67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tema-tema yang paling dimunculkan dalam harian ini sebagian besar
merupakan tema-tema kriminal. Hal ini dapat kita lihat dari tiga tema yang paling sering ditampilkan, yaitu Pemerintahan Kota Medan,
NarokobaMiras, dan Perampokan. Tema-tema berita yang ada di Harian Pos Metro sudah cukup seimbang antara berita kriminal dan
non-kriminal. 2.
Penerapan Kode Etik Jurnalistik pasal 4 dan 5 di Harian Pos Metro sudah berjalan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan kecilnya
persentase terjadinya pelanggaran di beberapa kategori. Tidak ada persentase pelanggaran yang mencapai sepuluh persen. Bahkan untuk
kategori foto cabul sama sekali tidak diketemukan pelanggaran sama sekali. Meski persentase pelangaran Kode Etik Jurnalistik pasal 4 dan
5 kecil, namun peneliti masih menemukan beberapa pelanggaran yang cukup fatal dan mampu memberikan efek negatif terhadap pembaca.
3. Bentuk-bentuk pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 dan 5 yang
terdapat di dalam Harian Pos Metro antara lain masih ditampilkannya foto-foto sadis biasanya korban kecelakaan, menampilkan foto
identitas korban kejahatan asusila, dan menampilkan foto identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Dari beberapa pelanggaran
tersebut, peneliti melihat bahwa pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 yang paling banyak ditemukan, yaitu menampilkan foto sadis.
Banyak ditemukan foto-foto sadis yang ditampilkan tanpa sensor sama sekali. Foto sadis yang ditampilkan biasanya merupakan foto korban
kecelakaan yang cukup mengenaskan tanpa sensor sama sekali.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan selama penelitian, penelitian melihat pada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Saran ini diharapkan dapat
menjadi masukan yang positif demi kebaikan bersama. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut:
5.2.1 Saran dalam Kaitan Akademis
Melalui penelitian ini, diharapkan mahasiswa khususnya dalam bidang ilmu komunikasi dapat melanjutkan penelitian sejenis dengan sudut pandang yang
berbeda dan mendapatkan kesimpulan yang akan memperkaya khasanah penelitian di bidang ilmu komunikasi khususnya penelitian mengenai analisis isi
surat kabar.
5.2.2 Saran dalam Kaitan Praktis
Harian Pos Metro selaku lembaga pers yang sudah dipercaya oleh masyarakat sudah seharusnya menerapkan Kode Etik Jurnalistik dalam setiap
pemberitaannya. Oplah Harian Pos Metro yang naik dari tahun ke tahun mestinya harus disertai dengan kualitas pemberitaan dan rasa tanggung jawab yang besar
untuk menghadirkan informasi yang faktual dan objektif. Memang dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan, Harian Pos Metro sudah menerapkan Kode
Etik Jurnalistik dengan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan kecilnya persentase pelanggaran yang terjadi dalam setiap kategori.
Namun penelitian juga menemukan bahwa pelanggaran Kode Etik Jurnalistik pasal 4 dan 5 masih terjadi dalam Harian Pos Metro. Bahkan,
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi termasuk dalam pelanggaran yang cukup berat. Redaksi Harian Pos Metro harus segera membenahi pelanggaran yang
terjadi. Sebelum berita dinaikkan dalam suatu media, ada baiknya redaksi melakukan penyuntingan untuk melihat apakah berita tersebut sudah layak
dikonsumsi masyarakat atau tidak. Jangan sampai karena mengejar target deadline, kualitas pemberitaan yang dikorbankan. Kaidah-kaidah Kode Etik
Jurnalistik tidak boleh ditinggalkan karena Kode Etik Jurnalistik merupakan bukti profesionalisme dan tanggung jawab pers terhadap fungsi-fungsi di masyarakat.
Dalam Harian Pos Metro tema berita yang paling sering ditonjolkan tidak mesti dari kategori kriminalitas saja. Wartawan harus lebih kreatif dan mampu
Universitas Sumatera Utara
melihat nilai berita dari setiap kejadian atau peristiwa. Conflict bukanlah satu- satunya nilai berita news value. Wartawan Harian Pos Metro dapat juga
memasukkan berita yang mengandung unsur human interest, pendidikan, ekonomi atau pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
8
Universitas Sumatera Utara BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Positivisme
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang
berkenaan dengan metafisik.Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
Positivisme berasal dari kata “positif”, kata positif di sini sama artinya dengan faktual, yaitu apa yang didasarkan fakta-fakta. Paradigma positivistisme
merupakan suatu paradi gma yang mempertanyakan realita dengan ‘apa’, atau
menanyakan mengenai apa yang terjadi di masyarakat. Melihat fakta sosial sebagai realita yang bersifat umum yaitu hukum sebab-akibat.Dalam paradigma
ini, peneliti tidak berinteraksi dengan objek penelitian sehingga terdapat jarak antara peneliti dan objek penelitian.Penelitian paradigma positivistik merupakan
penelitian kuantitatif. Penelitian paradigma positivistisme menggunakan metode empiris untuk dapat menggambarkan fakta sosial sebagai realita atau objek
penelitian. Dalam paradigma ini, peneliti harus menggambarkan realita yang ada di masyarakat secara objektif Pujileksono, 2015 : 27.
Aguste Comte 1798-1857 yangt dikenal sebagai bapak sosiologi modern yang mencetuskan pemikiranya pada abad ke-19.Comte mengurangi secara garis
besar prinsip-prinsip positivisme yang hingga kini masih digunakan. Menurut Comte, alam pikir manusia berkembang dalam tiga tahap : teologi, metafisik, dan
positif. Pada jenjang teologik, manusia memandang segala susatu didasarkan adanya dewa, roh, atau Tuhan.Pada tahap metafisik, penjelasan fenomena alam
didasarkan pada pengertian-pengertian metafisik seperti subtansi, bentuk, dan sejenisnya.Pada jenjang positif, manusia mengadakan pencarian pada ilmu absolut
yang positif.Inilah akar kata positivisme Vardiansyah, 2008:56. Comte juga menegaskan, dengan memberi penekanan pada aspek
metodologi, positivisme berpendapat bahwa pengetahuan ilmu menganut tiga prinsip utama: empiris-objektif, deduktif-nomologis jika...,maka..., serta
Universitas Sumatera Utara
instrumental-bebas nilai. Prinsip ini tidak hanya berlaku pada ilmu-ilmu alam, tapi juga harus berlaku pada ilmu-ilmu sosial. Implikasinya menurut Vardiansyah
2008: 56 terurai sebagai berikut: 1.
Prosedur meotodologis ilmu-ilmu alam dapat langsung diterapkan pada ilmu-ilmu sosial. Sebagaimana pada ilmu-ilmu yang objeknya
benda alam, subjektivitas manusia tidak boleh mengganggu observasi atas tindakan sosial. Artinya, objek ilmu-ilmu sosial disejajarkan
dengan objek ilmu-ilmu alam. 2.
Seperti dalam ilmu-ilmu alam, hasil riset ilmu-ilmu sosial dirumuskan dalam bentuk hukum-hukum yang universal, berlaku kapanpun dan
dimanapun, yang dalam bahasa filsafat ilmu disebut nomothetik. 3.
Ilmu-ilmu sosial harus bersifat teknis, menyediakan pengetahuan yang instrumental murni, tidak memihak. Pengetahuan harus dapat dipakai
untuk keperluan apa saja, sehingga tidak bersifat etis. Dengan kata lain, sebagai ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial harus bebas nilai dan
tidak berpihak. Ilmu adalah untuk ilmu.
