibid, h. 7. Sedekah berarti memberikan atau mendermakan sesuatu kepada orang lain

7

Muhammad Nejatullah Siddiqi, Pemikiran Ekonomi Islam: Suatu Penelitian


(12)

4

Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai pendukung peningkatan ekonomi mereka apabila dikonsumsikan pada kegiatan produktif. Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut.

Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal bila dilaksanakan lembaga zakat sebagai organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat. Mereka tidak memberikan zakat begitu saja, melainkan mendampingi dan memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri.

Agar pendayagunaan zakat berjalan sesuai dengan yang diinginkan oleh Islam, maka harus mempunyai pengelola tersendiri yang independent. Lembaga zakat juga harus memiliki tenaga-tenaga yang cakap khusus dibagian keuangannya. Tenaga-tenaga ini harus bisa mengintegrasikan kebutuhan seluruh bidang dalam aktifitas plan. Mereka yang akuntan ini harus bisa membagi porsi pembiayaan, mengalokasikan dana operasional dan membayar honor sebagai hak para amilnya.8 Sebagai contoh salah satunya yaitu pada Rumah Zakat.

8


(13)

Rumah Zakat Indonesia adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang fokus pada pengelolaan zakat, infaq, sedekah, dan wakaf secara lebih professional dengan menitikberatkan pembinaan dan pemberdayaan sosial melalui tiga rumpun program, yaitu senyum mandiri (meliputi program

ecocare dan youthcare), senyum sehat (program healthcare), senyum juara (program educare). Memulai kiprahnya sejak Mei 1998 di Bandung, lembaga yang awalnya bernama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ) dan dipelopori oleh Abu Syauqi ini, semakin menguatkan eksistensinya sebagai lembaga amil zakat. Legalitas untuk melakukan ekspansi semakin kuat ketika lembaga ini telah mendapat sertifikasi pengukuhan sebagai lembaga amil zakat nasional berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003 yang diperbaharui SK Menag RI No. 42 Tahun 2007.

Adapun data perkembangan pada Rumah Zakat per Maret 2010 yang disebut Community Development dengan pemberdayaan pada 4.062 keluarga terbina secara insentif di 227 Integrated Communiy Development (ICD), 169 keluarga mandiri dengan penghasilan diatas nishab zakat, 278 keluarga terangkat penghasilannya diatas KHL (Kebutuhan Hidup Layak), kemudian 187 relawan lulusan kampus, 181 pemuda peserta Balai Latihan Kerja (Youth Development Centre), 1.244 anggota KUKMI (Kelompok Usaha Kecil dan Mandiri) dengan total penyaluran Rp 2,6 Milyar, serta 63 water well berdiri memberi akses air bersih dan MCK.9

Rumah Zakat menyalurkan dana zakat produktif pada suatu program yang kemudian dikembangkan yaitu Program Pemberdayaan Ekonomi,

9


(14)

6

program ini adalah program pemberdayaan pembinaan umat atau mustahiq produktif dengan memberikan bantuan modal usaha yang disalurkan dengan fasilitas program-program pemberdayaan yang ada.

Dengan adanya program usaha kecil menengah dimana modal berasal dari zakat akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti angka pengangguran bisa dikurangi sehingga berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat terhadap suatu barang dan jasa yang diikuti dengan pertumbuhan sektor produksi dimana akan menjadi salah satu indikator adanya pertumbuhan ekonomi.

Duabelas tahun sudah Rumah Zakat berdiri menjadi jembatan harmoni antara para muzaki dan mustahik, menyambungkan empati dalam simpul pelayanan gratis hingga pemberdayaan. Atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa, didukung simpati sobat zakat sekalian, Rumah Zakat telah hadir di 44 jaringan kantor di 38 kota besar dari Banda Aceh NAD hingga Jayapura, Papua. Dengan dukungan teknologi informasi, kini semua kantor (pusat-regional-cabang-kantor kas) telah terkoneksi secara online. Membuat pengelolaan lembaga lebih terintegrasi, transparan dan cepat. Dalam pengembangan ketiga rumpun programnya Rumah Zakat mengembangkan program pendampingan dan pemberdayaan intensif berbasis komunitas yang disebut Integrated Community Development (ICD) baik per kecamatan maupun per kelurahan. Untuk setiap ICD dikelola oleh satu orang atau lebih Mustahiq Relation Officer (MRO) yang tinggal di tengah-tengah masyarakat yang dibinanya sehingga pemantauan dan keberlangsungan program lebih terjaga.


(15)

Semangat membumikan nilai spiritualitas menjadi kesalehan sosial membingkai gerak lembaga ini sebagai mediator antara nilai kepentingan muzaki dan mustahik. Antara yang memberi dan menerima, antara para aghniya (orang kaya) dan mereka yang dhuafa sehingga kesenjangan sosial bisa semakin dikurangi jaraknya. Harmoni ini semakin hangat dengan dukungan para muzaki dan mitra lembaga. Merekalah yang menjadi tiang penyanggga lembaga, selain tentu dukungan doa anak yatim dan para mustahik yang menyuburkan gerakan sosial ini dilakukan.

Kesesuaian Syariah dan Ketepatan Sasaran menjadi indikator sukses utama Rumah Zakat dalam penentuan pendayagunaan program. Dua hal diatas tentu didukung oleh sistem dan sumber daya insani yang menjadi tulang punggung terselenggaranya setiap program pemberdayaan.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas masalah ZAKAT, khususnya yang akan penulis rumuskan dalam sebuah judul

skripsi ”STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT MELALUI

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT” (Studi Rumah Zakat Meruya Ilir, Kebon Jeruk)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Banyak sekali hal-hal menarik dan patut dipaparkan tentang zakat, terutama di Rumah Zakat Indonesia, baik dari segi pengelolaan, pengembangan maupun penyaluran. Begitu juga dari segi pendayagunaannya. Mengingat keterbatasan dan agar pembahasan ini terfokus dalam satu masalah saja, maka penulis membatasi permasalahan ini dalam masalah strategi


(16)

8

pendayagunaan zakat yang disalurkan Rumah Zakat Indonesia dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Dari pembatasan masalah diatas, penulis kemudian merumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana Aplikasi Pendayagunaan Dana Zakat di Rumah Zakat?

2. Bagaimana Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dengan melihat pokok permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi pendayagunaan dana zakat di rumah zakat.

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi pendayagunaan dana zakat melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi Praktisi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi Rumah Zakat atau pihak yang terkait didalamnya dalam mengoptimalkan pendistribusian zakat untuk pemberdayaan mustahik.

2. Bagi Akademisi

Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu syariah pada umumnya dan keuangan Islam pada khususnya, serta menjadi rujukan penelitian berikutnya tentang pendayagunaan dana zakat untuk pemberdayaan mustahik.


(17)

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan tambahan nilai kesejahteraan agar selalu menyadari kewajiban untuk mengeluarkan zakat dari harta yang kita dapatkan. Sehingga kesejahteraan dalam masyarakat tercapai.

D. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan strategi mutlak yang harus dipakai dalam suatu penelitian. Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengetahui sejauh mana manfaat dan kontribusi pendayagunaan dana zakat melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar.

1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Penelitian Kepustakaan dan Penelitian Lapangan guna mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

a. Penelitian Kepustakaan

Dalam penelitian kepustakaan yang diambil oleh peneliti berasal dari media-media cetak dan elektronik, seperti koran, majalah, internet, dan brosur-brosur.

b. Penelitian Lapangan 1) Observasi

Yaitu penulis mendatangi kantor Rumah Zakat tersebut guna memperoleh data yang konkret tentang hal-hal yang menjadi objek penelitian.


(18)

10

2) Wawancara

Wawancara ini dilakukan oleh penulis agar memperoleh data yang objektif mengenai program pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada terwawancara tentang segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan penulisan.

3) Dokumentasi

Yaitu penulis mengumpulkan, membaca, dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis (buku, brosur, majalah) yang terdapat di Rumah Zakat, perpustakaan atau instasi lain yang dapat dijadikan analisa dalam penelitian ini yang berhubungan dengan strategi pendayagunaan dana zakat melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yang terdiri dari :

a. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah Rumah Zakat Indonesia sebagai lembaga amil zakat, dalam hal ini penulis mengambil tiga orang pengurus dari Rumah Zakat yang dapat memberikan informasi representatif dan mempunyai akses dan pengaruh terhadap program pemberdayaan ekonomi masyarakat.


(19)

b. Objek Penelitian

Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini yaitu bagaimana pendayagunaan zakat pada Rumah Zakat dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah daerah yang akan dijadikan sasaran penelitian. Penelitian dilakukan di Rumah Zakat yang beralamat di Business Park Jl. Raya Meruya Ilir No. 88 Blok E 2 No. 15, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Adapun alasan penulis memilih Rumah Zakat sebagai objek penelitian, dikarenakan ruang lingkup Rumah Zakat lebih luas di bandingkan dengan lembaga-lembaga zakat lainnya, serta lokasi dan tempatnya yang cukup strategis sehingga apa yang penulis harapkan dan teliti dapat tercapai. Selain itu Rumah Zakat juga telah melaksanakan program pemberdayaan ekonomi masyarakat.

4. Jenis Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh penulis (pelaksanaan dari sumber primer dalam hal ini adalah wawancara langsung dengan dewan pengurus Rumah Zakat dan beberapa nasabah Rumah Zakat tersebut).

b. Data Sekunder

Data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, brosur,


(20)

12

majalah dan bahan informasi lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah sebagai bahan penunjang penelitian.

5. Pengelolaan Data

Dari data-data yang sudah penulis peroleh, maka penulis mempelajari berkas-berkas yang telah terkumpul kemudian penulis melakukannya dengan cara editing sampai semua berkas itu dinyatakan baik.

6. Analisis Data

Kelanjutan dari mengelola data, penulis melakukan analisis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu penulis menganalisis data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi dokumentasi yang selanjutnya diambil kesimpulan.

Adapun tehnik penulisan skripsi ini menggunakan buku pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Dan mengenai ayat-ayat Al-Qur’an diambil dari Al-Qur’an dan terjemahannya terbitan Departemen Agama RI.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusun menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu skripsi-skripsi yang terdahulu yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Maksud


(21)

pengkajian ini adalah untuk dapat mengetahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi terdahulu.

Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti menduplikat karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara masing-masing judul skripsi yang akan penulis bahas, yaitu sebagai berikut :

1. Skripsi berjudul ” Upaya Baitul Maal Bogor dalam Pendayagunaan Dana

Zakat dalam rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ” pada tahun 2003 oleh Evi Rianti. Skripsi ini mendefinisikan bagaimana aplikasi pengelolaan dari perhimpunan sampai pendistribusian zakat pada Baytul Maal Bogor, kemudian peran Baytul Maal Bogor dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat serta upaya apa saja yang dilakukan Baytul Maal Bogor dalam pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.

2. Skripsi kedua berjudul ˝Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui

Zakat˝ pada tahun 2007 oleh Desi Nasrida. Skripsi ini membahas tentang bagaimana peranan zakat dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, kemudian bagaimana pengelolaan zakat yang dilakukan masyarakat Pasia, Minangkabau kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta sejauh mana efektivitas pengelolaan dana zakat serta kaitannya pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat Pasia.

Berbeda dengan karya-karya ilmiah diatas, bahwa penelitian yang akan penulis lakukan dengan judul Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Melalui


(22)

14

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat studi pada Rumah Zakat adalah bertujuan untuk memberikan penilaian secara kritis tentang pendayagunaan zakat di Rumah Zakat dengan memaparkan program-program baru yang inovatif dan menguntungkan bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat dan sekaligus memaparkan teori tentang pendayagunaan zakat Rumah Zakat serta kontribusi Rumah Zakat terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat Meruya Ilir, Kebon Jeruk.

Demikian perbedaan pokok bahasan atau materi antara penulis dengan buku dan skripsi terdahulu.

F. Sistematika Penulisan

Laporan hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk karya tulis skripsi dengan sistematika penulisan seperti di bawah ini :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini akan dibahas tentang strategi Pendayagunaan Dana Zakat (pengertian zakat dan dasar hukumnya, pengertian pola pendayagunaan zakat, sasaran pendayagunaan zakat, fiqh pendayagunaan, manajemen pendayagunaan), Pemberdayaan


(23)

Ekonomi Masyarakat (pengertian pemberdayaan ekonomi masyarakat, pola-pola pemberdayaan, langkah strategis pemberdayaan ekonomi masyarakat).

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT

Dalam bab ini pembahasannya terdiri dari Rumah Zakat (sejarah singkat berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi dan keanggotaan, mekanisme operasional serta strategi pengembangan rumah zakat).

BAB IV PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT MELALUI

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

dalam bab ini isi pembahasannya terdiri dari (aplikasi pendayagunaan dana zakat dan strategi pendayagunaan dana zakat melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat).

BAB V PENUTUP


(24)

16 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pola Pendayagunaan Dana Zakat 1. Pengertian Zakat

Zakat ditinjau dari segi bahasa dari kata zakat yang berarti suci (ath-thaharah), tumbuh dan berkembang (al-nama’), keberkahan (al -barakah), dan baik (thayib). Sedangkan dalam rumusan fiqh zakat

diartikan sebagai “ sejumlah harta tertentu yang diwajibkan ALLAH untuk

diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan

persyaratan tertentu”.

Rumusan definisi tersebut bila dihubungkan dengan pengertian secara kebahasaan menunjukkan bahwa harta yang dikeluarkan untuk berzakat akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci serta baik.1

Selain definisi di atas, zakat juga diartikan dengan sejumlah harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok tertentu dengan berbagai syarat atau dengan kata lain zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu utntuk diberikan kepada golongan tertentu.

Secara lahiriah, zakat mengurangi nilai nominal (harta) dengan mengeluarkannya, tetapi dibalik pengurangan yang bersifat zhahir ini hakikatnya akan bertambah dan berkembang (nilai intrinsik) yang hakiki

1


(25)

disisi ALLAH SWT. Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, transendental dan horizontal. Oleh sebab itu zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan ummat manusia, terutama ummat Islam.2

2. Pengertian Pola Pendayagunaan Dana Zakat

Bahwasanya pola pendayagunaan dana zakat merupakan serangkaian tiga kata, karena ketiganya mempunyai keterkaitan makna, sehingga mendukung dengan makna yang lainnya, maka lebih jelasnya tiga kata tersebut akan diuraikan tentang penjelasannya masing-masing.

Kata “pola” dalam kamus besar Bahasa Indonesia artinya system;

cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap 3. Sedangkan “pendayagunaan” adalah pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil atau pengusahaan (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan baik4.

Diantara kelima rukun Islam yang Nabi Muhammad SAW sebutkan dalam hadistnya: hanya zakat yang terkait dengan masalah perekonomian. Malah, bisa dikatakan bahwa titik sentral perekonomian Islam itu sebetulnya ada pada kewajiban zakat5.

Perkataan zakat berasal dari kata zakat, artinya tumbuh dan sabar. Makna lain dari kata zakat, sebagaimana digunakan dalam Al-Quran adalah suci dari dosa. Dalam kitab-kitab hukum Islam perkataan zakat itu diartikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah dan jika pengertian itu dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam,

2

Lili Bariadi, dkk, Zakat Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 692

3

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1998), h. 692

4

Ibid, h. 189

5 Ilham Wahyudi, “

Potensi Zakat dalam Perekonomian”, Taubah, volume 1 no 10


(26)

18

harta yang dizakati itu akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan bagi yang punya). Jika dirumuskan, maka zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat-syarat tertentu pula6.

Pendayagunaan zakat adalah penafsiran yang longgar terhadap distribusi dan alokasi (jatah) zakat sebagaimana disebutkan dalam surah at-Taubah ayat 60, seiring dengan tuntutan perkembangan zaman dan sesuai dengan cita dan rasa syariat, pesan dan kesan ajaran Islam7.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola pendayagunaan zakat adalah cara/system distribusi dan alokasi dalam zakat berdasarkan dengan tuntutan perkembangan zaman dan sesuai dengan cita dan rasa syariat, pesan dan kesan ajaran Islam.

Pembicaraan tentang system atau pola pendayagunaan zakat berarti membicarakan beberapa usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu dengan tujuan zakat itu disyariatkan. Dalam pendekatan fiqh, dasar pendayagunaan zakat umumnya didasarkan pada surah at-Taubah ayat 60 sebagai berikut:























9

60

6

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI Press,

1998), h. 38-39

7

Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan NAsional


(27)

Artinya : “sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang berhutang untuk jalan Allah dan orang-orang-orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah maha mengetahui dan maha bijaksana”. (QS at-Taubah/9: 60)

Ayat ini menjelaskan tentang peruntukan kepada siapa zakat itu diberikan. Para ahli tafsir menguraikan kedudukan ayat tersebut dalam uraian yang beragam, baik terhadap kuantitas, kualitas dan prioritas. Penjelasan yang beragam dari para ulama terhadap maksud ayat tersebut menunjukkan bahwa konsep pendayagunaan atau pihak-pihak yang berhak menerima zakat, dalam penerapannya memberikan atau membuka keluasan pintu ijtihad bagi mujtahid termasuk kepala Negara dan Badan Amil Zakat, untuk mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi sesuai dengan kemaslahatan yang dapat dicapai dari potensi zakat tersebut8.

