Alat dan Bahan .1 Alat-alat yang Digunakan Pemeriksaan Makroskopik Umbi Bawang Sabrang .1 Pemeriksaan Makroskopik Pembuatan Ekstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas, bejana kromatografi Dessaga, blender Philips, eksikator, krus porselin, lampu UV 366 nm Diamond, mikroskop cahaya, neraca kasar Home Line, neraca listrik Vibra AJ, oven Memmert, penangas air Yenaco, rotary evaporator Haake D1, seperangkat alat penetapan kadar air, seperangkat alat refluks, spektrofotometer ultraviolet Shimadzu dan tanur. 3.1.2 Bahan-bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi dari tumbuhan bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr. Bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah berkualitas proanalisa, yaitu alfa-naftol, aluminium III klorida, ammonium hidroksida, asam asetat, asam asetat anhidrida, asam borat, asam klorida pekat, asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, benzen, besi III klorida, bismut III nitrat, n-butanol, etanol, eter, etilasetat, n- heksan, iodium, isopropanol, kalium iodida, kloralhidrat, kloroform, metanol, natrium asetat, natrium hidroksida, raksa II klorida, natrium pikrat, serbuk magnesium, serbuk zinkum, timbal II asetat dan toluena, air suling, kertas Whatmann No.1 dan No.3. Universitas Sumatera Utara 3.2 Pengambilan dan Pengolahan Sampel 3.2.1 Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan umbi dari tumbuhan bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr, yang diambil dari jalan Bunga Rampai V, Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

3.2.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Indonesian Institute Biologi, Pusat Penelitian Biologi Research Center for Biology, Bogor.

3.2.3 Pengolahan Sampel

Umbi dari tumbuhan bawang sabrang yang segar dibersihkan dari kotoran dengan cara mencucinya dengan air bersih, ditiriskan, kemudian ditimbang, selanjutnya dirajang tipis dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka, terlindung dari sinar matahari langsung. Sampel dianggap kering bila sudah rapuh diremas menjadi hancur, selanjutnya ditimbang dan diserbuk dengan menggunakan blender. Universitas Sumatera Utara 3.3 Pembuatan Larutan Pereaksi 3.3.1 Pereaksi Asam Klorida 2 N Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga 100 ml Depkes, 1979.

3.3.2 Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N

Sebanyak 8,002 g kristal natrium hidroksida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml Depkes, 1979. 3.3.3 Pereaksi Besi III Klorida 1 Sebanyak 1 g besi III klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air hingga 100 ml Depkes, 1989.

3.3.4 Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, dilarutkan dalam air suling secukupnya, kemudian sebanyak 2 g iodium dilarutkan dalam larutan kalium iodida, setelah larut dicukupkan volume dengan air suling hingga 100 ml Depkes, 1995.

3.3.5 Pereaksi Dragendorff

Sebanyak 0,85 g bismut III nitrat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 100 ml asam asetat glasial, lalu ditambahkan 40 ml air suling. Pada wadah lain dilarutkan 8 g kalium iodida dalam air suling, kemudian campurkan kedua larutan sama banyak, lalu ditambahkan 20 ml asam asetat glasial dan diencerkan dengan air suling hingga volume 100 ml Zweig, 1987.

3.3.6 Pereaksi Mayer

Sebanyak 1,359 g raksa II klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml. Pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida Universitas Sumatera Utara lalu dilarutkan dalam 10 ml air suling. Kemudian keduanya dicampur dan ditambahkan air suling hingga 100 ml Depkes, 1989.

3.3.7 Pereaksi Molish

Sebanyak 3 g alfa naftol ditimbang, kemudian dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga 100 ml Depkes, 1979.

3.3.8 Pereaksi Timbal II Asetat 0,4 N

Sebanyak 15,17 g timbal II asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling bebas karbondioksida hingga 100 ml Depkes, 1989.

3.3.9 Pereaksi Liebermann-Burchard

Sebanyak 20 bagian asam asetat anhidrid dicampurkan dengan 1 bagian asam sulfat pekat Harborne, 1987.

3.3.10 Pereaksi Kalium Hidroksida 10

Sebanyak 10 g kalium hidroksida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam etanol hingga 100 ml Wagner, 1984.

3.3.11 Pereaksi Aluminium klorida 5

Sebanyak 5 g aluminium klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam metanol hingga 100 ml Depkes, 1989.