2.1.2Komunikasi
Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “Communication” yang bersumber pada kata “communis” yang berarti sama,
dalam arti kata sama makna. Secara terminologis komunikasi berarti cara penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media Effendy, 2002:4.
Carl. I Hovland mendefinisikan komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang komunikator menyampaikan perangsang biasanya lambang bahasa
untuk mengubah perilaku orang lain komunikan Effendy, 2002:48. Harold Laswell menyatakan bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui jaringan apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya” Cangara,
2004:18.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang
ditemukan oleh Harold Laswell dalam karyanya, the structure and function of commmunication in society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk
menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut Who Says What In Which Chanel To Whom With What Effect? Jadi menurut paradigma
tersebut, Laswell mengartikan komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Oleh karena pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur- unsur komunikasi adalah Mulyana dan Rakhmat, 1993: 16-17:
1. Sumber source, adalah orang yang mempunyai suatu kebutuhan
untuk berkomunikasi. 2.
Penyandian encoding, adalah suatu kegiatan internal seseorang untuk memilih dan merancang perilaku verbal dan non verbalnya yang sesuai
dengan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis guna menciptakan suatu pesan.
3. Pesan message, pesan terdiri dari lambang-lambang verbal atau non
verbal yang mewakili perasaan dan pikiran sumber pada suatu saat dan tempat tertentu.
4. Saluran channel, adalah alat fisik yang menjadi penghubung antara
sumber dan penerima. 5.
Penerima receiver, adalah orang yang menerima pesan dan sebagai akibatnya menjadi terhubungkan dengan sumber pesan.
6. Penyandian balik decoding, adalah proses internal penerima dan
pemberian makna kepada perilaku sumber yang mewakili perasaan dan pikiran sumber.
7. Respon penerima receiver response, adalah menyangkut apa yang
penerima lakukan setelah ia menerima pesan. Respon ini terbagi dua, yaitu respon minimum dan respon maksimum. Respon minimum
adalah keputusan penerima untuk mengabaikan pesan atau tidak berbuat apapun setelah ia menerima pesan. Sebaliknya, respon
Universitas Sumatera Utara
maksimum merupakan suatu tindakan penerima yang segera, terbuka dan mengandung kekerasan.
8. Umpan balik feedback, adalah informasi yang tersedia bagi sumber
yang memungkinkannya menilai keefektifan komunikasi yang dilakukan
untuk mengadakan
penyesuaian-penyesuaian atau
perbaikan-perbaikan dalam komunikasi selanjutnya.
2.1.3 Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran media dalam
menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh terpencar, sangat heterogen, dan menimbulkan efek
tertentu Ardianto, 2004: 3.Komunikasi massa mass communication adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang
mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop Effendy,
2003:79. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa
media cetak dan elektronik. Komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication media komunikasi massa. Massa dalam arti
komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Massa di sini menunjuk kepada khalayak, audience,
penonton,pemirsa atau pembaca. Beberapa istilah ini berkaitan dengan media massa Nurudin, 2004: 2-3.
Selanjutnya Vivian 2008: 450 menyatakan bahwa komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan sebuah medium massa untuk
mengirim pesan kepada audiens yang luas untuk tujuan memberi informasi, menghibur atau membujuk. Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Komunikator terlembagakan
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Komunikasi massa melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam
organisasi yang kompleks. 2.
Pesan bersifat umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu
ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu.
3. Komunikannya anonim dan heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Komunikator tidak mengenal komunikan anonim, karena komunikasinya
menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan
masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama
dan tingkat ekonomi. 4.
Media massa menimbulkan keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya,
adalah jumlah sasaran khalayak adalah komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak
tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan
Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media
massa yang akan digunakan. 6.
Komunikasi massa bersifat satu arah Komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui
media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif
menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun
Universitas Sumatera Utara
diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah.
7. Stimulasi alat indra terbatas
Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio
siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan
pendengaran. 8.
Umpan balik tertunda delayed Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback
merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun.Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh
komunikan Ardianto, 2005: 3.
Devito dalam Fajar, 2009: 238-243 mengatakan bahwa popularitas dan pengaruh yang merasuk dari media massa hanya dapat dipertahankan apabila
mereka menjalankan beragam fungsi pokok. Enam di antara fungsi yang paling penting yang dibahasnya adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Menghibur
Devito menyebutkan, bahwa media mendesain program-program mereka untuk menghibur khalayak.Tentu saja, sebenarnya mereka memberi
hiburan untuk mendapatkan perhatian dari khalayak sebanyak mungkin sehingga mereka dapat menjual hal ini kepada para pengiklan. Inilah sebab
utamanya adanya komunikasi massa. 2.
Fungsi Meyakinkan Meskipun fungsi media yang paling jelas adalah menghibur, namun
fungsinya yang terpenting adalah meyakinkan to persuade. Persuasi dapat datang dalam banyak bentuk, misalnya: a Mengukuhkan atau
memperkuat sikap kepercayaan atau nilai seseorang, b mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; c Menggerakkan seseorang untuk
melakukan sesuatu, dan d Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu.
Universitas Sumatera Utara
3. Menginformasikan
Menurut Devito, sebagian besar informasi, kita dapatkan bukan dari sekolah, melainkan dari media. Kita belajar musik, politik, seni, film,
sosiologi, psikologi, ekonomi dan masih banyak lagi subjek lainnya dari media.
4. Menganugerahkan Status
Daftar seratus orang terpenting di dunia bagi kita hampir boleh dipastikan berisi nama-nama orang yang banyak dimuat dalam media.Tanpa
pemuatan orang-orang tersebut tentulah tidak penting, setidak-tidaknya di mata masyarakat. Paul Lazarsfeld dan Robert Merton, dalam karya mereka
yang berpengaruh “Mass Communication, Popular Taste, and Organized Social Action” 1951, mengatakan; “jika Anda benar-benar penting, Anda
akan menjadi pusat perhatian massa dan jika Anda menjadi pusat perhatian massa, berarti Anda memang penting”.Sebaliknya tentu saja, jika Anda
tidak mendapatkan perhatian massa, maka Anda tidak penting 5.
Fungsi Membius Salah satu fungsi media yang paling menarik dan paling banyak dilupakan
adalah fungsi membiusnya narcotizing.Ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan
tertentu telah diambil. 6.
Menciptakan Rasa Kebersatuan Salah satu fungsi komunikasi massa yang tidak banyak orang
menyadarinya adalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok bayangkanlah seorang pemirsa televisi yang
sedang sendirian, duduk dikamarnya menyaksikan televisi sambil menikmati makan malam. Program-program televisi membuat orang yang
kesepian ini merasa menjadi anggota sebuah kelompok yang lebih besar. Komunikasi massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi,
meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. Selaku ketua komisi masalah-masalah
komunikasi UNESCO 1980, Sean MacBride Cangara, 2006 :57-58 mengemukakan bahwa komunikasi tidak bisa diartikan sebagai pertukaran berita
Universitas Sumatera Utara
dan pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta dan ide. Karena itu komunikasi massa dapat berfungsi
untuk: 1.Informasi
2.Sosialisasi 3.Motivasi
4.Bahan diskusi 5.Pendidikan
6.Memajukan kebudayaan 7.Hiburan
8.Integrasi.
