Strategi penyaluran dana zakat baznas melalui program pemberdayaan ekonomi

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

SYAIPUDIN ELMAN

NIM 1111046300001

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M / 1437 H


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Syaipudin Elman. NIM 1111046300001. Strategi Penyaluran Dana Zakat BAZNAS Melalui Program Pemberdayaan Ekonomi. Konsentrasi Manajemen Zakat & Wakaf, Program Studi Muamalat,Fakultas Syariah & Hukum, UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015 M / 1436 H.

Sekripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Strategi Penyaluran Dana Zakat di BAZNAS. Dengan menganaliss penyaluran dana ZIS di BAZNAS dan peningkatan ekonomi masyarakat dari tahun 2013- 2014 . Sehingga mengetahui dampak penyaluran zakat bagi peningkatan ekonomi masyarakat oleh BAZNAS, benar-benar telah dirasakan para Mustahik dan masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yang bersifat kualitatif, yakni sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para tokoh dan perilaku yang diamati.Penelitian ini diperoleh penulis dari kantor BAZNAS.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan Badan Amil Zakat Nasional dirasakan cukup besar manfaatnya oleh masyarakat. Lembaga ini telah bekerjasama dengan pemerintah dalam menanggulangi masalah social dan kemiskinan yang semakin rumit, terutama bagi kaum mustahik, sehingga mampu menumbuh kembangkan masyarakat dengan berjiwausaha yang gigih, professional dan menjadikan mereka sebagai muzzaki. Dengan adanya zakat dimana penyaluran dana ZIS diberikan kepada mustahik agar yang bersangkutan bisa mandiri dan mengembangkan usahanya adalah alternatif yang perlu terus dikembangkan untuk pemberdayaan masyarakat. Namun demikian dibutuhkan kecermatan dalam memilih calon Mustahik dengan harapan dana itu akan dimanfaatkan untuk kepentingan yang sebenarnya. Dan sebagai alternative penyaluran dana ZIS untuk usaha-usaha produktif mempunyai prospek yang cukup menjanjikan dan signifikan di masa mendatang.

Kata kunci: pemberdayaan, ekonomi masyarakat, penyaluran dan zakat.

Pembimbing : Abdurrauf, M.A


(6)

vi

rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat meyelesaikan Skripsi yang berjudul

“StrategiPenyaluran Dana Zakat BAZNAS Melalui Program PemberdayaanEkonomi”

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulisan Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih yang tulus atas segala kepedulian mereka yang telah memberikan bantuan baik berupa kritik, masukan, dorongan semangat, dukungan finansial maupun sumbangan pemikiran dalam penulisan Skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menghanturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, MA selaku Ketua Prodi Muamalat, Bapak Abdurrauf, M.A selaku sekretaris Prodi Muamalat. Dan dosen pembimbing yang berperan bukanhanya sebagai mengeroksi kekeliruan dan memberikan arahan dan bimbingan dalam skripsi.

3. Teristimewa kedua orang tua penulis, Bpk. Abdurrahman bin Rafi’i dan Ibu. Endang Larasati tersayang yang telah membesarkan dan mendidik penulis


(7)

vii

Muhammad Fuat Rahman yang selalu memberi dukungan moril dan materil kepada penulis.

5. KaOce, Om nana selaku saudara yang selalu memberikan Motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi.

6. Para Dosen fakultas Syariah dan Hukum yang tidak bisa disebutkan satu persatunamanya yang telah banyak memberikan nasihat dan pengalamannya kepada penulis.

7. Para pengurus BAZNAS terutama Bapak Deni Hidayat yang telah menerima dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan di UIN khususnya mahasiswa ZISWAF angkatan 2011, Banyak sekali kenangan-kenangan yang telah kita lalui bersama-sama. Semoga silaturahmi kita dapat terus terjalin dan kita semua mencapai kesuksesan bersama-sama.

9. Teman-teman dari Ikatan Lingkar Zakat Madani (LZM UIN Jakarta), dan sahabat-sahabat KKN KAMIyang telah menjadi inspirasi dan keluarga kedua

bagi penulis serta selalu memberikan do’a dan dukungan yang sangat berarti bagi penulis.

10. Ramadhana, Achmad Rendy,M.A.S.S. Moyo, Hendriansyah, Eva Nurlutfiah, Nurseha Satyariani ,Siti Kholifah, Putri Novianti, MitraYunimar YM, Rini Dian Haerani, Rozalia danSahrul Rahmatulloh, Ainul Yaqin kawan yang lainnya yang


(8)

viii

11.Teman-teman dari PRUDENTIAL Dinasty Agency, khususnya Ibu SitiMurningsih selaku AM dan Rian Dwi Cahya selaku manajer yang selalu memberikan masukan dan motivasi kepada penulis.

12.Titik Rahmawati, Veronika, Rita Dahlia, Hasan al-farisi, Falahul Mualim dan seluruh teman-teman AIC pusat yang selalu memberikan motivasi dan saran bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

13.Seluruh staf karyawan Perpustakan Utama UIN dan Perpustakaan FDK untuk referensi buku-bukunya.

14.Serta kepada seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu atas semua bantuan dan masukannya kepada penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak atas seluruh bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini.Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Aamiin....

Jakarta, 05 Agustus 2015


(9)

1

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan dengan segala dimensinya merupakan permasalahan yang harus di atasi melalui program pemerintah dan partisipasi semua elemen masyarakat. Menteri kordinator bidang kesejahteraan rakyat mengukapkan bahwa tingkat kemiskinan pada tahun 2005 sama dengan kondisi 15 tahun yang lalu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada tahun 2014 sebesar 28,55 juta orang atau 11,47 persen dari seluruh penduduk Indonesia.1

Problematika kehidupan umat islam sangatlah kompelks, kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan merupakan potret sebagian besar bangsa Indonesia yang mayoritas adalah umat muslim.2

Kemiskinan masih menjadi permasalahan terbesar bangsa ini. Paska krisis sampai saat ini, pemulihan ekonomi berjalan lambat. Akibatnya kemiskinan dan otonomi daerah sejak 1 januari 2001 juga tidak banyak membantu.3

1

BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat,Manajem Zis Bazis Provinsi DKI Jakarta, (Jakarta : BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006, cet.1), h vii

2

Fuad Amsari, Islam kaafah tantangan dan aplikasinya , (Jakarta ;Gip, 1995), cet; 1, h 208

3

Institut Manajem Zakat, Profil 7 Badan Amil Zakat Daerah Provinsi dan Kabupaten Potensial di Indonesia (Ciputat : PT. Mitra Cahaya Utama, 2006, cet 1), h. 26


(10)

Kemiskinan yang terjadi akan menambah jurang pemisahan antara kaum miskin dan kaum kaya. Padahal dalam islam telah mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik kepada sesama, tidak terkecuali terhadap orang miskin dengan cara memberikan sedikit harta kita yaitu berupa zakat. Zakat diharapkan dapat mampu meminimalisir kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan miskin. Di samping itu zakat juga diharapkan dapat meningkatkan atau menumbuhkan perekonomian, baik pada level individu maupun pada level sosial masyarakat.4

Menurut UNICEF, kemiskinan sebagai ketidak milikan hal-hal secara materi kebutuhan manusia seperti kesehatan, pendidikan, dan jasa-jasa lainnya yang dapat menghindarkan manusia dari kemiskinan. Ravalion menyatakan dalam decade 1970-an merumuskan garis kemiskinan (proverty line) untuk menentukan tingkat pendapatan minimum untuk mencukupi kebutuhan fisik dasar, seseorang berupa kebutuhan makanan, pakaian, serta perumahan sehingga dapat menjamin kelangsungan hidupnya.5

4

Nurdin Mhd. Ali. Zakat Sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal.(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2006), h. 2

5

http; //www. Portalgaruda.org/article.php/ strategi pengelolaan zakat dalam pengetasan kemiskinan, html. Diakses pada 1 Desember 2014


(11)

Salah satu ajaran Islam yang harus ditangani secara serius adalah penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan, pemberdayaan dan penyaluran dana zakat. Salah satu instrument keuangan islam adalah dana zakat.6

Di tengah problematika perekonomian ini, zakat muncul menjadi instrument yang solutif. Zakat sebagai instrument pembangunan perekonomian dan pengentasan kemiskinan umat didaerah. Memiliki banyak keunggulan dibandingkan instrument fiskal konvesional yang kini telah ada.7

Zakat merupakan kewajiban orang berpunya (kaya) terhadap orang miskin dan merupakan hak orang miskin, maka zakat dapat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka terutama fakir miskin kearah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kehidupan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah.8

Dalam surat Ar-Taubah ayat 103,

ر طت ةقدص م ل مأ م ذخ

مه

زت

ب م يك

إ م يلع لص ا

عي س ه م ل كس كت لص

ميلع

6

Abdul Majid,Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, (Bandung : Pustaka setia, 2002), h. 213

7

Ali Sakti, Analisis Teoritis Islam Jawaban AtasKekacauan Ekonomi Modern, (Jakarta: Paradigma dan AQSA Publishing, 2007), h. 192.