Kenyataannya, umat Islam masih jauh dari kondisi ideal, karena belum optimal dalam mengelola potensi yang ada (QS Ar-Ra’du:11). Bila seluruh potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah, dikembangkan secara baik, dipadukan potensi aqidah Islamiyah (tauhid), tentu akan memberikan hasil yang optimal. Dengan demikian, kesadaran beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin akan semakin meningkat maka pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan semakin sedikit.

8


(28)

20

Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani secara serius adalah penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat9.

3. Sasaran Pendayagunaan Dana Zakat

Zakat, dilihat dari si penerimanya, membebaskan manusia dari sesuatu yang menghinakan martabat mulia manusia dan merupakan kegiatan tolong-menolong yang sangat baik, dalam menghadapi problema kehidupan dan perkembangan zaman.10 Allah Swt menetapkan delapan golongan mustahik (asnaf mustahik), terdiri dari fakir, miskin, amil, muallaf, riqob, ghorimin, fisabilillah dan ibnu sabil.

Klasifikiasi golongan mustahik dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu:

a. Kelompok Permanen

Termasuk dalam kelompok ini adalah fakir, miskin, amil dan muallaf. Empat golongan mustahik ini diasumsikan akan selalu ada diwilayah kerja organisasi pengelola zakat dan karena itu penyaluran dana kepada mereka akan terus menerus atau dalam waktu lama walaupun secara individu penerima berganti-ganti.

b. Kelompok Temporer

Termasuk dalam kelompok ini adalah riqob, ghoirimin, fisabilillah dan ibnu sabil, empat golongan mustahik ini diasumsikan tidak selalu ada diwilayah kerja suatu organisasi pengelola zakat. Kalaupun ada maka

9

Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 7

10

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat. Penerjemah Salman Harun, dkk (Jakarta: Litera Antar Bahasa, 2004), h. 867


(29)

penyaluran dana kepada mereka tidak akan terus menerus atau tidak dalam waktu panjang sesuai dengan sifat permasalahan yang melekat pada empat golongan ini.

Untuk penerima dana selain zakat lebih bersifat fleksibel dibandingkan dengan mustahik zakat kecuali hal itu disyaratkan oleh muzakki pada saat dana diterima. Penentuan penerimaan dana selain zakat dapat mengacu kepada golongan mustahik zakat. Terlebih kondisi kemiskinan yang luar biasa seperti saat ini, maka golongan fakir miskin tepat sekali apabila dijadikan acuan. Setelah menetapkan kebijakan umum penerima dana, maka kriteria lebih spesifik harus menetapkan jumlah penghasilan untuk menentukan seseorang masuk kategori fakir miskin.

Idealnya, setiap organisasi pengelola zakat dapat berkiprah dalam seluruh aspek yang ada. Namun dengan keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki harus ada pilihan yang dilakukan. Selain itu pilihan ruang lingkup bidang sasaran ini juga harus menjadi bahan pertimbangan agar terjadi efektifitas pemanfaatan dana. Sehingga peran zakat dalam kehidupan umat akan dapat dirasakan sebagaimana yang ada pada masa Rasulallah SAW dan para sahabat.

Beberapa hal berikut, perlu diperhatikan dalam pengalokasian dana zakat:

a. Kebutuhan riil para penerima zakat

Penetapan bidang sasaran disesuaikan dengan kebutuhan rill para penerima dana yang ada diwilayah kerja pengelola zakat masing-masing.


(30)

22

Pengguliran program dalam bidang sasaran yang sesuai dengan kebutuhan penerima dana akan menumbuhkan rasa memiliki pada diri mereka terhadap program tersebut.

b. Skala prioritas permasalahan

Kebutuhan riil para penerima mungkin tidak terbatas. Jika demikian, maka sudah seharusnya dibuat skala prioritas permasalahan yang akan ditandatangani. Sehingga, walaupun memerlukan waktu yang panjang karena bertahap namun ada proses penyelesaian masalah yang jelas dengan target dan tujuan akhir terukur.

c. Kemampuan sumber dana dan sumber daya manusia

Pemilihan bidang sasaran sangat terkait dengan tersedianya sumber dana dan sumber daya manusia. Keterbatasan dalam dua sumber ini hanya dapat dibatasi dengan adanya sinergi atau strategis antara organisasi-organisasi pengelola zakat yang ada diwilayah yang sama atau dengan organisasi pengelola zakat yang cakupan wilayah kerjanya lebih luas11. 4. Managemen Pendayagunaan Zakat

a. Perencanaan Zakat

Sudah sejak lama konsep zakat di yakini mampu memberantas kemiskinan, dalam rumusan fiqih zakat kerap kali disebut sebagai pengabdian kepada Allah dalam bentuk pembelajaran dalam teologi kontemporer disebut sebagai ibadah yang mengandung hubungan sesama manusia dengan prinsip mentransfer harta dari si kaya dan yang miskin.

11


(31)

Istilah zakat sendiri mempunyai makna ganda pertama membersihkan hati atau jiwa, kedua membersihkan harta seseorang

“karena dalam harta seseorang terdapat hak bagi yang miskin” (Al Dzariat

: 19). Dengan membersihkan harta itu dari hak orang lain maka hati seseorang akan terbersihkan pula.

Melihat arti penting zakat baik bagi diri muzaki maupun untuk kemaslahatan masyarakat, semestinya masyarakat muzaki bersegera untuk membayar zakat, tetapi kenyataannya lain, para muzaki seolah-olah tidak tau dan tidak peduli tentang kewajiban berzakat dan berpangku tangan melihat kesenjangan sosial yang ada. Dengan demikian memaksa pihak pengawas (Amil) bekerja keras dalam menjalankan tugasnya untuk mengumpulkan zakat. Oleh karena itu pihak amil zakat harus mampu membuat pendekatan yang dapat memaksimalkan pendapatan dan pendekatan tersebut harus berorientasi pada kemaslahatan masyarakat.12 b. Pengelolaan Zakat

Zakat, shadaqah dan infaq itu sama artinya, paling tidak esensinya, baik dalam Al-Qur’an maupun Hadis, bahkan dasar hukum zakat pun yang tercantum dalam surat At-Taubah ayat 60 tidak memakai istilah zakat melainkan shadaqah. Zakat adalah yang sifatnya wajib, berdasarkan ketentuan nisab dan haul dan diberikan kepada yang menerima yakni delapan ashnaf seperti yang tercantum pada surat At-Taubah ayat 60 baik zakat maupun shadaqah keduanya termasuk dalam pengertian infak, yaitu

12


(32)

24

bagian yang dibelanjakan dari harta seseorang untuk kemaslahatan umum atau membantu yang lemah.

Hingga kini belum ada yang komprehensif mengenai masalah zakat ini, kita tidak bisa mengetahui beberapa jumlah muzakki pada satu daerah, kepada siapa zakat itu disalurkan, berapa rata-rata pendapatan zakat pertahun, siapa saja yang boleh menjadi amil, dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain tentang zakat yang belum dijawab. Oleh karena itu sudah waktunya melakukan suatu sistem untuk menjawab masalah yang berkaitan dengan zakat.

Pola pengumpulan zakat hingga kini telah mengalami tiga evaluasi,

pertama dilakukan secara individual dan amilnya praktis tidak ada dan kalaupun ada bersifat lokal ataupun perorangan, misalnya ulama dan kyai,

kedua adanya pengurus/amil, namun hanya bersifat pada jangka waktu tertentu dan kemudian dibubarkan, ketiga pada tahap ini pemerintah sudah mulai turun tangan dalam pembentukan badan amil zakat, tetapi pemerintah hanya bertindak sebagai pembina saja sedangkan pelaksanaannya masih dilakukan oleh LSM.

Dari tiga evaluasi tersebut kita bisa melihat perkembangannya terutama di evaluasi ke tiga karena selain zakat fitrah dan zakat mal, lembaga amil juga berhasil mengumpulkan zakat karyawan profesi juga perusahaan dengan dijadikannya pemerintah sebagai pembina sebuah LSM yang berperan sebagai amil zakat semestinya pihak LSM bisa memaksimalkan pendapatannya dalam menjaring muzakki, hal ini


(33)

dikarenakan zakat adalah kewajiban sebuah Agama yang bersifat sukarela sedangkan pajak kewajiban negara tanpa pandang Agama, jadi pemerintah tidak bisa bertindak sebagai pelaksana dengan salah satu alasannya adalah kemajemukan/keragaman Agama di Indonesia ini.13

c. Pengawasan dan Evaluasi

Telah jelas pengertiannya bahwa zakat itu dimaksudkan untuk membangun manusia, yang dulunya mustahik menjadi muzakki dengan proses perencanaan dan pengelolaan yang tepat, namun demikian pembengunan manusia ini tidak semudah membalikan telapak tangan. Hanya dengan menyalurkan zakat kepada mustahik itu tidak akan menumbuhkan hasil seperti yang diharapkan tanpa adanya pengawasan dan evaluasi, oleh karena itu pengawas juga menjadi salah satu faktor yang penting dalam proses pembayaran masyarakat.

Pengawasan ini sifatnya dua arah, pertama pengawasan bagi pihak amil, agar jangan sampai pengawas menyalahgunakan dana zakat yang terkumpul. Kedua pengawasan bagi pihak mustahik, pengawasan ini meliputi beberapa hal antara lain pengawasan dana zakat, kemampuan mustahik dalam menggunakan dana zakat dan kesesuaian antara bentuk pemberian dengan permasalahan yang dihadapi.

Dengan adanya pengawasan ini diharapkan dana yang tersalurkan kepada pihak mustahik benar-benar dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya dan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

13Musa Asy’ari, Islam,


(34)

26

Sampai kapankah pemberdayaan penyaluran dana harus dilakukan pemberdayaan tidak bersifat selamanya melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri.14 Dan kemudian di lepas untuk mandiri. Meski sudah mandiri harus tetap dipantau agar kondisi dan kemampuan terus meningkat dengan cara mengevaluasi sejauh mana kemampuan mustahik dalam mengembangkan pemberdayaan dengan evaluasi tersebut bisa diketahui apakah mustahik sudah menjadi muzakki ataukah masih tetap dibina.

B. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga/kekuatan. Pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.15

Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilakan nilai tambah paling tidak harus ada perbaikan akses terhadap empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya, akses terhadap

14

Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, h. 82

15


(35)

teknologi, akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan.16 Ekonomi masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.17

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan satu upaya untuk meningkatkan kemampuan atau potensi masyarakat dalam kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan mereka dan dapat berpotensi dalam proses pembangunan nasional.

2. Pola-pola Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, pola pemberdayaan yang tepat sasaran sangat diperlukan, bentuk yang tepat adalah dengan memberikan kesempatan kepada kelompok miskin untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang telah mereka tentukan. Disamping itu masyarakat juga diberikan kekuasaan untuk mengelola dananya sendiri, baik yang berasal dari pemerintah maupun pihak amil zakat, inilah yang membedakan antara partisipasi masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat.

Perlu difikirkan siapa sesungguhnya yang menjadi sasaran pemberdayaan masyarakat, sesungguhnya juga memiliki daya untuk membangun, dengan ini good governance yang telah dielu-elukan sebagai

16

Erna Erawati Cholitin dan Juni Thamrin (ed), Pemberdayaan dan Refleksi Finansial

Usaha Kecil di Indonesia, Bandung, Yayasan Akita, 1997, h. 238

17

Gunawan Sumadiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengamanan


(36)

28

suatu pendekatan yang dipandang paling relevan, baik dalam tatanan pemerintahan secara luas maupun dalam menjalankan fungsi pembangunan.

Good governance adalah tata pemerintahan yang baik merupakan suatu kondisi yang menjalin adanya proses kesejahteraan, kesamaan, kohesi dan keseimbangan peran, serta adanya saling mengontrol yang dilakukan komponen pemerintah, rakyat dan usahawan swasta.18

Dalam kondisi ini mengetengahkan tiga pilar yang harus diperlukan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Ketiga pilar tersebut adalah pemerintah, swasta dan masyarakat yang hendaknya menjalin hubungan kemitraan yang selaras.

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri, kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Pemberdayaan masyarakat hendaknya mengarah pada pembentukan kognitif masyarakat yang lebih baik, untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses.

Ada dua upaya agar pemberdayaan ekonomi masyarakat bisa dijalankan, diantaranya pertama mempersiapkan pribadi masyarakat menjadi wirausaha. Karena kiat Islam yang pertama dalam mengatasi masalah kemiskinan adalah dengan bekerja. Dengan memberikan bekal

18

Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan, Yogyakarta,


(37)

pelatihan, karena pelatihan merupakan bekal yang amat penting ketika akan memasuki dunia kerja.

Program pembinaan untuk menjadi seorang wiraswasta ini dapat dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan, diantaranya :19

a. Memberikan bantuan motivasi moril

Bentuk motivasi moril ini berupa penerangan tentang fungsi, hak dan kewajiban manusia dalam hidupnya yang pada intinya manusia diwajibkan beriman, beribadah, bekerja dan berikhtiar dengan sekuat tenaga sedangkan hasil akhir dikembalikan kepada dzat yang Maha Pencipta. Bentuk-bentuk motifasi moril ini dilakukan melalui pengajian umum/bulanan, diskusi keagamaan dan lain-lain.20

b. Pelatihan Usaha

Melalui pelatihan ini setiap peserta diberikan pemahaman terhadap konsep-konsep kewirausahaan dengan segala macam seluk beluk permasalahan yang ada didalamnya. Tujuan pelatihan ini adalah untuk memberikan wawasan yang lebih menyeluruh dan aktual sehingga dapat menumbuhkan motivasi terhadap masyarakat disamping diharapkan memiliki pengetahuan taknik kewirausahaan dalam berbagai aspek.

Pelatihan sebaiknya diberikan lebih aktual, dengan mengujikan pengelolaan praktek hidup berwirausaha, baik oleh mereka yang memang bergelut di dunia usaha, atau contoh-contoh konkrit yang terjadi dalam

19Musa Asy’ari,

Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, Klaten, Lesfi Institusi Logam, 1992, h. 141

20

Sudjangi et. Model Pendekatan Agama Dalam Pengentasan Kemiskinan di


(38)

30

praktek usaha. Melalui pelatihan semacam ini diharapkan dapat mencermati adanya kiat-kiat tertentu yang harus ia jalankan, sehingga dapat dihindari sekecil mungkin adanya kegagalan dalam pengembangan kegiatan wirausahanya.21

c. Permodalan

Permodalan dalam bentuk uang merupakan salah satu faktor penting dalam dunia usaha, tetapi bukan yang terpenting untuk mendapatkan dukungan keuangan, baik perbankan manapun dana bantuan yang disalurkan melalui kemitraan usaha lainnya.

Penambahan modal dari lembaga keuangan, sebaiknya diberikan, bukan untuk modal awal, tetapi untuk modal pengembangan, setelah usaha itu dirintis dan menunjukkan prospeknya yang cukup baik, karena jika usaha itu belum menunjukkan perkembangan profit yang baik, sering kali bank tidak akan memberikan pinjaman.

Bentuk pemberdayaan yang kedua adalah dengan pendidikan, kebodohan adalah pangkal dari kemiskinan, oleh karenanya untuk mengentaskan kemiskinan dalam jangka panjang adalah dari sektor pendidikan, karena kemiskinan ini kebanyakan sifatnya turun-menurun, dimana orang tuanya miskin sehingga tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya, dan hal ini akan menambah daftar angka kemiskinan kelak di kemudian hari.

21

M. Damawan Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Jakarta: Lembaga


(39)

Bentuk pemberdayaan di sektor pendidikan ini dapat disalurkan melalui dua cara, pertama pemberian beasiswa bagi anak yang kurang mampu, dengan diberikannya beasiswa otomatis menguangi beban orang tua dan sekaligus meningkatkan kemauan belajar, kedua penyediaan sarana dan prasarana, proses penyalurannya adalah dengan menyediakan proses tempat belajar formal ataupun non formal, atau paling tidak dana yang disalurkan untuk pendidikan ini selain untuk beasiswa juga untuk pembenahan fasilitas sarana dan prasarana belajar, karena sangat tidak mungkin menciptakan seorang pelajar yang berkualitas dengan sarana yang minim.22

3. Pendayagunaan Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Perubahan dibidang ekonomi berpengaruh terhadap struktur sosial. Disatu pihak kita melihat makin banyak potensi muzakki. Pada masa lalu

jumlah ”orang kaya” hanya terbatas. Sekarang jumlah itu makin banyak

dengan terbukanya kesempatan usaha. Tapi yang lebih penting untuk kita

perhatikan adalah makin besarnya ”golongan menengah”. Pada masa lalu,

zakat barang kali lebih banyak disosialisasikan dengan ”orang kaya” pemilik harta (aghniya). Sekarang potensi total dari sumber zakat itu melebar dan lebih besar. Ini menimbulkan dampak dalam pengelolaan, khusunya dalam aspek mobilisasinya.

Di lain pihak, mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan, yang berhak menerima zakat, walaupun dari segi angka absolut bisa bertambah.

Tapi disini konsep ”garis kemiskinan” harus diperhatikan. Melihat dari

22


(40)

32

struktur sosial, sekelompok masyarakat mungkin tergolong miskin. Tapi tingkat kemiskinannya berkurang. Atau dengan perkataan lain, sebagian lapisan masyarakat miskin telah meningkatkan pendapatan dan tingkat kesejahteraannya. Karena itu mereka yang perlu lebih mendapatkan adalah golongan ”destitute” (fakir miskin yang sengsara).