2.1.4 Fotografi
Fotografi merupakan seni dan proses penghasilan gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan. Artinya, fotografi adalah teknik
melukis menggunakan cahaya.Dalam hal ini, tampak adanya persamaan antara fotografi dan seni lukis.Perbedaannya terletak pada media yang digunakan oleh
kedua teknik tersebut.Seni lukis menggunakan kuas, cat dan kanvas, sedangkan fotografi menggunakan cahaya melalui kamera untuk menghasilkan suatu karya.
Tanpa adanya cahaya, karya seni fotografi tidak akan tercipta. Selain cahaya, film yang diletakkan di dalam kamera yang kedap cahaya memberikan kontribusi yang
cukup besar. Sebuah karya seni akan tercipta jika film ini terekspos oleh cahaya Giwanda, 2001: 2.
Ilmu fotografi sudah muncul sejak zaman dahulu.Buktinya, manusia prasejarah selalu berkeinginan untuk mengabadikan setiap peristiwa yang
dialaminya. Peristiwa demi peristiwa didokumentasikan melalui berbagai cara. Salah satunya dengan menggambarkan peristiwa-peristiwa tersebut pada dinding
gua, kulit kayu atau kulit binatang melalui teknik melukis sampai teknik fotografi yang sangat sederhana.
Teknik fotografi sederhana mulai terungkap sekitar abad ke-10. Saat itu, ilmuwan Arab bernama Alhazen menjelaskan cara melihat gerhana matahari
menggunakan ruang gelap. Ruangan tersebut dilengkapi dengan sebuah lubang kecil pinhole yang menghadap ke matahari.Untuk pertama kalinya, prinsip kerja
Universitas Sumatera Utara
Alhazen berhasil ditemukan oleh Reinerus Gemma-Frisius 1554, seorang ahli fisika dan matematika dari Belanda Giwanda, 2001: 3.
Saat ini, dunia fotografi telah memasuki babak baru, yaitu babak digital.Berbeda dengan babak konvensional, fotografi digital tidak lagi
memerlukan film, kamar gelap dan berbagai zat kimia untuk mencuci film dan mencetak foto.Dalam hal ini, kamera digital menggunakan chip yang disebut
charge couple device CCD untuk merekam gambar.Walaupun demikian, definisi dasar yang menyatakan bahwa fotografi adalah teknik “melukis dengan cahaya”
belum tergeser. Fotografi digital tetap diciptakan melaui proses kreativitas manusia dengan bantuan kamera. Hukum-hukum fotografi yang menyangkut
masalah pencahayaan, bukaan diafragma dan ruang tajam tidak mengalami perubahan.
Menurut Marvyn J. Rosen dalam Giwanda, 2001: 7, fotografi digital memiliki beberapa keunggulan:
a. Hasil pemotretan dapat dilihat lebih cepat. Dengan dukungan peralatan
eletronik, karya foto dapat digunakan untuk pameran display, penerbitan dan pengiriman foto jarak jauh melalui e-mail dalam waktu yang relatif
singkat. b.
Relatif lebih murah karena tidak menggunakan film bebas biaya cuci cetak.
c. Mudah dalam pengoperasiannya
d. Lebih mudah diproses. Dukungan komputerisasi dapat memberikan efek
khusus, seperti penyesuaian kontras foto dan koreksi warna. e.
Hasil yang permanen tahan lama. Foto digital tidak akan mengalami perubahan, baik warna maupun ketajaman gambarnya. Berbeda dengan
karya foto konvensional yang dapat berubah warna rusak jika melewati masa kadaluarsa.
f. Ramah lingkungan. Fotografi digital tidak menggunakan bahan kimia
yang dapat merusak lingkungan. Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi, dampak fotografi
telah menyebar ke seluruh dunia dan merambah beragam bidang kehidupan.Kini, hampir dapat dipastikan berbagai sisi kehidupan manusia menjadikan fotografi
Universitas Sumatera Utara
sebagai alat dan sarana untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya kebutuhan untuk dokumentasi pribadi dan keluarga, foto jurnalistik, juga kebutuhan yang
bersifat formal sampai komersial sekalipun. Merebaknya
penggunaan fotografi
dalam kehidupan
manusia mengakibatkan munculnya penerapan fotografi yang dispesialisasikan untuk
bidang tertentu, misalnya fotografi jurnalistik, pernikahan, arsitektur dan ilmiah. Dalam hal ini, seorang fotografer dituntut untuk memiliki pengetahuan dan
keahlian bidang yang bersangkutan, selain mengkhususkan diri pada pemotretan kehidupan laut, selain penguasaan fotografi, ia pun harus mengetahui dan
menguasai kehidupan di bawah air dan mampu melakukan penyelaman Giwanda, 2001: 8.
Fotografi merupakan bidang yang sangat luas.Pesatnya perkembangan fotografi mengakibatkan semakin banyaknya aspek kehidupan manusia yang
tersentuh oleh dunia fotografi.Sampai akhirnya, tercipta spesialisasi fotografi di berbagai aspek kehidupan manusia.Selain kemampuan di bidang fotografi seorang
fotografer harus memahami pengetahuan khusus tentang bidang spesialisasi yang dipilihnya.
Berikut uraian singkat mengenai bidang spesialisasi fotografi yang mengalami perkembangan cukup pesatGiwanda, 2001: 56-57:
1. Foto Jurnalistik Photo Journalism
Fotografi dengan spesialisasi khusus untuk mencari dan menampilkan foto-foto yang bernilai berita.
2. Fotografi Pernikahan Wedding Photography
Fotografi yang mengkhususkan pada pengabdian momen-momen pernikahan. Untuk dapat menekuni bidang pemotretan ini diperlukan
pemahaman teknis fotografi serta wawasan tentang adat istiadat dan tata cara pernikahan.
3. Fotografi Arsitektur Architectural photography
Fotografi yang mengkhususkan pada obyek-obyek arsitektur dengan pendekatan dokumenter, seni dan komersial.Kebutuhan fotografi arsitektur
meningkat seiring dengan maraknya bisnis properti. 4.
Fashion Photography
Universitas Sumatera Utara
Pertunjukan busana yang semakin marak turut mendorong tumbuhnya industri fotografi, terutama media cetak. Secara teknis, fotografer fashion
dituntut memiliki kemampuan komposisi gambar serta mampu memadukan busana dan modelnya menjadi suatu gambar yang harmoni,
menarik dan senantiasa segar dalam setiap pemotretan. 5.
Fotografi Ilmiah Scientific Photography Fotografi ilmiah mencakup keperluan khusus yang berkaitan dengan
aspek-aspek ilmiah.Contohnya, penelitian mikrobiologi membutuhkan fotografi mikroskopik untuk memotret jasad renik yang terlihat di bawah
mikroskop.Dengan demikian, seorang fotografer harus memahami peralatan mikrofotografi dan pengetahuan tentang jasad renik tersebut.
6. Fotografi Udara Aerial Photography
Fotografi udara banyak digunakan untuk keperluan survey, pemetaan, penggunaan tata ruang atau pertanian.
7. Fotografi Komersial
Fotografi komersial
merupakan pemotretan
khusus untuk
mengkomunikasikan informasi produk.Fotografi ini bertujuan agar orang yang melihat produk tersebut tertarik untuk mencoba dan membelinya, di
antaranya pembuatan katalog dan company profile. 8.
Fine art Photography Fine art photography memandang fotografi sebagai media untuk
mengekspresikan karya seni. Seperti layaknya kanvas, kuas dan cat yang dibutuhkan seorang pelukis, seorang fotografer membutuhkan kamera dan
media foto lainnya untuk menghasilkan karya seni yang mengesankan.