8

Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern,(Jakarta: Gema Insani, 2004), Cet ke empat, h.10


(12)

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(At-Taubah: 103) .9

Allah menyuruh dan meminta untuk mengambil zakat dari sebagian harta muzzaki dan perintah zakat ini merupakan suatu paksaan. Islam pun mengajarkan bahwa setiap individu, di samping memenuhi kepentingan sendiri, seharusnya memainkan peranan dalam menyebarkan kebaikan dengan cara menolong orang lain. Islam mengajarkan bahwa setiap orang bisa dan seharusnya memberikan sumbangan untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik.10

Oleh karena itu, dalam rangka penyaluran dana zakat sebagai sebuah kekuatan ekonomi masyarakat, maka keberadaan institusi zakat sebagai lembaga publik yang ada di masyarakat menjadi amat sangat penting.11

Zakat, sekalipun dibahas dalam pokok bahasan “ibadah”, karena

dipandang bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sholat, sesungguhnya merupakan bagian system sosial-ekonomi Islam, dan oleh karena itu di bahas didalam buku-buku tentang strategi hukum dan ekonomi Islam.12

Allah telah memberikan kelebihan yaitu akal pikiran kepada manusia, dengan akal yang dapat mereka gunakan adalah untuk mengelola alam,

9

Al-Qur’an dan Terjemah

10

Muhammad, Ekonomi Makro Dalam Persepktif Islam, (Yogyakarta : BPFE Yogyakarta, 2004) , cet. 1, h. 32

11

Djamal Doa, Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Memerangi Kemiskinan,(Jakarta: Nuansa Madani,2004), cet. Ke.1.h.93

12


(13)

sehingga manusia mendapatkan manfaat, baik bagi dirinya maupun masyarakat. Di bumi, manusia diberi tugas untuk mengelola alam dan meningkatkan kehidupan di dalamnya yaitu dengan cara saling tolong-menolong, seperti yang kaya memberi bantuan kepada yang miskin, yang kuat memberikan pertolongan kepada yang lemah, maka dari itu dengan keseimbangan dunia ini dapat tercapai. Zakat adalah salah satu cara untuk mewujudkan prinsip tolong-menolong dan salah satu cara untuk mewujudkan keadilan sosial.13

Zakat untuk pemberdayaan ekonomi dengan berupaya menciptakan iklim masyarakat yang berjiwa wirausaha akan terwujud, apabila penyalurannya tidak langsung diberikan kepada mustahik, untuk keperluan konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola dan didistribusikan oleh badan/lembaga yang amanah dan professional.14

Dalam dua tahun terakhir ini, penyaluran dana zakat cenderung meningkat dari waktu ke waktu, dari data yang di himpun jumlah penyaluran dana zakat pada tahun 2013 pada BAZNAS sebesar 44,363 miliyar rupiah. Dan sementara itu peningkatan persentase dalam penyaluran dana zakat yang di lakukan oleh BAZNAS pada tahun 2014 sebesar 45,113 miliyar rupiah. Dari data tersebut, terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan jumlah penyaluran dana zakat yang di lakukan oleh BAZNAS.Dalam rentang waktu 2013 dan 2014, penyaluran dana

13

Farida Prihatini, Hukum Islam Zakat dan Wakaf Teori dan Prakteknya di Indonesia (Fakultas Hukum Universitas Indonesia), h. 47-48

14


(14)

zakat BAZNAS mengalami kenaikan sebesar hampir 11,75 persen, dari total nilai penyaluran sebelumnya sebesar 44,363 miliar rupiah menjadi 45,113 miliar rupiah.

Dari kasus di atas penulis beranggapan bahwa lembaga zakat harus memiliki strategi yang tepat khususnya pada program pemberdayaan ekonomi yang merupakan solusi dalam hal membantu BAZNAS dalam menjalankan programnya. Untuk itu kiranya penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini dengan judul ”STRATEGI PENYALURAN DANA ZAKAT BAZNAS MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI”

B. Identifikasi Masalah

Berbicara mengenai strategi penyaluran perlu pembahasan yang cukup luas. Demi terselesaikannya penulisan ini, maka dalam penelitian penulis hanya memfokuskan pada pembahasan strategi penyaluran dana zakat pada program pemberdayaan ekonomi pada BAZNAS.

C. Perumusan masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah penelitian di atas, maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme penyaluran dana zakat untuk pemberdayaan ekonomi yang dilakukan BAZNAS?

2. Bagaimana dampak penyaluran dana zakat melalui program pemberdayaan ekonomi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat ?


(15)

D. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui strategi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dalam menyalurkan dana zakat

b. Untuk mengetahui pemberdayaan ekonomi umat pada (BAZNAS) melalui dana zakat.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat di peroleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Akademis : penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi hasanah ilmu pengetahuan kepada mahasiswa/i terutama manajemen zakat (ziswaf) agar dapat mengetahui sisi manajerial BAZNAS dalam menyalurkan dana zakat.

b. Manfaat praktis : Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan dapat menambah wawasan serta cakrawala keilmuan khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca

c. Manfaat Masyarakat : hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu pengetahuan mengenai zakat, khususnya pada strategi penyaluran dan pemberdayaan ekonomi melalui program rumah makmur (BAZNAS)


(16)

E. Kerangka teori dan konseptual 1. Kerangka teori

Untuk mempermudah penulis, maka ada beberapa istilah yang perlu penulis jelaskan beberapa istilah yang terkait dengan judul skripsi ini, diantaranya tentang Zakat, Infaq, Sedekah, Strategi, Penyaluran dan Pemberdayaan.

Istilah Shadaqah, Zakat dan Infaq menunjuk kepada satu pengertian yaitu sesuatu yang dikeluarkan Zakat, Infaq dan Shadaqah memiliki persamaan dan peranannya memberikan kontribusi yang amat signifikan dalam pengentasan kemiskinan. Adapun perbedaannya yaitu Zakat hukumnya wajib sedangkan Infaq dan Shadaqah hukunya sunnah. Atau zakat yang dimaksudkan adalah sesuatu yang wajib dikeluarkan, sementara Infaq dan Shadaqah adalah istilah yang digunakan untuk sesuatu yang tidak wajib dikeluarkan. Jadi pengeluaran yang sifatnya suka rela itu yang disebut Infaq dan Shadaqah Zakat ditentukan nisabnya, sedangkan Infaq dan Shadaqah tidak memiliki batas, Zakat ditentukan siapa saja yang berhak menerimanya sedangkan Infaq boleh diberikan kepada siapa saja15.

