14
2.4 Prinsip prinsip pengawetan pangan
Setelah dipanen bahan pangan secara fisiologik masih hidup. Proses hidup ini berlangsung dengan menggunakan persediaan “bahan bakar” yang ada. Proses
hidup ini perlu dipertahankan, tetapi sebaiknya jangan dibiarkan berlangsung cepat. Kalau proses hidup ini berlangsung cepat , maka akan cepat pula bahan
pangan tersebut mati karena kehabisan “ bahan bakar” dan dapat terjadi kebusukan. Cara memperlambat pernafasan bahan pangan tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan pendinginan dan control atmosfer CAS. Misalnya hewan yang baru disembelih harus segera dikuliti,
dibersihkan dan didinginkan. Pembersihan pengulitan dan pendinginan ini hanya dapat menghambat kerusakan dalam waktu yang singkat yaitu untuk beberapa jam
atau paling lama beberapa hari. Dengan cara ini mikroba atau enzim tidak seluruhnya rusak atau inaktif sehingga dapat aktif kembali secara cepat.
Perlakuan - perlakuan selanjutnya yang penting utuk mengawetkan bahan pangan diantaranya adalah pemanasan, pendinginan, pengeringan, pengasapan
radiasi atau pembubuhan bahan kimia, asam, gula atau garam. Beberapa diantaranya dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan, oleh karena itu harus
digunakan dalam batas batas tertentu. Misalnya panas yang digunakan harus dapat membunuh mikroba tetapi tidak boleh menurunkan nilai gizi dan cita rasa bahan
pangan. Pemanasan
Sebagian besar bakteri dalam bentuk vegetatifnya akan mati pada suhu 82
– 94
o
C, tetapi banyak spora bakteri yang masih tahan terhadap suhu air mendidik 100
o
C selama 30 menit. Untuk sterilisasi yaitu supaya mikroba beserta sporanya matidiperluka pemanasan pada suhu
yang lebih tinggi misalnya 121
o
C selama 15 menit atau lebih, tergantung dari jumlah dan mutu subtratnya. Hal ini biasanya
dilakukan dengan menggunakan uap panas misalnya didalam autoklaf atau retor.
Universitas Sumatera Utara
15
Didalam industri pengalengan sterilisasi bahan biasanya dilakukan pada suhu dan dalam waktu tertentu yang telah diperhitungkan lebih
dahulu untuk memunahkan spora bakteri yang paling tahan panas yang mungkin ada pada makanan tersebut disamping memeperhatikan
adanya kemungkinan pencernaan oleh Clostridium botulinium. Dengan cara sterilisasi yang baik, makanan didalam kaleng dapat disimpan
selama setengah tahun atau lebih. Pada dasarnya tidak semua makanan membutuhkan suhu dan waktu yang sama untuk sterilisasi.
Makanan yang mempunyai pH rendah seperti sari buah jeruk atau tomat tidak memerlukan panas yang tinggi karena adanya asam yang
bersifat sebagai pengawet. Misalnya jika kadar asam cukup tinggi sterilisasi cukup dilakukan pada suhu 93,5
o
C 200
o
F selama 15 menit. Penggunaan panas tidak hanya ditujukan untuk membunuh semua
mikroba dan menghasilkan bahan yang steril, tetapi panas juga sering digunakan hanya untuk membunuh mikroba yang dapat menyebabkan
penyakit pathogen, misalnya pasteurisasi pada susu. Sebagian besar bakteri dan semua mikroba patogen yang terdapat didalam susu akan
mati dengan pasteurisasi pada suhu 63
o
C selama 30 menit, tetapi susunya sendiri tidak steril. Cara ini biasa dilakukan jika susu akan
didinginkan atau langsung diminum, sedangkan sterilisasi susu biasanya dilakukan pada suhu yang diuapkan dan akan disimpan di
dalam kaleng selama beberapa bulan. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sabagian air dari suatu bahan dengan cara
menguapkan air tersebut dengan menggunakan energy panas. Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai suatu batas
agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya. Keuntungan dari pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet
dengan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan. Berat bahan
Universitas Sumatera Utara
16
juga menjadi berkurang sehingga memudahkan pengangkutan, dengan demikian diharapkan biaya produksi menjadi lebih mudah. Kecuali itu
bahan bahan yang hanya dapat digunakan apabila telah dikeringkan misalnya tembakau, kopi, teh, biji bijian dan lainnya.