3.3.12. Pereaksi Asam sulfat 2 N

Asam sulfat pekat sebanyak 18 ml diencerkan dengan air suling secukupnya hingga volume 100 ml Depkes, 1989.

3.3.13. Fase gerak Butanol-Asam asetat-Air BAA

Sebanyak butanol 20 ml, asam asetat 5 ml, air suling 25 ml, diambil lapisan atas. Perbandingan fase gerak untuk BAA yaitu 4: 1: 5 Markham, 1988. Universitas Sumatera Utara

3.3.14. Fase gerak Forestal

Sebanyak 30 ml asam asetat, air suling 10 ml, dan asam klorida 3 ml. Perbandingan fase gerak 30: 10: 3 Markham, 1988.

3.3.15. Pereaksi Asam asetat 50

Asam asetat sebanyak 50 ml diencerkan dalam air suling hingga 100 ml, dibiarkan selama 12 jam Markham, 1988.

3.3.16. Pereaksi Asam asetat 15

Asam asetat sebanyak 15 ml diencerkan dalam air suling hingga 100 ml, dibiarkan selama 5 jam Markham, 1988.

3.3.17. Pereaksi Asam klorida 1

Asam klorida pekat sebanyak 2,7 ml diencerkan dalam air suling hingga 100 ml, dibiarkan selama 5 jam Markham, 1988. 3.4 Pemeriksaan Makroskopik Umbi Bawang Sabrang 3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk luar dari simplisia umbi dari tumbuhan bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr. 3.5 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia 3.5.1 Penetapan Kadar Air Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi destilasi toluen. Dimasukkan 200 ml toluen dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat, lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluen didinginkan selama 30 menit, dan Universitas Sumatera Utara dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml. Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, dimasukkan kedalam labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur sebanyak 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, selanjutnya diatur 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen World Health Organization, 1992. Kadar air = 100 x sampel berat awal volume akhir volume −

3.5.2 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air

Sebanyak 5 g serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dalam campuran 100 ml air-kloroform 2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105 o C sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Depkes, 1989. Kadar sari larut dalam air = 100 x 20 100 x g sampel berat g sari berat Universitas Sumatera Utara

3.5.3 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol

Sebanyak 5 g serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 95 dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105 o C sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol 95 dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Depkes, 1989. Kadar sari larut dalam etanol = 100 x 20 100 x g sampel berat g sari berat

3.5.4 Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 2 g serbuk simplisia ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara lebih dahulu, kemudian diratakan. Krus dipijarkan pada suhu 600ºC selama 3 jam, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu serbuk simplisia dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes, 1989. Kadar abu total = 100 x g sampel berat g abu berat

3.5.5 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam

Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 ml asam klorida 2 N selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, kemudian dicuci dengan air panas. Residu dan kertas saring dipijarkan pada suhu 600ºC sampai Universitas Sumatera Utara bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang dikeringkan Depkes, 1989. Kadar abu tidak larut dalam asam = 100 x g sampel berat g abu berat 3.6 Skrining Fitokimia 3.6.1 Pemeriksaan Alkaloid Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ditimbang kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut: i. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer ii. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff iii. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua dari tiga percobaan diatas Depkes, 1995.

3.6.2 Pemeriksaan Flavonoid

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ditimbang kemudian ditambahkan 10 ml metanol, direfluks selama 10 menit, disaring panas-panas melalui kertas saring. Filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling. Setelah dingin ditambahkan 5 ml eter minyak tanah, dikocok hati-hati, lalu diamkan sebentar. Lapisan metanol diambil, diuapkan pada temperatur 40ºC, sisanya dilarutkan dalam 5 ml etilasetat, disaring. Filtratnya digunakan untuk uji flavonoid dengan cara berikut: i. Sebanyak 1 ml filtrat diuapkan sampai kering, sisa dilarutkan dalam 2 ml etanol 95 , kemudian ditambah 0,5 g serbuk Zn dan 2 ml asam klorida 2 N, didiamkan selama 1 menit. Kemudian ditambahkan 10 tetes asam klorida Universitas Sumatera Utara pekat. Jika dalam waktu 2-5 menit terjadi warna merah intensif menunjukkan adanya flavonoid. ii. Sebanyak 1 ml filtrat diuapkan sampai kering, sisa dilarutkan dalam 2 ml etanol 95 , lalu ditambah 0,1 g serbuk Mg dan 10 tetes asam klorida pekat. Jika terjadi warna merah jingga sampai warna merah ungu menunjukkan adanya flavonoid Depkes, 1989.