Menurut Prof Onong Uchyana Effendi, M.A, strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk

15

http://gerakaninfaq.blogspot.com/2010/06/perbedan-dan-pengertian-zakat-infaq.html. Diakses pada tanggal 1 Desember 2014 jam 20.23


(17)

mencapai tujuan tersebut. Strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberi arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.16

Strategi berkaitan dengan arah tujuan dan kegiatan jangka panjang suatu organisasi. Strategi juga terkait dalam menentukan bagaimana suatu organisasi menempatkan dirinya dengan mempertimbangkan keadaan sekeliling, terutama terhadap pesaingnya.17

Kata penyaluran berasal dari bahasa inggris yaitu distribute yang berati pembagian, secara terminologi peyaluran adalah penyaluran (pembagian & pengiriman) kepada orang banyak atau beberapa tempat.18

Sedangkan pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berati tenaga atau kekuatan. Pemberdayaan adalah upaya membangun sumber daya dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.19

Sementara itu, suatu proses pemberdayaan menurut Malcolm Payne pada dasarnya ditunjukan untuk membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan

16

Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992) Cet. Ke-4, h. 32

17

David Faulkner dan Gerry Johnson, Strategi Manajemen, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1995). h. 3

18

W.H.S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1999), cet. 7, h. 269

19


(18)

terkait akan dengan dirinya termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Dengan demikian pemberdayaan itu adalah merupakan suatu daya kekuatan yang timbul sebagai usaha untuk mengadakan perubahan agar terciptanya perbaikan dan peningkatan kualitas kehidupan suatu masyarakat.20

2. Kerangka konsep

Konsep penelitian ini menitik beratkan pada strategi penyaluran dana zakat program pemberdayaan ekonomi (rumah makmur) pada Badan Amil Zakat Nasional, yaitu untuk melihat bagaimana proses pengelolaan metode strategi penyaluran dengan menerapkan strategi-strategi yang baik dan efektif agar mampu meningkatkan ekonomi pada masyarakat kecil melalui program pemberdayaan ekonomi (rumah makmur) di BAZNAS, serta melihat bagaimana perkembangan jumlah penerima manfaat pada program ini.

F. Review Studi Terdahulu

Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan kajian terdahulu. Sebelum membuat skripsi ini penulis melakukan kajian pustaka yang berupa judul-judul skripsi yang telah ada sebagai pembanding dari skripsi ini, anrata lain sebagai berikut:

20

Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat prinsip dan praktek Pemberdayaan Ekonomi,(Jakarta: Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012), cet, 1. h. 55.


(19)

No. Nama Peneliti, Judul Penelitian Keterangan dan Isi Penelitian Perbedaan 1. 2. Atik

Nurdiana“Pemberday aan Dana Zakat Baitul Qiradh Melalui Program Usaha Kecil

Menengah”. Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta tahun 2011.

Siti Masuko“Strategi

Penyaluran Dana Lazis Yayasan Amaliyah Astra Dalam Rangka

Skripsi ini membahas tentang Pemberdayaan Dana Zakat Melalui Dana Zakat Melalui Program Usaha Kecil Menengah. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011.

Skripsi ini membahas tentang strategi

Penyaluran Dana Lazis Yayasan Amaliyah Astra Dalam Rangka

Skripsi ini membahas tentang strategi Strategi Penyaluran Dana Zakat BAZNAS Melalui Program Pemberdayaan Ekonomi. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015.

Skripsi ini membahas tentang strategi

Penyaluran Dana Zakat BAZNAS Melalui


(20)

3. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”. Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta tahun 2014

Muklisin

“Pendistribusian Dana Zakat untuk Pemberdayaan Ekonomi pada Bazda Karawang”. Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta tahun 2011

Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014

Skripsi ini membahas tentang

Pendistribusian Dana Zakat untuk

Pemberdayaan ekonomi pada Bazda karawang. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011

Program Pemberdayaan Ekonomi. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015

Skripsi ini membahas tentang Strategi

Penyaluran Dana Zakat BAZNAS Melalui Program Pemberdayaan ekonomi. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015


(21)

G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 1. Jenis Penelitian dan Sumber Data

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif, yakni ssebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis berupa wawancara dengan badan amil zakat nasional studi dokumentasi pada arsip-arsip berupa laporan keuangan serta dokumentasi lain yang terkait dengan permasalahan ini

b. Sumber data penelitian ini yaitu:

1). Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari beberapa pihak BAZNAS langsung melalui instrumen wawancara yang secara terstruktur.

2). Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur dan referensi lain seperti buku, majalah, makalah tahun dan setiap artikel yang mengandung informasi berkaitan dengan masalah yang dibahas, dihimpun dari berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet21

21

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta , 2008), cet, 1. H. 40.


(22)

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan dua metode sebagai berikut:

a. Interview (wawancara), adalah salah satu cara mendapatkan data dengan bertanya dalam bentuk komunikasi verbal atau wawancara guna mendapatkan informasi dari responden dalam hal ini adalah pihak manajemen lembaga yang diperlukan informasinya dalam mendukung penulisan skripsi ini.

b. Studi Dokumenter, digunakan untuk melengkapi data yang dijaring melalui teknik wawancara. Data yang dihimpun melalui teknik studi dokumenter ini adalah data perkembangan jumlah rumah makmur BAZNAS dan program-program yang lainnya.

3. Metode pengolahan dan analisis data

Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikannya dan menganalisa penerapan strategi penyaluran dana zakat yang dilakukan BAZNAS khususnya pada program pemberdayaan ekonomi.22

22

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta , 2008), cet, 1. H. 40.


(23)

4. Teknis penulisan skripsi

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku ”pedoman

penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012”, yang merupakan sandaran dari penulisan karya ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya, khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.

H. Sistematika Penulisan

Untuk keserasian dan ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah analisa materi dan penulisan skripsi ini, maka penulis menjelaskan dalam sistematika penulisan. Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari lima bab yang di bagi dalam sub bab dan setiap sub bab mempunyai pembatasan masing-masing yang akan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori dan konseptual, review studi terdahulu, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan teori mengenai strategi penyaluran dana zakat pada BAZNAS yang meliputi: konsep


(24)

strategi: pengertian strategi dan tahapan strategi. Konsep penyaluran: pengertian penyaluran, dasar hukum, ruang lingkup dan tujuan. Konsep pemberdayaan: pengertian pemberdayaan, tujuan, tahap-tahap dan indikator pemberdayaan.

BAB III PENYALURAN DANA ZAKAT BAZNAS

Dalam bab ini, penulis menguraikan gambaran umum dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang meliputi: sejarah singkat BAZNAS, legal formal BAZNAS, visi dan misi BAZNAS, Program pemberdayaan ekonomi BAZNAS dan Stuktur organisasi BAZNAS, pekembangan BAZNAS, penyaluran dana zakat BAZNAS.

BAB IV STRATEGI PENYALURAN DANA ZAKAT BAZNAS DAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT.

Dalam bab ini, penulis menguraikan Motode strategi penyaluran dana zakat program pemberdayaan ekonomi di BAZNAS, Pengaruh strategi penyaluran dana pada program pemberdayaan ekonomi .

BAB V PENUTUP

Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini


(25)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Strategi 1. Pengertian Strategi

Secara etimologi, strategi berasal dari bahasa yunani, strategos

yang berarti jendral. Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan yaitu sebagai sesuatu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun pada akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama.1 Dalam bukunya George A. Steiner yang berjudul Kebijakan dan Strategi Manajemen, George mendefinisikan Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos, yang berarti jenderal. Oleh karena itu, kata strategi secara

harfiah berarti “seni para jenderal.” Kata ini mengacu kepada perhatian

utama manajemen puncak organisasi. Secara khusus, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.2

1Rafi’udin dan Manna Abdul Djaliel,

Prinsip Dan Strategi Dakwah, (Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 76

2

George A. Steiner, John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen (Jakarta: Erlangga, 1997), h.18


(26)

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian strategi, penulis mengedepankan beberapa pengertian strategi yang dikemukakan oleh beberapa pakar diantaranya :

a. George L. Morrisey, dalam bukunya Pedoman Pemikiran Strategis memberikan definisi, strategi adalah pelengkap alamiah bagi visi dan misi, strategi adalah suatu proses untuk menentukan arah yang dijalani oleh suatu organisasi agar misinya tercapai.3

b. Michael Allison Jude Kaye, dalam bukunya Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba, memberikan definisi strategi adalah prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi.4

c. Hamel dan Prahalad, mendefinisikan strategi sebagai tindakan yang bersifat senantiasa meningkat/ incremental dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa datang.5

Dari pengertian para pakar, dapat dikatakan bahwa strategi adalah suatu alat untuk mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu strategi memiliki beberapa sifat, antara lain :

3

George L. Morrisey, Pedoman Pemikiran Strategis: Membangun Landasan Perencanaan Anda ( Jakarta: Prenhallindo, 1997), h.69

4

Michael Allison Jude Kaye, Perencanaan Strategis: Bagi Organisasi Nirlaba (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 3

5

Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan pengukuran Kinerja (Jakarta: Indeks, 2013), h. 61-62


(27)

1) menyatu (unified), yaitu menyatukan seluruh bagian-bagian dalam perusahaan

2) menyeluruh (comprehensive), yaitu mencakup seluruh aspek dalam perusahaan

3) integral (integrated), yaitu seluruh strategi akan cocok/sesuai dari seluruh tingkatan (corporate, business, dan functional)6

Beberapa penulis dewasa ini mengacu kepada strategi induk sebagai kebijakan.Strategi tidak hanya diartikan sekedar cara untuk menghadapi musuh atau pesaing saja, tetapi sebagai pola pikir dan tindakan yang memiliki wawasan yang lebih luas dan mendasar (Hartanto, dkk 1988).

