Strategi pengelolaan dana zakat secara produktif untuk pemberdayaan ekonomi pada Baznas Kabupaten Tangerang

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah ( SE.Sy )

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh : ABDUL AZIZ NIM : 109046100015

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

( UIN ) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

Assalamualaikum.Wr.Wb

Alhamdulillah, Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh.Swt, Tuhan semesta alam. Karena rahmat dan karunianya yang besar sehingga dapatlah penulis menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Strategi Pengelolaan Dana Zakat Secara Produktif Untuk Pemberdayaan Ekonomi Pada BAZNAS Kabupaten Tangerang” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata (S-1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat dan Salam penulis curahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad.Saw beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya.

Selama proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr.Asep Saepudin Jahar, MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Abdurrauf, Lc, MA., selaku

Sekretaris Program Studi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian studi. 3. Drs.Ahmad Yani, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak

membantu penulis dalam mengarahkan dan memotivasi perkuliahan agar cepat lulus, dan juga yang telah sempat meluangkan waktu yang banyak bagi penulis.

4. Muh. Fudhail Rahman, Lc, MA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan pemikiran bagi karya skripsi penulis,


(6)

Ibu Hj.Khoeroyaroh selaku Tim Ekonomi Zakat Dana Bergulir yang telah memberikan informasi yang diperlukan oleh penulis untuk dijadikan sebagai bahan penulisan skripsi.

6. Pimpinan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, dan seluruh pengurusnya yang telah

memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan baik membaca dan meminjamnya.

7. Bapak H.Triyanto dan almarhum Ibu Hj.Soliyah, selaku Kedua Orang Tua penulis yang setiap harinya memberikan doa dan semangat agar cepat lulus dan wisuda menjadi sarjana dan juga yang telah memberikan support dana yang banyak untuk perkuliahan hingga lulus.

8. Bapak dan Ibu Dosen di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Seluruhnya terutama dosen yang pernah mengajar penulis yang telah memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas dan penuh semangat dan memotivasi diri penulis.

9. Seluruh Teman di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan terutama teman sekelas PS.A angkatan 2009 khususnya Sulaiman, Halim, Rifki, Putri, Hendri, Iqbal, Fauzi, Ismail, Khalid, Rizka, Nining, Jamil, Cha cha, Ummu.

10.Seluruh saudara, keluarga, ustad, sahabat dan teman penulis yang terus memberikan support, doa dan bantuan kepada penulis agar dapat lulus kuliah dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang tercinta.

Akhir kata, penulis memohon semoga Alloh.Swt membalas semua kebaikan Kalian semua dengan pahala yang berlipat ganda dan rezeki yang luas. Amin ya Robbal alamin.


(7)

Skripsi ini adalah hasil karya Abdul Aziz, NIM 109046100015. STRATEGI PENGELOLAAN DANA ZAKAT SECARA PRODUKTIF UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI PADA BAZNAS KABUPATEN TANGERANG. Konsentrasi Perbankan Syariah, Progam Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 1437 H/2015 M, 75 Halaman.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam pengelolaan dana zakat, apa program pemberdayaan ekonomi yang bersifat produktif dan apa persoalan yang dihadapi di lapangan dan mencarikan solusinya. Metode penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Jenis penelitian menggunakan penelitian lapangan dan kepustakaan. Sumber data diperoleh dari data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dilakukan dengan 4 cara yaitu perencanaan oleh Badan Pelaksana, pengorganisasian yang terdiri atas Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana yang dibantu oleh Seksi-seksi, pelaksanaan oleh Badan Pelaksanadan pengawasan oleh Komisi Pengawas. Program pemberdayaan ekonomi produktif ada 5 program yaitu Program bantuan modal bergulir, Program bantuan pengobatan cuma-cuma, Program bantuan biaya pengobatan melalui pengajuan proposal, Program bantuan bea siswa tingkat SD, SMP dan Santri Salafi, Program bantuan bea siswa tingkat SLA. Persoalan yang dihadapi di lapangan ada 5 persoalan yaitu Kurangnya Kesadaran Zakat Masyarakat, Jarak Tempuh, SDM, Masa Peralihan/Pergantian Pengurus, Dana Modal Bergulir macet.

Kata Kunci: Strategi, Pengelolaan zakat, Produktif, Pemberdayaan ekonomi. Tahun Terbit 1988-2015.


(8)

Lembar Pernyataan Kata Pengantar Abstrak

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Permasalahan 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 10

D. Review Studi Terdahulu 11

E. Kerangka Teori dan Konseptual 12

F. Metode Penelitian 14

G. Sistematika Penulisan 16

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Strategi Pengelolaan Zakat 18

1. Pengertian Strategi dan Unsur Strategi 18

2. Implementasi Strategi 20

3. Pengertian Pengelolaan Zakat 25

B. Zakat Maal dan Zakat Produktif 26

1. Pengertian Zakat Maal dan Zakat Produktif 26


(9)

2. Tujuan dan Upaya Pemberdayaan Ekonomi 33 3. Instrumen dan Peran Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi 34 BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS KABUPATEN TANGERANG

A. Visi, Misi dan Motto BAZNAS Kabupaten Tangerang 42 B. Struktur, Fungsi dan Tugas Pokok Organisasi BAZNAS Kabupaten Tangerang

43 C. Program Pemberdayaan Ekonomi BAZNAS Kabupaten Tangerang 47 BAB IV ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN DANA ZAKAT SECARA PRODUKTIF UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI

A. Strategi Pengelolaan Dana Zakat Di BAZNAS Kabupaten Tangerang 52

B. Program Pemberdayaan Ekonomi Yang Bersifat Produktif Di BAZNAS

Kabupaten Tangerang 60

C. Persoalan Yang Dihadapi Pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang Di Lapangan Dan Solusi Penyelesaiannya 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 70

B. Saran 72

Daftar Pustaka 73


(10)

1 A. Latar Belakang Masalah

Strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam menjalankan strategi perlu ada progam yang diproyeksikan untuk dilaksanakan oleh suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu. Ada progam yang diproyeksikan dalam jangka pendek dengan waktu yang dialokasikan maksimal 1 tahun, ada perencanaan jangka menengah dengan alokasi 2-3 tahun, dan perencanaan jangka panjang dengan alokasi waktu antara 3-5 tahun. Namun karena progam yang sudah direncanakan seringkali dihadapkan pada berbagai kondisi yang memungkinkan progam tersebut tidak dapat dilaksanakan sesuai target waktu yang sudah ditentukan, maka diperlukan penerapan perencanaan strategis yaitu system perencanaan yang menghitung aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari pada organisasi tersebut.1

Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu konsep dalam upaya menjadikan adanya kekuatan (power) pada seseorang/individu atau kelompok. Pemberdayaan berhubungan dengan upaya untuk merubah kemampuan seseorang, keluarga atau kelompok dari keadaan tidak memiliki kemampuan/kekuatan/keberdayaan menuju keadaan yang lebih baik.2

1

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h.270.

2

N.Oneng Nurul Bariyah, Ed, Total Quality Management Zakat: Prinsip dan Praktik Pemberdayaan Ekonomi, (Wahana Kardofa FAI UMJ, 2012) h.223.


(11)

Zakat salah satu rukun Islam, di dalam kitab suci Al-Qur’an sering diulang -ulang perintah untuk berzakat, Dan dirikanlah shalat, Tunaikanlah zakat !

Surat Al-Baqarah ayat 110

ََا د ع ودجت ريخ م مكسف ِ اومدقت امو ۚ ةاك َزلا اوتآو ةََصلا او يقأو

ريصب ول عت ا ب ََا َ إ

Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan zakat yang diambil dari orang-orang kaya dan dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka.” HR.Bukhari II/505 no.1331

Zakat menurut UU No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Di akhir tahun 2012 terdapat dua pertemuan internasional yang sangat penting terkait dengan perkembangan dunia perzakatan global ke depan, meskipun keduanya tidak memiliki keterkaitan langsung.Agenda yang pertama adalah Muktamar Zakat Internasional IX yang berlangsung di Amman, Yordania pada tanggal 26-28 November 2012, sedangkan agenda yang kedua adalah Expert Group Meeting yang


(12)

diselenggarakan oleh IRTI (Islamic Research and Training Institute) dan IDB pada tanggal 11 Desember 2012. Forum yang pertama adalah forum rutin dua tahunan yang melibatkan badan-badan zakat resmi negara-negara anggota OKI. Indonesia sendiri baru bergabung pada tahun 2010 lalu di Beirut, Lebanon, saat berlangsungnya muktamar kedelapan, sehingga praktis keikutsertaan pada pertemuan Amman merupakan kali kedua. Sedangkan forum yang kedua diselenggarakan oleh IRTI dan IDB dengan maksud untuk mengembangkan program IFSAP (Islamic Financial Sector Assessment Program), yang sesungguhnya merupakan bentuk adopsi dan penyesuaian dari FSAP (financial Sector Assessment Program) yang telah dikembangkan oleh Bank Dunia dan IMF sebelumnya, dengan fokus pada industri keuangan konvensional. IFSAP merupakan tools untuk mengukur dan menilai kinerja sektor keuangan syariah secara komprehensif, sekaligus melakukan evaluasi terhadap stabilitas sektor ini. Dengan assessment yang tepat, maka kemungkinan terjadinya krisis keuangan dapat dideteksi secara dini. Dalam usulan template IFSAP yang akan dikembangkan, sektor keuangan syariah ini tidak hanya mencakup perbankan syariah saja, melainkan diperluas kepada seluruh lembaga keuangan syariah non bank, seperti asuransi syariah, pasar modal syariah, zakat dan wakaf.3

Dimasukkannya zakat dan wakaf dengan pertimbangan bahwa kedua sektor ini merupakan pilar utama Islamic social finance yang memiliki potensi yang sangat besar. Apalagi secara filosofis, zakat merupakan instrumen yang disebut secara eksplisit dalam Alquran sebagai antitesa dari sistim riba.

