4.2 Pembahasan
Setelah melakukan analisis data melalui tabel dan diagram, selanjutnya peneliti melakukan pembahasan untuk menjelaskan lebih lanjut lagi mengenai
data yang ditentutkan dalam Harian Pos Metro. Peneliti juga akan menjabarkan lebih lanjut bagaimana penerapan Kode Etik Jurnalistik di Harian Pos Metro serta
bagaimana saja bentuk-bentuk pelanggaran fotografi jurnalistik yang terjadi dalam setiap kategori. Berikut merupakan pembahasan untuk setiap kategori yang ada di
Harian Pos Metro edisi Juli 2016:
4.2.1 Tema Foto Berita
Berdasarkan hasil temuan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa tema Pemerintahan Kota Medan yang paling sering dimunculkan di Harian Pos Metro
edisi Juli 2016.Kemunculan tema-tema yang ada pada harian Pos Metro sudah memberikan informasi yang merata untuk semua tema, mengingat bahwa Harian
Pos Metro mengangkat berita-berita dari wilayah edar sekitar Kota Medan. Dapat kita lihat bersama-sama bahwa Harian Pos Metro sudah cukup baik
dalam mengatur porsi untuk tiap-tiap tema foto berita yang ada. Tidak seperti koran-koran harian lain yang fokus terhadap berita kriminalitas saja, berita-berita
kriminal yang ada juga akan menyiratkan bahwa daerah Medan merupakan tempat yang rawan dengan tidak kejahatan. Namun pada Harian Pos Metro tema yang
ada berimbang antara tema kriminal dan non-kriminal sehingga pembaca harian Pos Metro juga mengetahui informasi seputar pembangunan, ekonomi dan
pendidikan.
4.2.2 Pelanggaran Foto Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 4.2.2.1 Foto Sadis
Peneliti menemu bahwa ada foto sadis yang ditampilkan dalam beberapa foto jurnalistik di Harian Pos Metro, dengan persentase 5. Biasanya foto sadis
yang tersaji dengan menampilkan foto korban kecelakaan yang masih bersimbah darah dan juga korban pemukulan tanpa sensor sama sekali. Tak jarang juga
ditampilkan foto jenazah korban kecelakaan dengan kondisi yang mengenaskan. Berikut merupakan contoh foto sadis yang ditampikan dalam Harian Pos Metro:
Universitas Sumatera Utara
Foto di atas merupakan foto Khadijah 42 yang terluka karena dibacok oleh mantan pacarnya. Foto tersebut terlihat cukup mengerikan, karena
menampilkan korban yang sedang bersimbah darah pada bagian perut dan tangannya tanpa sensor sama sekali. Hal ini dapat menimbulkan rasa ngeri atau
takut bagi pembacanya dan jelas-jelas sudah melanggar pasal 4 Kode Etik Jurnalistik. Contoh lain dari penayangan foto yang mengandung unsur sadis dapat
dilihat dalam berita di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Foto mayat tersebut merpukan salah satu bentuk pelanggaran Kode Etik Jurnalistik pasal 4, yaitu menampilkan foto sadis. Dalam foto tersebut
diperlihatkan mayat Setiawan Sembiring 41 yang tewas diladang sawit tanpa diketahui penyebabnya. Foto tersebut menampilkan mayat Setiawan Sembiring
yang sedang telungkup tanpa adanya sensor. Dari kedua contoh di atas, dapat kita lihat bahwa wartawan Harian Pos
Metro memang dengan sengaja menampilkan foto sadis seperti itu. Buktinya, tidak ada sensor sama sekali dalam foto yang termasuk dalam kategori sadis. Hal
ini sebaiknya segera dibenahi oleh redaksi Harian Pos Metro.Redaksi Harian Pos Metro seharusnya bisa memprediksi hal-hal negatif yang dapat terjadi apabila
foto-foto sadis ditampilkan. Misalnya kond isi psikologis pembaca yang “tidak
kuat” ketika melihat hal sadisme seperti itu, atau juga kondisi psikologis keluarga korban yang terenyuh ketika melihat foto jenazah anggota keluarganya yang
ditampilkan begitu vulgar. Dari sisi fotografi seharusnya wartawan Harian Pos Metro dapat
mengambil foto dengan angle dan komposisi yang tidak menampilkan sisi sadis dari korban tersebut. Seperti foto Penderes Tuak yang ditampilkan secara vulgar
dengan mengambil foto korban secara utuh dari ujung kepala hingga kaki, walaupun wajah korban tidak kelihatan namun sisi sadis dari foto tersebut sangat
kelihatan. Wartawan Pos Metro seharusnya dapat mengambil foto dengan angle dan komposisi yang menampilkan tangan atau korban dengan background ladang
sawit sehingga sisi sadis foto tidak kelihatan.