Menyusun strategi berarti mencari jalan bagaimana mencapai hasil yang ditargetkan sesuai dengan visi dan misi di dalam situasi organisasi dan prospek yang dihadapi. Strategi adalah jalan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk mencapai target keuangan dan posisi strategis. Strategi pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, tindakan manajemen yang terukur dan bertujuan (intended strategy) dan, kedua, reaksi atas perkembangan yang tidak diantisipasi sebelumnya dan tekanan persaingan seperti peraturan pemerintah, masuknya pendatang baru, dan perubahan taktik pesaing.7

6

Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir Strategik , h. 17

7

Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis (Malang: Bayumedia, 2003), h. 8


(28)

Strategi juga akan berfungsi untuk mengarahkan tingkah laku organisasi di dalam lingkungannya, pemilihan strategi tertentu mencerminkan bagaimana rencana memadukan kekuatan, kelemahan organisasi dengan kesempatan hambatan yang terdapat dalam lingkungannya.

Jika disimpulkan dari pengertian-pengertian di atas bahwa strategi adalah ilmu dan seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan lingkungan secara efektif yang terbaik, karena strategi merupakan kunci dari terlaksananya misi yang ada dalam suatu perusahaan atau lembaga untuk mencapai tujuan yang lebih baik.

2. Fungsi dan Tingkatan Strategi

a. Fungsi Strategi

1. Strategi sebagai rencana (Plan)

Strategi menjadi arah tindakan pedoman yang digunakan untuk menghadapi tantangan linkungan tertentu. Bertitik tolak dari kesadaran kekuatannya.

2. Strategi sebagai pola (Pattern)

Sebagai pola dari suatu rangkaian tindakan untuk menghadapi tantangan/ancaman atau memanfaatkan peluang yang terdapat dilingkungan.8

8

Matondang, Kepemimpinan:Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik,(Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 73


(29)

3. Strategi sebagai kedudukan (Position)

Penempatan perusahaan dilingkungan makro. Strategi menjadi media yang menjembatani perusahaan dengan lingkungannya.

4. Strategi sebagai perspektif

Strategi menjadi perwujudan cara melihat dan pemahaman lingkungan. Disusun bertitik tolak dari tata nilai budaya kerja dan wawasan koalisi dominan itu.9

b. Tingkatan Strategi

Strategi terdapat pada berbagai tingkatan dalam sebuah organisasi. Tingkatan strategi dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu:

1. Strategi Korporat (Corporate Strategy)

Suatu pernyataaan maksud sebuah perusahaan, arah pertumbuhannya dan tujuan jangka panjangnya. Tujuan korporat perusahaan terpusat pada sebuah pertanyaan kunci: bisnis apa yang harus digeluti perusahaan? Strategi korporasi akan menentukan apakah bentuk kegiatan bisnis dari organisasi tersebut, perlukah satu perusahaan diintegrasikan dengan perusahaan lain atau harus berdiri sendiri-sendiri dan bagaimana bisnis tersebut berhubungan dengan masyarakat.

9

Matondang, Kepemimpinan:Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik,(Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 73


(30)

2. Strategi Bisnis (Business Strategy)

Pernyataan rinci definisi, misi, tujuan, unit bisnis dan ancangan-ancangan yang akan digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan. Isu utama strategi dalam level ini ialah berkenaan dengan persaingan di suatu pasar oleh setiap unit bisnis, misalnya apa saja keuntungan terhadap pesaing, apa peluang yang dapat dimanfaatkan, bagaimana perusahaan harus mengalokasikan sumber dayanya untuk mencapai posisi kompetitif yang diinginkan.

3. Strategi Operasional/Fungsional (Operational/ Functional Strategy)

Suatu perancanaan rinci tujuan jangka pendek dan metode yang akan di gunakan oleh suatu bidang operasional untuk mencapai tujuan jangka pendek unit bisnisnya. Isu utama strategi pada level ini berkenaan dengan bagaimana masing-masing bagian dari organisasi dapat dirangkai secara bersama-sama membentuk strategic architecture yang secara efektif mampu menghasilkan arah strategik.10

10

Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan pengukuran Kinerja (Jakarta: Indeks, 2013), h. 62


(31)

3. Tahapan Strategi

Strategi juga melalui berbagai tahapan dalam prosesnya, secara garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu:11

a. Perumusan Strategi

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan.

b. Implementasi Strategi

Setelah kita merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat, dan anggota organisasi.

c. Evaluasi strategi

Tahap akhir dari srategi ini adalah evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk

11


(32)

menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi strategi.

Dari tahapan strategi di atas bahwa merumuskan, mengimplementasi dan mengevaluasi suatu strategi itu harus dilakukan untuk kelancaran sebuah kegiatan ataupun program. Kerena fungsi merumuskan, mengimplementasi dan mengevaluasi dari sebuah strategi itu dapat mengembangkan sebuah tujuan yang akan dicapai oleh organisasi maupun lembaga. Dalam hal ini, suatu perusahaan atau lembaga akan dapat mengukur sejauh mana kegiatan atau program yang sudah dilaksanakan dengan baik.

B. Konsep Penyaluran

1. Pengertian penyaluran

Kata penyaluran atau pendistribusian berasal dari bahasa inggris yaitu distribute yang berati pembagian, secara terminologi penyaluran adalah (pembagian, pengiriman) kepada orang banyak atau beberapa tempat. Pengertian lain mendefinisikan distribusi sebagai penyaluran barang keperluan sehari-hari(terutama dalam masa darurat) oleh pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk dan sebagainya.12

12

W.H.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. 7, h. 259


(33)

Menurut Philip Kotler dalam bukunya ” Manajemen Pemasaran” mengatakan bahwa penyaluran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam suatu proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa yang siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Dalam hal ini distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan (membagikan, mengirimkan) kepada orang atau kebeberapa tempat.

2. Jenis-jenis Penyaluran

Ada tiga jenis penyaluran yang dapat ditemukan dalam aktifitas ekonomi masyarakat, yaitu:

1. Resiprositas13

Resiprositas menunjuk pada gerakan diantara kelompok-kelompok simetris yang saling berhubungan. Ini terjadi apabila hubungan timbal balik antara individu-individu atau antara kelompok sering dilakukan. Dalam hubungan seperti ini, resiprositas merupakan kewajiban membayar atau membalas kembali kepada orang atau kelompok lain atas apa yang mereka berikan atau lakukan untuk kita, atau dalam tindakan yang nyata membayar atau membalas kembali kepada orang atau kelompok lain.

13

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Preanda Media Group, 2009), cet. 1, h. 104-111


(34)

2. Redistribusi14

Menurut sahlin definisi redistribusi adalah sebagai pooling yaitu perpindahan barang atau jasa yang tersentralisasi, yang melibatkan proses pengumpulan kembali dari anggota-anggota sesuatu kelompok melalui pusat dan pembagian kembali kepada anggota-anggota kelompok tersebut. Jadi redistribusi merupakan gerakan approsiasi kearah pusat kemudian dari pusat didistribusikan kembali.

