B. Perjanjian Dasar dalam Kegiatan Ekspor Impor
Ekspor impor sebagai suatu rangkaian perbuatan perusahaan dalam jual beli barang tertentu senantiasa di awali dengan perjanjian. Perjanjian tersebut
merupakan hasil dari kegiatan sebelumnya yang dilakukan oleh eksportir dan importir, yaitu penawaran dan permintaan. Kemudian kesepakatan tersebut
dituangkan ke dalam Sales Contract yang merupakan kesepakatan antara eksportir dan importir untuk melakukan perdagangan barang sesuai dengan
persyaratan yang disepakati bersama dan masing–masing pihak mengikatkan diri untuk melaksanakan semua kewajiban yang ditimbulkannya. Dalam sales contract
tercantum segala sesuatu yang diperjanjikan dan dibuat secara rinci dan tertulis yang menyangkut syarat perjanjian, uraian barang, pelaksanaan penyerahan
barang serta cara pembayaran dan hal–hal penting lainnya. Sales contract atau perjanjian jual beli harus mencantumkan cara pembayaran yang dilakukan apakah
secara tunai atau kredit, bilamana pembayaran dilakukan dengan cara kredit ditentukan pula dengan atau tanpa letter of credit.
Tahap-tahap yang menyertai pelaksanaan perjanjian ekspor impor yaitu : a.
Pra Kontraktual atau tahap awal perjanjian Terjadi penawaran produk yang diajukan penjual eksportir, dimana
biasanya disertai dengan harga barang, mutu barang, jumlah serta syarat- syarat lainnya yang biasanya disebut an inquiry for a quotation. Apabila
penawaran tersebut disetujui oleh pembeli importir, maka kedua belah pihak mengikatkan diri untuk melakukan “perjanjian jual beli”, dengan
syarat-syarat yang telah disepakati.
Universitas Sumatera Utara
b. Kontraktual atau tahap terjadinya perjanjian
Merupakan realisasi dari tahap awal perjanjian, yang kemudian dituangkan secara rinci dan tertulis tentang segala sesuatu yang dianggap penting
dalam transaksi ekspor impor. c.
Post Kontraktual Merupakan realisasi dari perjanjian yaitu pelaksanaan kontrak.
27
C. Tata Cara Pelaksanaan Ekspor Impor
Dewasa ini hampir tidak ada lagi suatu negara didunia yang dapat memenuhi kebutuhannya dari hasil produksi negaranya sendiri. Baik negara kecil ataupun
negara besar, negara yang perekonomiannya sudah maju ataupun masih terbelakang, secara langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan
pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka dari itu antara negara-negara yang terdapat di dunia perlu terjalin suatu hubungan
perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap negara tersebut.
Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih dari
membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat tinggal atau berdomisili di negara-negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang
dan jasa yang menyeberangi laut ataupun darat ini tidak jarang timbul berbagai masalah yang kompleks antara para pengusaha yang mempunyai bahasa,
kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-beda. Pengaruh keseluruhan dari
27
Etty Susilowati Suhardo, Op.Cit.,hal.12.
Universitas Sumatera Utara
perdagangan ekspor impor ini adalah untuk memberikan keuntungan bagi negara-
negara yang mengimpor dan mengekspor.
Transaksi ekspor impor secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dari negara-negara yang terlibat di dalamnya. Bagi perekonomian negara
berkembang seperti Indonesia, transaksi ekspor impor merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang paling penting. Dalam situasi perekonomian dunia yang
masih belum terlalu menggembirakan saat ini, berbagai usaha telah dilakukan pemerintah Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan sumber-sumber
devisa lain dengan cara meningkatkan produksi dalam negeri dan menarik investor asing ke Indonesia. Untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan,
pemerintah merasa perlu untuk mengambil kebijaksanaan serta tindakan dengan jalan menyederhanakan ketentuan-ketentuan yang menyangkut kegiatan di bidang
lalu-lintas devisa dan ekspor impor. Penyederhanaan tersebut pada umumnya menitikberatkan pada penggunaan
devisa dengan tanpa mengurangi pengawasan untuk mencegah hal-hal yang tidak diharapkan. Kebijaksanaan pemerintah tersebut perlu mendapat dukungan dari
pihak-pihak yang bersangkutan dalam pelaksanaan ekspor impor. Jadi hendaknya para pengusaha dapat memanfaatkan kesempatan dan kelonggaran-kelonggaran
yang telah diberikan oleh pemerintah tersebut dengan sebaik-baiknya, dan para pengusaha diharapkan tidak menyalahgunakan kesempatan dan kelonggaran-
Universitas Sumatera Utara
kelonggaran tersebut untuk tujuan yang hanya menguntungkan pribadi dan merugikan perekonomian negara Indonesia.
