Senyawa flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang tersebar jumlahnya dan digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati
gangguan hati, menghambat pendarahan, inhibitor kuat, antihipertensi, antivirus, antiinflamasi dan sitotoksik. Alasan ini yang menjelaskan kenapa tumbuhan yang
mengandung senyawa flavonoid banyak digunakan sebagai obat tradisional Farnsworth, 1966; Robinson, 1995.
Salah satu kandungan senyawa kimia dari umbi tumbuhan bawang sabrang adalah flavonoid dan dapat digunakan sebagai pengobatan kanker payudara.
Wardani, 2009. Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap umbi dari tumbuhan bawang sabrang Eleutherine palmifolia
L. Merr. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, isolasi senyawa flavonoid menggunakan kromatografi kertas KKt
serta identifikasi senyawa hasil isolasi dengan spektrofotometri ultraviolet UV menggunakan pereaksi geser shift reagent.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah senyawa flavonoid yang terdapat pada umbi dari tumbuhan bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr dapat diisolasi dengan metode
KKt? 2. Apakah senyawa flavonoid hasil isolasi dapat dikarakterisasi secara
spektrofotometri UV menggunakan pereaksi geser shift reagent?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Hipotesis
1. Senyawa flavonoid yang terdapat pada umbi dari tumbuhan bawang sabrang
Eleutherine palmifolia L. Merr dapat diisolasi dengan metode KKt. 2.
Senyawa flavonoid hasil isolasi dapat dikarakterisasi secara spektrofotometri UV menggunakan pereaksi geser shift reagent.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengisolasi senyawa flavonoid umbi dari tumbuhan bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr.
2. Melakukan karakterisasi senyawa flavonoid hasil isolasi umbi dari tumbuhan
bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr secara spektrofotometri UV menggunakan pereaksi geser shift reagent.
1.5 Manfaat Penelitian
Sebagai informasi tentang senyawa flavonoid hasil isolasi umbi dari tumbuhan bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Uraian tumbuhan meliputi habitat dan daerah tumbuh, morfologi tumbuhan, sistematika tumbuhan, nama daerah, kandungan kimia dan khasiat.
2.1.1 Habitat
Terna bawang sabrang berasal dari Amerika tropis, di Jawa dipelihara sebagai tanaman hias dan di beberapa tempat tumbuh liar antara 600 hingga
1500 m di atas permukaan laut, kadang-kadang didapati dalam jumlah besar di pinggir-pinggir jalan yang berumput dan di dalam kebun-kebun teh, kina dan
karet Heyne, 1987; Ogata, 1995.
2.1.2 Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan ini merumpun sangat kuat, tinggi 26 hingga 50 cm. Umbi berbentuk bulat telur memanjang, berwarna merah dan tidak berbau. Bunga
berwarna putih, mekar jam lima sore hari, dan menutup kembali pada jam tujuh. Daun mirip dengan daun anggrek tanah, hijau bergerigi dengan lebar beberapa jari
Juhara, 2009. Daun tunggal, letak daun berhadapan, warna daun hijau muda, bentuk daun sangat panjang dan meruncing acicular, tepi daun halus tanpa
gerigi entire, pangkal daun berbentuk runcing acute dan ujung daun meruncing acuminate permukaan daun atas dan bawah halus glabrous, tulang daun
paralelsejajar Krismawati dan Sabran, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Sistematika Tumbuhan
Sistematika dari tumbuhan bawang sabrang Tjitrosoepomo, 2007 adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Liliales
Famili : Iridaceae
Genus : Eleutherine
Spesies : Eleutherine palmifolia L. Merr.
2.1.4 Nama Daerah
Nama daerah dari tumbuhan bawang sabrang adalah sebagai berikut: bawang hantu Kalimantan; brambang sabrang, luluwan sapi, teki sabrang,
bebawangan beureum, bawang siem Jawa; bawang kapal Sumatera.
2.1.5 Kandungan Kimia
Bawang sabrang mengandung senyawa-senyawa yang meliputi alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, triterpenoidsteroid dan tanin Galingging, 2009.
