1. Latar Belakang Masalah Politik Dan Sastra: Suatu Studi Hermeneutika Terhadap Karya Sastra Djaga Depari.

BAB I PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah

Politik yang sesungguhnya tak terpisahkan dari kehidupan dan sebaliknya. Mereka yang menganggap dirinya tak berpolitik tidak lain karena telah berpadu dengan politik yang berlaku, maka tidak merasa lagi, dianggap sudah sewajarnya. Terutama di masa sejarah, hampir semua karya sastra adalah berpolitik tentu saja orang perlu membukakan pengertiannya dan menerima kenyataan, bahwa politik bukan kepartaian, tetapi segala sesuatu yang berhubuangan dengan kekuasaan. Selama orang hidup didalam masyarakat, selama itu dia ikut serta dalam politik. Dalam sastra jawa Mahabharata, Ramayana, Arjuna Wiwaha, Bharatayuda, Lubdaka,dan seterusnya sampai pun pada negara kertagama, bukankah itu mengagungkan kekuasaan yang berlaku pada masanya, maka juga berarti karya politik sekaligus karya sastra. Kutipan dari Novel Nyanyi Sunyi Seorang Bisu karya Pramoedya Ananta Toer di atas menyiratkan betapa politik dan sastra memang sulit dipisahkan. Sastra sebagaimana politik, adalah bagian dari masyarakat yang saling mewarnai satu sama lain, saling mengangkat, tapi kadang juga saling menjatuhkan. Politik sendiri adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.Berdasarkan teori pragmatik, sastra dapat dipandang sebagai sarana untuk menyampaikan kepentingan dan tujuan tertentu kepada publik penikmatnya. Jenis Universitas Sumatera Utara karya sastra dalam konteks ini memiliki kegunaan praktis, dalam arti langsung dirasakan manfaatnya. Salah satu tujuan yang menjadi muatan itu adalah tujuan yang bersifat politis. Sebagai contoh syair-syair lagu, ketoprak, ludruk, dan sebagainya ditampilkan untuk membawa misi atau tujuan tertentu, misalnya propaganda calon pimpinan partai, bupati, gubernur, presiden, dan sebagainya. Atau pertunjukan teater, karikatur, atau karya sastra yang mengangkat masalah- masalah politik sebagai temanya. Tentu hal ini sah-sah saja mengingat sastra dapat dipandang sebagai suatu alat untuk menyampaikan hal- hal yang diinginkan penyajinya, bahkan kadang-kadang unsur politik itu sendiri dapat menjadi warna tersendiri yang menjadi ciri khas sebuah karya sastra yang diciptakan setidaknya dalam suatu era tertentu seperti dalam novel-novel Pramoedya, puisi-puisi Chairil, lukisan-lukisan Sudjojono, Affandi, atau bahkan seorang penyair asal tanah karo Djaga Depari. Seni adalah satu bentuk ungkapan yang indah dari isi kehidupan. Isi kehidupan diungkap, diangkat, diterjemahkan dan dituangkan dalam aneka bentuk yang indah sebagai seni sastra, seni lukis, seni drama, seni musiksuara, dan sebagainya. Seni juga satu bentuk kecakapan yang tinggi dalam membawa satu ide di atas jalan yang rumit dan merealisasi secara tepat sampai pada tujuannya. Kesenian tidak pernah berdiri sendiri dan lepas dari kondisi sosial budaya masyarakatnya. Sebagai salah satu unsur budaya yang penting, kesenian merupakan ungkapan kreatifitas dari kebudayaan itu sendiri. Masyarakat yang menyangga kebudayaan dan kesenian selalu dapat menciptakan, memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan dan mengembangkannya untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru. Akan tetapi, masyarakat adalah suatu perserikatan manusia yang mana kreatifitas masyarakat berasal dari manusia-manusia yang mendukungnya Umar Kayam, 1981 : 38-39. Manusia tidak pernah lepas dari kebudayaan karena masyarakat turut mengambil andil dalam kebudayaan tersebut dengan cara menjadi bagian dari setiap fase-fase kehidupannya. Seni yang merupakan bagian dari kebudayaan, di dalamnya terdiri dari para pelaku seni atau seniman, manajer, pencipta atau Universitas Sumatera Utara pengkreasi seni. Di antara para pekerja seniyang pernah mengabdikan hidupnyasebagai penghasil karyaseni, adayangbegitu menonjol dikenaloleh karena karyayangmereka hasilkan. Dalam tulisan ini akan diangkat tema-tema dari lagu karya DjagaDepari. Djaga Depari adalah seorang komponis nasionalyang berasal dari Tanah Karo.Djaga Depari lahir pada 5 Mei 1922 di Desa Seberaya,Kecamatan Tiga Panah,Kabupaten Karo. Ayah Djaga Depari bernama Ngembar Sembiring Depari seorangmandor besarWer bas elkawePekerjaan Umum Deli Hulupada masa penjajahanBelanda. Ibu Djaga Depari bernama Siras 1 Br Karo Sekali. Djaga Depari merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Berikut adalah nama-nama saudara-saudari DjagaDepari 2 : 1.Tempat BrDepari, 2.Djalim Depari, 3.NengeniBr Depari, 4.Ngasali Br Depari, dan 5.Senter Br Depari. 