3. Pertukaran

Pertukaran (exchange) merupakan distribusi yang dilakukan atau terjadi melalui pasar. Pertukaran yang dilakukan adalah yang menunjukan tentang penciptaan keuntungan dan reinvestasi keuntungan ke dalam produksi serta harga yang ditetapkan pada prinsip keseimbangan antara permintaan dan penawaran.15

3. Macam-macam penyaluran

Ada tiga macam-macam penyaluran yang dapat ditemukan dalam aktivitas ekonomi masyarakat yaitu:

1. Penyaluran barang konsumsi

Dalam hal ini barang yang disalurkan atau didistribusikan adalah barang yang dapat langsung digunakan konsumen atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kehidupanya. Jadi barang konsumsi

14

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Preanda Media Group, 2009), cet. 1, h. 104-111

15

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Preanda Media Group, 2009), cet. 1, h. 104-111


(35)

terkait langsung dengan kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen melalui agen, pengecer lalu ketoko-toko.

2. Penyaluran jasa

Dalam hal ini penyaluran dilakukan adalah secara langsung kepada konsumen tanpa melalui perantara karena jasa dihasilkan dan dikonsumsi pada saat bersamaan.

3. Penyaluran kekayaan

Menurut ulama Hanafiah, kekayaan adalah segala sesuatu yang dimiliki dan dapat diambil manfaatnya, seperti tanah, binatang dan uang. Kekayaan adalah nilai asset seseorang diukur pada waktu tertentu.

4. Penyaluran pendapatan

Pendapatan merupakan upaya yang memiliki pengaruh secara ekonomis.16

Dari kutipan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan manajemen penyaluran dan ZIS adalah sesuatu aktivifas atau kegiatan untuk mengatur sesuai dengan fungsi manajemen ZIS yang ada dilembaga tersebut dalam upaya menyalurkan dana ZIS yang didapatkan dari para donatur atau muzzaki sehingga dana ZIS bisa cepat disalurkan kepihak yang membutuhkan yaitu mustahik.

4. Bentuk Penyaluran

Ada dua bentuk penyaluran dana antara lain:

16


(36)

a. Bentuk sesaat, dalam hal ini berati bahwa zakat hanya diberikan kepada seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berati bahwa penyaluran kepada mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri mustahik. Hal ini dikarenakan mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri, seperti diri pada orang tua yang sudah jompo, orang cacat. Sifat dan bantuan sesaat ini idealnya adalah hibah.

b. Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang disertai target merubah keadaan penerima dari kondisi katagori mustahik menjadi katagori muzakki. Target ini adalah target yang amat besar yang tidak dengan mudah dalam jangka waktu yang amat singkat. Untuk itu penyaluran dana zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima. Apabila permasalahannya adalah kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga dapat dicarikan solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah dicanangkan.17

5. Penyaluran Dana Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi

Perubahan dibidang ekonomi berpengaruh terhadap struktur sosial. Disatu pihak kita makin banyak melihat potensi muzzaki, pada masa lalu

jumlah ”orang kaya” hanya terbatas. Sekarang jumlah itu makin banyak

dengan terbukanya kesempatan usaha. Tetapi yang lebih penting bagi kita

17

Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudi, Zakat dan Wirausaha,(Ciputat: CED, 2005), h. 25


(37)

adalah makin besarnya ”golongan menengah” pada masa lalu, zakat barang kali lebih banyak disosialisasikan dengan ”orang kaya” pemilik harta. Sekarang potensi total dari sumber zakat itu melebar dan lebih besar. Ini menimbulkan dampak pada pengelolaan, khususnya dalam aspek mobilisasinya.

Di lain pihak mereka yang hidup dibawa garis kemiskinan, yang berhak menerima zakat, walaupun dari segi angkat absolut bisa saja

bertambah. Tapi disini konsep ”garis kemiskinan” harus diperhatikan.

Melihat dari struktur sosial, sekelompok masyarakat mungkin tergolong miskin. Tapi tingkat kemiskinan berkurang. Atau dengan perkataan lain, sebagian lapisan masyarakat miskin telah meningkatkan pendapatan dan tingkat kesejahteraannya.

Salah satu konsep yang telah dilakukan oleh lembaga amil zakat pada

umunya adalah dengan yang biasa disebut ”zakat produktif” pokok

gagasanya adalah menolong golongan miskin tidak memberi ”ikan”

melainkan dengan ”kail” kalau zakat diberikan hanya semata-mata untuk dikonsumsi maka pertolongan itu bersifat sementara. Tetapi kalo diberikan untuk membantu yang bersangkutan untuk produksi atau usaha, maka pertolongan itu akan sangat membantu yang bersangkutan untuk keluar dari garis kemiskinan.

Dengan munculnya gagasan seperti itu ada beberapa pola penyaluran dana zakat:


(38)

a. Zakat diberikan secara langsung kepada fakir miskin untuk keperluan konsumtif. Dalam konteks perubahan sekarang, maka bagian zakat ini diarahkan terutama kepada golongan ”the destitute” yang sifatnya

”relief” dan dampak bersifatnya jangka pendek.

b. Zakat diberikan kepada mereka yang terlibat dalam kegiatan pendidikan dan dakwah, yang dalam taraf hidup kekurangan.

c. Sebagian dana zakat dan dana lainnya (shadaqah, infaq dan wakaf) diperuntukan guna membangun prasarana ibadah dan pendidikan/dakwah islam.

d. Sebagian kecil zakat kini sudah diarahkan ke tujuan produktif, baik berupa hibah maupun pinjaman tanpa bunga bagi golongan miskin tetapi mesti tergolong ” the destitute”, dengan harapan, mereka bisa melepaskan diri dari kemiskinan. Bahkan dalam jangka waktu tertentu diharapkan bisa menjadi muzzaki, setidak-tidaknya dalam zakat fitrah.

e. Bagian yang lain, yang sejumlahnya sedikit, diperuntukan untuk

”amil” bisa berkembang, yaitu tidak semata-mata untuk orangnya, melaikan bisa pula lembaganya yang mengelola dan bisa memajukan dari segi pengorganisasiannya.18

Masalah yang perlu dipelajari adalah pengalokasiannya. Baik amil, badan amil, badan amil maupun muzzakki langsung, pada umunya mengalokasikan sebagian dana zakat itu (lebih dari 50%) untuk fakir

18

Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudi, Zakat dan Wirausaha,(Ciputat: CED, 2005), h. 55


(39)

miskin. Namun demikian meningkatnya jumlah penerima zakat dan dilain pihak dan berkurangnnya (secara relatif) jumlah mustahik secara hipotis dapat diperkirakan bahwa bagian zakat untuk non fakir akan semakin meningkat.

C. Konsep Zakat

1. Pengertian Zakat, Infaq dan sedekah

Perkataan zakat berasal dari kata zaka, artinya tumbuh dengan subur. Makna lain dari kata zaka, sebagaimana digunakan dalam

Al-Qur’an adalah suci dari dosa.19

Dalam kitab-kitab hukum Islam, perkataan zakat diartikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Jika pengertian ini dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam, harta yang dizakati akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya harta). Jika dirumuskan, zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu, dengan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tertentu itu adalah nisab, (jumlah minimum harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya), haul (jangka waktu yang ditentukan bila seseorang wajib mengeluarkan zakat hartanya), dan kadar-nya (ukuran besarnya zakat yang harus dikeluarkan).20

19

Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan dan Penerjemahan Al Qur’an, 1993), h. 463

20

Mohammad Daud Ali, Habibah Daud, Lembaga-lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet.1, h. 241


(40)

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik.21 Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam surat At-Taubah: 103 dan surat Ar-Ruum: 39,























































“ ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(AQ. At-Taubah ayat 103)















































































“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia

bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan hartanya.”(QS. Ar-ruum ayat 39)

21

Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), Cet.1, h. 7


(41)

Infaq berasal dari kata ا نا – ني – نا artinya menafkahkan, membelanjakan harta.22 Infaq adalah mendermakan, memberi rizki berupa karunia Allah atau menafkahkan sesuatu pada orang lain dengan ikhlas karena Allah.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, infaq adalah pemberian (sumbangan) harta benda tersebut untuk kebaikan, atau menyumbangkan harta untuk kepentingan umum.23

Menurut Didin Hafidhuddin, infaq berasal dari kata an-faqaa yang berarti mengeluarkan suatu harta untuk keperluan sesuatu. Secara istilah, infaq berarti mengeluarkan bagian dari harta pendapatan atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan oleh ajaran Islam. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik berpenghasilan rendah maupun yang tinggi.24

