kira-kira, mungkin, diperkirakan, ditetapkan sebagai unit analisis informasi spekulatif.Unit analisis isi mengharuskan peneliti untuk mencari padanan katadari
masing-masing kata dan menjadikannya sebagai sebuah katagorisasi.
2.4 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran yang lebih lanjut mengenai konsep-konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Untuk
memudahkan peneliti dalam meletakkan konsep-konsep dalam dataran operasional maka dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut:
1. Kode Etik Jurnalistik
Setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk bebas berpendapat dan memperoleh informasi. Salah satu perwujudan hak tersebut adalah dengan
adanya kebebasan pers. Namun, dalam menuntut hak tersebut tentu saja harus disertai peraturan-peraturan agar tidak bersinggungan dengan hak
orang lain. Menurut UU No.40 Tahun 1999 pasal 4 ayat 1, disebutkan bahwa kemerdekaan pers adalah kemerdekaan yang disertai kesadaran
pentingnya penegakan supremasi hukum yang dilakukan oleh pengadilan, tanggung jawab profesi yang dijabarkan dalam kode etik jurnalistik serta
dengan hati nurani insan pers. Demi menjaga agar kemerdekaan pers berjalan sesuai dengan kaidahnya, maka dibuatlah Kode Etik Jurnalistik.
Berikut merupakan penjelasan dari pasal 4 dan pasal 5 dalam Kode Etik Jurnalistik yang ditetapkan Dewan Pers melalui Peraturan Dewan Pers
Nomor: 6Peraturan-DPV2008 Tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03SK-DPIII2006 tentang Kode Etik Jurnalistik
Sebagai Peraturan Dewan Pers: Pada pasal 4, Kode Etik Jurnalistik sama sekali tidak melarang pers
untuk memberitakan kejadian sadis dan cabul, sebab memang peristiwa sadis dan cabul banyak terjadi. Pemberitaan sadis dan cabul merupakan
refleksi apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat. Adapun yang tidak diperbolehkan oleh Kode Etik Jurnalistik bukan memberitakan peristiwa
Universitas Sumatera Utara
sadis atau cabul, melainkan melakukan pemberitaan dengan cara sadis dan cabul.
Misalnya ada kasus kecelakaan lalulintas, peristiwa tersebut tetap boleh diberitakan.Sedangkan yang tidak boleh apabila menampilkan foto
kejadian tersebut secara sadis.Umpamanya dengan menampilkan foto korban kecelakaannya secara langsung tanpa adanya sensor.
Sedangkan pada pasal 5, Kode Etik Jurnalistik memandang kesusilaan langsung berkaitan dengan norma, rasa malu yang tinggi, bukan
hanya bagi korbannya tetapi juga keluarga korban. Mereka yang menjadi korban kesusilaan akan mengalami luka batin yang amat mendalam dan
menanggung beban sosial yang luar biasa. Sebagai bagian dari penghormatan terhadap nilai-nilai yang hidup di masyarakat, Kode Etik
Jurnalistik melarang identitas korban kejahatan kesusilaan disiarkan. Pengertian identitas tidak hanya nama dan foto diri, tetapi juga semua hal
yang memudahkan publik mengidentifikasi korban tersebut. Selain itu, pelaku kejahatan anak-anak juga tidak boleh disiarkan
identitasnya.Yang dimaksud anak dalam Kode Etik Jurnalistik adalah seorang yang berusia di bawah 16 tahun.Tentu saja anak masih mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Masa depan mereka masih panjang. Agar mereka dapat mencapai masa depan yang lebih baik, maka harus
diciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwa mereka. Masa depan inilah yang ingin dilindungi oleh Kode Etik
Jurnalistik dengan mengatur identitas anak, baik sebagai korban maupun pelaku, tidak boleh disiarkan.
2. Surat Kabar
Menurut Effendy 1993: 241, surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik,
bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca. Arti penting surat kabar terletak pada
kemampuannya untuk menyajikan berita-berita dan gagasan-gagasan tentang perkembangan masyarakat pada umumnya, yang dapat memengaruhi kehidupan
modern seperti sekarang ini.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu surat kabar mampu menyampaikan sesuatu setiap saat kepada pembacanya melalui surat kabar pendidikan, informasi dan interpretasi mengenai
beberapa hal, sehingga hampir sebagian besar dari masyarakat menggantungkan dirinya kepada pers untuk memperoleh informasi.