1 Di kalangan masyarakat Karo termasuk juga Tapanuli, khususnyauntuk parawanita, pada namanya ditambahkan kataBerubahasa Karo,dimasyarakat Tapanuli disebutBorudidepan marganyadan biasanya disingkatmenjadiBr. 2 Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” RobertPerangin-angin 2009 : 12 Universitas Sumatera Utara Djaga Depari menikah pada tahun 1943 pada usia 21 tahun. Beliau menikahi impal 3 nya yang bernama Djendam Br Pandia, anak kedua dari lima bersaudara dari keturunan pamannya yang bernama Dokan Pandia yang bekerja sebagai petani pada saat itu. Dari pernikahan ini Djaga Depari dan istrinya dikaruniai tujuh orang anak empat laki-laki dan tiga perempuan. Berikut adalah nama-nama dari putra-putri Djaga Depari 4 : 1. Sadarman Depari, lahir pada tanggal 11 Desember 1944 di Desa Seberaya 2. Sutrisno Depari, lahir pada tanggal 24 November1946 di Desa Seberaya 3. Maya Rita Br Depari, lahir pada tanggal 4 Mei 1953 di Desa Seberaya 4. AgustinaBr Depari, lahir pada tanggal 17 Agustus 1959 di Desa Seberaya 5. Junita Br Depari, lahir pada tanggal 17 Juni 1960 di Kabanjahe 6. Waktu Depari, lahir pada tanggal 10 Juni1962 di Kabanjahe 7. Ngapuli Depari, lahir pada tanggal 17 Juni 1963 di Kabanjahe Pada tahun 1935 Djaga Depari mengawali pendidikannya di sekolah dasar. Pada saat itu Djaga Depari dimasukkan ke sekolah Belanda yang bernama ChristelijkHollandsch InlandcheSchoolChristelijk HIS 5 , salah satu sekolah unggulan di Kabanjahe. Setelah menamatkan sekolah di Christelijk HIS ini, Djaga Depari melanjutkan jenjang pendidikan ke sekolah HIS lanjutan di kota Medan. Ketika duduk dibangku HIS lanjutan inilah Djaga Depari dan beberapa kawan sekolahnya membentuk satu kelompok musik. Di kelompok musik ini Djaga Depari memegang alat musik biola. Djaga Depari tidak mempunyai pendidikan khusus di bidang musik tetapi sangat piawai menggesek dawai biola. Dia 3 Anak perempuan dari paman, saudara laki-laki dari ibu 4 Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” RobertPerangin-angin 2009 : 36-39 5 Ibid, Hal 15 Universitas Sumatera Utara mengandalkan biola dalam membentuk komposisi not-not lagu karyanya. Lagu- lagu yang dibawakan Djaga Depari di kelompok musik ini adalah lagu-lagu populer pada saat itu yang bukan berbahasa Indonesia yaitu lagu barat Perancis, Spanyol, Italia. Pada periode inilah Djaga Depari mulai mencoba mengarang beberapa buah lagu. Djaga depari menamatkan sekolah di HIS lanjutan ini pada tahun 1939. Walaupun Djaga Depari gemar memainkan lagu-lagu barat, lagu- lagu yang beliau ciptakan kebanyakan berbahasa Karo. Banyak sekali lagu-lagu berbahasa Karo yang kita kenal sekarang merupakan karya Djaga Depari. Lagu- lagu karya Djaga Depari ini diciptakan pada masa penjajahan dan setelah kemerdekaanIndonesia. Dari data yang didapat pada masa penjajahan Jepang sekitar tahun 1942 Djaga Depari mencipta sejumlah lagu di antaranya Tanah Ersuki, Ranting Jabi-jabi, Anak U-we, Naki-naki, Kanam-kanam, Regi-regi, Jolah jemole, Perbaju Joe, Berngi Singongo,Persentabin, Sada Kata, Pergawah dan Angin Si Lumang 6 . Sedangkan pada masa kemerdekaan, Djaga Depari juga mencipta sejumlah lagu. Beberapa diantaranya adalah Famili Taksi, Padang Sambo, Sora Mido, Tanah karoSimalem, Rudang Mejile, Roti Manis, Tiga Sibolangit, Lasam-lasam, Make Ajar, Pecat-pecat Seberaya, Didong-didong Padang Sambo, Io-io Beringin, Andiko Alena, Sue-sue dan Rudang-rudang . 7 Sampai saat ini, masyarakat Karo masih banyak yang menggunakan lagu- lagu karya Djaga Depari dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan lagu tersebut mencakup banyak hal seperti sebagai lagu pengiring dalam upacara adat, sebagai 6 Ibid Hal.29 7 Ibid, Hal.46 Universitas Sumatera Utara koleksi pribadi, sebagai media hiburan dan lain-lain. Hal itu berhubungan dengan tema-tema yang tersirat dalam lagu-lagu karya Djaga Depari tersebut. Djaga Depari tidak hanya menulis lagu-lagu romantika kehidupan masyarakat Karo tetapi beliau juga menuliskan lagu-lagu tentang perjuangan masyarakat Karo menentang penjajahan bangsa asing. Apabila semangat patriotisme Djaga Depari tergugah, maka lagu yang diciptakannya menjadi sangat berbeda. Kesan kesenduan lagu-lagu Karo berubah menjadi hentakan yang bersemangat ingin membebaskan diri dari belenggu ketertindasan. Salah satu lagunya adalah “Erkata Bedil Dentuman Senjata“. Lagu Erkata Bedil ini menggambarkan semangat perjuangan yang beliau embankan kepada para pemuda Karo untuk ikut mengangkat senjata melawan penjajah di tanah Karo walaupun para pemuda itu sedang dilanda asmara. Lagu ini kemudian menjadi lagu nasional perjuangan rakyat Indonesia. Selain itu pada lagu “Kemerdekaanta” karya Djaga Depari juga tersirat makna-makna perjuangan rakyat. Dalam lirik lagu ini dilukiskan bahwa seorang pemuda berkata kepada kekasihnya “bila kelak kita telah mendapat kemerdekaan, maka kita akan bersatu dalam pelaminan”. Karya-karya Djaga Depari yang bertemakan perjuangan masyarakat Karo ini kemudian membuat pemerintah Indonesia memberikan gelar kepadanya sebagai Komponis Nasional. Untuk mengabadikan pengabdiannya, pemerintah propinsi Sumatera Utara diprakarsai oleh Lembaga Permusyawaratan Kebudayaan Karo LPKK Sumatera Utara mendirikan satuh monumen Djaga Depari di kota Medan yang terletak di persimpangan jalan Iskandar Muda Medan. Djaga Depari telah mempersembahkan yang terbaik yang ada di dirinya untuk masyarakat Karo khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Beliau Universitas Sumatera Utara juga dikenal sangat konsisten dalam karya-karyanya. Konsistensi 8 pemikiran DjagaDepari ini jugaakan diangkat dalam tulisan ini. Pembahasannya akan berlanjut pada pengaruh situasi ekonomi, politik, sosial budaya pada masa hidup Djaga Depari terhadap pemikiran Djaga Depari dalam karya-karyanya. Maksudnya disini adalah apakah situasi ekonomi,politik dan sosial budaya mempengaruhi pemikiran Djaga Depari dalam penciptaan karya.Hal ini juga nantinya akan berkaitan dengan tema yang muncul dalam lagu-lagukarya Djaga Depari. Pertanyaan yang muncul adalah apakah sastra yang di tampilkan akan mendapat respon estetik dari publik sebagai pemberi nilai pada sebuah karya sastra di tengah muatan-muatan bersifat politis yang menyertainya ? Mungkin akan sulit terjawab karena semua itu ada pada nilai yang diberikan oleh masyarakat sebagai apresiator, tapi dalam sejarah semua itu seolah melebur dan sastra tetaplah sebagai sastra terlepas bahwa sastra dalam kenyataannya sering mendapat muatan politik. Sebagai contoh tidak bisa dipungkiri karya-karya Djaga Depari di era 1945, telah banyak membangun pergerakan-pergerakan politik masyarakat karo pada khususnya dalam menyadari pentingnya sebuah kemerdekaan. Bukti sejarah tersebut dapat dijadikan sebagai bukti bahwa karya sastra dapat memberi pengaruh politis dalam upaya mencapai suatu tujuan yang bersifat politis. Sastra akan tetap indah dan bernilai ditengah muatan-muatan yang menyertainya sepanjang sastra tidak keluar dari pakem- pakemnya. Justru disinilah tantangan bagi seorang pencipta karya sastra untuk 8 Berasal dari kata konsisten : tetap, selaras, sesuai sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia on line Universitas Sumatera Utara dapat mengolah sebuah muatan politik sebagai sumber kekayaan estetis yang dikandungnya. Dari latar belakang masalah di atas penulis tertarik meneliti penelitian dengan judul “Politik Dan Sastra : Suatu Studi Hermeneutika terhadap Karya Sastra Djaga Depari” I. 2. PERUMUSAN MASALAH Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian menarik, penting dan perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang menyatakan pertanyan-pertanyaan peneliti apa saja yang perlu dijawab atau dicari pemecahannya. Atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan pertanyaan lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah. 9 Dalam menganalisis karya-karya beliau tentu diperlukan telaah yang mendalam yang didapat dari pendapat dan pernyataan yang dikemukan oleh Djaga Gapari melalui karya-karyanya. Dimana karya-karyanya tersebut digabungkan dan dianalisis sehingga membentuk sebuah paparan dan gambaran yang jelas. Berdasarkan yang telah dipaparkan dalam latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah : Bagaimana pemikiran politik Djaga Depari jika ditafsirkan dari karya-karyanya. 9 Husani Usman dan Purnomo. Metodologi Penelitian Ilmu Sosial, Bandung : Bumi Aksara. 2004, hal 26. Universitas Sumatera Utara I. 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I. 3. 1 Tujuan Penelitian