Disamping keuntungan keuntungan tersebut diatas, pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal dari bahan
yang dikeringkan dapat berubah misalnya bentuknya, sifat sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan lain lainnya. Kerugian yang
lainnya juga disebabkan karena beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum digunakan, misanya harus dibasahkan kembali.
Proses pengembalian air kedalam bahan tersebut disebut rehidrasi. Proses pengeringan selain dapat dilakukan dengan pemanasan
langsung, juga dapat dilakukan dengan cara lain yaitu dengan “dehydro freezing” yang mempunyai daya pengawetan lebih baik, dan
“freeze drying”. “Dehydro freezing” adalah pengeringan disusul dengan pembekuan, sedangkan “freeze drying” adalah pembekuan
yang disusul dengan pengeringan. Pada proses freeze drying terjadi sublimasi yaitu perubahan dari bentuk es dalam bahan yang beku
langsung menjadi uap air tanpa mengalami proses pencarian terlebih dahulu. Cara ini biasanya dilakukan terhadap bahan bahan yang
sensitif terhadap panas misalnya vaksin vaksin, mormon, enzim, anti biotika dan lainnya. Freeze drying mempunyai keuntungan karena
volume bahan tidak berubah, dan daya rehidrasi tinggi sehingga mendekati bahan asalnya.
Agar pengeringan berlangsung dengan cepat, maka perlu diberikan energi panas pada bahan yang akan dikeringkan dan aliran udara
untuk mengalirkan uap air yang terbentuk keluar dari daerah pengeringan. Pengeluaran uap air dapat juga dilakukan secara vakum.
Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemenasan terjadi pada setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air dikeluarkan dari
seluruh permukaan bahan tersebut. Factor factor yang mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
17
pengeringan terutama adalah luas permukaan bahan, suhu pengeringan, aliran udara dan tekanan uap di udara.
Mikroba pada keadaan normal mengandung air kira kira 80 . Air ini diperoleh dari makanan tempat mereka tumbuh. Jika air
dikeluarkan dari bahan pangan, maka air dari dalam sel bakteri juga akan keluar dan bakteri tidak dapat berkembang biak.
Bakteri dan ragi umumnya membutuhkan kadar air yang lebih tinggi dari pada kapang, oleh karena itu kapang sering dijumpai
tumbuh pada makan setengah kering dimana bakteri dan ragi tidak dapat tumbuh, misalnya kapang dapat tumbuh pada roti yang sudah
basi, ikan asap, dendeng dan lainnya. Perbedaan yang kecil dari kelembaban nisbi udara RH didalam
ruangan tempat penyimpanan bahan pangan atau didalam peti pengepakan dapat menyebakkan perbedan yang besar dalam
perkembang biakan bakteri. Pada suhu ruang pendingin, kelembaban yang lebih tinggi akan makin memperbanyak jumlah populasi
mikroba. Kebutuhan mikroba akan air biasanya dinyatakan dalam istilah a
w
water activity, yang mempuyai hubungan dengan kelembaban nisbi udara. Kelembaban nisbi adalah perbandingan antara tekanan uap air
diudara dengan tekanan uap air jenuh pada suhu yang sama. Kelembaban nisbi menunjukkan keadan atmosfer di sekeliling bahan
atau larutan. Nilai a
w
menunjukan keadaan dari suatu larutan, yaitu perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air
murni pada suhu yang sama. Jadi air murni mempunyai a
w
1,0. Pada keadaan keseimbangan, a
w
akan sehimbang dengan RH atau a
w
sama dengan RH100. Sebagian besar bakteri membutuhkan nilai a
w
0,75 –
1,00 untuk tumbuh. Beberapa ragi dan kapang tumbuh lambat pada nilai a
w
0,62. Pengeringan bahan pangan ditujukan untuk melawan kebusukan
oleh mikroba, tetapi tidak dapat membunuh semua mikroba, oleh karena itu bahan pangan yang kering biasanya tidak steril. Meskipun
Universitas Sumatera Utara
18
bakteri tidak dapat tumbuh pada bahan pangan kering, tetapi jika bahan pangan tersebut dibasahkan kembali misalnya dengan perendaman,
maka bakteri akan cepat tumbuh kecuali jika bahan pangan tersebut langsung dimakan atau didinginkan.
2.5 Macam macam pengeringan