Salah satu konsep yang telah dilakukan oleh lembaga amil zakat pada

umumnya adalah dengan yang biasa disebut ”zakat produktif”. Pokok gagasannya adalah menolong golongan miskin tidak memberi ”ikan” melainkan dengan ”kail”. Kalau zakat diberikan semata-mata untuk konsumsi, maka pertolongan ini bersifat sementara. Tapi kalau diberikan untuk membantu yang bersangkutan untuk produksi atau usaha, maka pertolongan itu akan bisa membantu yang bersangkutan untuk keluar dari situasi kemiskinan itu sendiri.

Dengan munculnya gagasan itu ada beberapa pola penggunaan zakat : a. Zakat diberikan langsung kepada fakir miskin untuk keperluan konsumtif.

Dalam konteks perubahan sekarang, maka bagian zakat ini diarahkan terutama kepada golongan ”the destitute” yang sifatnya ”relief” dan dampaknya bersifat jangka pendek.

b. Zakat diberikan kepada mereka yang terlibat dalam kegiatan pendidikan dan dakwah, yang dalam taraf hidup kekurangan.

c. Sebagian dana zakat dan dana lainnya (shadaqah, infaq dan waqaf) diperuntukan guna membangun prasarana ibadah dan pendidikan/dakwah Islam.


(41)

d. Sebagian kecil zakat kini telah mulai diarahkan untuk tujuan ”produktif”, baik berupa hibah maupun pinjaman tanpa bunga bagi golongan miskin tetapi mesti tergolong ”the destitute”, dengan harapan, mereka bisa melepaskan diri dari kemiskinan, bahkan dalam jangka waktu tertentu diharapkan bisa menjadi muzakki, setidak-tidaknya dalam zakat fitrah. e. Bagian yang lain, yang sejumlahnya sedikit, diperuntukan untuk ”amil”

bisa berkembang, yaitu tidak semata-mata untuk orangnya, melainkan bisa pula lembaga yang mengelola dan bisa memajukan segi pengorganisasiannya.

Masalah yang perlu dipelajari lebih lanjut adalah pengalokasiannya. Baik amil, badan amil, badan amil maupun muzakki langsung, pada umumnya mengalokasikan sebagian besar dana zakat itu (lebih dari 50%) untuk fakir miskin. Namun demikian meningkatnya jumlah penerimaan zakat dan dilain pihak dan berkurangnya (secara relatif) jumlah mustahik secara hipotis dapat diperkirakan bahwa bagian zakat untuk non fakir akan semakin meningkat.23

23


(42)

34 BAB III

GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT

A. Sejarah dan Perkembangan Rumah Zakat

Pada Tahun 1999 dukungan masyarakat yang terus meluas mendorong dilakukannya pengelolaan organisasi ini lebih baik. Kantor sekretariat pindah ke Jl. Dederuk 30 Bandung. Mendekat ke forum pengajian di Masjid Al Manaar. Pencapaian donasi selama 1998-1999 terkumpul sebanyak Rp 0,8 Milyar.

Pada Tahun 2000 Animo masyarakat pada perlunya organisasi kemanusiaan semakin meningkat. Masyarakat memandang penting misi sosial ini diteruskan bahkan untuk kiprah yang lebih luas . Dirintislah program bea siswa pendidikan yatim dan dhuafa, layanan kesehatan, rehabilitasi masyarakat miskin kota, dll. Pemekaran mulai dilakukan dengan membuka kantor cabang Yogyakarta, Mei 2000 di Jl. Veteran 9. Cabang Bandung dipindah ke sekretariat awal di Jl. Turangga 33 Bandung. Donasi selama setahun terkumpul Rp 2,1 Milyar.

Pada Februari 2001, Kantor cabang Jakarta resmi berdiri di Jl. Ekor Kuning Rawamangun, Jaktim. Pengumpulan donasi terbukukan sebesar Rp 2,19 Milyar

Pada Tahun 2002 Identitas lembaga sebagai lembaga amil zakat semakin dikuatkan. Kantor Cabang Jakarta pindah ke Jl. Taruna 43 Pulogadung. Penerimaan donasi meningkat menjadi Rp 4,19 M


(43)

Di Tahun 2003 DSUQ berubah nama menjadi Rumah Zakat Indonesia DSUQ seiring dengan turunnya SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret2003 yang mensertifikasi organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional. Bulan Mei, Rumah Zakat Indonesia DSUQ hadir di ibukota Jawa Timur, Surabaya. Perolehan donasi terus meningkat menjadi Rp 6,46 M.

Pada Tahun 2004 Kantor cabang Tangerang berdiri. Ekspansi mulai melebar ke Sumatera dengan didirikannya kantor cabang Pekanbaru, Riau. Dimulainya pembangunan sistem Teknologi Informasi untuk peningkatan mutu pelayanan. Hampir seluruh kantor cabang telah tersambung secara online. Website www.rumahzakat.org dirilis, menggantikan alamat situs sebelumnya di www.rumahzakat.net. Menguatkan branding lembaga dengan nama Rumah Zakat Indonesia. Kepercayaan masyarakat semakin tumbuh, donasi terkumpul sebanyak Rp 8,92 M.

Selanjutnya di Tahun 2005 Pertumbuhan cabang meningkat pesat. Tsunami Aceh yang terjadi 26 Desember 2004 membuka akses Rumah Zakat Indonesia lebih berperan di Sumatera. Cabang-cabang baru pun dibuka : cabang Aceh, Medan, Padang, Palembang, Batam berdiri. Di Jawa, berdiri pula kantor cabang Semarang, ditambah jaringan kantor cabang pembantu di Bekasi, Bogor, Depok, Jakarta Selatan, Cirebon, Solo. Cabang Pekanbaru juga berekspansi dengan memiliki kantor cabang pembantu Duri dan Dumai. Sistem informasi lembaga mulai masuk ke jaringan on line. Mulai transaksi online, absensi on line, dan beberapa software keuangan. Penerimaan donasi


(44)

36

meningkat tajam khususnya dari bantuan masyarakat untuk program rehabilitasi pasca tsunami Aceh, tercatat Rp 45,26 M donasi terkumpulkan.

Selanjutnya pada tahun 2006 Regenerasi puncak pimpinan diestafetkan dari Ustadz Abu Syauqi beralih ke Virda Dimas Ekaputra. Babak sejarah baru

' Transformation From Traditional Corporate to Professional Corporate '

dimulai. Kesadaran berzakat terus didorong dengan merilis kampanye “When

Zakat Being Lifestyle” Diluncurkanlah program Gelar Budaya Zakat (GBZ) Menuju Indonesia Sadar Zakat 2008 pertama kali di 6 kota. Donasi berhasil terkumpul sebanyak Rp 29,52M.

Di tahun 2007 Pengembangan progam semakin disempurnakan termasuk dengan mengganti istilah Departemen Empowering menjadi Direktorat Program. Implementasi program mulai difokuskan hingga mengerucut pada empat induk yaitu EduCare, HealthCare, YouthCare, dan EcoCare. Pengelolaan program dilakukan dengan konsep terintergrasi dan berkelanjutan berbasis komunitas.

Pada tahun 2008 Rumah Zakat berkeinginan kuat untuk memantapkan program-program pemberdayaan. Dukungan dan kepercayaan masyarakat menguatkan lembaga untuk semakin fokus kepada sebuah rekayasa peradaban besar yang sejak awal telah diimpikan, yakni ”transformasi mustahik to

muzakki”. Wujud nyata usaha lembaga adalah dengan meluaskan jaringan pengembangan usaha kecil dan mikro di 18 kota

Tahun 2009 bisa disebut sebagai tahun ekspansi mengingat dalam 1 semester langsung dibuka 14 cabang baru sehingga menambah total jumlah


(45)

jaringan sebanyak 45 kantor. Pengelolaan yang semakin baik mendapat apresiasi dari masyarakat antara lain award dari Karim Business Consulting yang menempatkan Rumah Zakat sebagai #2 LAZNAS Terbaik dalam ISR Award (Islamic Social Responsibility Award 2009). Penghargaan juga datang dari IMZ (Indonesia Magnificence of Zakat) yang menganugerahi Rumah Zakat Indonesia sebagai The Best Organization in Zakat Development. Pencapaian donasi tumbuh semakin baik, tercatat Rp 107, 3 Milyar berhasil dikumpulkan dan menjadikan Rumah Zakat Indonesia sebagai Organisasi Pengelola Zakat terbesar pengumpulan donasinya se-Indonesia.