Perkembangan surat kabar, khususnya di Eropa, diawali dengan ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg pada pertengahan abad ke-15
yang memudahkan proses produksi. Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah Oxford Gazzete di Inggris tahun 1665 M. Surat kabar ini
kemudian berganti nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah
“Newspaper”. Di Amerika Serikat ilmu persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M dengan istilah “Journalism”. Saat itu terbit surat kabar dalam
bentuk yang modern, Publick Occurrences Both Forreign and Domestick, di Boston yang dimotori oleh Benjamin Harris.
Di Indonesia, koran sudah ada sejak tahun 1744, saat pemerintahan Gubernur Jenderal Van Imhoff, yaitu Bataviasche Nouvelles. Sayang umurnya
cuma dua tahun.Koran swasta ada di tahun 1849, pada saat ini datang wartawan Belanda, W. Bruining, yang berhasil menerbitkan Batavia Advertentieblad dua
tahun kemudian. Pers yang melayani masyarakat pribumi baru lahir tahun 1855 di Solo
dengan nama Bromomartani. Kemudian disusul Selompret Melajoe di Semarang tahun 1860. Pada era ini, di luar Jawa, juga lahir sejumlah surat kabar, antara lain
Celebes Courant dan Makassar Handelsblad di Ujungpandang, Tjahja Siang di Manado, Sumatra Courant dan Padangsch Handelsblad di Padang.
Pers lokal baru bangkit awal 1900-an setelah kolonial Belanda mengizinkan kaum Tionghoa mengelola media cetak. Ketika Tionghoa mulai
menerbitkan surat kabar, orang-orang bumiputra juga mulai belajar mengelola koran. Tahun 1900, Dr. Wahidin Soedirohoesodo menangani surat kabar Retno
Dhoemilah dalam dua bahasa; Jawa dan Melayu. Melalui media ini Wahidin mulai mengkampanyekan nasionalisme, pendidikan masyarakat, persamaan
derajat dan budi pekerti.
Universitas Sumatera Utara
Ada empat ciri yang dapat dikatakan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain:
1. Publisitas Publicity
Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik. Karena diperuntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam
surat kabar ini terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum. Untuk itu, penerbitan yang meskipun sama dengan surat kabar
tidak bisa disebut sebagai surat kabar jika hanya ditujukan kepada sekelompok orang atau golongan.
2. Periodesitas Periodicity
Yang berarti keteraturan dalam penerbitannya.Keteraturan ini bisa satu kali sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karena
mempunyai keteraturan dalam penerbitannya, maka penerbit buku tidak dapat dikategorikan sebagai surat kabar meskipun isinya menyangkut
kepentingan umum karena tidak disebarkan secara periodik dan berkala. 3.
Universalitas universality Yang berarti kemestaan dan keragaman.Isinya yang datang dari berbagai
penjuru dunia. Untuk itu jika sebuah penerbitan berkala isinya hanya mengkhususkan diri pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti
majalah kedokteran, arsitektur, koperasi atau pertanian, tidak termasuk surat kabar. Memang benar bahwa berkala itu ditujukan kepada khalayak
umum dan diterbitkan secara berkala, namun bila isinya hanya mengenai salah satu aspek kehidupan saja maka tidak dapat dimasukkan ke dalam
kategori surat kabar. 4.
Aktualitas Actuality Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”.
Kedua-duanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar. Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini,
dengan perkataan lain laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan itu harus benar. Tetapi yang dimaksudkan aktualitas
sebagai ciri surat kabar adalah pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran berita Effendy, 1993: 119-121.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Effendy 1993: 122-123 fungsi-fungsi surat kabar terdiri dari : 1.
Fungsi menyiarkan informasi Fungsi yang pertama dan utama surat kabar yaitu menyiarkan informasi.
Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar dikarenakan membutuhkan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini, mengenai
peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain, dan lain sebagainya.
2. Fungsi mendidik
Sebagai sarana pendidikan massa mass education. Surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak
pembaca menjadi bertambah pengetahuannya.Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk berita, dapat juga secara eksplisit dalam
bentuk artikel atau tajuk rencana.Kadang-kadang cerita bersambung atau bergambar juga dapat mengandung unsur pendidikan.
3. Fungsi menghibur
Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi berita-berita lempang hard news dan artikel-artikel yang
berbobot. Isi surat kabar yang berisi hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bergambar, pojok, teka-teki silang, karikatur, dan kadang-kadang
tajuk rencana. Tujuan pemuatan isi yang mengandung hiburan itu, semata- mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah pembaca disuguhi
berita dan artikel yang berat-berat. 4.
Fungsi memengaruhi Adalah fungsi yang keempat ini, yakni fungsi memengaruhi, yang
menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi memengaruhi dari surat kabar secara implisit terdapat
pada berita, sedangkan secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.
Universitas Sumatera Utara
1
Universitas Sumatera Utara BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah