E. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Letter of Credit
1. Hubungan Hukum Pemohon dan Penerima
Kontrak dasar yang mendasari penerbitan LC ialah kontrak penjualan. Kontrak penjualan memuat hak dan kewajiban pembeli yang dalam UCP menjadi
pemohon dan penjual yang dalam UCP menjadi penerima. Klausul cara pembayaran dalam kontrak penjualan harus dituangkan menjadi LC. LC
diterbitkan karena kontrak perjanjian mengatur demikian. LC diterbitkan bank
penerbit atas permintaan pemohon sesuai dengan kontrak penjualan.
Bank penerbit atau bank penerus bukan para pihak dalam kontrak penjualan walaupun nama kedua bank ini dimuat dalam kontrak penjualan. Sengketa
mengenai barang yang menjadi subyek kontrak penjualan harus diselesaikan
antara pembeli dan penjual dengan merujuk pada kontrak penjualan.
LC yang diterbitkan atas dasar kontrak penjualan, menurut hukum LC merupakan kontrak yang terpisah dari kontrak penjualan. Sengketa kontrak
penjualan tidak boleh dikaitkan dengan LC. LC adalah LC, kontrak penjualan adalah kontrak penjualan. Pemisahan seperti ini dinamakan prinsip pemisahan
kontrak atau prinsip independensi LC. dalam pelaksanaannya kadang-kadang terjadi intervensi atas prinsip pemisahan kontrak tersebut. Sengketa mengenai
barang yang merupakan subyek kontrak penjualan diikuti dengan penangguhan
pembayaran yang merupakan subyek LC.
2. Hubungan Hukum Pemohon dan Bank Penerbit
Hubungan hukum pemohon dan bank penerbit didasarkan pada kontrak yang dinamakan permintaan penerbitan LC. Permintaan penerbitan LC
Universitas Sumatera Utara
diperlukan dalam rangka merealisasi cara pembayaran sebagaimana diatur dalam kontrak penjualan. Jika bank penerbit setuju untuk melaksanakan permintaan
pemohon, maka bank penerbit menerbitkan LC. LC dengan demikian diterbitkan berdasarkan permintaan penerbitan LC. Permintaan penerbitan LC dan kontrak
penjualan juga terpisah satu sama lain. 3.
Hubungan Hukum Bank Penerbit dan Penerima Hubungan hukum antara bank penerbit dan penerima lahir atas dasar LC
yang diterbitkan bank penerbit yang disetujui penerima. Persetujuan penerima terhadap LC diwujudkan melalui pengajuan dokumen-dokumen yang
dipersyaratkan LC kepada bank penerbit. Tetapi penerima tidak berkewajiban untuk menyetujui LC yang diterbitkan oleh bank penerbit. Sebelum LC disetujui
penerima, maka LC merupakan kontrak sepihak dari bank penerbit yang tidak mengikat penerima. LC diterbitkan atas dasar permintaan penerbitan LC, tetapi
kedua kontrak ini terpisah satu sama lain. Hak dan kewajiban bank penerbit dan penerima diatur dalam UCP 500 atau
600, sepanjang LC tunduk pada UCP 500 dan UCP 600. LC dapat memuat klausul-klausul tersendiri terlepas dari ada atau tidak pengaturannya dalm UCP
yang berlaku. Pengaturan klausul-klausul dalam LC harus sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang dikenal secara internasional.
4. Hubungan Hukum Bank Penerbit dan Bank Penerus
Hubungan hukum bank penerbit dan bank penerus didasarkan pada instruksi bank penerbit kepada bank penerus yang disetujui bank penerus. Bank
penerbit memberikan instruksi kepada bank penerus untuk meneruskan LC.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan hukum antara bank penerbit dan bank penerus adalah “hubungan keagenan” dimana bank penerbit bertindak sebagai principal dan bank penerus
sebagai agen. Hak dan kewajiban kedua bank diatur dalam instruksi bank penerbit yang dimuat dalam LC. Selain itu, hak dan kewajiban kedua bank juga diatur
dalam UCP. Sebagai bank penerus, bank ini tidak berkewajiban untuk melakukan pembayaran, akseptasi atau negosiasi terhadap wesel penerima.