2.1.6 Khasiat
Umbi tumbuhan bawang sabrang digunakan sebagai diuretik, pencahar, antiemetik. Rebusan umbi sebagai astringen, menyembuhkan disentri, hati dan
penyakit kelamin. Daunnya digunakan sebagai antipiretik dan antiemetik Ogata, 1995. Menurut Kusuma, dkk., 2010, komponen aktif tumbuhan ini mempunyai
aktivitas sebagai antidermatofit, antimelanogenesis dan antikanker.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C
15
terdiri atas dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga satuan karbon Sastrohamidjojo,
1996; Markham, 1988; Manitto, 1992. Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C
6
-C
3
-C
6
. Artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C
6
disambungkan oleh rantai alifatik tiga-karbon Robinson, 1995. Gambar struktur kerangka dasar flavonoid dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Struktur Kerangka dasar flavonoid
Flavonoid mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga- karbon dengan cincin benzen Robinson, 1995. Setiap cincin diberi tanda: A, B
dan C; atom karbon dinomori dengan angka biasa pada cincin A dan C, serta angka beraksen untuk cincin B Markham, 1988. Gambar struktur flavonoid
dengan kerangka penomoran dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Struktur flavonoid dasar dengan kerangka penomoran
Universitas Sumatera Utara
Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida. Aglikon flavonoid mungkin saja terdapat dalam beberapa bentuk
kombinasi glikosida dalam satu tumbuhan, sehingga dalam menganalisis flavonoid biasanya lebih baik bila kita memeriksa aglikon yang terdapat dalam
ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis dari pada mengamati bentuk glikosidanya yang rumit Harborne, 1987. Menurut Robinson 1995, senyawa
flavonoid dapat dibedakan menjadi :
1. Flavon dan Flavonol
Flavon dan flavonol merupakan pigmen berwarna kuning yang tersebar secara luas pada tumbuhan tinggi Robinson, 1995; Tyler, et al., 1976. Flavon
sering terdapat sebagai glikosida. Aglikon flavonol yang umum, yaitu : kaemferol, kuersetin dan mirisetin. Flavon juga terdapat sebagai glikosida tetapi jenis
glikosidanya lebih sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol. Jenis yang paling umum yaitu: 7-glukosida. Flavon berbeda dengan flavonol karena pada
flavon tidak terdapat gugus 3-OH. Hal ini mempengaruhi serapan UV, gerakan kromatografi, serta reaksi warnanya, dan karena itu, flavon dapat dibedakan dari
flavonol berdasarkan ketiga sifat tersebut Harborne, 1987. Gambar struktur flavonoid dari flavon dan flavonol dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3.a. Struktur Flavon Gambar 2.3.b. Struktur Flavonol
Universitas Sumatera Utara
2. Isoflavon
Isoflavon merupakan golongan flavonoid yang langka dan umumnya terdapat pada anak suku Leguminosae Papilionoideae Harborne, 1987.
Beberapa isoflavon memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan tampak sebagai bercak lembayung pudar
yang dengan amonia berubah menjadi coklat pudar Harborne, 1987. Gambar struktur flavonoid dari isoflavon dapat dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. Struktur Isoflavon
3. Flavanon dan Flavanonol
Senyawa ini hanya terdapat dalam jumlah yang sedikit sekali jika dibandingkan dengan golongan flavonoid lainnya. Kedua senyawa ini tidak
berwarna atau hanya kuning sedikit. Beberapa glikosida flavanon atau dihidroflavon yang dikenal, yaitu: hesperidin dan naringin, sedangkan flavanonol
atau dihidroflavonol merupakan flavonoid yang paling kurang dikenal dan tidak diketahui apakah senyawa ini terdapat sebagai glikosida Robinson, 1995.
Gambar struktur flavonoid dari flavonon dan flavononol dapat dilihat pada gambar 2.5.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5.a. Struktur Flavanon
Gambar 2.5.b. Struktur Flavanonol
4. Antosianin
Antosianin merupakan zat warna yang paling penting dan tersebar paling luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah
penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak, merah, merah senduduk, ungu dan biru dalam daun, bunga dan buah pada tumbuhan tinggi
Harborne, 1987; Bohm, 1998. Antosianin selalu terdapat sebagai glikosida dan bila antosianin dihidrolisis dengan asam akan terbentuk antosianidin yang
merupakan aglikon dari antosianin Robinson, 1995; Salisbury and Ross, 1995. Antosianin yang paling umum, yaitu sianidin yang berwarna merah lembayung
Harborne, 1987. Gambar struktur flavonoid dari antosianin dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6. Antosianidin
5. Auron dan Kalkon
Auron dan kalkon merupakan pigmen kuning yang bila dideteksi dengan uap amonia akan menghasilkan warna jingga atau merah. Salah satu kalkon yang
umum, yaitu: butein, dan salah satu auron yang umum, yaitu: aureusidin. Keduanya terdapat di alam sebagai glikosida dan terdapat khas dalam suku
Universitas Sumatera Utara
Compositae Harborne, 1987. Gambar struktur flavonoid dari auron dan kalkon dapat dilihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.7.a. Struktur Auron Gambar 2.7.b. Struktur Kalkon
2.3 Ekstraksi