Sehingga pada tahun 2010 Krisis banyak diprediksikan mulai pulih pada tahun ini, namun tantangan sosial dan ekonomi tak lebih mudah dihadapi. Rumah Zakat menyikapi hal ini dengan melakukan rangkaian adaptasi dan perubahan menuju organisasi berskala global 5 April 2010, resmi diluncurkanlah bra nd baru RUMAH ZAKAT menggantikan brand sebelumnya RUMAH ZAKAT INDONESIA. Dengan mengusung tiga brand value baru : Trusted, Progressive dan Humanitarian, organisasi ini

menajamkan karakter menuju “World Class Socio-Religious Non Governance

Organization (NGO)”. Sharing Confidence diangkat menjadi positioning.

“Dengan keyakinan yang kuat untuk berbagi dan menciptakan keluarga global

yang lebih baik, Rumah Zakat berdaya upaya untuk menjadi organisasi terdepan di region yang menjamin program efektif dan berkesinambungan dalam memberdayakan masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih


(46)

38

B. Visi dan Misi

Visi Menjadi Lembaga Amil Zakat Bertaraf Internasional Yang Unggul dan Terpercaya. Sedangkan Misi rumah zakat yaitu :

1. Membangun kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan secara produktif.

2. Menyempurnakan perjuangan Abu Syauqi, salah satu tokoh da'i muda Bandung, bersama beberapa rekan di kelompok pengajian Majlis Ta'lim Ummul Quro sepakat membentuk lembaga sosial yang concern pada bantuan kemanusiaan. 2 Juli 1998, terbentuklah organisasi bernama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ). Sekretariat bertempat di Jl. Turangga 33 Bandung sekaligus sebagai tempat kajian. Jamaah pengajian semakin berkembang. Dipergunakanlah Masjid Al Manaar Jl. Puter Bandung sebagai tempat kajian rutin.

C. Struktur Organisasi dan Keanggotaan 1. Struktur Organisasi

Secara garis besar fungsi dan tugas-tugas kepengurusan dari struktur organisasi Rumah Zakat adalah :

a. Badan Pembina

Fungsinya adalah untuk memberikan fatwa, saran dan rekomendasi kepada badan pelaksana yang meliputi tim pengelolaan, penghimpunan dan penyaluran dalam pendayagunaan dana zakat


(47)

1) Menunjuk akuntan publik

2) Menetapkan garis-garis kebijakan umum di Rumah Zakat

3) Mengeluarkan fatwa syari’ah yang berkaitan dengan hukum, yang 4) Harus diikuti oleh pengurus

5) Memberikan pertimbangan, saran, dan rekomendasi kepada Badan 6) Pelaksana dan Badan Pengurus

7) Memberikan Persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja Badan 8) Pelaksana dan Badan Pengawas

b. Badan Pengawas

Fungsinya adalah pengawas internal atau lembaga atas opersaional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana (Tim pengelola, penghimpun dan penyaluran). Tugas pokoknya adalah : 1) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan

2) Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan 3) Mengawasi opersaional kegiatan yang dilaksanakan Badan

4) Pelaksana yang mencakup tim pengelolaan, penghimpunan dan penyaluran

5) Melakukan pemerikasaan operasional dan pemerikasaan syari’ah. c. Badan Pelaksana Harian

Fungsinya adalah sebagai pengelola zakat. Tugas pokoknya adalah :

1) Membuat rencana kerja

2) Melaksanakan opersional pengelola zakat sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan


(48)

40

3) Bertindak dan bertanggung jawab kepada seluruh kepengurusan Rumah Zakat.

D. Mekanisme Operasional

Adapun secara jelas mekanisme operasional pengelolaan, penghimpunan dan penyaluran antara lain dengan :1

1. Menyalurkan zakat dengan efisien, efektif dan menjangkau daerah-daerah terpencil dan minus diseluruh Indonesia dengan cara :

a. Memfungsikan Rumah Zakat baik itu cabang ataupun unit sebagai mitra salur yang tersebar diseluruh pelosok Nusantara

b. Memaksimalkan pemberdayaan Wilayah Binaan Terpadu ”Intergrated

Community Development” (ICD) Rumah Zakat memalui pendekatan IPM ( Indeks Pembinaan Manusia)

c. Melibatkan seluruh pekerja Rumah Zakat muslim seluruh Indonesia

dalam pogram ”Agen Sosial” dalam bentuk rekomendasi, monitoring,

dan pembinaan mustahik yang ada di lingkungan tempat tinggal para pekerja

d. Prioritas daerah-pemanfaatan peran kantor pusat, kantor cabang ataupun kantor kas.

2. Pembinaan yang berkesinambungan dan Terstruktur

a. Pengenalan binaan pada proses permodalan/membina usaha kecil b. Merekomendasikan mustahik agar dapat berkembang menjadi mandiri

setelah mendapat bantuan dari Rumah Zakat

1

Herlan, Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah Zakat, Wawancara Pribadi,


(49)

c. Merekomendasikan mustahik atau binaan yang telah berdaya (sudah punya sebuah usaha dan penghasilan yang stabil) agar menjadi mendiri (bisa mencukupi kebutuhan orang lain) sesuai dengan selogan Rumah Zakat yaitu ”Transformasi Mustahik to Muzaki”.

3. Mewujudkan masyarakat yang sempurna (insan kamil) dan seimbang dari segi ekonomi rohani, dunia dan ukrawi.

a. Mustahik yang dibantu adalah mereka yang memang benar-benar membutuhkan, tentunya Rumah Zakat melakukan survei terlebih dahulu

b. Dibina secara langsung baik yang berkenaan dengan keagamaan maupun manajemen usaha oleh pekerja Rumah Zakat yang merekomendasikan

c. Terus melakukan pembinaan, pemberdayaan dan memonitor mustahik tersebut.

4. Transparan dan kesesuaian dengan Syari’ah

a. Pengawasan internal melalui dewan pengawasan b. Diaudit oleh akuntan publik

c. Pengawasan Syari’ah melaui pembinaan Syari’ah. 5. Membuka lapangan pekerjaan baru

Adapun target yang diharapkan untuk dicapai dalam bantuan dana bergulir adalah :2

2

Herlan, Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah Zakat, Wawancara Pribadi,


(50)

42

a. Terbentuknya sendi-sendi yang kuat (ukhuwah persaudaraan dan gotong-royong), terbentuknya mental yang tangguh untuk dapat mengatasi permasalahan sendiri

b. Memiliki etos kerja tinggi dan selalu memiliki motivasi yang konsisten c. Dapat menjadi enterpreuner yang jujur dan santun dalam usaha serta

memiliki usaha yang tersu signifikan. d. Meningkatkan pendapatan.

E. Strategi Pengembangan Rumah Zakat

Dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pengembangan Lembaga agar zakat dapat diberdayakan secara optimal, Rumah Zakat dalam hal ini mengacu pada Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat yang menghendaki adanya sosialisasi kepada masyarakat secara luas. Karena itu Rumah Zakat dalam mensosialisasikan lembaganya mempunyai beberapa teknik yang lebih efisien dan intensif, sehingga dengan teknik ini diharapkan dapat merubah paradigma pengelolaan zakat tradisional yang bejalan selama ini menjadi suatu sistem yang lebih profesional. Teknik-teknik tersebut antara lain :

1. Sosialisasi melaui media masa cetak dan elektronik a. Surat kabar/Majalah/Tabloid/Iklan TV

Surat kabar, majalah. Tabloid dan iklan TV sebagai salah satu media cetak dan elektronik yang beredar luas di masyarakat, secara serta merta fungsi sosialisasi juga melekat padanya. Sehingga tidak


(51)

salah ketika Rumah Zakat memanfaatkannya sebagai media sosialisasi zakat. Sistem sosialisasi yang dilakukan Rumah Zakat lewat media cetak dan elekronik ini biasanya berupa artikel.

b. Famplet/Brosur/Booklet

Zakat dengan segala permasalahannya juga dapat ditemukan pada famplet, brosur ataupun booklet yang disediakan dan disebarkan ke tengah-tengah masyarakat oleh Rumah Zakat.

c. Billboard/Banner/Baliho/Spanduk

Sosialisasi yang dilakukan oleh Rumah Zakat juga dilakukan dengan menggunakan billboard, baliho, banner dan spanduk yang biasanya dipasang di tempat-tempat umum dan strategis. Pengadaaan media ini juga biasanya dilakukan mendiri dan juga sering bekerja dengan pihak lain sebagai sponsor.


(52)

44 BAB IV

PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT MELAUI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

A. Aplikasi Pendayagunaan Dana Zakat 1. Pengelolaan

Pola pengelolaan zakat hingga kini telah mengalami tiga evaluasi,

pertama dilakukan secara individual dan amilnya praktis tidak ada dan kalaupun ada bersifat lokal ataupun perorangan, misalnya ulama dan kyai,

kedua adanya pengurus/amil, namun hanya bersifat pada jangka waktu tertentu dan kemudian dibubarkan, ketiga pada tahap ini pemerintah sudah mulai turun tangan dalam pembentukan badan amil zakat, tetapi pemerintah hanya bertindak sebagai pembina saja sedangkan pelaksanaannya masih dilakukan oleh LSM.