2.1.5 Fotografi Jurnalistik
Foto jurnalistik adalah foto yang bernilai berita atau foto yang menarik bagi pembaca tertentu, dan informasi tersebut disampaikan kepada masyarakat
sesingkat mungkin Wijaya, 2011: 10.Definisi ini menjelaskan bahwa ada pesan tertentu yang terdapat dalam foto tersebut sehingga layak untuk disiarkan kepada
masyarakat. Sedangkan Kobre Gani, 2013: 47 mengatakan bahwa: “Photojournalism report with camera. Their job is to search out the
news and report it in visual form. Today’s news photographers must
Universitas Sumatera Utara
combine the skills of an investigative reporter and determination of a beat report with the flair of feature writer. Photojournalism are visual
reporters who interpret the news with cameras rather than pen cil”
Defenisi tersebut menjelaskan bahwa sebuah foto jurnalistik merupakan laporan yang mempergunakan kamera untuk menghasilkan bentuk visual.Seorang
jurnalis foto hendaklah mampu menggabungkan antara keahlian membuat laporan investigasi dan membedakannya dengan penulisan feature.Dengan demikian,
Kobre menegaskan bahwa foto jurnalistik adalah pelaporan visual yang menginterpretasikan berita lebih baik dibandingkan tulisan. Namun secara umum,
foto jurnalistik merupakan gambar yang dihasilkan lewat proses fotografi untuk menyampaikan suatu pesan, informasi, cerita suatu peristiwa yang menarik bagi
publik dan disebarluaskan lewat media massa. Kita sering mendengar istilah, satu foto mengandung seribu bahasa. Istilah
tersebut mengisyaratkan betapa pentingnya kehadiran foto, dalam media apa pun. Pernahkah kita membaca atau menjumpai media massa cetak tanpa ada sebuah
foto di dalamnya? Rasanya tidak ada media massa cetak surat kabar, tabloid dan majalah di negeri ini yang tidak menyertakan foto dalam setiap terbitannya. Foto
seringkali menjadi daya tarik bagi pembaca sebelum membaca berita, terutama foto yang dimuat di halaman pertama surat kabar, yang biasanya berhubungan
dengan headline berita hari itu. Artinya, penyajian dalam bentuk foto akan menjadi incaran pertama pembaca untuk melihatnya, kemudian baru membaca.
Dari sekian banyak foto yang dapat ditampilkan dalam surat kabar, tentu hanya satu foto yang akan dijadikan foto utama yang memiliki nilai berita tinggi. Foto
utama disajikan dalam ukuran yang besar dan berwarna. Foto jurnalistik merupakan sajian gambar atau foto yang dapat berdiri
sendiri sebagai visualisasi suatu peristiwa.Foto jurnalistik pun dapat melekat pada suatu berita sebagai pelengkap dan penguat pesan yang disampaikan dalam
berita.Terkadang, berita tanpa foto menjadi kurang lengkap.Foto jurnalistik dapat menjalankan fungsi sebagai rekaman visual dalam suatu pemberitaan. Foto
jurnalistik biasanya dicirikan oleh berbagai unsur yang harus dipenuhi, antara lain a Memiliki nilai berita tersendiri, b Bersifat melengkapi suatu beritaartikel,
dan c Dimuat dalam suatu media Yunus, 2010: 90-91.
Universitas Sumatera Utara
Secara sederhana, karakter foto jurnalistik sudah terlihat dari nilai berita yang ditampilkan di media massa. Terdapat berbagai versi mengenai karakteristik
sebuah foto jurnalistik. Frank P. Hoy dalam bukunya Photo journalism The Visual Approachn Alwi, 2004: 5 menjelaskan delapan hal yang termasuk dalam
karakteristik sebuah foto jurnalistik: 1.
Fotojurnalistik adalah komunikasi melalui foto communication photography. Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan
pandangan wartawan foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.
2. Medium fotojurnalistik adalah media cetak koran atau majalah, dan
media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita wire services.
3. Kegiatan fotojurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita.
4. Fotojurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto.
5. Fotojurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek,
sekaligus pembaca fotojurnalistik. 6.
Fotojurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak mass audiences. Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan
harus segera diterima orang yang beraneka ragam. 7.
Fotojurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto. 8.
Tujuan fotojurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada sesama, sesuai amandemen
kebebasan berbicara dan kebebasan pers freedom of speech and freedom of press.
Badan Fotojurnalistik Dunia World Press Photo Foundation pada lomba foto tahunan yang diselenggarakan bagi wartawan seluruh dunia, memiliki
kategori fotojurnalistik Alwi, 2004: 7. Kategori itu adalah sebagai berikut: 1.
Spot Photo Foto spot adalah foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal atau
tidak terduga yang diambil oleh si fotografer langsung di lokasi kejadian. Misalnya foto peristiwa kecelakaan, kebakaran, perkelahian dan lain-lain.
2. General News Photo
Universitas Sumatera Utara
General News Photo adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin dan biasa.Temanya bisa bermacam-macam, yaitu politik,
ekonomi dan humor.Contohnya foto presiden menganugerahkan Bintang Mahaputra, menteri membuka pameran dan lain-lain.
3. People in the
News Photo Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita.Yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi
berita itu.Contohnya foto anak korban bom pada perang Irak dan lain-lain. 4.
Daily Life Photo Adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segi
kemanusiawiannya human interest.Misalnya, foto tentang pedagang gitar.
5. Potrait
Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki
atau kekhasan lainnya. 6.
Sport Photo Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena olahraga
berlangsung pada jarak tertentu antara atlet dengan penonton dan fotografer, dalam pembuatan foto olahraga dibutuhkan perlengkapan yang
memadai, misalnya lensa yang panjang serta kamera yang menggunakan motor drive. Menampilkan gerakan dan ekspresi atlet dan hal lain yang
menyangkut olahraga. Contoh, foto petenis wanita, mengembalikan bola kepada lawannya.
7. Science and Technology Photo
Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, foto penemuan mikro
chip komputer baru, foto proses pengkloningan domba dan lain sebagainya.
8. Art and Culture Photo
Universitas Sumatera Utara
Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya.Misalnya, pertunjukan artis dipanggung, kegiatan artis di belakang panggung dan
lain sebagainya. 9.
Social and Environment Adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan
hidupnya. Contohnya, foto penduduk disekitar kali yang sedang mencuci piring, foto asap buangan kendaraan di jalan dan sebagainya.
Dalam konsep dasar penulisan berita, layak atau tidaknya sebuah peristiwa untuk diberitakan sangat bergantung pada nilai berita.Tidak berbeda dengan foto
jurnalistik, foto jurnalistik juga bergantung dengan nilai berita yang ada pada foto tersebut.Banyak sekaliunsur yang mendukung nilai berita suatu foto jurnalistik,
seperti aktualitas yang merupakan nilai kekinian yang selalu melekat pada foto jurnalistik.
Sumadiria 2005: 80 menjelaskan bahwa setidaknya ada sebelas unsur yang termasuk pada nilai berita, dan berbagai unsur inipun sangat mendukung
nilai berita sebuah foto jurnalistik, antara lain: 1.
Keluarbiasaan Unusualness. Unsur ini terkait dengan hal-hal yang tidak biasa, aneh atau unik. Biasanya hal ini bisa menggugah minat
pembaca dan menarik banyak orang. 2.