3

Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://jurnalekis.blogspot.co.id/2013/01/menuju-standardisasi-pengelolaan-zakat.html.


(13)

Dari kedua pertemuan itu, ada tujuh aspek yang menjadi fokus standarisasi ini, yang juga telah masuk menjadi bagian dari template IFSAP ke depan. Ketujuh hal tersebut adalah : standarisasi regulasi dan aturan perundang-undangan, standarisasi pihak yang menjadi otoritas zakat, standarisasi penghimpunan zakat, standarisasi penyaluran zakat, standarisasi good amil governance, standarisasi pelaporan dan pertanggungjawaban, serta aktivitas lintas sektoral.4

Di Indonesia, selama ini dalam menyalurkan zakat, masih banyak masyarakat yang tidak mau menyalurkan zakat lewat lembaga/badan amil zakat, bahkan cenderung menyalurkan langsung kepada para mustahik yang dikenalnya, ini menyebabkan penyaluran zakat tidak terarah dan tidak tepat sasaran, mustahik tertentu mendapatkan jatah yang lebih banyak dibanding yang lainnya. Banyak orang yang tidak tau bahwa ada kewajiban membayar zakat maal, bahkan dia hanya tau zakat fitrah, jika sudah bayar zakat fitrah berarti sudah bayar zakat.

Pada saat ini masalah pengelolaan zakat di Indonesia begitu kompleks, setiap lembaga zakat dan badan zakat dapat mengelola serta menyalurkan zakat, DKM masjid dan mushola pun ikut menerima dan menyalurkan zakat, bahkan perusahaan pun belakangan ini ikut menyalurkan zakat secara langsung dengan cara ada yang mendirikan lembaga zakat perusahaan itu sendiri lalu meyalurkan kepada mustahik secara langsung, bahkan perseorangan juga ikut menyalurkan zakat secara langsung contohnya pada pembagian zakat berdarah di pasuruan.

4

Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://jurnalekis.blogspot.co.id/2013/01/menuju-standardisasi-pengelolaan-zakat.html.


(14)

Pembagian zakat yang dilakukan seorang pengusaha pasuruan, H.Syaikon, dikediamannya RT 03 RW IV, Kelurahan Purutrejo, Kecamatan Purworejo, Pasuruan senin (15/9/2008) berubah menjadi petaka. Sebanyak 21 warga tewas akibat berdesakan dan terinjak-injak. Pembagian zakat tersebut bukan kali pertama dilaksanakan. Tahun sebelumnya, kegiatan serupa juga dilakukan keluarga H Syaikon. Jumlah kaum duafa yang datang dalam kegiatan tersebut jumlahnya mencapai ribuan,dan tidak hanya terbatas bagi mereka yang berasal dari Pasuruan, namun warga dari berbagai daerah sekitarnya.5

Penunaian terhadap kewajiban zakat selain sebagai ibadah, juga memiliki fungsi sosial dan ekonomi. Fungsi sosialnya adalah menyelamatkan sumber daya manusia, membangunnya menjadi sebuah kekuatan umat, membantu terwujudnya suatu pemerataan dan keadilan dalam distribusi pendapatan di masyarakat. Sementara fungsi ekonominya adalah mempercepat sirkulasi jumlah uang beredar di masyarakat yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara makro.

Adapun laporan hasil penerimaan dana ZIS selama 3 tahun terakhir dari berbagai komponen di BAZNAS Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut:6

Tahun

Hasil Penerimaan ZIS

Didayagunakan Tahun 2011 Rp. 2.393.717.972 2012 2012 Rp. 2.847.720.686 2013 2013 Rp. 2.892.470.278 2014

5

Dikutip dari Solo Pos, 16 September 2008.

6

BAZNAS Kabupaten Tangerang, Progam Pendayagunaan dana ZIS Tahun 2012, Progam Kerja BAZNAS Tahun 2013, Progam Kerja BAZNAS Tahun 2014 (Tangerang).


(15)

Penerimaan dana ZIS pada tahun 2013 adalah berjumlah sebesar Rp 2.892.470.278, dari penerimaan zakatnya sendiri mencapai Rp 2,3 Miliar yang

diambil dari zakat mal perorangan, zakat profesi dan zakat fitrah. Adapun pendayagunaan dana ZIS tersebut dilakukan pada tahun 2014. Adapun progam pemberdayaan yang dilakukan pada tahun 2014 adalah berupa: bantuan langsung tunai kepada keluarga fakir miskin dan anak yatim, bantuan peningkatan kesejahteraan muallaf, bantuan modal bergulir dan keterampilan usaha, bantuan dana bencana alam dan pergeseran aqidah, pelayanan kesehatan masyarakat, pelatihan kader untuk pendidik dan deteksi dini anak berkebutuhan khusus dan pelaksanaannya, pembangunan masjid dan musholla, pemberian insentif untuk guru ngaji di TPA/TPQ, pengasuh pesantren tradisional dan majlis ta’lim, bantuan pengadaan mobelair untuk sekolah, bantuan untuk siswa dan santri kurang mampu, bantuan untuk orang yang kehilangan dan terlantar dan orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan.7

Strategi yang dilakukan Baznas Kabupaten Tangerang dalam menghimpun dana ZIS adalah dengan cara membentuk UPZ. Unit pengumpul zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat di semua tingkatan dengan tugas mengumpulkan zakat untuk melayani muzakki, yang berada pada desa/kelurahan, instansi-instansi pemerintah dan swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri.8

7

BAZNAS Kabupaten Tangerang, Profil BAZNAS Kabupaten Tangerang: Progam Kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2014 (Tangerang) h.8.

8


(16)

Setelah UPZ di masing-masing wilayah kerjanya berhasil mengumpulkan dana ZIS, maka setiap UPZ menyetorkan dana tersebut dengan cara dikirim ke BAZNAS Kabupaten Tangerang melalui 3 nomer rekening Bank BJB yang ada yaitu No.Rek zakat 0120030004199, No.Rek infak 0120030072651 dan No.Rek shodaqoh 0301003467.9

Strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam mengumpulkan dana ZIS belum sukses dan belum berjalan dengan baik, hal ini bisa dilihat dari Target penerimaan dana ZIS tiap tahun yang belum pernah mencapai target, Target penerimaan dana ZIS pada tahun 2013 sejumlah 6 milyar bahkan target tertingginya 16 milyar, namun jumlah penerimaan ZIS pada tahun 2013 Hanya mencapai angka 2,89 milyar. Ini sangat jauh melenceng dari jumlah yang di targetkan yang 6 milyar, bahkan untuk mencapai angka 50% dari target saja tidak sanggup.10

Apalagi jika total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang dibandingkan dengan total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kab. Serang11 dan di BAZNAS kota bogor12 sebagai berikut:

Tahun

Total Penerimaan Dana ZIS BAZNAS Kab.Tangerang BAZNAS Kab.Serang BAZNAS Kota Bogor 2012 2,84 Milyar 5,4 Milyar 11,58 Milyar 2013 2,89 Milyar 6,3 Milyar 12,26 Milyar Sumber: Hasil pengolahan data penulis terhadap berbagai sumber.

9

Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Mufti, Staf Tata Usaha. Tangerang, 10 September 2015.

10Wawancara Pribadi dengan Bapak Triyoso, Bendahara Penerima. Tangerang, 10 September 2015. 11Artikel diakses pada 2 September 2015 dari

http://tangerangekspres.com/zakat-infak-target-penerimaan-baznas-kabupaten-serang-rp-7-m/.

12

Artikel diakses pada 2 September 2015 dari http://m.inilah.com/news/detail/2018443/total-zis-kota-bogor-2013-capai-rp1226-miliar.


(17)

Dari perbandingan total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang, di BAZNAS Kab. Serang dan di BAZNAS kota bogor jelaslah bahwa total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang adalah yang paling terendah diantara 3 BAZNAS tersebut dan dapat diambil kesimpulan bahwa strategi yang dilakukan dalam menghimpun dana ZIS dari seluruh elemen masyarakat belum berjalan dengan baik.

Oleh sebab itu perlu strategi yang tepat dalam pengelolaan dana zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang agar dana yang dihimpun bisa mencapai target maksimal dan sesuai dengan harapan, selain itu juga agar dana yang didistribusikan dapat bermanfaat bagi mustahik sehingga kedepannya diharapkan bisa menjadi muzaki tentunya melalui berbagai progam pemberdayaan ekonomi yang mengedepankan berbasis usaha yang produktif.

Dalam paparan tersebut dan melihat besarnya perkembangan pengelolaan dana zakat yang besar dan potensial, maka penulis tertarik untuk mengangkat isu ini dalam skripsi dengan judul: “STRATEGI PENGELOLAAN DANA ZAKAT SECARA PRODUKTIF UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI PADA BAZNAS KABUPATEN TANGERANG”

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang diatas terdapat beberapa permasalahan yang bisa diambil, diantaranya:


(18)

a. Bagaimanakah strategi yang dilakukan LAZ/BAZ dalam pengelolaan dana zakat ?

b. Bagaimana progam-progam pemberdayaan ekonomi yang bersifat produktif di LAZ/BAZ?

c. Apa persoalan yang dihadapi oleh pengurus Baznas Kabupaten Tangerang di lapangan?

d. Seberapa signifikankah fungsi sosial dan ekonomi zakat mampu mengurangi kemiskinan di Indonesia ?

e. Bagaimana fiqh memandang fenomena penyaluran zakat secara individu? f. Adakah Bank syariah yang menyalurkan zakat secara langsung tanpa

lewat LAZ/BAZ?

g. Bagaimana landasan hukum dari LAZ/BAZ tersebut? Apakah selain LAZ/BAZ, seperti perusahaan, perseorangan ada landasan hukumnya untuk mengelola dan menyalurkan zakat?

h. Apakah BAZNAS dapat mengkordinir seluruh LAZ/BAZ lainnya untuk masalah penyaluran zakat?

2. Batasan Masalah

Bertolak dari latar belakang tersebut, tentu akan sangat luas jika masalah tersebut dibahas secara keseluruhan dalam skripsi ini, maka penulis menganggap perlu untuk menyajikan penulisan skripsi ini hanya pada sebatas penekanan “Strategi Pengelolaan Dana Zakat Secara Produktif Untuk


(19)

Pemberdayaan Ekonomi”. Obyek penelitian adalah di BAZNAS Kabupaten Tangerang. Data yang diteliti adalah data tahun 2012 sampai 2014.

3. Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam pengelolaan dana zakat?

b. Apa program pemberdayaan ekonomi yang bersifat produktif di BAZNAS Kabupaten Tangerang?

c. Apa persoalan yang dihadapi oleh pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang di lapangan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dari pembatasan dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diketahui Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam pengelolaan dana zakat.

b. Untuk mengetahui program-program pemberdayaan ekonomi yang bersifat produktif di BAZNAS Kabupaten Tangerang.

c. Untuk mengetahui persoalan yang dihadapi oleh pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang di lapangan dan mencarikan solusinya.


(20)

2. Manfaat Penelitian

a. Menambah wawasan di bidang manajemen pengelolaan dana zakat dan pemberdayaan ekonomi.

b. Memberikan sumbangan pemikiran dan literatur kepustakaan mengenai pengelolaan dana zakat dan pemberdayaan ekonomi untuk kemajuan dan kebangkitan ekonomi umat islam.

c. Memberikan saran, informasi dan koreksi untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja pada LAZ/BAZ yang sudah baik sekaligus memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang ada.

D. Review Studi Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang bersangkutan mengenai zakat yang dapat membantu memberikan masukan bagi penulisan skripsi ini, antara lain adalah: 1. Strategi Pengelolaan Dana Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Ummat studi

pada Baitul Maal Hidayatullah Jakarta, Skripsi Ade Khairani Nasution, mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum, Prodi Muamalat 2012. Penulis hanya fokus pada strategi dan konsepnya saja.

2. Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Zakat Produktif studi pada bazda kota tangerang, Skripsi M.Syahril Syamsuddin, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Prodi Muamalat 2010. Penulis hanya fokus pada konsep pengelolaan zakat dan pendayagunaan.


(21)

Dari penelitian terdahulu, penulis menemukan pembahasan yang hanya pada strategi, konsep dan pendayagunaan. Itupun belum secara detail dijelaskannya. Dan juga belum ada satupun penelitian yang membahas mengenai pengelolaan zakat secara produktif, dalam hal ini untuk pemberdayaan ekonomi secara detail.

E. Kerangka Teori dan Konseptual

Definisi Strategi dalam perspektif Islam, dapat dinyatakan sebagai rangkaian proses aktivitas manajemen islami yang mencakup tahapan formulasi, implementasi dan evaluasi keputusan-keputusan strategi organisasi yang memungkinkan pencapaian tujuannya di masa datang.13

Zakat Maal adalah zakat yang dikenakan atas harta yang dimiliki oleh individu dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara syarak.14 Zakat maal dikenakan pada setiap orang islam yang harta kekayaannya sudah mencukupi suatu jangka waktu tertentu (haul), serta dapat dilaksanakan tidak hanya pada bulan Ramadhan, melainkan dilaksanakan sesuai dengan harta yang menjadi objek zakat.

Kata Produktif secara bahasa berasal dari dari bahasa inggris “productive” yang berarti banyak menghasilkan; memberikan banyak hasil.

Secara umum Produktif berarti “banyak menghasilkan karya atau barang.” Produktif juga berarti “banyak menghasilkan; memberikan banyak hasil.

13

Ismail Yusanto dan M.Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayan, 2003) h.8.

14


(22)

”Zakat produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya itu. Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus-menerus.15

Pemberdayaan masyarakat biasa dipahami atau diartikan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. ada pula pihak lain yang menegaskan bahwa pemberdayaan adalah proses memfasilitasi warga masyarakat secara bersama-sama pada sebuah kepentingan bersama atau urusan yang secara kolektif dapat mengidentifikasi sasaran, mengumpulkan sumber daya, mengerahkan suatu kampanye aksi dan oleh karena itu membantu menyusun kembali kekuatan dalam komunitas.16

Pemberdayaan memiliki dua kecenderungan yaitu kecenderungan primer dan kecenderungan sekunder. Kecendrungan primer merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya,

15

Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://rachmatfatahillah.blogspot.co.id/2013/03/zakat-konsumtif-dan-zakat-produktif.html.

16

Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://teoripemberdayaan.blogspot.co.id/2012/04/paparan-tentang-pemberdayaan-masyarakat.html.


(23)

kecenderungan sekunder, merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan mereka.17

F. Metode Penelitian

Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Metode penelitian ini bersifat deskriptif, karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis, tapi merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala apa adanya pada saat penelitian dilakukan.18

Metode Analisis 1. Jenis penelitian

a. Field Research (penelitian lapangan)

Penelitian lapangan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data secara langsung dari objek penelitian.

b. Library Research (penelitian kepustakaan)

Kajian pustaka yang digunakan untuk mencapai pemahaman yang komprehensif tentang konsep-konsep yang akan dikaji. Bahan yang

17

Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://www.pendidikanekonomi.com/2012/12/pemberdayaan -ekonomi-masyarakat.html.

18


(24)

digunakan untuk kajian pustaka ini yaitu buku-buku yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, majalah, surat kabar.

2. Data penelitian

Adapun data yang digunakan penulis dalam skripsi ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu:

a. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara pihak yang bersangkutan, serta dokumentasi/arsip perusahaan.

b. Data sekunder

Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas, baik itu berupa buku, jurnal, surat kabar, majalah, makalah atau sumber-sumber lain yang relevan dengan pokok masalah yang diangkat penulis pada skripsi ini.

3. Teknik pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan judul penelitian, penulis menggunakan jenis pengumpulan data berikut:

a. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi langsung dari responden atau metode pengumpulan data dengan tanya jawab yang dikerjakan berlandaskan tujuan penelitian dengan menggunakan panduan wawancara.


(25)

b. Observasi

Alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati langsung dan mencatat secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diselidiki. c. Studi Dokumentasi

Mempelajari dokumen-dokumen perusahaan yang berhubungan dengan aktifitas yang dilakukan.

4. Obyek Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di BAZNAS Kabupaten Tangerang. 5. Teknik penulisan

Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini, penulis menggunakan buku

Pedoman Penulisan Skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dam

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan, penulis membaginya dalam lima bab yang secara umum terbagi sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori dan konseptual, metode penelitian, serta sistematika penelitian.


(26)

Bab II Landasan Teoritis

Bab ini membahas tentang berbagai teori diantaranya penjelasan yang terdiri dari Pengertian strategi, unsur strategi dan implementasi strategi, Pengertian zakat dan pemberdayaan, Tujuan dan manfaat zakat serta Instrumen dan peran zakat dalam pemberdayaan ekonomi.

Bab III Gambaran Umum

Bab ini membahas tentang gambaran umum tentang BAZNAS Kabupaten Tangerang yang terdiri dari visi-misi dan motto BAZNAS Kabupaten Tangerang, struktur, fungsi dan tugas pokok organisasi dan program pemberdayaannya.

Bab IV Analisis dan Pembahasan

Bab ini membahas strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam pengelolaan dana zakat, program-program pemberdayaan ekonomi yang bersifat produktif di BAZNAS Kabupaten Tangerang, serta hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan dana zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang serta solusinya.

Bab V Penutup

Berisikan kesimpulan, saran dan rekomendasi yang penulis harapkan dapat menjadi pertimbangan serta sumbangsih pemikiran bagi industri keuangan syariah khususnya bagi BAZNAS Kabupaten Tangerang dan umumnya bagi seluruh lembaga/badan yang mengelola zakat.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Strategi Pengelolaan Zakat

1. Pengertian Strategi dan Unsur Strategi a. Pengertian Strategi

Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau mencapai suatu tujuan tertentu. Dari sudut etimologis (asal kata), berarti penggunaan kata “strategic” dalam manajemen sebuah organisasi, dapat diartikan sebagai kiat, cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.

Membahas perkataan “strategi” sulit untuk dibantah bahwa penggunaanya diawali atau bersumber dari dan populer di lingkungan militer. Di lingkungan tersebut penggunaannya lebih dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas seorang komandan dalam menghadapi musuh, yang bertanggung jawab mengatur cara atau taktik untuk memenangkan peperangan.1

Definisi strategi dalam perspektif Islam, dapat dinyatakan sebagai rangkaian proses aktivitas manajemen islami yang mencakup tahapan formulasi, implementasi dan evaluasi keputusan-keputusan strategi organisasi yang memungkinkan

1

Hadari Nawawi, Manajemen Strategik: Organisasi Non Profit bidang Pemerintahan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003) h.147.


(28)

pencapaian tujuannya di masa datang.2

Perencanaan strategis sebagai bagian dari manajemen yang membuat rencana kerja jangka panjang, menengah dan tahunan. Setiap lembaga pengelola zakat memiliki RENSTRA (rencana strategi) lembaga. Demikian pula strategi pencapaian, rencana tindakan (action plan) dan indikator kunci.3

Dalam menjalankan strategi perlu adanya perencanaan (planning) yang merupakan persiapan yang dilakukan untuk melakukan suatu progam yang dibuat. Perencanaan adalah langkah awal dari niat setiap orang atau kelompok (lembaga) dalam memulai progam yang dibuat. Strategi perencanaan berupa langkah-langkah kongkrit untuk mempercepat suatu progam dilakukan. Dengan adanya perencanaan, manusia sebagai individu maupun organisasi dapat mempersiapkan langkah-langkah strategis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan.4

Strategi adalah jalan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk mencapai target keuangan dan posisi strategis. Menyusun strategi berarti mencari jalan bagaimana mencapai hasil yang ditargetkan sesuai dengan visi dan misi di dalam situasi organisasi dan prospek yang dihadapi.5

Menurut Andrews strategi adalah pola sasaran, tujuan dan kebijakan/rencana umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang dinyatakan dengan mendefinisikan apa bisnis yang dijalankan oleh perusahaan, atau yang seharusnya

2M.Ismail Yusanto dan M.Karebet.Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, h.8. 3N.Oneng Nurul Bariyah, Ed, Total Quality Management Zakat, h.61.

4

Ibid.,h.169.

5

Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, (Malang: Bayumedia Publishing, 2005) h.8.


(29)

dijalankan oleh perusahaan.6

Jadi, dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan langkah atau rencana yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan.

b. Unsur Strategi

Unsur unsur dari strategi terdiri dari: 7

1) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

2) Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4) Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha.

2. Implementasi Strategi

Implementasi strategi adalah proses bagaimana melaksanakan strategi yang telah diformulasikan dengan tindakan nyata.8

Implementasi strategi adalah proses dimana strategi dan kebijaksanaan dijalankan melalui pembangunan struktur, pengembangan program, budget dan prosedur pelaksanaan. Implementasi strategi merupakan tahap yang paling

6

Mudrajad Kuncoro, Strategi:Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (Jakarta: Erlangga, 2006) h.1.

7

Artikel diakses pada 2 September 2015 dari http://senengemaca.blogspot.com/2012/08/unsur-unsur-dalam-strategi-pembelajaran.html.

8


(30)

sulit dalam proses strategi manajemen karena banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan di lapangan dan mungkin tidak sesuai dengan perkiraan semula.9

Implementasi strategi yang dilakukan pada penetapan Struktur Organisasi menurut Hardjito adalah penetapan struktur organisasi itu memerlukan pemenuhan tujuh prinsip organisasi yang dinilai penting sebagai berikut : 10

a. Perumusan tujuan.

Organisasi haruslah memiliki tujuan yang jelas. Kejelasan tujuan yang terlahir dari visi dan misi yang gamblang serta berada dalam kendali utama organisasi yang akan menjadi pedoman bagi anggota, terutama dalam menentukan langkah-langkah rasional yang harus ditempuh.

b. Kesatuan arah.

Dalam setiap struktur organisasi pasti terdapat pimpinan/atasan dan anggota/bawahan. Bawahan hanya menerima perintah dari dan bertanggung jawab kepada atasannya.

c. Pembagian kerja.

Langkah konkrit berupa pembagian beberapa kelompok aktivitas sehingga setiap bagian atau unit keja mengetahui secara jelas wewenang dan tanggung

jawab yang diembannya. Agar berjalan dengan baik, pembagian kerja harus memenuhi syarat “the right man on the right place” yaitu penempatan sumber

daya manusia yang sesuai dengan bidang dan keahliannya.

9Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h.13.


(31)

d. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab.

Dalam pelaksanaan pendelegasian ini, perlu memperhatikan aspek keseimbangan antara kewenangan dan tanggung jawab pekerjaan agar tercipta mekanisme kerja yang sehat. Pendelegasian wewenang yang baik akan memotivasi bawahan untuk lebih percaya diri, bekerja lebih baik, kreatif dan bertanggung jawab.

e. Koordinasi.

Pelaksanaan wewenang setiap bagian tentu akan saling berkaitan dan mempengaruhi bagian lain. Oleh karena itu diperlukan koordinasi antar bagian. Prinsip ini menjadi penting mengingat dalam prakteknya kerap ditemukan kasus yang mana pada suatu bagian menjadi lebih mementingkan bagiannya sendiri.

f. Tingkat pengawasan.

Guna memudahkan pengawasan, penyusunan struktur organisasi harus dilakukan dengan memperhatikan tingkat-tingkat pengawasan secara struktural.

g. Rentang manajemen.

Rentang manajemen atau rentang kendali yakni beberapa bawahan langsung yang dapat diawasi secara efektif dan efisien yang jumlahnya bergantung pada kondisi yang dihadapi. Kemampuan seorang pemimpin untuk mengawasi bawahannya secara efektif adalah 5-10 orang bawahan.


(32)

Menurut Handoko, struktur organisasi mengandung unsur-unsur sebagai berikut: 11

a. Spesialisasi kegiatan.

Yaitu berkenaan dengan spesifikasi tugas individual dan kelompok kerja dalam organisasi (pembagian kerja) dan penyatuan tugas-tugas tersebut dalam satuan-satuan kerja/unit kerja.

b. Standardisasi kegiatan.

Yaitu merupakan prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan perencanaan. Standardisasi juga berarti menjadikan seragam dan konsisten dalam suatu persyaratan atau peraturan yang baku.

c. Koordinasi kegiatan.

Yaitu menunjukkan keterpaduan dan kerjasama dalam melaksanakan kegiatan organisasi secara efektif menuju tercapainya tujuan. Koordinasi juga menunjukkan prosedur-prosedur yang mengintegrasikan fungsi-fungsi satuan/unit kerja dalam organisasi.

d. Sentralisasi atau Desentralisasi dalam pengambilan keputusan.

Yaitu bergantung pada lokasi kekuasaan pengambilan keputusan. Dalam struktur organisasi sentralistis, wewenang keputusan diambil oleh manajemen puncak. Sementara dalam organisasi desentralistis, wewenang pengambilan keputusan diberikan kepada manajemen tingkat menengah dan bawah.


(33)

e. Ukuran satuan kerja.

Yaitu menunjukkan jumlah karyawan dalam suatu kelompok kerja.

Implementasi strategi yang dilakukan pada penetapan Prosedur, Progam dan Anggaran.

Menurut Waller, Prosedur merupakan garis pedoman bagi tindakan karyawan yang sering diacu dari kebijakan fungsional semata adalah untuk menjelaskan tatacara pelaksanaan semua aktivitas manajemen yang perlu dikerjakan dalam organisasi. Tugas prosedur adalah sekedar memastikan bahwa di seluruh organisasi, semua orang mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama dan bekerja sebagaimana semua orang bekerja. Prosedur dalam perspektif manajemen mutu mengungkapkan bagaimana semua aktivitas manajemen dilaksanakan, siapa yang akan melaksanakan aktivitas (subjek jabatan/fungsional), bagaimana aktivitas didokumentasikan, instruksi tempat kerja yang diperlukan untuk referensi.12

Akhirnya berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan, disusunlah progam. Dalam perencanaan progam perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 13

a. Penanggung jawab dan personil yang terlibat dalam pembuatan progam baru harus ditentukan.

b. Fungsi-fungsi yang terlibat dalam progam harus dipastikan memahami peranannya. Fungsi-fungsi lain bila dilibatkan harus dikoordinasikan secara tertib dan tercatat.

12

Ibid.,h.130.

13


(34)

c. Perencanaan progam harus diawali dengan menetapkan tujuan dan persyaratan atau kriterianya. Persyaratan dapat berasal dari hasil evaluasi sebelumnya, masukan dari konsumen/klien, tinjauan hukum.

d. Perlu ditentukan pula tata cara verifikasi dan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan progam.

Dengan menetapkan anggaran, maka dapat diketahui sasaran profit dan juga pertumbuhannya setiap tahun, penyusunan anggaran merupakan bentuk nyata komitmen perusahaan dalam mengimplementasikan strategi yang telah diformulasikan sebelumnya. Perlunya perencanaan anggaran dana yang merupakan bagian dari penyusunan rencana jangka pendak dalam bidang biaya. Jika strategi tidak didukung anggaran yang memadai maka strategi itu besar kemungkinan akan berubah menjadi dokumen perencanaan saja yang tidak dapat diimplementasikan.14 3. Pengertian Pengelolaan Zakat

Pengelolaan Zakat menurut UU No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pasal 1 ayat 1 adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.

Sebagaimana dijelaskan dalam maksud definisi pengelolaan zakat di atas. Diawali dengan kegiatan perencanaan, dimana dapat meliputi perencanaan progam beserta budgetingnya serta pengumpulan (collecting) data muzakki dan mustahiq, kemudian pengorganisasian meliputi pemilihan struktur organisasi (Dewan pertimbangan, Dewan Pengawas dan Badan pelaksana), penempatan orang-orang


(35)

(amil) yang tepat dan pemilihan sistem pelayanan yang memudahkan ditunjang dengan perangkat lunak (software) yang memadai, kemudian dengan tindakan nyata (pro active) melakukan sosialisasi serta pembinaan baik kepada muzakki maupun mustahiq dan terakhir adalah pengawasan dari sisi syariah, manajemen dan keuangan operasional pengelolaan zakat.15

Pengelolaan zakat di Indonesia dilakukan oleh badan amil zakat (BAZ) dan lembaga amil zakat (LAZ) dengan cara menerima atau mengambil harta atau barang zakat dari muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki.16

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan zakat adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan zakat yang dilakukan oleh badan atau lembaga amil zakat dengan tujuan mensejahterakan kehidupan mustahik.

B. Zakat Maal dan Zakat Produktif

1. Pengertian Zakat Maal dan Zakat Produktif a. Pengertian Zakat Maal

Menurut UU No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pasal 11, zakat maal adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Daud Ali berpendapat, zakat maal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang tertentu setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu.17

15

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.252.

16

Ibid.,h.268.