Rumah Zakat mengelola dana zakat dengan membagi secara presentase untuk bidang pendidikan, kesehatan dan kemandirian masyarakat. Dimana amil yang mengelola dana tersebut juga mendapat presentase.

2. Penghimpunan a. Sumber Dana

Sebagai Lembaga Amil Zakat kita bisa melihat kegiatan utama Rumah Zakat adalah mulai dari pengelolaan sampai dengan penyaluran, bahkan sampai pada tahap pelaporan penghimpunan dana


(53)

zakat kepada para muzaki dengan prinsip transparan. Hal ini bisa dilandasi dengan keputusan Menteri Agama bersama dengan para ahli yang berkompeten dalam pembahasan ini.

Rumah Zakat mempunyai tugas pokok mengumpulkan dana zakat dari muzaki perorangan ataupun dari Badan Usaha atau Lembaga tertentu yang dilakukan oleh sebagian pengumpulan atau unit pengumpulan zakat. Dana yang dihimpun oleh Rumah Zakat terdiri dari :

1) Donatur Pribadi

Donatur yang biasanya secara perorangan seperti pekerja, karyawan ataupun wiraswasta menyerahkan dan mempercayakan zakat yang mereka keluarkan kepada Rumah Zakat dengan ketentuan tertentu

2) Donatur Perusahaan

Donatur yang berasal dari kelompok PT, CV atau bahkan perusahaan-perusahaan besar seperti Telkomsel atau Bakrie Untuk Negeri (BUN) yang membuat komunitas pengelolaan, penghimpunan dan penyaluran zakat sendiri dengan menggandeng Rumah Zakat tentunya.

Adapun prosedur pengumpulan sumber dana zakat melaui hasil keputusan Menteri Agama telah disepakati dengan menghimbau untuk mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqoh dengan cara sebagai berikut :


(54)

46

1) Melayani Warga yang menyetorkan dana zakatnya secara langsung melaui kantor Rumah Zakat dengan tata cara sebagai berikut :

a) Yang terkena kewajiban zakat profesi adalah pekerja yang upah pokoknya minimal Rp 2.400.000 (dua juta empat ratus ribu rupiah) atau 15% dari nishab tersebut untuk wilayah DKI Jakarta.

b) Para wajib zakat menyerahkan surat kuasa pemotongan gaji kepada bagian MSDM/Pelayanan intern di unit kerjanya masing-masing dengan menyebutkan besarnya prosentase yaitu 2,5% dari upah pokok untuk zakat.

2) Dalam pengadministrasiannya dilakukan secara terpisah antara dana zakat dengan dana lainnya agar jelas pendistribusiannya.

Telah dipaparkan diatas bagaiman prosedur penghimpunan zakat dari muzaki yang nantinya akan di salurkan kepada yang berhak menerimanya. Rumah Zakat juga ingin terus membumikan dan menghimbau kepada masyarakat yang sudah wajib zakat untuk segera sadar mengeluarkan zakatnya. Sehingga Rumah Zakat memiliki cara yang tepat dan efisien agar masyarakat yang ingin mengeluarkan zakatnya juga tidak merasa terepotkan atau terbebani, yaitu dengan cara :

a) Menyetor langsung ke Rumah Zakat

Para muzaki datang langsung ke kantor rumah zakat untuk menyetor dana yang akan mereka berikan sebagai zakat, infaq atau shodaqoh.


(55)

b) Jemput Zakat Gratis

Diharapkan agar jangan ada ruang dan waktu yang menghalangi Anda menunaikan zakat, infaq, shadaqah. Tinggal hubungi kami, ZIS Consultant rumah zakat siap jemput ke lokasi para muzaki. c) Transfer via ATM

Menunaikan kewajiban mengeluarkan zakat dengan mudah, cepat, aman melalui kartu debet Anda di 21 juta merchant di seluruh dunia, 70 ribu merchant dan 11 ribu ATM (jaringan ATM BCA, ALTO, dan ATM Bersama) serta 900 ribu ATM (Visa/Plus) di seluruh Indonesia.

d) Gesek Zakat

Manfaatkan fasilitas EMA (EDC Mini ATM) di counter rumah zakat untuk berdonasi dari menu transfer kartu ATM maupun kartu kredit muzaki.

e) Layanan Pesan AndaM

Sampaikan informasi dan masukan Anda melalui sms centre rumah zakat di nomor 0815 7300 1555.

b. Alokasi Dana

Adapun alokasi dana yang dilakukan oleh Rumah Zakat :1 1) Dana Pengelola 12,5 %

2) Cadangan Penyaluran 10%

3) Dana Siap Salur 77,5% dibagi ke beberapa program, yaitu :

1

Herlan, Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah Zakat, Wawancara Pribadi,


(56)

48

a) Senyum Juara ( bidang pendidikan dan ekonomi ) 42% b) Seyum Mandiri dan Kepemudaan 10%

c) Senyum Sehat 34% d) ICD 5%

e) Penyaluran Nasional 9% 3. Penyaluran

Telah dijelaskan di awal tulisan bahwa Al-Qur’an secara tegas menetapkan kelompok-kelompok yang menjadi sasaran atau alokasi dana zakat. Namun berdasarkan pada tidak adanya ketentuan yang menegaskan bahwa zakat itu harus habis semua setelah dihimpun, hal ini memberikan keluluasaan bagi pengelola zakat dalam hal pengelolaan serta penyaluran. Dengan kata lain, pengelolaan zakat dapat mempertimbangkan dalam menyalurkan dana zakat, akan disalurkan untuk dikembangkan menjadi usaha yang produktif atau untuk kebutuhan yang konsumtif.

Penyaluran dana zakat ini digulirkan Rumah Zakat untuk program-program yang sangat inovatif dan memberikan hasil yang baik. Berikut adalah program-program terbaru dari Rumah Zakat yang diperuntukan untuk para mustahik, yaitu :

a. Program Senyum Juara

Rumah zakat sangat konsern terhadap program-program yang telah digulirkan guna meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan mengoptimalkan dan mengembangkan keterampilan, keahlian dan kemandirian seorang mustahik di suatu wilayah yang disebut Wilayah Binaan Terpadu (ICD) . Dalam Program Senyum Juara ini Rumah Zakat


(57)

menitikberatkan pada pengembangan pendidikan bagi mustahik dan anak-anak seperti pemberian beasiwa, pembangunan sekolah untuk pembelajaran yang layak, mendirikan pusat pengembangan potensi anak serta mobil juara. Dengan menerapkan konsep multiple intelligences memungkinkan para siswa untuk menggali beragam potensi sehingga menjadi insan mandiri dengan mental juara, yang menjadi pondasi mendasar long life motivation. Setiap siswa di Sekolah Juara mendapatkan Beasiswa Juara. Hingga Februari 2010, SD Juara sudah hadir di Bandung, Cimahi, Jakarta Timur , Jakarta Barat, Yogyakarta, Surabaya, Pekanbaru, Medan.

Pemberian beasiswa oleh Rumah Zakat bertujuan mengurangi angka putus pendidikan formal melalui pemberian beasiswa bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin. Mulai dari jenjang SD, SMP , SMA sampai Perguruan Tinggi.

Berikut data perkembangan program di bidang pendidikan per maret 2010, yaitu :

Maret 2010 Akumulasi Jenis Program Jml

Layanan

Nilai Optimalisasi

(Rp)

Jml. Layanan

Nilai Optimalisasi

(Rp) Kids Learning Centre

(Pembinaan Anak Asuh)

10.337 826.560.000 23.262 11.646.400.00 0 Pusat Pengembangan

Potensi Anak

919 104.153.333 650 758.993.333

Sekolah Juara 566 212.250.000 568 637.875.000 Besiswa Ceria - - 1.317 3.292.500.000


(58)

50

Rumah Zakat bisa menjamin keberlangsungan pendidikan mereka selama minimal 1 (satu) tahun ke depan. Disamping beasiswa, anak asuh dan mustahik juga mendapatkan pembinaan non formal rutin Kids Learning Centre (KLC) secara berkala sesuai dengan jenjang pendidikan dan potensi mereka dipandu mentor-mentor berkualitas. Kemudian Program pendirian sekolah dasar dan menengah, untuk memberikan pendidikan gratis dan berkualitas bagi masyarakat yang membutuhkan. Aktivitas sekolah dirancang berdasarkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sesuai standar pemerintah, dipadukan dengan metoda pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

Bakat pada anak juga perlu dikembangkan, oleh sebab itu Rumah Zakat menelurkan Pusat Pengembangan Potensi Anak (P3A) yang merupakan pembinaan lanjutan bagi anak asuh yang mengarah pada pemberdayaan potensi anak menuju kemandirian. Ada dua pilihan program pelatihan digulirkan bagi mereka, yaitu : pertama, Kelas Komputer dapat diakses oleh seluruh anak asuh dengan program yang diberikan mulai dari level pengenalan komputer, internet hingga dapat berwirausaha melalui komputer (Corel Draw, Photoshop, Freehand, Web Design). Kedua, Kelas Musik & Vokal melalui penelusuran minat bakat, anak asuh yang mempunyai bakat di bidang musik dan vokal diharapkan dapat menjadi musikus atau vokalis profesional. Instruktur pengajar adalah profesional di bidangnya.