4.2.2.2 Foto Cabul
Ternyata foto-foto cabul tidak ditemukan dalam Harian Pos Metro edisi Juli 2016.Hal ini merupakan suatu raihan positif mengingat efek negatif yang
dapat ditimbulkan jika foto-foto cabul ditampilkan. Harian Pos Metro juga harus ingat bahwa surat kabar memiliki beberapa fungsi, salah satunya adalah fungsi
memengaruhi. Apabila surat kabar menampilkan foto-foto cabul, dikhawatirkan akan memengaruhi perilaku pembacanya. Apalagi jika foto tersebut dilihat oleh
orang yang belum pantas mengkonsumsi, misalnya oleh anak-anak. Dengan tidak adanya pelanggaran yang ditemukan dalam kategori
penampilan foto cabul, hal ini mencerminkan bahwa Harian Pos Metro sudah
Universitas Sumatera Utara
menjalankan tanggung jawab sebagai lembaga pers dengan baik. Memang lembaga pers diberikan hak untuk meniarkan berita secara bebas.Namun, hak
tersebut harus disertai dengan tanggung jawab sosoial kepada pembaca. Harian Pos Metro harus menyadari bahwa setiap berita yang naik akan selalu memiliki
konsekuensi. Konsekuensi negatif tentu harus dihindari, dan oleh karenanya redaksi Harian Pos Metro mesti memperhatikan konsekuensi apa saja yang bisa
terjadi ketika suatu foto tersbut ditampilkan. Wilayah edar yang luas serta oplah yang makin meningkat dari tahun ke
tahun mesti diimbangi dengan kualitas pemberitaan yang baik pula.Pemberitaan bukan hanya mencakup tulisan saja, namun juga dalam penayangan foto
peristiwa. Jika ada berita yang bertemakan pencabulan, tentu surat kabar tidak perlu menampilkan foto atau ilustrasi yang menggambarkan bagaimana peristiwa
itu terjadi. Apalagi jika foto atau ilustrasi tersebut mengandung unsur erotisme.Secara keseluruhan peneliti memang tidak menemukan adanya
penampilan foto cabul di Harian Pos Metro edisi Juli 2016.Hal ini harus dipertahankan oleh redaksi Harian Pos Metro untuk edisi-edisi selanjutnya.
4.2.3 Pelanggaran Foto Kode Etik Jurnalistik Pasal 5 4.2.3.1 Menampilkan Foto Identitas Korban Kejahatan Asusila
Peneliti masih menemukan adanya elanggaran dalam kategori ini.Wartawan Harian Pos Metro terbukti menampilkan foto korban kejahatan
susila.Foto korban ditampilkan tanpa sensor sedikitpun.Berdasarkan tabel di atas, masih ada dua berita yang menampilkan foto korban kejahatan asusila. Berikut
merupakan contoh foto yang menampilkan kejahatan asusila:
Universitas Sumatera Utara
Dalam berita tersebut ditampilkan foto FJ 15 yang merupakan korban pemerkosaan.Memang foto FJ disertai sensor, namun hanya pada bagian matanya
saja. Dengan sensor yang sangat minim seperti itu, tentu pembaca masih bisa mengenali FJ. Apalagi dalam berita juga menyebutkan tempat tinggal FJ, FJ yang
masih duduk di bangku Sekolah dikhawatirkan akan terganggu kehidupannya karena berita ini.
Dari sisi fotografi sendiri foto FJ yang menggunakan sensor pada bagian matanya saja kurang efektif dan korban masih bisa dikenali. Foto tersebut terlihat
seperti wartawan mencuri-curi untuk mendapatkan foto FJ tersebut, terlihat dari angle foto tersebut dari atas dan FJ yang sedang duduk termenung. Seharusnya
wartawan Pos Metro tidak perlu menggunakan sensor tersebut tetapi wartawan bisa meminta izin mengambil foto FJ mulai dari hidung kebawah sehingga
identitas korban tetap terlindungi.