17


(36)

Zakat maal adalah zakat kekayaan, artinya zakat yang dikeluarkan dari kekayaan atau sumber kekayaan itu sendiri.18

b. Pengertian Zakat Produktif

Kata produktif secara bahasa berasal dari dari bahasa inggris “productive” yang berarti banyak menghasilkan; memberikan banyak hasil; banyak menghasilkan barang-barang berharga; yang mempunyai hasil baik. “productivity” daya produksi. Zakat produktif adalah Pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya itu. Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus-menerus.19

Zakat produktif pada dasarnya menitikkan pola penyaluran zakat secara produktif, pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang ada dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha/bisnis. Pola penyaluran secara produktif (pemberdayaan) adalah penyaluran zakat atau dana lainnya yang disertai target merubah keadaan penerima (mustahik) dari kondisi kategori mustahik menjadi kategori muzakki.20

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh imam muslim dari salim bin abdillah bin umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah saw telah memberikan kepadanya

18

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.10.

19

Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://rachmatfatahillah.blogspot.co.id/2013/03/zakat-konsumtif-dan-zakat-produktif.html.

20


(37)

zakat, lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi.Salim pun mengelolanya sampai ia mampu memberikan sedekah dari usahanya tersebut. Sejarah itu menjadi tonggak awal bagaimana mengelola zakat sehingga menjadi sesuatu yang produktif dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama para mustahiknya.21

Lembaga pengelola zakat memiliki dua sisi kegiatan yaitu mendistribusikan dana secara konsumtif dan secara produktif. Secara konsumtif berarti dana zakat habis begitu saja dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan membiayai kesehatan. Secara Produktif berarti mengembangkan usaha-usaha produktif memberikan bantuan dana modal untuk wirausaha dalam rangka meningkatkan kualitas income per capita pengusaha.22

2. Tujuan Zakat

Tujuan utama zakat adalah untuk mengentaskan kemiskinan mustahiq (orang-orang yang berhak menerima zakat) dari kemiskinan, bahkan merubah mereka dari mustahiq menjadi muzakki (orang-orang yang membayar zakat).23

Menurut Qosim Bukhori dalam buku Didin Hafidhuddin, Tujuan zakat ada tiga yaitu pertama membersihkan jasmani dan rohani, yag kedua memperbaiki taraf hidup manusia, dan yang terakhir meningkatkan taraf kehidupan.24

21

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.223.

22

Lili Bariadi dkk, Zakat dan Wirausaha, h.76.

23

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.215.

24

Didin Hafidhuddin, The Power Of Zakat: Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara, (UIN Malang Press, 2008), h.16.


(38)

Menurut Yusuf Qardhawi tujuan dari ajaran zakat itu dibagi menjadi dua, yaitu tujuan untuk kehidupan individu dan tujuan untuk kehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan yang pertama meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka berinfak atau memberi, mengobati hati dari cinta dunia yang membabi buta, mengembangkan kekayaan batin dan menumbuhkan rasa simpati dan cinta sesama manusia. Esensi dari semua tujuan ini adalah pendidikan yang bertujuan untuk memperkaya jiwa manusia dengan nilai-nilai spiritual yang dapat meninggikan harkat dan martabat manusia melebihi martabat benda dan menghilangkan sifat materialisme dalam diri manusia. Tujuan yang kedua memiliki dampak pada kehidupan kemasyarakatan secara luas. Dari segi kehidupan masyarakat, zakat merupakan suatu bagian dari sistem jaminan sosial dalam islam.25

Tujuan zakat menurut Muhammad Daud Ali yaitu sebagai berikut:26

a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantu keluar dari kesulitan hidup. b. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnu

sabil dan mustahik lain.

c. Membina tali persaudaraan sesama umat islam, dan umat manusia. d. Menghilangkan sifat kikir dan rakus pemilik harta.

e. Membersihkan sifat iri dan dengki (kecemburuan sosial) di hati orang-orang yang miskin.

f. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin.

25

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Bogor: Litera Antar Nusa, 1996), h.848.

26


(39)

g. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial, terutama pada mereka yang mempunyai harta.

h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.

i. Sebagai salah satu instrumen pengentasan kemiskinan.

j. Pendorong peningkatan produktivitas dan pemberdayaan ekonomi umat. 3. Manfaat Zakat

Manfaat Zakat menurut Didin Hafidhuddin antara lain adalah:27

a. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah.Swt, mensyukuri nikmatNya, menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kepedulian yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan dan mensucikan harta yang dimiliki. Qs 9: 103, Qs 30:39, Qs 14:7

b. Berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka terutama golongan fakir miskin atau wirausaha, ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah.Swt, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka ketika melihat golongan kaya yang berkecukupan hidupnya.

27


(40)

c. Sebagai pilar jama’i antara kelompok aghniya yang berkecukupan hidupnya, dengan para mujahid yang waktunya sepenuhnya untuk berjihad dan berjuang di jalan Alloh, sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk berusaha bagi kepentingan nafkah dan keluarganya. Qs 2:273

ح ض ْا ي ف اً ض ع س َا س ي ف ا ح أ ذلا ءا ف ل ءا ن أ ها ج لا س

َا إ ف خ ا ف ن ا ۗ اًفا ح ل إ سانلا ل أ س ها س ف ع فف ع لا ل

(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. Al Baqarah ayat 273.

d. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi dan terlebih lagi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. e. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, karena zakat(sedekah) tidak

akan diterima dari harta yang didapatkan dengan cara yang bathil sebagaimana diterangkan dalam hadist riwayat muslim:

“Tidaklah diterima shalat tanpa bersuci, tidak pula sedekah dari ghulul(harta

haram)” (HR. Muslim no. 224).

Zakat mendorong pula umat islam untuk menjadi muzakki yang sejahtera hidupnya.


(41)

C. Pemberdayaan Ekonomi

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi

Istilah pemberdayaan atau empowerment berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Pemberdayaan sering diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya. Pemberdayaan menurut Steven shardlow memfokuskan pembahasan bagaimana individu atau kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. Pemberdayaan merupakan suatu daya kekuatan yang timbul sebagai usaha untuk mengadakan perubahan agar terjadinya perbaikan dan peningkatan kualitas kehidupan suatu masyarakat.28

Pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horison pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Menurut Bambang Rudito, memberdayakan wirausaha adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat banyak yang dalam kondisi saat ini tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.29

Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu konsep dalam upaya menjadikan adanya kekuatan (power) pada seseorang/individu atau kelompok. Pemberdayaan berhubungan dengan upaya untuk merubah kemampuan seseorang,

28

N.Oneng Nurul Bariyah, Ed, Total Quality Management Zakat. h.55.


(42)

keluarga atau kelompok dari keadaan tidak memiliki kemampuan/kekuatan/keberdayaan menuju keadaan yang lebih baik.30

2. Tujuan dan Upaya Pemberdayaan Ekonomi a. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi

Tujuan Pemberdayaan menurut Malcolm payne adalah untuk membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan terkait dengan dirinya termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.31 Pemberdayaan juga bertujuan untuk memberikan suatu power atau keberdayaan bagi pihak yang tidak diuntungkan.32

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat menurut Sulistiyani adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses. Melalui proses belajar maka secara bertahap masyarakat akan memperoleh kemampuan atau daya dari waktu ke waktu.33

b. Upaya Pemberdayaan Ekonomi

Menurut Isbandi Rukminto Adi, upaya untuk memberdayakan ummat/masyarakat dapat dilakukan dengan cara, yaitu: 34

30

N.Oneng Nurul Bariyah, Ed, Total Quality Management Zakat. h.223.

31

Ibid.,h.55.

32

Ibid.,h.223.

33

Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://chikacimoet.blogspot.co.id/2013/02/pemberdayaan-masyarakat.html.

34

Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Social,(Jakarta: UI Press, 2003), h.237.


(43)

1) Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berwiraswasta, bergelut dalam aspek ekonomi, bertindak dengan merancang munculnya diskusi tentang apa yang menjadi masalah dalam masyarakat.

2) Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah sukses dan sejahtera.

3) Membantu masyarakat untuk membuat analisis situasi usaha yang prospektif secara sistematik tentang hakekat dan penyebab dari masalah berbisnis.

4) Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat dimanfaatkan. 3. Instrumen dan Peran Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi

Zakat merupakan sumber dana potensial dalam progam pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat level bawah. Potensi zakat untuk pemberdayaan ekonomi dengan berupaya menciptakan iklim masyarakat yang berjiwa wirausaha akan terwujud, apabila penyalurannya tidak langsung diberikan kepada mustahik untuk keperluan konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola dan distribusikan oleh badan/lembaga yang amanah dan profesional.35

Zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Zakat yang dikelola dengan baik, mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan yang diterima ekonomi lemah, memiliki implikasi positif terhadap meningkatnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya mendorong peningkatan produksi. Monzer kahf mengatakan bahwa zakat dan sistem pewarisan islam, mendorong distribusi harta secara egaliter dan dinamis, sehingga dengan demikian harta akan

35


(44)

selalu beredar, tidak menumpuk hanya kepada kalangan kaya.36 Peranan zakat, baik zakat harta maupun fitrah terhadap pemerataan pendapatan akan lebih kentara kalau dihubungkan dan dilaksanakan bersama dengan nilai instrumental lainnya yaitu pelarangan riba.37 Tujuan pemberdayaan zakat pada dasarnya apa saja yang dapat memberikan dan melanggengkan kemashalatan bagi seluruh masyarakat termasuk usaha kecil dan menengah dalam berwirausaha.