Kebaruan Newness. Setiap hari headline berita berganti, begitupun foto yang menyertainya. Menurut Wijaya 2011: 12, hal ini
disebabkan oleh pembaca perlu mengetahui hal yang baru untuk memahami perubahan keadaan sehingga mereka bisa menyesuaikan
diri. 3.
Akibat Impact. Seperti foto Gayus Tambunan tersangka korupsi pajak ketika sedang menonton pertandingan tennis di Bali, foto Gayus
yang menyamar dengan kacamata dan wig tersebut memberikan dampak yang luar biasa di tanah air.
4. Aktual Timeliness. Berita yang dimuat di media massa haruslah
berorientasi kepada pembaca. Karena itu, nilai aktualitas menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh sebuah berita. U. De Volder
Universitas Sumatera Utara
Susanto, 1976: 76 dalam Sumadiria mengatakan bahwa suatu peristiwa akan memiliki nilai aktual bila:
a. Sedang terjadi
b. Jarang terjadi
c. Mempunyai hubungan “dekat” antara komunikator dan
komunikannya, serta d.
Menarik perhatian. 5.
Kedekatan Proximity. Istilah kedekatan atau proximity menjadi menarik bila disampikan melalui sebuah foto karena dengan melihat
foto yang ditampilkan akan membantu pembaca untuk “mengingat” kembali berbagai hal yang berkaitan dengan foto tersebut. Sumaridia
2005: 84 membagi proximity berdasarkan unsur geografis dan psikologis.
6. Informasi Information. Setiap berita selalu mengandung informasi,
namun tidak semua informasi memiliki nilai berita. Berita yang dimuat di surat kabar biasanya telah melalui proses penyaringan. Berita yang
memiliki nilai beritalah yang layak untuk diberitakan. Demikian pula dengan sebuah foto, termasuk selembar pas foto yang memberitakan
seseorang. 7.
Konflik Conflict. Berita tentang konflik atau pertentangan selalu menarik untuk dimuat di surat kabar. Sumber beritanya tidak pernah
habis, mulai dari konflik individu di ruang privat, konflik desa, konflik partai hingga konflik antar negara, semuanya memiliki nilai berita.
8. Orang penting Prominence. Unsur ini berkaitan dengan publik figur,
selebritis dan pesohor. Apa pun yang dilakukan oleh mereka selalu menarik untuk dikabarkan kepada masyarakat. Hal ini terkait dengan
jargon dalam ilmu jurnalistik, man makes news orang selalu membuat berita.
9. Ketertarikan manusiawi Human insterest. Nilai berita ini sarat
dengan muatan manusiawi, ada juga menyebutnya dengan kekhasanunik. Foto yang termasuk kategori human interest harus bisa
menggugah rasa manusiawi orang yang melihatnya, contohnya foto
Universitas Sumatera Utara
feature. Nilai human interestyang ditampilkan dalam foto feature bisa memancing emosi orang melihatnya, bisa senang, sedih, prihatin, lucu,
terharu dan sebagainya. 10.
Kejutan Suprising. Nilai berita ini merupakan sesuatu yang tidak terduga-duga, tiba-tiba dan tidak direncanakan. Sangat banyak nilai
berita yang memuat kejutan di negeri ini dan terekam oleh lensa jurnalis foto. Foto Gayus Tambunan dan foto karya Mohammad Irfan
jurnalis foto Media Indonesia yang ”menangkap” Arifinto salah
seorang anggota DPR yang ketahuan membuka situs porno pada saat sidang paripurna adalah dua contoh foto yang memenuhi kriteria ini.
11. Seks Sex. Beberapa tahun lalu, masyarakat dikejutkan oleh foto
skandal perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky. Juga foto eksklusif mendiang Putri Diana dengan
Dodi Alfayed yang sedang menikmati liburan di sebuah pulau. Fot- foto tersebut memiliki nilai berita yang berkaitan dengan dengan seks,
seringkali identik dengan berita perselingkuhan, perilaku menyimpang, dan sebagainya. Poin ini identik dengan paparazi karena permasalahan
paparazi menurut Sugianto, 2005: 15 dalam Sumadiria adalah mereka yang membuat foto semata untuk menghasilkan uang sehingga
memberikan nilai negatif. Syarat fotojurnalistik, setelah mengandung berita dan secara fotografi,
bagus fotografis, syarat lain lebih kepada foto harus mencerminkan etika atau norma hukum, baik dari segi pembuatannya maupun penyiarannya. Di Indonesia,
etika yang mengatur fotojurnalistik ada pada kode etik yang disebut Kode Etik Jurnalistik. Pasal-pasal yang mengatur hal tersebut, khususnya pada pasal 4 dan 5.
Pemuatan sebuah foto dimedia massa cetak tidak terlepas dari fungsi media cetak. Secara umum, fungsi foto jurnalistik di media cetak sejalan dengan
fungsi pers, yaitu untuk menyiarkan informasi, mendidik, menghibur, dan memengaruhi Effendy, 1993: 93. Lebih khusus lagi, Thomas Elliot Berry dalam
bukunya Journalism In America an Introduction to The Media Gani, 2013: 60- 62 menjelaskan lima fungsi dasar sebuah fotojurnalistik dalam sebuah surat
kabar, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. To communicate the news, yaitu untuk mengkomunikasikan berita.
Foto sering kali memiliki arti yang sangat penting dalam penyampaian berita secara keseluruhan. Dalam konteks ini, selain adanya
penyampaian informasi memlalui foto, foto tersebut juga harus dapat “berbicara” secara lebih komunikatif kepada pembaca dibandingkan
berita tertulis. Karena adakalanya berita lebih bisa dimengerti oleh pembaca dengan mempergunakan foto dibanding hanya tulisan saja.
2. To generate interest, yakni untuk menimbulkan minat. Sepintas yang
pertama kali terlihatdan diperhatikan oleh pembaca sebelum membaca headline berita, biasanya adalah foto. Begitu melihat foto dan merasa
tertarik untuk mengetahui lebih jauh, pembaca akan langsung melihat surat kabar tersebut.
3. To give another dimension to a news worthy figure, yakni untuk
menonjolkan dimensi lain dari orang yang diberitakan. Berita mengenai seseorang bisa mempunyai makna lain ketika disertai
dengan foto. 4.
To make a brief but important announcement, yaitu untuk menyingkat berita tanpa mengurangi arti berita
5. To make a page attractive, yakni untuk penghias halaman media cetak
sehingga menciptakan ciri tersendiri dari sebuah media cetak.
2.1.6 Kode Etik Jurnalistik
Kata ‘kode’ berasal dari bahasa Inggris ‘code’ yang antara lain berarti himpunan atau kumpulan ketentuan atau peraturan tertulis. Jadi kode etik berarti,
kemampuan tertulis tentang suatu etika. Dengan kata lain, istilah etika masih bersifat umum, tetapi jika sudah diawali dengan kata ‘kode’ sudah menunjuk
kepada etika profesi tertentu Sukardi, 2012: 301. Segala jenis profesi pasti ada kode etik yang mengatur dan memandu
dalam melaksanakan tugasnya, termasuk juga yang mempunyai profesi sebagai fotografer.Di Indonesia sendiri profesi fotografer mempunyai kode etik sendiri
namun kode etik tersebut belum tertulis secara formal, tapi baru dalam tahapan
Universitas Sumatera Utara
sekedar “sesuatu yang dipahami”.Artinya, sampai saat ini kode etik tersebut masih sampai pada tataran “sekedar pegangan” yang tidak memiliki kekuatan mengikat.