Dalam praktek pelaksanaan program-program ini tentunya terdapat hambatan-hambatan dan kekurangan, namun Rumah Zakat sangat memaksimalkan semua seperti dengan menciptakan Mobil Juara, yang dimana


(1)

63

kekurangan, seperti masalah jarak dan waktu, tetapi ada solusi lainnya yaitu dengan menciptakan mobil juara yang fungsinya sebagai sumber belajar bergerak yang diperuntukan untuk anak-anak.

Pada program senyum sehat menurut saya ini program yang sangat membantu masyarakat karena bergerak dibidang kesehatan, terutama untuk ibu-ibu hamil ada Layanan Bersalin Gratis (LBG). Selain itu Rumah Zakat juga mengadakan beberapa penyuluhan kesehatan, pemeriksaan hingga pengobatan serta program layanan khitanan masal untuk warga dan anak-anak yang kurang mampu. Kelebihan dari program ini adalah mengacu pada pelayanan kesehatan untuk masyarakat dan banyak membantu serta meringankan beban untuk ibu hamil dilihat dari pencapaian target pengembangan program ini. Yang lainnya adalah Siaga Gizi Balita untuk masalah perbaikan gizi balita, hanya saja dalam mengoptimaliasikannya harus lebih luas wilayah dan masyarakat yang terbantu.

Selanjutnya program yang digulirkan oleh Rumah Zakat adalah Senyum Mandiri yang mengarah kepada kemandirian masyarakat dengan cara berwirausaha agar menjadi masyarakat yang sejahtera. Tentunya dengan pelatihan kewirausahaan diharapkanmampu memperkuat energi sebuah keluarga guna mencapai kemandirian. Kekurangannya adalah banyak kalangan yang belum bisa menikmatinya, seperti contohnya program water well air bersih di program ini.

Dari semua penjeladan dan analisa yang telah saya kemukakan di atas, solusi untuk memaksimalkan aplikasi pendayagunaan dana zakat adalah


(2)

dengan melakukan strategi-strategi pelaksanaannya. Strategi tersebut antara lain, pertama adalah permodalan yaitu dalam bentuk uang di dunia usaha. Kelebihannya adalah permodalan ini diberikan bukan untuk modal awal tetapi utnuk modal pengembangan, artinya setelah usaha itu dirintis. Kedua, memberikan bantuan motivasi moril berupa penerangan tentang fungsi, hak dan kewajiban manusia dalam hidupnya. Seperti beriman, beribadah, bekerja, berikhtiar. Dan menurut saya ini bisa dilaksanakan dalam pengajian, diskusi keagamaan.yang ketiga adalah pelatihan usaha, nilai positifnya adalah peserta atau masyarakat yang mengikuti pelatihan ini akan mendapat wawasan baru yang lebih menyeluruh sehingga memotivasi mereka untuk berwirausaha. Terakhir, yang keempat adalah pemberdayaan. Temuan baru yang menarik dan menjadi keunggulan dari strategi ini adalah dimana Rumah Zakat tidak hanya memberikan berbagai bantuan, fasilitas untuk masyarakat tetapi juga memikirkan bagaimana terus memberdayakan mereka menjadi masyarakat yang mandiri.

Super Qurban dan Siaga Gizi Nusantara adalah salah satu bentuknya. Ini adalah berupa cadangan makanan siap saji dalam bentuk sosis dan kornet yang dikemas dalam kemasan kaleng yang aman, sehat, halal dan bermanfaat yang diperuntukkan sebagai persiapan apabila terjadi musibah atau bencana di suatu wilayah. Cadangan makanan ini diharapkan dapat meringankan beban mereka yang mengalami musibah.

Dalan pelaksanaannya pasti ada halangan dan rintangan yang dihadapi Rumah Zakat, seperti daerah atau wilayah terpencil yang terkadang sulit


(3)

65

ditempuh. Tetapi kelebihannya yaitu program ini adalah sebagai cadangan makanan yang awet karena dikemas sedemikian rupa sehingga ketika sampai ke masyarakat tetap layak untuk dikonsumsi.

Dengan demikian saya mengaharapkan strategi yang digulirkan oleh Rumah Zakat ini dapat berjalan dengan maksimal dan memberikan manfaat kepada seluruh kalangan masyarakat nantinya serta pengembangan kelembagaan Rumah Zakat saya harapkan dapat lebih luas lagi merangkul banyak masyarakat atau para mustahik yang memburuhkan bantuan.


(4)

66 A. Kesimpulan

1. Dalam penerapan aplikasi pendayagunaan dana zakat ada tiga program yang mengacu kepada terpenuhinya hidup karena apabila kebutuhan hidup telah terpenuhi masyarakat akan tenang terutama dalam memaksimalkan usahanya. Yaitu pertama program senyum juara dengan memberikan bantuan beasiswa, mendirikan sekolah-sekolah untuk pengajaran serta mendirikan berbagai fsasilitas untuk pengembangan potensi anak. Kedua program senyum sehat yaitu dengan mendirikan rumah bersalin, memberikan fasilitas seperti layanan bersalin gratis dan layanan kesehatan lainnya. Ketiga program senyum mandiri yaitu program yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat dengan pelatihan kewirausahaan agar dapat berwirausaha dengan baik.

2. Strategi Pendayagunaan Zakat pada Rumah Zakat dengan memberikan bantuan modal bertujuan untuk pengembangan usaha, motivasi moril dimaksudkan penerangan tentang fungsi, hak dan kewajiban manusia dalam hidupnya, seperti beriman, beribadah, bekerja, berikhtiar. Pelatihan usaha serta untuk memberdayakan para mustahik agar mandiri.


(5)

67

B. Saran

1. Mengingat masih tingginya angka kemiskinan dan tingkat kesenjangan sosial di Indonesia, Rumah Zakat yang hadir alangkah baiknya terus memberdayakan masyarakat agar dapat membuat sebuah kelompok untuk berwirausaha dan bisa membuka praktek-praktek kewirausahaan yang nantinya masyarakat akan bisa mandiri.

2. Guna meningkatkan masyarakat yang sudah memiliki usaha perlu kiranya dibuat semacam koperasi. Dengan adanya koperasi tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat lain yang baru akan memulai usahanya. Sehingga dana zakat bisa dialokasikan untuk bidang lain dan masyarakat lain yang belum mendapatkan.

3. Dana zakat dan infak adalah dana yang diperuntukannya sudah ditetapkan bagian-baginannya. Oleh karena itu bagi para pengurus haruslah sangat berhati-hati, karena sanksi didunia juga mendapat hukuman di akhirat kelak.


(6)

68

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Qarim dan Hadist

Abidin, Hamid, ed. Reinterprestasi Pendayagunaan ZIS. Jakarta: Piramida, 2004. Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI

Press. 1998.

Bariadi, Lili dan M. Zen, M. Hudri. Zakat dan Wirausaha. Jakarta: Centre of Enterpreneurship Development (CED). Cet I. 2005.

Dainy, Tara. Strategi Membangun Ekonomi Rakyat. Jakarta: Nuansa Madani. 2001.

Doa, M. Jamal. Menbangun Ekonomi Umat Melalui Pengelolaan Zakat Harta., Jakarta: PT. Nuansa Madani. Cet II. 2002.

Hikam, Dail. Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif. Disertasi S3, Konsentrasi Ilmu Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2004.

Nurwahid, Hidayat. Zakat dan Peran Negara. Jakarta : Forum Zakat (FOZ). Cet I. 2006.

Muhammad. Zakat Profesi , Wacana Pemikiran dalam Pemikiran Fiqih Kontemporer. Jakarta: Salemba Diniya. Cet I. 2002.

Permono, Sjechul Hadi. Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan Nasional. Jakarta: Pustaka Firdaus .2004.

Purwakananta, Arifin. Southeast Asia Zakat Movement. Jakarta: Forum Zakat (FOZ). Cet I. 2008

Qardhawi, Yusuf. Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan. Jakarta: PT. Zikrul. 2005.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Ekonosia. 2004. Sudewo, Eri. Manajemen Zakat. Jakarta: Institute Manajemen Zakat. 2004. UIN JKT, “Panduan Penyusunan Skripsi”, Jakarta, 2006.

Yafie, Ali. Problematika Zakat Kontemporer. Jakarta: Forum Zakat (FOZ). Cet I. 2003.