Sedekah secara bahasa berasal dari akar kata (shodaqa) yang terdiri dari tiga huruf : Shod- dal- qaf, berarti sesuatu yang benar atau jujur. Kemudian orang Indonesia merubahnya menjadi Sedekah. Sedekah bisa diartikan mengeluarkan harta di jalan Allah, sebagai bukti kejujuran atau kebenaran iman seseorang. Sedekah bisa diartikan juga dengan mengeluarkan harta yang tidak wajib di jalan Allah. Tetapi kadang diartikan sebagai bantuan yang non materi, atau ibadah-ibadah fisik non materi, seperti menolong orang lain dengan tenaga dan pikirannya,

22

Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan dan Penerjemahan Al Qur’an, 1993), h. 463

23

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 431

24


(42)

mengajarkan ilmu, bertasbih, berdzikir, bahkan melakukan hubungan suami istri, disebut juga sedekah.25

2. Dasar Hukum Zakat

Zakat sebagai rukun islam yang ketiga di samping sebagai ibadah dan bukti ketundukan kepada Allah SWT, juga memiliki fungsi social yang sangat besar, di samping merupakan salah satu pilar dalam ekonomi islam. Jika zakat, infaq dan sedekah ditata dengan baik, baik penerimaan dan pengambilannya maupun pendistribusiannya, insya Allah akan mampu mengentaskan masalah kemiskinan atau paling tidak mengurangi masalah kemiskinan

Zakat dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 82 kali, ini menunjukan hukum zakat yang amat sangat kuat, hal ini sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Baqarah ayat 110:26































































“Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat, apapun yang

diusahakan oleh dirimu tentu kamu akan mendapatkan pahalanya disisi Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui kegiatan apapun yang kamu kerjakan”(QS.Al-Baqarah ayat 110)

3. Tujuan Zakat

25

http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/384/pengertian-zakat-infak-dan-sedekah/ Diakses pada tanggal 08 Februari 2015 jam 14.00

26


(43)

Adapun tujuan zakat antara lain, adalah: (a) mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan; (b) membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin (orang-orang yang berhutang), ibnussabil (orang yang kehabisan biaya dalam perjalanan yang bermaksud baik), dan mustahiq

(orang yang berhak menerima zakat) lainnya; (c) membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya; (d) menghilangkan sifat kikir dan loba pemilik harta; (e) membersihkan sifat dengki dan iri dari hati orang-orang miskin; (f) menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin; (g) mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta; (h) mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya, dan (i) sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keberhasilan sosial.27

4. Hikmah Zakat

Banyak sekali hikmah yang tergantung dalam melaksanakan ibadah zakat. Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, vertical dan horizontal. Artinya secara vertikal zakat sebagai ibadah dan wujud ketakwaan dan kesyukuran seorang hamba kepada Allah atas nikmat berupa harta yang diberikan oleh Allah SWT, kepadanya serta untuk membersihkan dan mensucikan diri dari hartanya itu. Dalam

27

Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), Cet.1, h. 8


(44)

konteks inilah zakat bertujuan untuk menata hubungan seorang hamba dengan tuhannya sebagai pemberi rezeki.

Sedangkan secara horizontal; zakat bertujuan mewujudkan rasa keadilan sosial dan kasih saying diantara pihak yang mampu dengan pihak yang kurang mampu dan dapat memperkecil problematika dan kesenjangan sosial serta ekonomi umat. Dalam konteks ini zakat diharapkan dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan sosial diantara kehidupan ummat manusia, terutama Islam.28

Dalam hal ini, para ulama telah membahas mengenai apa hikmah dan tujuan dari adanya zakat. Di antaranya, menurut Yusuf Qardhawi, secara umum terdapat ada dua tujuan dari zakat, yaitu untuk kehidupan individu dan untuk kehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan pertama meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka berinfaq atau memberi, mengobati hati dari cinta dunia.29

5. Hakikat Zakat

Adapun hakikat zakat, berdasarkan dalil-dalil yang mewajibkannya adalah merupakan hak mustahiq dan bukan merupakan pemberian atau kebaikan hati hati orang-orang kaya semata. Dengan kata lain, zakat mencerminkan kewajiban bagi orang-orang kaya dan hak yang legal bagi golongan miskin, baik diminta atau pun tidak.

Dengan demikian didalam zakat tidak ada istilah hutang budi, balas budi, malu ataupun hina. Hal ini karena hakikatnya sebuah zakat adalah

28

Asnaini, Zakat Produktif dalam Persektif Hukum Islam (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2008) h. 42

29


(45)

pemberian dari Allah SWT. Lagi pula menurut Islam seseorang yang kaya tidaklah berlebihan kedudukannya di sisi Allah dari orang miskin karena hartanya. Karena hanya yang membedakan adalah derajat dan ketaqwaanya.

Hakikat zakat yang demikian menanamkan kesadaran bahwa seagala yang ada di bumi dan langit serta isinya adalah milik Allah dan harta yang dimiliki seseorang itu pada hakikatnya adalah amanah dari Allah SWT semata. Hal ini di dasarkan pada firman Allah SWT yang berbunyi.30

































































“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima

taubat dari hamba-hambanya dan menerima zakat dan bahwasanya

Allah Maha Peberima taubat lagi Maha Penyayang”(QS. At-Taubah ayat 104)

Berdasarkan surat At-Taubah ayat 104, zakat adalah menyerahterimakan harta benda kepada Allah SWT, sebelum diterima orang fakir dan orang yang berhak menerimanya. Zakat adalah proses pengoperan hak milik

30


(46)

kepada Allah SWT. Dengan demikian hakikat zakat sebenernya adalah mengeluarkan harta benda kepada Allah SWT.31

D. Konsep Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Kata Pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan (empowerment). berasal dari kata

power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti didalamnya, karena itu pemberdayaan dapat beraati kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreatifitas.32

Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan mempunyai rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian, hal tersebut dikarenakan belum adanya definisi yang tegas mengenai konsep pemberdayaan. Oleh karena itu agar dapat memahami secara mendalam tentang pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat ilmuwan yang memiliki komitmen terhadap pemberdayaan.

Carlzaon dan Macauley sebagaimana dikutif oleh wasistiono mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah sebagai berikut: membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan

31

Asnaini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 46

32

Lili Badriah, Muhamad Zen & M.Hudri, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, 2005), h. 53.


(47)

memberi orang kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusan-keputusannya dan tindakan-tindakannya.

Sementara Shardlow mengatakan pada intinya: “pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk

membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.”

Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pemberdayaan adalah system tindakan nyata yang menawarkan alternative model pemecahan masalah umat dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Dalam kamus bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan.33

Konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat menurut Adi Sasono yaitu ekonomi yang dilakukan orang banyak dengan skala kecil, dan bukan kegiatan ekonomi yang dikuasai beberapa orang dengan perusahaan dan skala besar. Kebijakan yang salah telah membawa masyarakat Indonesia pada kondisi kesulitan seperti tingginya angka kemiskinan dan pengangguran. Untuk peningkatan kualitas masyarakat Indonesia yang sejahtera dari aspek ekonomi telah digariskan kebijakan perekonomian nasional yang harus dilakukan oleh pemerintah.34

2. Tujuan Pemberdayaan

33

Badudu dan zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: pustaka Sinar Haparan, 2001), h. 318

34

Adi Sasono, Rakyat Bangkit Bangun Martabat (Jakarta; Pustaka Alvabet, 2008), cet I, h. 65


(48)

Pemberdayaan masyarakat atau community development (Comdev), memiliki tujuan utama yaitu memberdayakan individu-individu dan kelompok-kelompok orang melalui penguatan kapasitas (termasuk kesadaran, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan. yang diperlukan untuk mengubah kualitas kehidupan komunitas mereka. Kapasitas tersebut seringkali berkaitan dengan penguatan aspek ekonomi dan politik melalui pembentukan kelompok-kelompok social besar yang bekerja berdasarkan agenda bersama.35

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan menurut Sulistriyani adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi, kemandirian berfikir, kemandirian ekonomi, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses, melalui sebuah proses belajar maka secara bertahap masyarakat akan memperoleh kemampuan atau daya dari waktu ke waktu.