Tapi tidak demikian halnya dengan fotografer yang terlibat di dalam kerja jurnalistik.Para wartawan atau jurnalis foto dalam melaksanakan kerja profesinya
sebagai wartawan telah terikat dengan suatu kode etik jurnalistik yang tidak hanya harus dipahami, tetapi juga harus dipatuhi. Dengan kata lain, setiap wartawan foto
dalam kerja profesinya senantiasa harus berpegangan dan tunduk kepada ketentuan-ketentuan yang ada di dalam kode etik tersebut.
Sebagai sebuah profesi, dalam melaksanakan tugasnya, jurnalis foto tidak bisa lepas dari aturan yang memandunya. Ini sesuai dengan apa yang terkandung
dalam makna profesi. Sobur 2001: 81, profesi mengandung arti suatu pekerjaan dengan keahlian khusus yang menuntut adanya:
1. Pengetahuan yang luas dan tanggung jawab
2. Pengabadian untuk kepentingan banya orang
3. Organisasi atau profesi
4. Pengakuan dari masyarakat
5. Mempunyai kode etik
Oleh karena itu arti dari profesi salah satunya adalah menuntut adanya Kode Etik yang mengatur profesi tersebut agar berjalan dengan baik.Termasuk
seorang Jurnalis foto dalam menjalankan profesinya terikat dengan kode etik.Di Indonesia sendiri pada saat merdeka tahun1945, para wartawan Indonesiabelum
mempunyai Kode Etik Jurnalistik.Begitu pula dengan Persatuan Wartawan Indonesia PWI, organisasi wartawan Indonesia tertua yang lahir setelah Februri
1946 belum ada Kode Etik Jurnalistik.Pada tahun 1947, lahirlah Kode Etik Jurnalistik yang dibuat oleh PWI.Isi Kode Etik Jurnalistik yang dibuat oleh PWI
ini tidak lebih dari terjemahan dari Canon of Jurnalis, kode etik jurnalistik wartawan Amerika pada masa itu.
Setelah lahir Undang-Undang No. 11 Tahun tentang pokok-pokok pers, Dewan Pers membentuk panitia yang terdiri dari tujuh orang untuk merumuskan
kembali berbagai kode etik di bidang pers, termasuk Kode Etik Jurnalistik. Kemudian hasil dari tujuh panitia ini diserahkan kepada Dewan Pers pada tanggal
30 September 1968.Setelah diserahkan Dewan Pers mengeluarkan keputusan No.
Universitas Sumatera Utara
091969 yang menetapkan Kodde Etik Jurnalistik hasil rumusan “Panitia Tujuh” sebagai Kode Etik Jurnalistik.
Dengan adanya kode Etik Jurnalistik yng dibuat oeh Dewan Pers, berarti saat itu berlaku dua kode etik bagi para jurnalis; yang pertama dari PWI dan
kedua dari Dewan Pers. Pada tahun 1999 Dewan Perwakilan Rakyat membuat Undang-Undang No 40 tentang Pers. Dalam Undang-Undang tersebut, wartawan
diberi kebebasan memilih organisasi wartawan. Dasar hukum itu menyebabkan Kode Etik Jurnalistik PWI tidak dapat diterapkan lagi untuk wartawan di luar
anggota PWI. Perkembangan selanjutnya tanggal 6 Agustus 1999 sebanyak 25 organisasi wartawan sepakat membentuk Kode Etik Wartawan Indonesia, yang
disahkan oeh Dewan Pers tanggal 29 Juni 2000. Enam tahun kemudian, pada 14 Maret 2006, sebanyak 29 organisasi Pers
kembali membentuk Kode Etik Jurnalistik.Kode Etik yang dibentuk tersebut akhirnya berlaku secara umum bagi semua jurnalis Indonesia, termasuk PWI yang
ikut menyetujui, dan melalui Surat Keputusan Dewan Pers No.03SK-DPIII2006 yang diperkuat dengan Peraturan Dewan Pers No.6Peraturan-DPV2008.
Isi dari Kode Etik Jurnalistik yang ditetapkan Dewan Pers melalui Peraturan Dewan Pers Nomor: 6Peraturan-DPV2008 Tentang Pengesahan Surat
Keputusan Dewan Pers Nomor 03SK-DP?III2006 tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers:
Pasal 4 Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan
cabul Penafsiran Pasal 4
1. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh
wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. 2.
Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk
3. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
4. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto,
gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.
Universitas Sumatera Utara
5. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan
mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara. Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan indentitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang
menjadi pelaku kejahatan. Penafsiran Pasal 5
1. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri
seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak. 2.
Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.
2.1.7 Media Massa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI media dapat diartikan sebagai: 1 alat, dan 2 alat atau sarana komunikasi seperti majalah, radio,
televisi, film, poster, dan spanduk. Association For Education And Communication Technologi AECT mendefinisikan media yaitu segala bentuk
yang dipergunakan untuk satu proses penyaluran informasi. Sedangkan Education Association mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat,
didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yag dipergunakan dengan baik. Sehingga dapat dikatakan media merupakan perantara dari suatu proses
komunikasi seperti ketika seorang menulis surat, maka media yang digunakan adalah kertas atau ketika menelpon menggunakan media telepon.
Media massa merupakan media yang diperuntukkan untuk massa. Dalam ilmu jurnalistik, media massa yang menyiarkan berita atau informasi disebut juga
dengan istilah pers Sudarman, 2008: 5-6. Menurut Undang-Undang UU Pokok Pers pasal 1 ayat 1, pers adalah
lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengelola dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media
cetak, media eletronik dan segala jenis yang tersedia. Misi yang diemban dan
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan oleh pers atau media massa adalah ikut mengamankan, menunjang dan menyukseskan pembangunan nasional. Baik media massa eletronik seperti
media massa televisi, radio, maupun media massa cetak seperti surat kabar, majalah dan tabloid.
Bentuk-bentuk media massa tersebut antara lain adalah: a.
Televisi Dewasa ini televisi boleh dikatakan telah mendominasi hampir
semua waktu luang setiap orang.Hasil penelitian yang pernah dilakukan pada masyarakat Amerika ditemukan bahwa hampir
setiap orang di benua itu menghabiskan waktunya antara 6-7 jam per minggu untuk menonton TV.
b. Radio
Salah satu kelebihan media radio dibanding dengan media lainnya adalah cepat dan mudah dibawa ke mana-mana. Radio bisa
dinikmati sambil mengerjakan pekerjaan lain seperti menulis, menjahit dan semacamnya. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi
pada media lain seperti TV, film dan surat kabar. c.
Film Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar
lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan TV.Film dengan kemampuan visualnya yang
didukung dengan audio yang khas, sangat efektif sebagai media hiburan dan juga sebagai media pendidikan dan penyuluhan.Ia bisa
diputar berulangkali pada tempat dan khalayak yang berbeda. d.
Surat Kabar Surat kabar boleh dikatakan sebagai media massa tertua sebelum
ditemukan film, radio dan TV. Kelebihan surat kabar adalah mampu memberi informasi yang lebih lengkap, bisa dibawa kemana-mana,
terdokumentasi sehingga mudah diperoleh bila diperlukan. e.
Majalah Menurut Dominick dalam Ardianto, 2004:107 klasifikasi majalah
dibagi ke dalam lima kategori utama, yakni 1 general consumer
Universitas Sumatera Utara
magazine majalah
konsumen umum,
2 business
publicationmajalah bisnis, 3 literacy reviews and academic journal kritik sastra dan majalah ilmiah, 4 newslettermajalah
khusus terbitan berkala, 5 Public Relations Magazinemajalah humas.