Belum ekspansifnya pemberdayaan zakat selama ini untuk progam-progam keumatan yang kongkrit dan berjangka panjang, boleh jadi di samping keterbatasan dana juga perbedaan dalam penilaian terhadap prioritas dari pengembangan progam keumatan. Tetapi secara konsepsional, bahwa konsep zakat dan pemberdayaan zakat untuk perbaikan ekonomi umat bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan harkat dan martabat manusia sehingga tercapai kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat. Afzalurrahman menegaskan bahwa tujuan zakat yang terpenting adalah mempersempit ketimpangan ekonomi masyarakat.38

Prinsip zakat dalam sosial ekonomi bertujuan memberikan pihak tertentu yang membutuhkan untuk menghidupi dirinya. Zakat didistribusikan untuk dapat mengembangkan ekonomi baik melalui keterampilan yang menghasilkan maupun dalam bidang perdagangan. Zakat memberi solusi untuk mengentaskan kemiskinan dan kemalasan, pemborosan dan penumpukkan harta sehingga menghidupkan perekonomian mikro dan makro.39

36

Ibid.,h.15.

37

Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, h.9.

38

Lili Bariadi dkk, Zakat dan Wirausaha, h.17.

39


(45)

Menurut Syahrin Harahap dalam buku Lili Bariadi, Pendekatan yang digunakan Islam dalam pemberdayaan masyarakat miskin ada tiga:40

a. Pendekatan parsial kontinu, yaitu pemberian bantuan kepada masyarakat miskin yang dilakukan secara langsung, hal ini diberikan terutama kepada orang yang tak sanggup untuk bekerja sendiri, misalnya: orang cacat abadi, lansia, orang buta dll.

b. Pendekatan struktural, yaitu pemberian pertolongan secara kontinu agar masyarakat dapat mengatasi kelemahannya. Bahkan dari yang dibantu diharapkan dapat turut membantu. Terutama diberikan kepada mereka status melalui perwujudan dan komitmen kemitraan yang memiliki potensi skill untuk dikembangkan.

c. Mengupayakan perubahan dan suntikan dana (zakat, infak dan shodaqoh) secara struktural terhadap masyarakat yang aktif dan terampil dalam mengembangkan usaha, baik skala kecil dan menengah.Pemberdayaan pada level ini telah mencapai tahap partispasipatoris.

Kemudian ketiga pendekatan tersebut diharapkan dapat menghantarkan pada tahap emansiopatif yaitu menjadi muslim yang berkualitas dan penyantun sesama.

Strategi pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekonomi kerakyatan diharapkan terjadi peningkatan kesejahteraan yang merata. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat wirausaha perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Konsep pemberdayaan masyarakat tidak

40


(46)

dapat dilepaskan dari paradigma pembangunan yang memberikan kedaulatan kepada rakyat untuk menentukan pilihan kegiatan yang sesuai bagi kemajuan diri mereka masing-masing. Setiap upaya pemberdayaan perlu diarahkan pada suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kehidupan yang lebih baik.41

Progam pemberdayaan ekonomi masyarakat sebagai upaya kegiatan yang

diarahkan untuk memperbesar akses pendapatan ekonomi masyarakat dalam mencapai kondisi sosial-buadaya terutama ekonomi yang lebih baik, sehingga

masyarakat diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik pula.42 Konsep dasar pemberdayaan zakat dapat memberi peluang bagi para wirausahawan untuk mendapatkan pelayanan dan mengembangkan potensi ekonomi yang mereka miliki.43

Sistem distribusi zakat mempunyai sasaran dan tujuan. Sasarannya adalah pihak-pihak yang diperbolehkan menerima zakat, sedangkan tujuannya adalah sesuatu yang dapat dicapai dari alokasi hasil zakat dalam kerangka sosial ekonomi, yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga memperkecil kelompok masyarakat miskin dan yang nantinya meningkatkan kelompok muzakki.44

Zakat memiliki fungsi dan peranan mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.45

41

Ibid.,h.72.

42Ibid.,h.73. 43

Ibid.,h.75.

44

Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, h.170.

45


(47)

Zakat merupakan bukti dari adanya kesadaran antar manusia. Ia bisa melahirkan kesejahteraan sirkulasi hidup bersosial, ia dapat mengentaskan kemiskinan dan dapat menyelamatkan manusia dari kerugian di dunia dan di akhirat. Zakat juga dapat meminimalisasi sifat kikir, materialistik dan egoistik.46

Zakat sebagai salah satu tonggak perokonomian umat islam sudah sejak awal mendapat perhatian. Hal ini perlu diketahui agar kita lebih menyadari bahwa ekonomi islam sesungguhnya konsep praktis yang prestasi dan kesuksesannya telah dicatat dengan baik menggunakan tinta emas dalam lembaran sejarah. Perlu ditandaskan bahwa keberhasilan ekonomi islam itu tidak muncul secara kebutulan atau tanpa syarat, melainkan membutuhkan sebuah syarat mutlak. Ekonomi islam hanya akan mungkin berhasil jika diterapkan dalam masyarakat islam yang menerapkan islam secara menyeluruh (kaffah), baik dibidang ekonomi, politik, social, pendidikan dan budaya.47

Progam pemberdayaan ekonomi melalui pendayagunaan dana zakat yang dilakukan oleh lembaga amil zakat (LAZ) yang telah dikukuhkan oleh pemerintah yang progamnya berorientasi pada progam pemberdayaan ekonomi mencakup antara lain: 48

a. Pengembangan potensi agribisnis termasuk industry rakyat berbasis kekuatan lokal.

46

Ibid.,h.210.

47

Ibid.,h.217.


(48)

b. Pengembangan lembaga keuangan berbasis ekonomi syariah. c. Pemberdayaan masyarakat petani dan pengrajin.

d. Pemberdayaan keuangan mikro dan usaha riil berupa industri beras, air minum, peternakan, pertanian dan tanaman keras.

e. Memberdayakan ekonomi kaum fakir miskin dengan mengutamakan ilmu kail menangkap ikan.

f. Progam wakaf tunai untuk kartu sehat dan pemberdayaan ekonomi.

g. Pemberdayaan ekonomi melalui usaha kecil dengan progam pendampingan dan bimbingan.

h. Paket pelatihan menjahit, montir dan manajemen usaha.

i. Pemberdayaan ekonomi umat melalui progam pelatihan kewirausahaan dan penyaluran bantuan dana usaha bagi pedagang dan pengusaha.

j. Mengembangkan investasi dana untuk proyek konsumtif dan bantuan modal untuk lepas dari riqab dan gharimin.

k. Pemberdayaan ekonomi umat melalui penyertaan modal, sentra industri dan dana bergulir.

Agar dana zakat yang disalurkan itu dapat berdaya guna dan berhasil guna, maka pemanfaatannya harus selektif untuk kebutuhan konsumtif atau produktif.49

a. Konsumtif tradisional

Maksudnya adalah Pendistribusian zakat dibagikan kepada mustahik dengan cara langsung untuk kehidupan sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah


(49)

berupa beras dan uang kepada fakir miskin setiap idul fitri. Pola ini merupakan jangka pendek dalam mengatasi permasalahan umat.

b. Konsumtif kreatif

Maksudnya adalah Pendistribusian zakat yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk membantu orang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapinya. Bantuan tersebut antara lain berupa alat sekolah dan beasiswa untuk para pelajar, bantuan sarana ibadah seperti sarung dan mukena, bantuan alat pertanian seperti cangkul.

c. Produktif konvensional

Maksudnya adalah Pendistribusian zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif, dimana dengan menggunakan barang tersebut, para mustahik dapat menciptakan suatu usaha, seperti pemberian bantuan ternak kambing, sapi perahan atau untuk membajak sawah, alat pertukangan dan mesin jahit.

d. Produktif kreatif

Maksudnya adalah Pendistribusian zakat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian modal bergulir, baik untuk permodalan proyek sosial, seperti membangun sekolah, sarana kesehatan, atau tempat ibadah, maupun sebagai modal usaha untuk membantu atau bagi pengembangan usaha para pedagang atau pengusaha kecil.


(50)

Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk pemberdayaan ekonomi ummat dilakukan dalam dua pola, yaitu pola konsumtif dan pola produktif. Progam pendayagunaan zakat secara konsumtif bila dilakukan dengan cara untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar ekonomi sehari-hari para mustahik melalui pemberian langsung kepada individu maupun melalui lembaga yang mengelola fakir miskin, panti asuhan dan tempat ibadah yang mendistribusikan dana zakat kepada masyarakat. Sedangkan Progam pendayagunaan zakat secara produktif dapat dilakukan melalui progam bantuan pengusaha lemah, pendidikan gratis dalam bentuk beasiswa dan pelayanan kesehatan gratis.50

Adapun prosedur pendayagunaan pengumpulan hasil zakat untuk usaha produktif adalah: 51

a. Melakukan studi kelayakan, terutama kepada mustahik. Hal-hal yang perlu diuji kelayakannya adalah berdasarkan 5C (character, capital, capacity, collateral, condition of economy).

b. Menetapkan jenis usaha produktif. c. Melakukan bimbingan dan penyuluhan.

d. Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan. e. Mengadakan evaluasi.

f. Membuat pelaporan.

50

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009) h.427.

51


(51)

BAB III

GAMBARAN UMUM BAZNAS KABUPATEN TANGERANG

A. Visi, Misi dan Motto BAZNAS Kabupaten Tangerang1 1. Visi

Terwujudnya masyarakat sadar zakat dan berkurangnya kesenjangan sosial para mustahik.

2. Misi

a. Optimalisasi pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, shodaqoh (ZIS) sesuai ketentuan syari„at islam.

b. Meningkatkan kesadaran muzakki melalui BAZNAS, dan memperkecil kesenjangan sosial para mustahik.

c. Melaksanakan ibadah ijtima’iyah (sosial) berbasis ukhuwwah islamiyah untuk kesejahteraan umat.

3. Motto

Bersama BAZNAS menuju soleh individual dan soleh sosial.

1

BAZNAS Kabupaten Tangerang, Profil BAZNAS Kabupaten Tangerang: Progam Kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2014 (Tangerang) h.1.


(52)

B. Struktur, Fungsi dan Tugas Pokok Organisasi BAZNAS Kabupaten Tangerang2 1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi pengelolaan zakat di tingkat Kabupaten Tangerang terdiri dari unsur Dewan Pertimbangan, unsur Komisi Pengawas dan unsur Badan Pelaksana/Pengurus Baznas.