4.2.3.2 Menampilkan Foto Identitas Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan
Peneliti menemukan berita yang melanggar pasal 5 Kode Etik Jurnalistik dalam hal ini menampilkan foto identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
Universitas Sumatera Utara
Dari kedua berita tersebut, terlihat jelas bahwa wartawan menampilkan foto pelaku kejahatan yang usianya masih di bawah 16 tahun secara jelas tanpa sensor
sama sekali. Berikut merupakan contoh foto berita yang melanggar pasal 5 Kode Etik Jurnalistik tersebut:
Dari foto dan berita di atas kita lihat bahwa wartawan Harian Pos Metro menampilkan secara jelas foto M. Ikbal, seorang pelaku jambret yang masih
berusia 16 tahun.Hal ini sudah menyalahi pasal 5 Kode Etik Jurnalistik, di mana disebutkan bahwa wartawan tidak boleh menyiarkan menyebutkan atau
menyiarkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.Jika merujuk pada Kode Etik Jurnalistik, maka wartawan Harian Pos Metro seharusnya menyensor
Universitas Sumatera Utara
atau menyamarkan foto M. Ikbal.Jangan sampai wajahnya terlihat dengan jelas. Contoh pelanggaran lainnya dapat dilihat dalam berita berikut:
Berita pada halaman sebelumnya menampilkan foto Ghoufik Hidoyah 15 yang melakukan pembegalan sehingga menewaskan M Yasim dan istrinya
Evridayani tidak disensor sama sekali dan menampilkan wajahnya secara jelas. Sehingga foto ini sudah menyalahi Kode Etik Jurnalistik pasal 5 yang melarang
anak dibawah umur 17 tahun ditampilkan sacara terang-terangan tanpa ada sensor sama sekali.
Dalam segi fotografi pada foto-foto pelanggaran menampilkan identitas anak pelaku kejahatan tidak jauh berbeda dengan foto korban kejahatan asusila,
namun pada foto anak pelaku kejahatan ditampilkan secara jelas tanpa adanya sensor. Sebaiknya pada foto-foto yang seharusnya tidak boleh menampilkan
identitas korban atau pelaku diambil mulai dari hidung kebawah. Secara garis besar, peneliti melihat bahwa penerapan Kode Etik
Jurnalistik, khususnya dalam pasal 4 dan pasal 5, di Harian Pos Metro sudah berjalan cukup baik.Persentase pelanggaran tidak ada yang mencapai
10.Pelanggaran tertinggi ada pada foto sadis, yakni sebesar 5. Bahkan peneliti
Universitas Sumatera Utara
menemukan kategori yang tidak terdapat pelanggarannya sama sekali nihil, yakni kategori foto cabul.
Meski begitu, temuan tersebut bukan berarti hal yang posisitif. Pelanggaran pasal 4 dan 5 Kode Etik Jurnalistik masih juga ditemukan.Artinya,
redaksi Harian Pos Metro masih harus membenahi beberapa pemberitaan yang melanggar aturan.Ketegasan serta pemberian wawasan mengenai Kode Etik
Jurnalistik beserta penafsirannya kepada wartawan sangat diperlukan.Pelanggaran yang terjadi tidak boleh ditolerir.Bahkan kalau bisa pelanggaran yang terjadi
harus nihil 0. Sebagai surat kabar yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Kota Medan, penerapan Kode Etik Jurnalistik tentulah merupakan kewajiban
mendasar yang harus dijalankan.
Universitas Sumatera Utara
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tema-tema yang paling dimunculkan dalam harian ini sebagian besar
merupakan tema-tema kriminal. Hal ini dapat kita lihat dari tiga tema yang paling sering ditampilkan, yaitu Pemerintahan Kota Medan,
NarokobaMiras, dan Perampokan. Tema-tema berita yang ada di Harian Pos Metro sudah cukup seimbang antara berita kriminal dan
non-kriminal. 2.
Penerapan Kode Etik Jurnalistik pasal 4 dan 5 di Harian Pos Metro sudah berjalan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan kecilnya
persentase terjadinya pelanggaran di beberapa kategori. Tidak ada persentase pelanggaran yang mencapai sepuluh persen. Bahkan untuk
kategori foto cabul sama sekali tidak diketemukan pelanggaran sama sekali. Meski persentase pelangaran Kode Etik Jurnalistik pasal 4 dan
5 kecil, namun peneliti masih menemukan beberapa pelanggaran yang cukup fatal dan mampu memberikan efek negatif terhadap pembaca.
3. Bentuk-bentuk pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 dan 5 yang
terdapat di dalam Harian Pos Metro antara lain masih ditampilkannya foto-foto sadis biasanya korban kecelakaan, menampilkan foto
identitas korban kejahatan asusila, dan menampilkan foto identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Dari beberapa pelanggaran
tersebut, peneliti melihat bahwa pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 yang paling banyak ditemukan, yaitu menampilkan foto sadis.
Banyak ditemukan foto-foto sadis yang ditampilkan tanpa sensor sama sekali. Foto sadis yang ditampilkan biasanya merupakan foto korban
kecelakaan yang cukup mengenaskan tanpa sensor sama sekali.
Universitas Sumatera Utara