Ada banyak media massa yang telah berdiri pada saat ini, dan sangat penting bagi pengguna media masaa untuk mengetahui karakteristik dan
perbedaan setiap media massa baik cetak dan elektronik. Sebelum mengakses informasi media massa, khalayak perlu mengidentifikasi media massa untuk
menghubungkan dengan kebutuhan dan kepentingan pribadi dalam mengakses media massa. Oleh karena itu setiap media massa memiliki karakteristik
tersendiri. Adapun karakteristik media massa Cangara, 2004:126-127, antara lain :
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri
dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang
memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalaupun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan
waktu dan tertunda. 3.
Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. bergerak secara luas dan
simultan, di mana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.
4. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja
dan di mana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.
Secara umum, fungsi media massa menurut Sudarman, 2008: 7-8 adalah sebagai berikut:
a. Menginformasikan to inform. Maksudnya bahwa media massa
merupakan tempat untuk menginformasikan peristiwa-peristiwa atau hal-hal penting yang perlu diketahui oleh khalayak.
Universitas Sumatera Utara
b. Mendidik to educate. Tulisan di media massa dapat mengalihkan
ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, membentuk watak dan dapat meningkatkan keterampilan serta
kemampuan yang dibutuhkan para pembacanya. c.
Menghibur to entertaint. Media massa merupakan tempat yang dapat memberikan hiburan atau rasa senang kepada pembacanya
atau khalayaknya. Menurut Willian S. Howell, hiburan bisa digunakan untuk meredakan ketegangan dan melunakkan potensi
pertentangan atau friksi. Tulisan yang bersifat menghibur biasanyan dalam bentuk karangan khas feature, cerita pendek,
cerita bersambung, cerita bergambarkarikatur dan juga puisi. d.
Memengaruhi to influence, maksudnya bahwa media massa dapat memengaruhi
pembacanya. Baik
pengaruh yang
bersifat pengetahuan cognitive, perasaan afective maupun tingkah laku
conative. e.
Memberikan respons sosial to social responsibility, maksudnya bahwa dengan adanya media massa kita dapat menanggapi tentang
fenomena dan situasi sosial atau keadaan sosial yang terjadi. f.
Penghubung to linkage, maksudnya bahwa media massa dapat menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam masyarakat yang
tidak bisa dilakukan secara perseorangan baik secara langsung maupun tak langsung. Misalnya ketika terjadi busung lapar yang
melanda suatu daerah tertentu, dengan adanya informasi dari media massa bencana tersebut bisa teratasi.
2.1.8 Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai
sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Guttenberg di Jerman. Surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode yakni masa
penjajahan Belanda, penjajahan Jepang menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan, zaman Orde Lama serta Orde Baru Ardianto, 2004:101.
Universitas Sumatera Utara
Surat kabar merupakan salah satu ragam dari ruang lingkup jurnalisme cetak. Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di
masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui
pembaca Effendy, 2003: 241. Effendy 2003: 91-92 juga memaparkan beberapa ciri-ciri surat kabar
yaitu: 1.
Publisitas Yang dimaksud dengan publisitas publicity adalah penyebaran
kepada publik atau khalayak. Karena diperuntukkan khalayak, maka sifat surat kabar adalah umum
2. Periodisitas
Periodisitas periodicity adalah ciri surat kabar yang kedua. Keteraturan terbitnya surat kabar bisa satu kali sehari, bisa dua kali
sehari, dapat pula satu kali atau dua kali seminggu. 3.
Universalitas Yang dimaksud dengan universalitas universality sebagai ciri
ketiga surat kabar adalah kesemestaan isinya, aneka ragam dan dari seluruh dunia.
4. Aktualitas
Aktualitas actuality sebagai ciri keempat dari surat kabar adalah mengenai berita yang disiarkannya.
Surat kabar dikembangkan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya berita untuk industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni atau
partisipan kegiatan tertentu. Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali pada hari-hari libur. Surat kabar sore juga umum di beberapa negara.
Selain itu, juga terdapat surat kabar mingguan yang biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan dengan surat kabar harian dan isinya biasanya
lebih bersifat hiburan. Dari berbagai macam media massa pada saat ini, surat kabar yang menjadi
media massa yang paling banyak dinikmati oleh para pembaca di seluruh dunia. Berdasarkan daya edarnya, jenis-jenis surat kabar dapat digolongkan atas surat
Universitas Sumatera Utara
kabar internasional, nasional dan lokal. Surat kabar internasional yaitu surat kabar yang daya edarnya bersifat internasional seperti surat kabar Sunday Time, The
Jakarta Post, The Strait Times dan lain sebagainya. Surat kabar nasional yaitu surat kabar yang daya edarnya berskala nasional seperti Kompas, Republika,
Suara Pembaruan dan lain sebagainya. Surat kabar lokal yaitu surat kabar yang daya edar jangkauan terbitannya berskala lokal seperti surat kabar Analisa daya
edarnya hanya sekitar Medan saja Sudarman, 2008: 11. Komunikasi dalam surat kabar bersifat irreversible. Sekali pesan,
termasuk penjulukan, disampaikan kepada khalayak pemirsa, maka amat sulit bagi siapa pun untuk meniadakan sama sekali efeknya. Maka, jika seseorang
diberitakan secara negatif, difitnah misalnya, pemberitaan itu sulit untuk mengembalikan citra si korban ke citra semula, meskipun pihak wartawan atau
TV memohon maaf atas kekhilafan mereka Mulyana, 2000: 73.
2.1.9 Analisis Isi
Analisis isi content analysis merupakan teknik penelitian alternatif bagi kajian komunikasi yang cenderung lebih banyak mengarah pada sumber source
maupun penerima
pesan receiver.Pendekatan
penelitian ini
mengedepankanpenyajian data secara terstruktur serta memberikan gambaran rinci tentang objek penelitian berupa pesan komunikasi. Pesan itu sendiri jika
mengacu pada Leewin dan Jewit Birowo, 2004:147 terdiri dari komponen: words, actions, pictures, sehingga penelitian dengan teknik analisis isi sebenarnya
memiliki wilayah yang luas untuk menggali masalah-masalah yang ada dalam objek penelitian komunikasi.
Perkembangan penting analisis isi terjadi pada awal abad XIX. Ini ditandai dengan mulai dibukanya studi mengenai jurnalisme dan surat kabar di Amerika.
Sekolah-sekolah kewartawanan tumbuh seperti cendawan kemudian mencuatkan kebutuhan akan penelitian empiris terhadap fenomena persuratkabaran. Sejak saat
itu, banyak bermunculan studi mengenai analisis isi terhadap surat kabar. Penelitian misalnya melakukan pengukuran sederhana untuk mengungkapkan
berapa ruang yang disediakan oleh surat kabar untuk memberitakan masalah ekonomi, politik, skandal dan seks Eriyanto, 2011: 5.
Universitas Sumatera Utara
Adapun karakteristik atau ciri-ciri analisis isi adalah sebagai berikut: 1.
Objektif Objektif maksudnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran
dari suatu isi secara apa adanya, tanpa adanya campur tangan dari peneliti. Ada dua aspek penting dari objektifitas, yakni validitas dan reliabilitas.
Validitas berkaitan dengan apakah analisis isi mengukur apa yang benar- benar ingin diukur. Sementara reliabilitas berkaitan dengan apakah analisis
isi akan menghasilkan temuan yang sama biarpun dilakukan oleh orang yang berbeda dan waktu yang berbeda. Analisis isi disebut reliabel jikalau
menghasilkan temuan yang sama biarpun dilakukan oleh orang dengan latar belakang dan kecenderungan yang berbeda.