Dewan Pertimbangan

Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang Wakil Ketua : KH.Turmudzi

Sekretaris : KH.Hamdan Lc

Anggota : Drs.H.A. Manap Mulyana, KH.Sobandi, KH.Sobari A.Romli, KH.Afif Astari, KH.Jasmaryadi, Drs.H.Sudirman Komisi Pengawas

Ketua : Drs.H.Moh.Agus Salim M.Pd Wakil Ketua : Drs.H.Khaerudin SH, M.Hum Sekretaris : H.Hanafi Edi S.A

Anggota : Drs.H.Suhana Aisyah, H.Ahmad Iskandar, Kabag Bintal Setda

Badan Pelaksana/Pengurus Baznas

Ketua Umum : Drs.H.Edy Djunaedi M.Pd Ketua I : KH.Afif Afifi

Ketua II : H.Wildanul Firdaus SH


(53)

Ketua III : Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang Sekretaris : HA.Zarkoni Mugnel S.Ag

Sekretaris I : Kabag Pemerintahan Umum Setda Sekretaris II : Drs.H.Yahya Erfan Ma’shum Bendahara Pengguna : H.Ajda Tafsil

Bendahara Penerima : Triyoso SE.i Seksi-Seksi

Seksi Pengumpul

Ketua : H.Dedi Sutardi SH

Anggota : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Drs.H.Dedi Mahfudin, Drs.H.Encep Anwar, Trisnayanti S.Ag, Drs.Udin Syihabudin Seksi Pendistribusian

Ketua : Drs.H.Asep Maman Kurnia

Anggota : KH.Tohirudin, Drs.Maman Sumardi, Drs.H.Karman Anief MM, KH.Encep Subandi

Seksi Pengembangan

Ketua : Kepala Bagian Bina Pemerintahan Desa

Anggota : Drs.Maman Soetoyo, H.Ucup Yusuf M.Pd, Mashudin Zahrl SH M.Pd, Drs.H.Ardani.H, Tuhaerudin

Seksi Pendayagunaan


(54)

Anggota : KH.Waisul Qurni Nawawi, KH.Sanwani, Drs.Ali Sobari, Drs.H.Musa Hidayat, Tjakun S.Sos, Drs.H.Awaludin Solihin MM

2. Fungsi dan Tugas Pokok Organisasi Dewan Pertimbangan

Berfungsi memberikan pertimbangan, fatwa, saran kepada Badan Pelaksana/Pengurus Baznas dalam pengelolaan ZIS menyangkut aspek hukum syariah dan aspek managerial.

Tugas Pokok Dewan Pertimbangan meliputi :

a. Memberikan garis-garis kebijakan umum kepada Pengurus Baznas.

b. Mengesahkan rencana kerja Pengurus Baznas yang telah disetujui Komisi Pengawas.

c. Mengeluarkan fatwa baik diminta maupun tidak diminta.

d. Memberikan pertimbangan, persetujuan/rekomendasi atas rencana dan laporan kerja Pengurus Baznas.

e. Menunjuk akuntan publik apabila diperlukan. Komisi Pengawas

Berfungsi sebagai internal Baznas melakukan pengawasan terhadap seluruh aktivitas/operasional Baznas.

Tugas Pokok Komisi Pengawas meliputi :

a. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan.

b. Mengawasi pelaksanaan kebijakan umum yang ditetapkan Dewan Pertimbangan.


(55)

c. Mengawasi operasional pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan ZIS.

d. Melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap kinerja Pengurus Baznas. Badan Pelaksana/Pengurus BAZNAS

Berfungsi sebagai pelaksana dan pengelola dana ZIS. Tugas Pokok Badan Pelaksana/Pengurus Baznas meliputi :

a. Membuat rencana kerja BAZNAS sesuai kebijakan umum Dewan Pertimbangan.

b. Melaksanakan pengumpulan segala macam zakat, infaq dan shodaqoh (ZIS) dari masyarakat, termasuk para pegawai di lingkungan pemerintah Kabupaten Tangerang.

c. Mendayagunakan hasil pengumpulan dana ZIS kepada mustahiq sesuai ketentuan syariah.

d. Menyalurkan dana ZIS kepada masyarakat mustahiq sesuai dengan hasil musyawarah yang disahkan oleh Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawas. e. Membuat dan menyampaikan laporan hasil kerja tahunan kepada Bupati

Tangerang sebagai pertanggung jawaban Pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang.


(56)

C. Program Pemberdayaan Ekonomi BAZNAS Kabupaten Tangerang3 1. Asnaf Fakir/Miskin, Mualaf dan Riqob

a. Program Indonesia Peduli

1). Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Langsung Tunai sebesar Rp.250.000/keluarga kepada 1540 keluarga pra sejahtera di kecamatan, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.385.000.000.

2). Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Langsung Tunai sebesar Rp.100.000/keluarga kepada keluarga pra sejahtera dan anak yatim melalui dinas/instansi dan di lingkungan Baznas, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.53.000.000.

3). Program yang berbentuk kegiatan berupa Peningkatan Kesejahteraan Mualaf, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.46.264.209.

b. Progam Indonesia Makmur

1). Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Modal Bergulir dan Keterampilan Usaha, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.50.000.000.

2). Program yang berbentuk kegiatan berupa Pengembangan serta Pemutakhiran Data Mustahik dan Muzaki dengan cara melaksanakan identifikasi dan verifikasi pada lembaga/perorangan yang akan mendapat bantuan serta melakukan pendekatan kepada calon muzaki dan mustahik di 29 kecamatan, dengan jumlah anggaran Rp.55.000.000.

3


(57)

3). Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Dana Bencana Alam dan Kegiatan pada Pergeseran Aqidah, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.100.000.000.

c. Program Indonesia Sehat

1). Program yang berbentuk kegiatan berupa Pelayanan Kesehatan Masyarakat dengan memberikan Bantuan Pengobatan Cuma-Cuma kepada keluarga pra sejahtera dan lansia melalui rumah sehat, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.80.000.000.

2). Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Biaya Pengobatan melalui pengajuan permohonan proposal, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.20.000.000.

d. Program Indonesia Cerdas

1). Program yang berbentuk kegiatan berupa Pelatihan Kader untuk Pendidik dan deteksi dini anak berkebutuhan khusus (bagi guru Tk, Ra dan Paud), dengan jumlah anggaran mencapai Rp.30.000.000.

2). Program yang berbentuk kegiatan berupa Pelaksanaan Pendidikan anak berkebutuhan khusus, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.80.000.000.

2. Asnaf Fisabilillah dan Ghorimin a. Program Indonesia Taqwa

1). Program yang berbentuk kegiatan berupa Peningkatan Sarana dan Prasarana Ibadah dengan memberikan Bantuan Pembangunan Masjid kategori A sebesar


(58)

@ Rp.5.000.000. kepada 12 masjid, dan Masjid kategori B dan C sebesar @ Rp.4.000.000. kepada 71 masjid, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.344.000.000.

2). Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Marbot Masjid sebesar Rp.500.000/orang kepada 116 orang, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.58.000.000.

3). Program yang berbentuk kegiatan berupa Pemberian Insentif kepada guru ngaji, guru TPA/TPQ, guru/pengasuh pondok pesantren tradisional/majlis

talim sebesar Rp.500.000/orang kepada 380 orang, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.190.000.000.

4). Program yang berbentuk kegiatan berupa Pengadaan Mobelair untuk madrasah/sekolah sebesar Rp.6.500.000/unit kepada 42 madrasah/sekolah, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.273.000.000.

3. Asnaf Ibnu Sabil

a. Program Indonesia Peduli

1). Program yang berbentuk kegiatan berupa Menyalurkan Bantuan Sarana Ibadah, Sarana Pendidikan dan Kegiatan Keagamaan melalui pengajuan proposal, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.100.000.000.

2). Program yang berbentuk kegiatan berupa Membantu Dana Transportasi kepada orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan, orang yang terlantar dan orang yang kehilangan, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.10.000.000.


(59)

b. Program Indonesia Cerdas

1). Program yang berbentuk kegiatan berupa Membantu meringankan beban biaya pendidikan kepada siswa dan santri kurang mampu dengan memberikan Bantuan Bea Siswa tingkat SD/Ibtidaiyah, SMP/Tsanawiyah dan Santri Salafi/Ponpes Kobong sebesar Rp.400.000/orang kepada 522 orang, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.208.800.000.

2). Program yang berbentuk kegiatan berupa Bantuan Bea Siswa tingkat SLA/Aliyah sebesar Rp.600.000/orang kepada 353 orang, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.211.800.000.

4. Asnaf Amilin

Program yang berbentuk kegiatan berupa Memberikan Hak Amilin sesuai dengan Asnaf kepada seluruh komponen yang terlibat dalam pengelolaan dana ZIS dan kegiatan penunjang lainnya, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.218.305.728. 5. Pengalokasian Dana Infaq, Shodaqoh dan Jasa Bank

a. Program Indonesia Peduli

1). Publikasi, Sosialisasi dan Pemahaman akan sadar zakat dengan Pembuatan Spanduk/Baliho, Kalender, Buletin dan Iqro, dengan jumlah anggaran mencapai Rp.85.000.000. Percetakan dan Pendistribusian Kupon Zakat Fitrah dengan jumlah anggaran mencapai Rp.70.000.000.

2). Peningkatan Etos Kerja BAZ Kecamatan/UPZ Dinas/Instansi dengan Bantuan Pendanaan dan Pengembangan Dana ZIS untuk BAZ di 29 Kecamatan dengan


(60)

jumlah anggaran mencapai Rp.48.500.000. Pemberian Penghargaan/hadiah berupa Laptop dengan jumlah anggaran mencapai Rp.77.000.000. Pengadaan 2 Unit Sepeda Motor dengan jumlah anggaran mencapai Rp.29.000.000.