28
1. Tata Cara Pelaksanaan Ekspor
Dalam PP No. 1 tahun 1982 tentang Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa, telah diatur secara garis besar tentang pelaksanaan ekspor impor dan lalu
lintas devisa. Namun dalam rangka pelaksanaan kegiatan ekspor, pemerintah merasa perlu untuk menetapkan ketentuan hukum lain yaitu Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 13M-DAGPER32012 tentang ketentuan-ketentuan umum dibidang ekspor.
Pemerintah senantiasa berusaha untuk menyempurnakan ketentuan- ketentuan yang dipandang menghambat usaha peningkatan kegiatan bidang
ekspor, yaitu dengan mengeluarkan kebijakan yang disebut dengan deregulasi, yang berarti penataan peraturan, dimana peraturan yang dianggap tidak perlu akan
dicabut untuk diperbaiki dengan peraturan yang baru. Demikian pula mengenai pengurusan izin pelaksanaan ekspor impor yang terkesan berbelit-belit yang
cenderung mengurangi minat para pengusaha untuk melakukan kegiatan ekspor, pemerintah juga mengusahakan penyederhanaan dengan
mengeluarkan kebijaksanaan yang diseut dengan debirokratisasi.
a. Syarat-syarat Eksportir
Tidak semua pengusaha dapat melaksanakan kegiatan ekspor. Seperti halnya bank devisa, maka pengusaha yang berupa badan usaha, dapat
bergerak atau berperan sebagai eksportir harus memperoleh izin dari
28
Alfred Hutauruk, Sistem dan Pelaksanaan Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa di Indonesia, Erlangga, Jakarta, 1983, hal. 68.
Universitas Sumatera Utara
Kantor Wilayah Perdagangan di daerah masing-masing, setelah terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk bergerak di bidang
ekspor. Untuk itu calon eksportir harus memenuhi beberapa syarat administrasi, antara lain :
1 Izin Usaha Dagang Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP
2 Akte Pendirian Perusahaan dan peraturan-peraturannya
3 Tanda Daftar Perusahaan TDP
4 Menyerahkan surat fisikal atau surat yang telah memenuhi
kewajiban membayar pajak 5
Surat keterangan bank Berdasarkan ketentuan Menteri Perdagangan dan Koperasi No.
558MPPKepXII1998 junto No. 27KPI1982, maka setelah persyaratan administrasi disetujui, pengusaha kemudian mengajukan Angka Pengenal
Eksportir APE, atau Angka Pengenal Eksportir Sementara APES, atau Angka Pengenal Eksportir Terbatas APET. Dengan diperolehnya APE, APES atau
APET, maka pengusaha yang bersangkutan telah memiliki wewenang untuk melaksanakan ekspor. Tetapi dengan dikeluarkannya keputusan Menteri
Perdagangan dan Koperasi No. 188MPKepII2003 junto No. 558MPPKepXII1998 junto Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Nomor : 13M-DAGPER32012, pemerintah melonggarkan peraturan dengan mempermudah izin untuk menjadi eksportir. Tujuan pemerintah mengeluarkan
kebijakan ini adalah untuk menarik minat para pengusaha untuk melaksanakan kegiatan ekspor, sehingga akan meningkat pula pendapatan pemerintah yang
Universitas Sumatera Utara
diperoleh dari kegiatan ekspor. Maka dari itu, kegiatan ekspor tidak hanya dapat dilakukan oleh pengusaha yang telah memiliki APE, APES, atau, APET, tetapi
juga dilakukan oleh : 1
Setiap pengusaha yang memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP
2 Setiap pengusaha yang telah mendapat izin udara dari departemen
teknislembaga pemerintah non-departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada dasarnya ada dua jenis eksportir, yaitu : 1
Eksportir umum, yang terdiri dari : a
Setiap pengusaha yang memegang angka pengenal eksportir APEAPES umum, yang nantinya jika sudah habis masa
berlakunya tidak diperlukan lagi mengajukan permohonan APEAPES, tetapi cukup dengan SIUP aja.
b Setiap pengusaha yang telah memiliki Surat Izin Usaha
Perdagangan SIUP c
Setiap pengusaha yang mendapat izin usaha dari departemen teknislembaga pemerintah non departemen berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2
Eksportir terdaftar Yaitu pengusaha yang telah mendapat pengakuan dari Menteri
Perdagangan untuk mengekspor barang-barang yang diatur oleh tata niaga ekspor.