Berikut ini tujuan pemberdayaan menurut Tjokowinoto yang dirumuskan ke dalam tiga bidang yaitu ekonomi, politik, dan sosial budaya. Kegiatan pemberdayaan harus dilaksanakan secara menyeluruh menyakup segala aspek kehidupan masyarakat untuk membebaskan kelompok masyarakat dari dominasi kekuasan yang meliputi bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya. Konsep pemberdayaan dibidang ekonomi adalah usaha menjadikan ekonomi yang kuat, besar, mandiri, dan berdaya saing yang amat tinggi dalam mekanisme pasar yang besar

35

Edi Suharto.CSR & COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 67


(49)

dimana terdapat sebuah proses penguatan golongan ekonomi lemah. Sedangkan pemberdayaan dibidang politik merupakan penguatan rakyat kecil dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya atau kehidupan mereka sendiri. Konsep pemberdayaan dibidang social budaya merupakan upaya penguatan rakyat kecil melalui peningkatan, penguatan, dan penegakan nilai-nilai gagasan, serta mendorong terwujudnya organisasi sosial yang mampu memberikan kontrol terhadap perlakuan-perlakuan politik dan ekonomi yang jauh dari moralitas.36

Adapun tujuan Pemberdayaan menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah pasal 5 adalah:

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan;

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Namun upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat pula dilakukan dengan berlandaskan ZIS. Karena pondasi utama pemberdayaan masyarakat terkait dengan keadilan sosial terfokus pada unsur kesetaraan, kerjasama, dan upaya salaing berbagi. Semua itu sesuai dengan

36

http://chikacimoet.blogspot.com/2013/02/pemberdayaan-masyarakat.html diakses pada 20 Januari 2015


(50)

penyari’atan zakat yang memiliki fungsi mewujudkan keadilan sosial. Pendekatan community development berbasi zakat bertujuan untuk menginternalisasikan tujuan zakat bagi perubahan kaum dhuafa. Zakat bukan hanya sebagai ibadah maliyah yang hanya karitatif, melainkan untuk mendorong terwuhudnya perubahan kesejahteraan masyarakat dhuafa sehingga memiliki daya untuk berusaha dan mandiri sehingga dapat meningkatkan pendapatan agar terjadinya peningkatan kesejahteraan secara materi maupun immateri.

Namun, pemberdayaan ekonomi yang berbasiskan dan ZIS memiliki tujuan lebih luas bukan sekedar aspek materi melainkan ada tujuan lain, sebagai berikut

a. Memperteguh keimanan

Memperkuat keimanan merupakan landasan yang paling utama dari pendayagunaan zakat bukan hanya pembangunan aspek ekonomi saja. Pembangunan sumber daya manusia memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap pembangunan berbagai aspek. Karena kekuatan sumber daya manusia akan memberikan motivasi kuat bagi seseorang untuk berusaha merubah atau meningkatkan kehidupan dalam segala aspek. Nilai keimanan berupa sifat sabar, tawakal dan keinginan kuat untuk berusaha merupakan energy yang mampu membangkitkan semangat kaum dhuafa.

b. Meningkatkan kualitas hidup yang terdiri dari aspek ekonomi sehingga keluar dari perangkap kemiskinan. Begitu pula aspek kesehatan agar menjadi manusia yang sehat dan kuat terhidar dari berbagai penyakit. Tak kalah penting dari aspek ekonomi dan


(51)

kesehatan yaitu bidang pendidikan. Dengan keunggulan dalam pendidikan dapat melahirkan manusia yang unggul keluar dari ketertinggalan dan kebodohan.

c. Menumbuhkan jiwa enterprenuership agar dapat mandiri

Kemandirian merupakan sesuatu yang amat sangat penting, bahkan lebih bernilai dari materi. Menumbuhkan kemandirian berwirausaha dalam jiwa seseorang untuk akan lebih baik mendorong keberhasilan sehingga tercapainya tujuan yang dicita-citakannya37.

Jadi pemberdayaan itu sangatlah penting untuk masyarakat banyak, baik individu-individu maupun komunitas. Dengan pemberdayaan seseorang akan menjadi kuat dan termotivasi untuk mengubah dirinya untuk menjadi lebih baik. Tujuan lain pemberdayaan ialah untuk menjadikan masyarakat dari mustahik ke masyarakat muzzaki meningkatkan kualitas hidup seseoarang dari masalah perekonomian ataupun mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.

3. Pola – pola Pemberdayaan

Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, pola pemberdayaan yang tepat sasaran sangat diperlukan, bentuk yang tepat adalah denga memberikan kesempatan kepada kelompok miskin untuk

37

Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat prinsip dan praktek Pemberdayaan Ekonomi,(Wahana Kardofa FAI UMJ: 2012), cet, 1. h. 226.


(52)

merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang telah mereka tentukan. Disamping itu masyarakat juga diberikan kekuasaan untuk mengelola dananya sendiri, baik yang berasala dari pemerintah maupun pihak amil zakat, inilah yang membedakan antara partisipasi masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat.

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri, kemandirian tersebut meliputi kemandirian dalam berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Pemberdayaan masyarakat hendaknya mengarah pada pembentukan kognitif masyarakat yang lebih baik, untuk mencapai kemandirian tersebut diperlukan sebuah proses atau pola dalam pemberdayaan ekonomi masyarakt.

Pola pemberdayaan ekonomi Masyarakat

Pola pemberdayaan ini mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur pokok sebagai berikut:

1. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai 2. Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir

3. Aktivitas yang dilakukan terencana serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya setempat.

4. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap pemberdayaan

5. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi terutama dalam wirausaha.


(53)

6. Ada keharusan membantu seluruh lapsan masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerja sama sulit di capai.38

Dengan demikian, pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan tetapi kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti dilalui oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Sedangkan untuk tercapainya kondisi ekonomi masyarakat yang baik perlu adanya pendekatan non direktif (partisipatif) maka community woker

dapat melakukan tugas di bawah ini, yaitu:

a. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berwiraswasta bergelut dalam aspek ekonomi, bertindak dengan merancang munculnya diskusi tentang apa yang menjadi masalah dalam masyarakat.

b. Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah sukses dan sejahtera.

c. Membantu masyarakat untuk membuat analisis situasi usaha yang prospektif secara sistematik tentang hakekat dan penyebab dari masalah berbisnis.

d. Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat dimanfaatkan.

38

Lili Badriah, Muhamad Zen & M.Hudri, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, 2005), h. 54


(54)

Dilihat beberapa tujuan dari pemberdayaan itu adalah untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang agar lebih baik, hal inlah yang diinginkan oleh setiap individu ataupun komunitas. Akan tetapi, individu atau komunitas yang awam tidak tahu bagaimana untuk mencapai ekonomi yang baik. Tugas dari kita adalah memberikan nilai spriritual dalam berwirausaha serta selalu memberikan informasi ataupun contoh seseorang yang sudah sukses dalam usahanya

4. Tahap-tahap Pemberdayaan

Guna mencapai perubahan yang lebih baik maka tahapan siklikal pemberdayaan haruslah melewati beberapa tahapan yaitu:39

a. Tahapan pengenalan masyarakat terhadap ekonomi

b. Tahapan pengenalan permasalahan dan identifikasi kebutuhan wirausaha.

c. Tahapan penyadaran masyarakat akan pentingnya pengusaha d. Tahapan implementasi rencana kegiatan

e. Tahapan evaluasi implementasi rencana kegiatan f. Tahapan perluasan pemberdayaan masyarakat

Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara langsung maupun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan yakni:

a. Tahapan Persiapan

Tahapan ini meliputi penyiapan petugas (community development), dimana tujuan utamnya ini adalah untuk mesnyamakan persepsi

39

Lili Badriah, Muhamad Zen & M.Hudri, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, 2005), h. 56


(55)

antara anggota agen perubah (agent of change) menangani pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan pada tahapan penyiapan lapangan, petugas melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran. Pada tahapan ini terjadi kontak awal dengan kelompok sasaran.

b. Tahapan Assesment

Proses assessment yang dilakukan disini adalah mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses melakukan penilaian ini dapat pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman.

c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau kegiatan.

