16
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pola Pendayagunaan Dana Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat ditinjau dari segi bahasa dari kata zakat yang berarti suci ath-thaharah, tumbuh dan berkembang al-
nama’, keberkahan al- barakah, dan baik thayib. Sedangkan dalam rumusan fiqh zakat
diartikan sebagai “ sejumlah harta tertentu yang diwajibkan ALLAH untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan
persyaratan tertentu”. Rumusan definisi tersebut bila dihubungkan dengan pengertian
secara kebahasaan menunjukkan bahwa harta yang dikeluarkan untuk berzakat akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci
serta baik.
1
Selain definisi di atas, zakat juga diartikan dengan sejumlah harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok tertentu dengan berbagai
syarat atau dengan kata lain zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu utntuk
diberikan kepada golongan tertentu. Secara lahiriah, zakat mengurangi nilai nominal harta dengan
mengeluarkannya, tetapi dibalik pengurangan yang bersifat zhahir ini hakikatnya akan bertambah dan berkembang nilai intrinsik yang hakiki
1
Hamid Abidin ed, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Jakarta: Piramedia, 2004, h. 6
17
disisi ALLAH SWT. Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, transendental dan horizontal. Oleh sebab itu zakat memiliki banyak
arti dalam kehidupan ummat manusia, terutama ummat Islam.
2
2. Pengertian Pola Pendayagunaan Dana Zakat
Bahwasanya pola pendayagunaan dana zakat merupakan serangkaian tiga kata, karena ketiganya mempunyai keterkaitan makna,
sehingga mendukung dengan makna yang lainnya, maka lebih jelasnya tiga kata tersebut akan diuraikan tentang penjelasannya masing-masing.
Kata “pola” dalam kamus besar Bahasa Indonesia artinya system; cara kerja, bentuk struktur yang tetap
3
. Sedangkan “pendayagunaan” adalah pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil atau pengusahaan
tenaga dan sebagainya agar mampu menjalankan tugas dengan baik
4
. Diantara kelima rukun Islam yang Nabi Muhammad SAW
sebutkan dalam hadistnya: hanya zakat yang terkait dengan masalah perekonomian. Malah, bisa dikatakan bahwa titik sentral perekonomian
Islam itu sebetulnya ada pada kewajiban zakat
5
. Perkataan zakat berasal dari kata zakat, artinya tumbuh dan sabar.
Makna lain dari kata zakat, sebagaimana digunakan dalam Al-Quran adalah suci dari dosa. Dalam kitab-kitab hukum Islam perkataan zakat itu
diartikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah dan jika pengertian itu dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam,
2
Lili Bariadi, dkk, Zakat Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1998, h. 692
3
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka,1998, h. 692
4
Ibid, h. 189
5
Ilham Wahyudi, “Potensi Zakat dalam Perekonomian”, Taubah, volume 1 no 10 Agustus 2006: h. 90
18
harta yang dizakati itu akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci dan berkah membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan bagi yang
punya. Jika dirumuskan, maka zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat-syarat tertentu pula
6
. Pendayagunaan zakat adalah penafsiran yang longgar terhadap
distribusi dan alokasi jatah zakat sebagaimana disebutkan dalam surah at-Taubah ayat 60, seiring dengan tuntutan perkembangan zaman dan
sesuai dengan cita dan rasa syariat, pesan dan kesan ajaran Islam
7
. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola pendayagunaan zakat
adalah carasystem distribusi dan alokasi dalam zakat berdasarkan dengan tuntutan perkembangan zaman dan sesuai dengan cita dan rasa syariat,
pesan dan kesan ajaran Islam. Pembicaraan tentang system atau pola pendayagunaan zakat berarti
membicarakan beberapa usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu dengan tujuan zakat itu disyariatkan. Dalam
pendekatan fiqh, dasar pendayagunaan zakat umumnya didasarkan pada surah at-Taubah ayat 60 sebagai berikut:
9 60
6
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf Jakarta: UI Press, 1998, h. 38-39
7
Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan NAsional Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995, h. 2
19
Artinya : “sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-
orang berhutang untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagai sesuatu ketetapan yang
diwajibkan Allah dan Allah maha mengetahui dan maha
bijaksana”. QS at-Taubah9: 60
Ayat ini menjelaskan tentang peruntukan kepada siapa zakat itu diberikan. Para ahli tafsir menguraikan kedudukan ayat tersebut dalam
uraian yang beragam, baik terhadap kuantitas, kualitas dan prioritas. Penjelasan yang beragam dari para ulama terhadap maksud ayat tersebut
menunjukkan bahwa konsep pendayagunaan atau pihak-pihak yang berhak menerima zakat, dalam penerapannya memberikan atau membuka
keluasan pintu ijtihad bagi mujtahid termasuk kepala Negara dan Badan Amil Zakat, untuk mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai
dengan kebutuhan situasi dan kondisi sesuai dengan kemaslahatan yang dapat dicapai dari potensi zakat tersebut
8
. Kenyataannya, umat Islam masih jauh dari kondisi ideal, karena
belum optimal dalam mengelola potensi yang ada QS Ar- Ra’du:11. Bila
seluruh potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah, dikembangkan secara baik, dipadukan potensi aqidah Islamiyah tauhid,
tentu akan memberikan hasil yang optimal. Dengan demikian, kesadaran beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin akan semakin
meningkat maka pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan semakin sedikit.
8
Hamid Abidin ed, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS , h. 8-9
20
Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani secara serius adalah penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan
pendayagunaan zakat
9
.
3. Sasaran Pendayagunaan Dana Zakat