Universitas Sumatera Utara
b. Cara Pembayaran Ekspor
Pembayaran ekspor diperluas tidak hanya dengan menggunakan LC saja, tetapi juga dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1 Pembayaran di muka
2 Letter of Credit LC
3 Wesel Inkaso, dengan kondisi :
a Document against Payment DP
b Document against Acceptance DA
4 Perhitungan kemudian
5 Konsinyasi
6 Cara pembayaran lain yang lazim digunakan dalam perdagangan
internasional berdasarkan kesepakatan antara eksportir dan importir.
c. Devisa
Devisa yang diperoleh eksportir dari ekspor barang atau jasa tidak diwajibkan untuk dijual kepada Bank Indonesia. Eksportir dapat
menjual devisanya kepada Bank Indonesia melalui Bank Devisa dengan harga berdasarkan kurs yang berlaku di bursa valuta asing.
Eksportir dapat pula menjual sebagian atau seluruh devisanya kepada Bank Devisa, Importir dan pihak-pihak lain yang memerlukan devisa.
Bank Indonesia mengatur tata cara penjualan devisa yang diperoleh dari hasil ekspor kepada Bank Devisa, serta penjualan lebih lanjut
Universitas Sumatera Utara
kepada Bank Indonesia, sehingga eksportir diberi kebebasan untuk menjual devisa yang diperolehnya.
d. Dokumen Ekspor
Dokumen utama yang dipergunakan untuk pencatatan ekspor adalah Pemberitahuan Ekspor Barang PEB, yang wajib diisi oleh eksportir
dengan sebenar-benarnya, dan kemudian diajukan ke Bank Devisa yang akan menelitinya untuk kemudian ditandatangani. Hal-hal yang
harus diperhatikan oleh Bank pada saat akan menandatangani formulir PEB, antara lain :
1 APEAPESAPET atau SIUP harus masih berlaku
2 Barang yang akan diekspor bukan merupakan barang yang dilarang
untuk diekspor 3
Tidak menyimpang dari ketentuan UCP Uniform Customs and Practice for Documentary Credit
4 Harga FOB barang yang akan diekspor yang tercantum dalam PEB
harus sama dengan patokan kontrak jual-beli Dokumen PEB tersebut selanjutnya disampaikan kepada instansi bea
cukai pabean yang akan memeriksa kebenaran barang-barang yang akan diekspor, kemudian mensahkan dokumen tersebut. Selanjutnya
dokumen tersebut dikirim kembali ke Bank Devisa untuk menyelesaikan pembayaran.
e. Barang Ekspor
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal pelaksanaan kegiatan ekspor, pemerintah memprioritaskan barang ekspor non minyak dan gas bumi yang memiliki pasaran baik
dalam lalu lintas perdagangan internasional. Selain itu pemerintah juga memperhatikan faktor-faktor lainnya, seperti manfaat bagi
kesejahteraan rakyat, menyerap tenaga kerja, serta bahan-bahan yang banyak dan mudah ditemukan di alam Indonesia.
Untuk barang yang akan diekspor, pemerintah menetapkan dua jenis penggolongan yaitu :
1 Penggolongan berdasarkan dilarang atau tidaknya barang ekspor,
dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : a
Barang-barang yang bolehbebas diekspor b
Barang-barang yang diatur tata niaga ekspornya, yaitu barang- barang yang dapat diekspor oleh eksportir terbatas
c Barang-barang yang diawasi ekspornya, yaitu barang-barang
yang ekspornya hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Menteri Perdagangan atau pejabat yang berwenang
d Barang-barang yang dilarang diekspornya, yaitu barang-barang
yang ekspornya tidak boleh dilakukan. 2
Penggolongan berdasarkan pajak ekspor, digolongkan sebagai berikut:
a Penggolongan berdasarkan pajak ekspor yang penting bagi
pemerintah negara, yang belum diolah dan memiliki pasaran yang baik diluar negeri, dikenakan pajak 10
Universitas Sumatera Utara
b Barang-barang ekspor yang sudah diolah, namun belum dapat
diklarifikasi sebagai barang jadi, dikenakan pajak 5 c
Barang-barang ekspor yang berdasarkan strategi menaikkan perekonomian negara, menyerap tenaga kerja, serta
menyangkut kegiatan rakyat di daerah, dikenakan pajak sebesar
d Barang-barang ekspor hasil industri dan kerajinan rakyat, serta
barang-barang lemah ditinjau dari penghasilan devisa negara, dikenakan pajak sebesar 0
Harga patokan untuk barang-barang ekspor ditentukan secara berkala oleh Menteri Perdagangan. Harga patokan adalah harga barang ekspor
dalam valuta asing berdasarkan syarat POB minimal yang harus diserahkan kepada pemerintah. Dengan ditetapkannya harga patokan,
maka akan dapat ditentukan pula berapa besar pajak ekspor untuk barang- barang tertentu.
Eksportir yang melanggar ketentuan-ketentuan tentang ekspor yang dikeluarkan oleh pemerintah, dapat dikenakan sanksi tindakan hukum yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat dicabut APEAPESAPET atau SIUP oleh Menteri Perdagangan.
29
29
Ibid., hal.104
Universitas Sumatera Utara
2. Tata Cara Pelaksanaan Impor
Bahwa dalam rangka pelaksanaan PP No. 1 tahun 1982, tentang ekspor impor dan lalu lintas devisa, pemerintah memandang perlu untuk menetapkan
ketentuan hukum lainnya tentang pelaksanaan impor, yaitu Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 48M-DAGPER72015 tentang
ketentuan-ketentuan umum di bidang impor. Berbeda dengan ekspor yang selalu diusahakan peningkatan pelaksanaannya oleh pemerintah dalam rangka
meningkatkan penerimaan pendapatan negara yang dapat dipergunakan untuk membiayai pembangunan, maka dala hal impor pemerintah berusaha menaikkan
sekecil mungkin pelaksanaan kegiatan impor yang disesuaikan dengan kebutuhan ekonomi negara. Impor terutama dilakukan untuk jenis-jenis barang yang amat
sulit diperoleh atau diproduksi di dalam negeri. Impor atas barang-barang yang sudah dapat diproduksi dan sudah dapat dicukupi kebutuhan menghambur-
hamburkan cadangan devisa, juga dapat menghambat atau mengurangi produksi dalam negeri.
a. Syarat-Syarat Importir
Tidak semua pengusaha dapat melakukan kegiatan impor. Seperti halnya Bank Devisa, importir yang berupa badan usaha juga harus memiliki izin
dari instansi yang berwenang. Izin ini dapat diperoleh dari kantor perdagangan di daerah masing-masing, setelah sebelumnya mengajukan
permohonan. Untuk itu calon importir harus memenuhi beberapa syarat administrasi, antara lain:
1 Izin Usaha Dagang atau Surat Usaha Perdagangan SIUP
Universitas Sumatera Utara
2 Akta Pendirian Perusahaan dan peraturan-peraturannya
3 Surat permohonan kepada Kantor Dinas yang menangani bidang
perdagangan di daerah perusahaan tersebut berdomisili 4
Menyerahkan surat fiscal atau surat keterangan telah memenuhi kewajiban membayar pajak Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP
5 Surat keterangan bank referensi bank
6 Daftar riwayat hidup pengurus yang berhak menandatangani surat-surat
atas nama perusahaan. 7
Nomor Pengenal Importir Khusus NPIK bagi perusahaan yang akan melakukan impor barang tertentu.
Setelah syarat tersebut dipenuhi dan permohonan memperoleh persetujuan dari kantor perdagangan setempat, maka proses berikutnya adalah
mengajukan permintaan Angka Pengenal Importir API, Angka Pengenal Importir Sementara APIS, atau Angka Pengenal Importir Terbatas
APIT. Setelah mendapatkan API, APIS atau APIT, maka pengusaha yang bersangkutan telah memiliki wewenang untuk melakukan kegiatan
impor. Pemerintah menggolongkan importir ke dalam empat jenis, yaitu :
1 Impor Umum,
Yiatu setiap pengusaha yang memiliki Angka Pengenal Importir APIAPIS umum.
2 Importir Terdaftar
Universitas Sumatera Utara
Yaitu seluruh importir pemegang Angka Pengenal Importir umum, yang mendapat tugas untuk mengimpor komoditi tertentu yng sengaja
diarahkan oleh pemerintah. 3
Importir Produsen Yaitu seluruh produsen yang disetujui oleh pemerintah untuk
mengimpor sendiri barang-barang yang diperlukan untuk proses produksinya.
4 Produsen Importir
Yaitu seluruh produsen yang disetujui untuk dapat mengimpor sendiri barang yang sejenis dengan hasil produksinya.
b. Cara Pembayaran Impor
Pembayaran impor diperluas tidak hanya dengan menggunakan LC saja, tetapi juga dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1 Pembayaran di muka
2 Letter of Credit LC
3 Wesel Inkaso, dengan kondisi :
a Document against Payment DP
b Document against Acceptance DA
4 Perhitungan kemudian
5 Konsinyasi
6 Cara pembayaran lain yang lazim digunakan dalam perdagangan
internasional berdasarkan kesepakatan antara eksportir dan importir.
Universitas Sumatera Utara
c. Devisa
Apabila importir ingin membeli sebagian atau seluruh devisa untuk impor dari Bank Indonesia, maka Bank Indonesia wajib menjualnya berdasarkan
kurs yang berlaku di bursa valuta asing. Di samping itu, importir dapat membeli devisa yang diperlukan dari Bank Devisa, eksportir, atau pihak
pihak-pihak lain yang bersedia menjualnya. Bank Indonesia mengatur tata cara pembelian devisa untuk impor melalui Bank Devisa.
d. Dokumen Impor
Dokumen utama yang dipakai untuk pencatatan impor adalah pemberitahuan pemasukan barang yang akan digunakan untuk PPUD,
yang wajib diisi oleh importir dengan sebenar-benarnya, dan kemudian diajukan kepada instansi bea cukai pabean. Selanjutnya importir dapat
mengambil barang-barang yang diimpornya tersebut. Pengambilan barang- barang yang diimpor dapat dilakukan dengan cara menunjukan dokumen
pengapalan barang impor tersebut kepada maskapai pelayaran dan pengangkutan barang.
e. Barang Impor
Dalam hal pelaksanaan kegiatan impor, pemerintah berhak dan berkewajiban untuk mengatur barang-barang yang akan diimpor,
disesuaikan dengan kondisi ekonomi dan kebutuhan Negara. Untuk barang-barang yang akan diimpor, pemerintah menetapkan dua
jenis penggolongan, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1 Penggolongan berdasarkan dilarang atau tidaknya barang impor,
digolongkan sebagai berikut : a
Barang-barang yang bolehbebas impor b
Barang-barang yang diatur tata niaga impornya, yaitu barang- barang yang dapat diimpor oleh para importir terbataS
c Barang-barang yang diawasi impornya, yaitu barang-barang
yang impornya hanya dapat dilakukan dengan pengawasan Menteri Perdagangan atau Pejabat yang bersangkutan
d Barang-barang yang dilarang impornya, yaitu barang-barang
yang impornya sama sekali tidak boleh dilakukan 2
Penggolongan berdasarkan ada atau tidaknya pengenaan pajak pada suatu barang, digolongkan sebagai berikut :
a Barang dagang, yaitu barang yang dimaksudkan untuk
diperdagangkan sehingga dikenakan bea masuk, serta pajak penjualan impor, tanpa dipengaruhi besarnya harga barang
b Bukan barang dagang, yaitu barang yang dimaksudkan bukan
untuk diperdagangkan, yang terbagi atas dua jenis, yaitu : 1
Barang kiriman 2
Barang bawaan penumpang 3
Penggolongan berdasarkan penting atau tidaknya barang tersebut diimpor ke dalam negeri, digolongkan sebagai berikut :
a Golongan A, yaitu barang yang sangat penting untuk diimpor
b Golongan B, yaitu barang yang penting untuk diimpor
Universitas Sumatera Utara
c Golongan C, yaitu barang yang kurang penting untuk diimpor
d Golongan D, yaitu barang yang tidak dilarang untuk diimpor
namun belum termasuk dalam golongab A,B, dan C.
30
Importir yang melanggar ketentuan-ketentuan teantang impor yang telah ditetapkan oleh pemerintah dapat dikenakan sanksi hukum berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan dapat dicabut
APIAPISAPIT oleh Menteri Perdagangan. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan ekspor impor, untuk
dapat memperoleh hasil yang diharapkan, pihak pengusaha harus mendapat dukungan dari seluruh pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan ekspor
impor tersebut. Tujuan pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan diatas adalah semata-mata untuk tidak mempersulit para pengusaha dalam
pelaksanaan ekspor impor. Untuk pelaksanaan peraturan yang telah ditetapkan pemerintah tersebut, jajaran instansi pemerintah yang berkaitan
juga diharapkan dapat melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Sebab suatu peraturan yang baik tidak akan ada artinya bila tidak dijalankan dengan
sempurna.
D. Sistem Pembayaran dalam Transaksi Perdagangan Internasional