3). Penyediaan Dana Antisipasi kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan dana ZIS yang bersifat insidentil dengan jumlah anggaran mencapai Rp.69.800.341.


(61)

BAB IV

ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN DANA ZAKAT SECARA PRODUKTIF UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI

A. Strategi Pengelolaan Dana Zakat Di BAZNAS Kabupaten Tangerang

Strategi adalah jalan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk mencapai target keuangan dan posisi strategis. Menyusun strategi berarti mencari jalan bagaimana mencapai hasil yang ditargetkan sesuai dengan visi dan misi di dalam situasi organisasi dan prospek yang dihadapi.1

Pengelolaan zakat menurut UU No.38 tahun 1999 adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.

Strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam melakukan pengelolaan yaitu pengumpulan dan pendistribusian sekaligus pendayagunaan terhadap dana zakat adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan program kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang dilakukan oleh

Badan Pelaksana /Pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang setiap satu tahun sekali sebagai program kerja tahunan sesuai dengan kebijakan umum yang telah dibuat oleh

dewan pertimbangan.2

1

Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h.8.

2

BAZNAS Kabupaten Tangerang, Profil BAZNAS Kabupaten Tangerang: Progam Kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2014 (Tangerang) h.5.


(62)

Perencanaan strategis sebagai bagian dari manajemen yang membuat rencana kerja jangka panjang, menengah dan tahunan. Setiap lembaga pengelola zakat memiliki RENSTRA (rencana strategi) lembaga.3

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang saat ini yaitu Januari 2015 sampai dengan September 2015 mengacu kepada KMA(Keputusan Menteri Agama) Tahun 2003 No 373 Pasal 5 yaitu BAZDA Kabupaten/Kota terdiri atas Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana/Pengurus BAZNAS yang dibantu oleh Seksi Pengumpul, Seksi Pendistribusian, Seksi Pengembangan dan Seksi Pendayagunaan.4

Adapun selanjutnya sesuai dengan Peraturan BAZNAS No 3 tahun 2014 Pasal 31 disebutkan bahwa Susunan Organisasi BAZNAS Kabupaten/Kota terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Bidang Pengumpulan, Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Bagian Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan, Bagian Administrasi, Sumber Daya Manusia dan Umum, dan Satuan Audit Internal.

Peraturan BAZNAS ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkannya yaitu pada tanggal 13 Oktober 2014, Namun pada kenyataannya ketika penulis mulai meminta izin untuk penelitian skripsi pada November 2014, dikatakan bahwa di BAZNAS Kabupaten Tangerang sedang dalam Masa Peralihan dan Pergantian Pengurus, lalu ternyata sampai September 2015 ini belum ada pergantian secara resmi yaitu dengan diadakan Pelantikan Pengurus Baru.

3

N.Oneng Nurul Bariyah, Ed, Total Quality Management Zakat, h.61.


(63)

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan terhadap rencana/progam kerja tahunan yang telah dibuat BAZNAS Kabupaten Tangerang dilakukan/dilaksanakan oleh Badan Pelaksana/Pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang yang dibantu oleh Seksi Pengumpul, Seksi Pendistribusian, Seksi Pengembangan dan Seksi Pendayagunaan, yaitu melaksanakan pengumpulan segala macam zakat, infaq dan shodaqoh dari masyarakat, termasuk para pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang dan juga menyalurkan dana ZIS tersebut kepada mustahik sesuai dengan hasil musyawarah dan mendayagunakan hasil pengumpulan dana ZIS kepada mustahik.5

a. Pengumpulan dana zakat

Strategi yang dilakukan Baznas Kabupaten Tangerang dalam mengumpulkan dana ZIS adalah dengan cara membentuk UPZ. Unit pengumpul zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat di semua tingkatan dengan tugas mengumpulkan zakat untuk melayani muzakki, yang berada pada desa/kelurahan, instansi-instansi pemerintah dan swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri.6 BAZNAS Kabupaten Tangerang bekerja sama dengan UPZ Kecamatan yang ada di 29 Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang, 7 UPZ Sekolah dan 40 UPZ Dinas Instansi/Lembaga/Kantor dalam melaksanakan pengumpulan segala macam zakat, infak dan shodaqoh dari masyarakat dan termasuk pegawai di

5

BAZNAS Kabupaten Tangerang, Profil BAZNAS Kabupaten Tangerang: Progam Kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2014 (Tangerang) h.5.

6


(64)

lingkungan pemerintah daerah kabupaten tangerang.7

Setelah UPZ di masing-masing wilayah kerjanya berhasil mengumpulkan dana ZIS, maka setiap UPZ menyetorkan dana tersebut dengan cara dikirim ke BAZNAS Kabupaten Tangerang melalui 3 nomer rekening Bank BJB yang ada yaitu No.Rek zakat 0120030004199, No.Rek infak 0120030072651 dan No.Rek shodaqoh 0301003467.8

b. Pendistribusian dan Pendayagunaan dana zakat

Strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam menyalurkan dan mendayagunakan dana ZIS adalah dengan cara didistribusikan dan didayagunakan sebagiannya di UPZ masing-masing, lalu sebagiannya lagi didistribusikan dan didayagunakan melalui progam-progam yang ada di BAZNAS Kabupaten Tangerang setelah dibuat rencana pendayagunaan dana ZIS oleh badan pelaksana/pengurus BAZNAS Kabupaten Tangerang, lalu disetujui oleh dewan pertimbangan dan komisi pengawas.

Khusus untuk penyaluran zakat fitrah di semua tingkat UPZ, maka penyalurannya harus dibagikan kepada para mustahik terutama fakir dan miskin sebelum pelaksanaan sholat idul fitri. Penyaluran dana yang selain dari zakat fitrah disalurankan setelah rencana/progam kerja tahunan dibuat.9

Adapun pendayagunaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang dilakukan melalui progam pemberdayaan yang dilakukan pada tahun 2014 adalah

7

BAZNAS Kabupaten Tangerang, Profil BAZNAS Kabupaten Tangerang: Progam Kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2014 (Tangerang).

8

Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Mufti, Staf Tata Usaha. Tangerang, 10 September 2015.

9


(65)

berupa: bantuan langsung tunai kepada keluarga fakir miskin dan anak yatim, bantuan peningkatan kesejahteraan mualaf, bantuan modal bergulir dan keterampilan usaha, bantuan dana bencana alam dan pergeseran aqidah, pelayanan kesehatan masyarakat, pelatihan kader untuk pendidik dan deteksi dini anak berkebutuhan khusus dan pelaksanaannya, pembangunan masjid dan mushola, pemberian insentif untuk guru ngaji di TPA/TPQ, pengasuh pesantren tradisional dan majlis ta’lim, bantuan pengadaan mobelair untuk sekolah, bantuan untuk siswa dan santri kurang mampu, bantuan untuk orang yang kehilangan dan terlantar dan orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan.10

4. Pengawasan

Pengawasan terhadap pengumpulan, distribusi dan pendayagunaan dana ZIS yang ada di BAZNAS Kabupaten Tangerang dilakukan oleh Komisi Pengawas. Dengan cara mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan, mengawasi pelaksanaan kebijakan umum yang ditetapkan Dewan Pertimbangan, mengawasi operasional pengelolaan dana ZIS dan melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap kinerja Badan Pelaksana/Pengurus BAZNAS.11

Strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam mengumpulkan dana ZIS belum sukses dan belum berjalan dengan baik, hal ini bisa dilihat dari Target penerimaan dana ZIS tiap tahun yang belum pernah mencapai target, Target penerimaan dana ZIS pada tahun 2013 sejumlah 6 milyar bahkan target

10

BAZNAS Kabupaten Tangerang, Profil BAZNAS Kabupaten Tangerang: Progam Kerja BAZNAS Kabupaten Tangerang Tahun 2014 (Tangerang) h.12.

11


(66)

tertingginya 16 milyar, namun jumlah penerimaan ZIS pada tahun 2013 Hanya mencapai angka 2,89 milyar. Ini sangat jauh melenceng dari jumlah yang di targetkan yang 6 milyar, bahkan untuk mencapai angka 50% dari target saja tidak sanggup.12

Apalagi jika total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang dibandingkan dengan total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kab. Serang13 dan di BAZNAS kota bogor14 sebagai berikut:

Tahun

Total Penerimaan Dana ZIS BAZNAS Kab.Tangerang BAZNAS Kab.Serang BAZNAS Kota Bogor 2012 2,84 Milyar 5,4 Milyar 11,58 Milyar 2013 2,89 Milyar 6,3 Milyar 12,26 Milyar Sumber: Hasil pengolahan data penulis terhadap berbagai sumber.

Dari perbandingan total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang, di BAZNAS Kab. Serang dan di BAZNAS kota bogor jelaslah bahwa total penerimaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten Tangerang adalah yang paling terendah diantara 3 BAZNAS tersebut dan dapat diambil kesimpulan bahwa strategi yang dilakukan dalam menghimpun dana ZIS dari seluruh elemen masyarakat belum berjalan dengan baik.

Dalam pengelolaan zakat, infak dan sedekah (ZIS) terdapat beberapa prinsip yang harus diikuti dan ditaati agar pengelolaan itu dapat berhasil guna sesuai dengan

12

Wawancara Pribadi dengan Bapak Triyoso, Bendahara Penerima. Tangerang, 10 September 2015.

13Artikel diakses pada 2 September 2015 dari

http://tangerangekspres.com/zakat-infak-target-penerimaan-baznas-kabupaten-serang-rp-7-m/.

14

Artikel diakses pada 2 September 2015 dari http://m.inilah.com/news/detail/2018443/total-zis-kota-bogor-2013-capai-rp1226-miliar.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)