Jika bank penerus dalam LC diminta juga oleh bank penerbit untuk menambahkan konfirmasinya pada LC, maka bank penerus juga melaksanakan
fungsi sebagai bank pengkonfirmasi confirming bank. Dalam hal bank penerus adalah juga sebagai bank pengkonfirmasi, maka kewajiban bank ini adalah sama
dengan kewajiban bank penerbit yaitu melakukan pembayaran, akseptasi atau negosiasi wesel terhadap penerima. Konsekuensinya, bank pengkonfirmasi
berkewajiban pula melakukan penelitian kesesuaian antara dokumen-dokumen yang diajukan dan persyaratan LC sebagai dasar untuk melakukan pembayaran,
akseptasi atau negosiasi. Tanggung jawab bank penerbit dan bank pengkonfirmasi terhadap
pembayaran LC sama yaitu pembayaran dapat dimintakan kepada salah satu dari kedua bank ini. Jika bank pengkonfirmasi tidak bersedia melakukan pembayaran
LC dengan alasan-alasan tertentu, maka bank penerbit tetap berkewajiban menggantikannya dan demikian sebaliknya. Pembayaran yang dilakukan bank
pengkonfirmasi wajib dibayar kembali oleh bank penerbit atau bank pereimburs reimbursing bank yang ditunjuk bank penerbit karena bank pengkonfirmasi
adalah agen dari bank penerbit.
Universitas Sumatera Utara
Namun demikian, UCP 500 atau UCP 600 tidak mewajibkan bank penerus menjadi bank pengkonfirmasi. Artinya, bank penerus dapat menolak permintaan
bank penerbit untuk bertindak sebagi pengkonfirmasi. 5.
Hubungan Hukum Bank Penerus dan Penerima Hubungan hukum antara bank penerus dan penerima tergantung dari fungsi
yang dilakukan oleh bank penerus sesuai dengan persyaratan LC. Bank penerus dapat berfungsi sebagai bank penerus semata-mata, bank pengkonfirmasi, bank
penegosiasi, bank pembayar atau bank pengaksep. Dalam hal bank penerus murni menjalankan fungsinya sebagai bank
penerus, maka kewajibannya terhadap penerima hanya terbatas pada penerusan LC dan penerusan perubahannya. Oleh karena itu, penerima tidak berhak untuk
meminta pembayaran LC dari bank penerus. Tetapi, dalam hal bank penerus juga sebagai bank pengkonfirmasi maka selain meneruskan LC kepada penerima bank
ini juga melakukan konfirmasi atas LC tersebut. Konsekuensinya, penerima dapat meminta pembayaran LC kepada bank pengkonfirmasi dimaksud karena
kewajiban bank pengkonfirmasi merupakan tambahan terhadap kewajiban pembayaran dari bank penerbit terhadap penerima. Kemudian jika bank penerus
bertindak pula sebagai bank penegosiasi maka kewajiban bank ini yaitu selain meneruskan LC juga melakukan pembelian dokumen-dokumen yang diajukan
penerima. Seterusnya, apabila bank penerus diminta pula sebagai bank pembayar maka kewajiban bank ini adalah meneruskan LC dan melakukan pembayaran
kepada penerima. Selanjutnya, apabila bank penerus bertindak pula sebagai bank pengaksep, maka kewajiban bank ini selain meneruskan LC kepada penerima
Universitas Sumatera Utara
juga melakukan akseptasi atas wesel berjangka yang diajukan penerima dan membayarnya pada saat pembayaran jatuh tempo.
Kecuali dalam kapasitas bank penerus murni sebagai bank penerus, maka bank penerus dalam menjalankan fungsi sebagai bank pengkonfirmasi, bank
negosiasi, bank pembayar, atau bank pengakspe wajib melakukan penelitian atas kesesuaian dokumen-dokumen yang diajukan penerima dengan persyaratan LC.
Jika dokumen-dokumen sesuai dengan LC, maka bank tersebut berkewajiban melakukan pembayaran LC kepada penerima.
46
46
Ramlan Ginting, Letter of Credit, Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, Universitas Trisakti, Jakarta, 2007, hal 197-214.
Universitas Sumatera Utara
82
BAB IV TINJAUAN YURIDIS ATAS PERDAGANGAN INTERNASIONAL