3.6.3 Pemeriksaan Glikosida

Sebanyak 3 g serbuk simplisia ditimbang kemudian disari dengan 30 ml campuran etanol 95 dengan air 7:3 dan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks selama 1 jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform 2:3, dilakukan berulang-ulang sebanyak 3 kali. Kumpulan sari air diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50 C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa dimasukkan dalam tabung reaksi, selanjutnya diuapkan diatas penangas air. Sisa dilarutkan dalam 2 ml air suling dan 5 tetes pereaksi molish, kemudian secara perlahan ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Glikosida positif jika terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan Depkes, 1995.

3.6.4 Pemeriksaan Saponin

Sebanyak 0.5 g serbuk simplisia ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin Depkes, 1995. Universitas Sumatera Utara

3.6.5 Pemeriksaan Glikosida Antrakuinon

Sebanyak 0.2 g serbuk simplisia tambahkan dengan 5 ml asam sulfat 2 N, dipanaskan, setelah dingin ditambahkan 10 ml benzen, dikocok dan didiamkan. Lapisan benzen dipisahkan dan disaring. Kocok lapisan benzen dengan 2 ml NaOH 2 N, didiamkan. Lapisan air berwarna merah dan lapisan benzen tidak berwarna menunjukkan adanya antrakuinon Depkes, 1989.

3.6.6 Pemeriksaan Glikosida Sianogenik

Sebanyak 0.5 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam erlenmeyer, dilembabkan dengan air suling. Diselipkan kertas saring yang telah dibasahi natrium pikrat pada mulut erlenmeyer, ditutup, dibiarkan terkena sinar matahari. Jika kertas saring memberikan warna merah, menunjukkan adanya sianogenik glikosida Depkes, 1989.

3.6.7 Pemeriksaan Tanin

Sebanyak 0.5 g serbuk simplisia ditimbang, dididihkan selama 3 menit dalam 10 ml air suling lalu didinginkan dan disaring. Filtrat diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1- 2 tetes pereaksi besi III klorida 1. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Farnsworth, 1966 3.6.8 Pemeriksaan TerpenoidSteroid Sebanyak 1 g serbuk simplisia ditimbang, dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, disaring, filtrat diuapkan dan dimasukkan kedalam 2 lubang pelat tetes masing-masing 3 tetes, kemudian menambahakan setetes asam sulfat pekat dan setetes asam asetat anhidrida kedalam masing-masing pelat tetes, terbentuk warna hijau pada pelat tetes yang ditambahkan setetes asam sulfat dan Universitas Sumatera Utara asam asetat anhidrida menandakan adanya steroid, sedangkan bila terbentuk warna merah atau merah ungu menandakan adanya terpenoid Harborne, 1987.

3.7 Pembuatan Ekstrak

Sebanyak 650 g serbuk simplisia dimasukkan kedalam wadah berwarna gelap, dimaserasi dengan pelarut etanol 80 sampai serbuk terendam sempurna Farnsworth, 1966. Kemudian ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil sesekali diaduk, disaring dan dipisahkan ampasnya Depkes, 1986. Kemudian ampas ditambahkan cairan penyari sampai terendam sebanyak 500 ml, kemudian dilakukan perlakuan yang sama sampai diperoleh maserat jernih. Seluruh maserat digabungkan dan diuapkan menggunakan alat penguap dengan bantuan alat rotary evaporator pada temperatur tidak lebih dari 40 °C sampai diperoleh ekstrak kental Bagan Kerja Ekstraksi Serbuk Simplisia Umbi bawang Sabrang Dimaserasi dengan etanol 80 selama 5 hari diulangi sampai diperoleh maserat jernih Dipekatkan dengan rotary evaporator hingga kental Simplisia Umbi bawang sabrang Maserat Ampas Ekstrak etanol kental - Pemeriksaan makroskopik - PK Air - PK Sari yang Larut dalam Air - PK Sari yang Larut dalam Etanol - PK Abu - PK Abu yang Tidak Larut Skrining Fitokimia Universitas Sumatera Utara

3.8 Isolasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Etanol