2. Sistematis
Sistematis ini bermakna, semua tahapan dan proses penelitian telah dirumuskan secara jelas dan sistematis. Kategori diturunkan dari variabel,
variabel diturunkan berdasarkan teori, pengujian dibuat berdasarkan hipotesis. Sistematis ini juga berarti setiap kategori yang dipakai
menggunakan suatu definisi tertentu, dan semua bahan dianalisis dengan menggunakan kategori dan definisi yang sama.
3. Replikabel
Artinya, penelitian dengan temuan tertentu dapat diulang dengan menghasilkan temuan yang sama pula. Hasil-hasil dari analisis isi
sepanjang menggunakan bahan dan teknik yang sama, harusnya juga menghasilkan temuan yang sama.
4. Isi yang Tampak Manifest
Analisis isi tidak dapat dipakai untuk menilai isi yang tidak tampak latent.Mengapa demikian?Ada dua argumentasi. Pertama, analisis isi
kuantitatif harus dibedakan dengan secara tegas dengan teknik penelitian lain yang juga meneliti mengenai isi
– seperti semiotika, framing, wacana, naratif dan hermeutika. Ciri khas analisis isi kuantitatif adalah ia hanya
dapat dipakai untuk meneliti pesan yang tampak. Kedua, aspek penting dari analisis isi objektif, reliabel, valid dan replikabel hanya dapat
Universitas Sumatera Utara
dicapai jikalau analisis hanya membatasi pada isi yang tampak manifest saja.
5. Perangkuman Summarizing
Analisis isi umumnya dibuat untuk membuat gambaran umum karakteristik dari suatu isipesan. Analisis isi sebaliknya tidak berpretensi
untuk menyajikan secara detail satu atau beberapa kasus isi. Analisis isi dapat dikategorikan sebagai penelitian yang bertipe nomotetik yang
ditujukan untuk membuat generalisasi dari pesan, dan bukan penelitian jenis idiographic yang umumnya bertujuan membuat gambaran detail dari
suatu fenomena. 6.
Generalisasi Analisis isi tidak hanya bertujuan untuk melakukan perangkuman
summarizing tetapi juga berpretensi untuk melakukan generalisasi.Ini terutama jikalau analisis isi menggunakan sampel.Hasil dari analisis isi
dimaksudkan untuk memberikan gambaran populasi. Analisis isi tidak dimaksudkan untuk menganalisis secara detail satu demi satu kasus.
Merumuskan tujuan analisis isi merupakan bagian yang sangat penting dalam desain analisis isi.Desain analisis isi tidak dapat dibuat tanpa adanya tujuan
penelitian yang dirumuskan secara jelas.Mengapa?Karena desain riset pada dasarnya merupakan bangunan konstruksi yang dibuat untuk menjawab tujuan
penelitian.Dilihat dari pendekatan analisis isi, dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yakni analisis isi deskriptif, eksplanatif dan prediktif Eriyanto, 2011: 53.
1. Analisis Isi Deskriptif
Analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan atau suatu teks tertentu. Desain
analisis isi ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu atau menguji hubungan diantara variabel.Analisis isi semata untuk
deskripsi, menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik suatu pesan. 2.
Analisis Isi Eksplanatif Analisis isi eksplanatif adalah analisis isi yang di dalamnya terdapat
pengujian hipotesis tertentu. Analisis isi ini juga membuat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Analisis tidak hanya sebatas
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan secara deskriptif isi dari suatu pesan, tetapi juga mencoba mencari hubungan antara isi pesan ini dan variabel lain.
3. Analisis Isi Prediktif
Jenis ketiga dari analisis isi adalah apa yang disebut dengan analisis isi prediktif. Analisis isi berusaha untuk memprediksi hasil seperti tertangkap
dalam analisis isi dengan variabel lain. Di sini peneliti bukan hanya menggunakan variabel lain di luar analisis isi, tetapi juga harus
menggunakan hasil penelitian dari metode lain – seperti survei,
eksperimen. Data dari dua hasil penelitian analisis isi dan metode lain itu dihubungkan, dan dicari keterkaitannya.
Analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru replicable dan sahih data dengan memperhatikan
konteksnya.Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Analisis isi merupakan penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap
isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analis isi adalah Harold D. Lasswell dalam bukunya yang berjudul analisis isi dalam media
massa Bungin, 2008: 157, yang memelopori tekniksymbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.
Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut:
1. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari berbagai bahan yang
terdokumentasi buku, surat kabar, pita rekaman, naskahmanuskrip. 2.
Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkantentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data
tersebut. 3.
Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahandata yang dikumpulkannyakarena sebagian dokumentasi tersebut sangat spesifik.
4. Langkah berikutnya adalah memililih unit analisis yang akan dikaji,
memilih objek penelitian yang menjadi sasaran analisis. Kalau objek penelitian berhubungan dengan data verbal, maka perlu disebutkan tempat,
tanggal, dan alat komunikasi yang bersangkutan. Namun kalau objek penelitian berhubungan dengan pesan-pesan 1 dalam suatu mediaperlu
Universitas Sumatera Utara
dilakukan identifikasi terhadap pesan dan media yang mengantarkan pesan itu.
2.2 Kerangka Konsep
Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menganalisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang
diperoleh dari pengalaman Kriyantono, 2006:17.Kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dari peneliti yang dilandasi dengan konsep-konsep dan toeri yang
relevan guna memecahkan masalah penelitian. Kerangka pemikiran yang baik akan mampu menjelaskan operasional fenomena-fenomena penelitian dalam
penelitian kualitatif, serta akan melahirkan asumi-asumsi yang dapat digunakan dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai.
2.3
Unit Analisis
Langkah awal yang penting dalam analisis isi ialah menentukan unit analisis Krippendorff 2007: 97. Unit analisis adalah upaya untuk menetapkan
gambaran sosok pesan yang akan diteliti. Terhadap unit analisis ini perlu ditentukan kategorinya dan sifat inilah yang akan dihitung, sehingga kuantifikasi
atas pesan sebenarnya dilakukan kategori ini. Unit analisis secara sederhana dapat digambarkan sebagai bagian apa dari isi yang diteliti dan dipakai untuk
menyimpulkan isi dari suatu teks. Bagian dari isi ini dapat berupa kata, kalimat, foto, scene potongan adegan ataupun paragraf. Bagian-bagian ini harus terpisah
dan dapat dibedakan dengan unit yang lain, dan menjadi dasar kita sebagai peneliti untuk melakukan pencatatan Eriyanto 2011: 59. Unit analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah unit analisis referensial. Dalam unit referensial, kata-kata yang mirip, sepadan, atau punya arti dan maksud yang sama
dicatat sebagai satu kesatuan. Contohnya peneliti menetapkan kata-kata diduga, Menganalisis
Pelanggaran Kode Etik Fotografi
Jurnalistik Mengklasifikasi
berdasarkan pelanggaran Kode Etik
Fotografi Jurnalistik Menghimpun data
foto yang terdapat pada suratkabar
harian Pos Metro
Universitas Sumatera Utara
kira-kira, mungkin, diperkirakan, ditetapkan sebagai unit analisis informasi spekulatif.Unit analisis isi mengharuskan peneliti untuk mencari padanan katadari
masing-masing kata dan menjadikannya sebagai sebuah katagorisasi.
2.4 Definisi Operasional