Pada tahapan ini agen perubahan (agent of change) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

d. Tahapan Pemformulakasi Rencana Aksi.

Pada tahapan ini agen membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

e. Tahapan Pelaksanaan (implementasi) program.

Tahapan pelaksanaan ini merupakan salah satu tahapan yang paling penting dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu


(56)

yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaanya dilapangan bila tidak ada kerja sama antara warga. f. Tahapan Evaluasi

Tahapan ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.

g. Tahapan Terminasi.

Tahapan ini merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan seringkali bukan karena masyarakat sudah dianggap mandiri, tetapi tidak juga terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya atau karena sudah melebihi jangka waktu yang sudah ditentukan sebelumnya atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan.40

Dari tahapan di atas bahwa memang benar seseorang akan berdaya tidak secara instan, harus melalui tahapan-tahapan dari pemberdayaan itu sendiri. Seperti tahapan pengenalan, tahapan assement, tahapan pelaksanaan dll. Hal inilah yang akan menjadikan masyarakat akan selalu sadar dan terdorong untuk merubah dirinya lebih baik dalam perekonomian dengan mengembangkan kreatifitas dan potensi yang ada dalam dirinya.

40

Isbandi Rukminto Adi,” Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Investasi


(57)

5. Indikator Pemberdayaan

Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah proses seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang menunjukan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu: masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun social seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempsunyai mata pencaharian, berpartisipasi, dalam kegiatan social, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.41

Sedangkan indikator keberhasilan program yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program-program dari sebuah pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Berkurangnya jumlah penduduk miskin.

b. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. c. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin dilingkungannya.

d. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan semakin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, semakin

41

Achmad Subianto, Ringkasan Dan Bagaimana Membayar Zakat, (Yayasan bermula dari kanan: Jakarta, 2004), h. 40


(58)

kuatnya permodalan kelompok, makin rapih system administrasi kelompok, serta semakin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat.

e. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mempu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.

Dari indikator di atas, yang disebut dengan masyarakat itu berdaya, jika masyarakat itu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan mampu mensejahterakan masyarakat sekitarnya.42

42

Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat Dan Jaringan Pengaman Social, (Jakarta : Gramedia pustaka utama, 1999), h. 29


(59)

BAB III

GAMBARAN UMUM BAZNAS

A. Sejarah Berdirinya Baznas

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagailembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

Selain menerima zakat, BAZNAS juga dapat menerima infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya. Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi dan harus dilakukan pencatatan dalam pembukuan tersendiri.


(60)

Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Hak Amil. Sedangkan BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Hak Amil, serta juga dapat dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Perintah untuk pengambilan zakat secara umum didasarkan pada perintah Allah sesuai dengan QS At Taubah : 103























































“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS At-Taubah: 103) .1

Kehadiran BAZNAS diharapkan menjadi modal bagi pengelola lembaga zakat yang dapat mengemban Amanah baik dari Muzakki, terlebih lagi bagi mustahik yang menggantungkan harapannya pada dana ZIS, sesuai dengan azas yang dimiliki oleh BAZNAS dalam mengelola dana ZIS masyarakat, yaitu moral yang amanah, manajemen yang transfaran dan profesioanl, serta pengembangan yang kreatif dan inovatif.

Berbagai penghargaan telah didapatkan BAZNAS dalam empat tahun terakhir yaitu:

a) Tahun 2008, BAZNAS telah mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000

1


(61)

b) Tahun 2009, BAZNAS adalah lembaga pertama yang memperoleh sertifikasi ISO 9001-2008

c) Tahun 2009 BAZNAS juga mendapatkan penghargaan the best ouality management dari karim business consulting

d) BAZNAS berhasil memperoleh predikat laporan keuangan terbaik untuk lembaga non departemen versi Departemen Keuangan RI tahun 2008

e) BAZNAS meraih “The Best Innovation Programme” dan The Best In Transparency Management

B. Legal Formal BAZNAS

1. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah non-struktural yang mandiri bertanggung jawab kepada Presiden.

2. BAZNAS dibentuk dengan Keputusan Presiden (Keppres) RI No. 8 Tahun 2001 tanggal 17 Januari 2001.

3. Keputusan Menteri Agama Nomor 118 Tahun 2014 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional Provinsi

4. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/568 Tahun 2014


(62)

6. BAZNAS melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pelaporan dan pertanggungjawaban atas pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.2

C. Visi dan Misi BAZNAS Visi

Menjadi Badan Zakat Nasional yang Amanah, Transparan dan Profesional.

Misi

1. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat melalui amil zakat.

2. Meningkatkan penghimpunan dan pendayagunaan zakat nasional sesuai dengan ketentuan syariah dan prinsip manajemen modern.

3. Menumbuh kembangkan pengelola/amil zakat yang amanah, transparan, profesional, dan terintegrasi.

4. Mewujudkan pusat data zakat nasional.

5. Memaksimalkan peran zakat dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia melalui sinergi dan koordinasi dengan lembaga terkait.

D. Program Pemberdayaan Ekonomi Baznas

Program BAZNAS dalam bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat, program ini memiliki tujuan yaitu untuk menumbuhkan kemandirian mustahik, lebih jauh agar mereka bisa menjadi muzakki. Program pemberdayaan ekonomi

2


(63)

masyarakat merupakan program yang amat penting dalam upaya memberikan jaminan kehidupan masa depan kaum dhuafa.

Program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh BAZNAS ada beberapa jenis, yaitu3:

1. Pelatihan Kewirausahaan.

Pelatihan kewirausahaan memiliki tujuan sebagai berikut: a) Mengurangi pengangguraan.

b) Membantu kaum dhuafa agar memiliki keterampilan siap bekerja. c) Membantu lulusan agar dapat bekerja pada bidang yang dikuasai. d) Membantu lulusan agar mampu memiliki usaha mandiri dengan

system bapak angkat

e) Membantu kalangan dunia usaha mendapatkan SDM yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan.

Berdasarkan tujuannya pelatihan kewirausahaan dapat mendukung tugas pemerintah dalam memberikan jaminan penghidupan yang layak bagi kaum miskin. Penghidupan yang layak atau hak sosial rakyat yang diberkan tidak hanya bersifat filantropi, melaikan dapat melaksanakan pemberdayaan bagi rakyat. Sesuatu empowerment dikatakan berhasil apabila menghasilkan

3

http://pusat.baznas.go.id/program pemberdayaan ekonomi. di akses pada tanggal 22 Semptember 2015


(1)

PERTANYAAN WAWANCARA

NamaResponden : Deni Hidayat

Jabatan : Manajer program pemberdayaanekonomi 1. Bagaimanasejarah BAZNAS?

Baznas dibentuk berdasarka nundang-undang tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dan ditetapkan oleh keputusan Presiden no 8 tahun 2001 tentang Badan Amil Zakat Nasional sesuai dengan amanat undang-undang no 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat yang berlaku.

2. Bagaimanastrukturorganisasi yang ada di BAZNAS?

Struktur BAZNAS mengaju pada peraturan Presiden

3. Bagaimanaproporsipenyalurandana zakat?

100 persen untuk mustahik

4. Program apasajayang terdapatprogram pemberdayaanekonomi yang ada di BAZNAS?

Pelatihan wirausaha, lapak sampa hterpadu, pelatihan kepad anelayan, pelatihan kepada petani

5. Apasyarat-syaratnyabagimustahik yanginginmendapatkan program yang ada di BAZNAS khususnyapemberdayaanekonomi?


(2)

6. Selama dua tahun ini dengan strategi penyaluran yang di gunakan, berapa jumlah mustahik yang ada di BAZNAS?

Pada tahun 2013 ada 2.968 warga binaan, dan ditahun 2014 ini menjadi 9.374 binaan.

7. Bagaimana strategi penyaluran dana zakat untuk pemberdayaan ekonomi yang dilakukan BAZNAS?

Dengan mengunakan penyaluran secara langsung dan tidak langsung

8. Bagaimana dampak penyaluran dana zakat melalui program pemberdayaan ekonomi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat ?

Dampaknya adalah sudah banyak mustahik yang mampu meningkatkan perekonomian keluargannya.


(3)

(4)

(5)

(6)