Tinjaun Umum Terhadap Penyelesaian Sengketa

masyarakat. Sistem pengadilan dianggap institusi yang tidak memenuhi kebutuhan di atas. Bila menyimak sejarah perkembangan Alternative Dispute Resolution ADR di Negara tempat pertama kali dikembangkan Amerika Serikat, pengembangan Alternative Dispute Resolution ADR dilatarbelakangi oleh kebutuhan sebagai berikut : a. Mengurangi kemaceta di pengadilan, banyaknya kasus yang diajukan ke pengadilan, menyebabkan proses pengadilan sering kali berkepanjangan, sehingga memakan biaya yang tinggi dan sering memberikan hasil yang kurang memuaskan ; b. Meningkatkan ketertiban masyarakat dalam proses penyelesaian sengketa; c. Memperlancar serta memperluas akses pengadilan ; d. Memberikan kesempatan bagi tercapainya penyelesaian sengketa yang menghasilkan keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak dan memuaskan. 31

B. Tinjaun Umum Terhadap Penyelesaian Sengketa

Dalam kosa kata Inggris terdapat 2 dua istilah, yakni “Conflict” dan “Dispute”. Keduakosa kata tersebut pada umumnya sama –sama mengandung pengertian tentang adanya perbedaan kepentingan di antara kedua belah pihak atau lebih, tetapi secara khususkeduanaya dapat dibedakan. Kosa kata conflict 31 William Ury, J.M. Brethh dan S.B. Goldberg, Gretting Dispute Resolved, sebagaimana dikutip Ibid. hlm 35 Universitas Sumatera Utara sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “konflik”, sedangkan kosa kata “dispute” dapat diterjemahkan dengan kosa kata “sengketa”. Konflik dapat diartikan sebagai suatu situasi dimana 2 dua pihak atau lebih dihadapkan pada perbedaan kepentingan, tidak akan berkembang menjadi sebuah sengketa apabila pihak yang merasa dirugikan hanya memendam perasaan tidak puas atau keprihatinan. Sebuah konflik berubah atau berkembang menjadi sebuah sengketa, bilamana pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas atau keprihatinannya, baik secara langsung kepada pihak ynag dianggap sebagai penyebab kerugian atau kepada pihak Lain. Dari penjelasan tentang pengertian konflik diatas, dapatlah diaartikan Sengketa merupakan keadaan dimana pihak yang merasa dirugikan atas konflik yang terjadi dengan pihak lain menyatakan ketidakpuasaannya tersebut dengan jalan melakukan suatu perbuatan tertentu. Dalam persengketaan, perbedaan pendapat dan peredebatan yang berkepanjangan biasanya mengakibatkan kegagalan mencapai kesepakatan. Keadaan seperti ini biasanya berakhir dengan putusanya jaur komunikasi yang sehat, sehingga masing – masing pihak mencari jalan keluar tanpa memikirkan nasib ataupun kepentingan pihak lainnya. Untuk mencegah hal tersebut,maka diperlukan suatu pola penyelesaian sengketa yang efektif. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak untuk dapat dilakukannya proses penyelesaian sengketa adalah bahwa para pihak yang bersengketa harus sama – sama memperhatikan atau menjunjung tinggi hak untuk mendengar dan hak untuk didengar. Dengan persyaratan tersebut proses Universitas Sumatera Utara pencarian titik temu common guard baru dapat berjalan. Jika tanpa kesadaran tentang pentingnya langkah ini, proses penyelesaian sengketa tidak akan berjalan dalam arti yang sebenarnya. Ada 3 tiga faktor utama yang mempengaruhi proses penyelesaian sengketa, yaitu ; 1. Kepentingan Interest 2. Hak – hak Rights , dan 3. Status kekuasaan power. Ada beberapa dinamika penyelesian sengketa dalam kehidupan masyarakat dunia, yaitu : 32

1. Proses adjudikasi Adjudicative Processes

a. Litigasi Litigation

Litigasi adalah proses gugatan atas sesuatu konflik yang diritulisasikan untuk menggantikan konflik sesungguhnya, di mana para pihak memberikan kepada seorang pengambil keputusan dua pilihan yang bertentangan. Litigasi merupakan proses yang sanagat dikenal familiar bagi para lawyer, dengan karakteristik adanya pihak ketiga yang mempunyai kekuatan untuk memutuskan impose solusi diantara para pihak yang bersengketa. Litigasi diartikan sebagai proses administrasi dan peradilan court and admninistrative proceedings. 32 Ibid. hlm. 23–31. Universitas Sumatera Utara

b. Arbitrase Arbitration

Di dalam arbitrase, para pihak menyetujui untuk menyelesaikan sengketanya kepada pihak netral yang mereka pilih untuk membuat keputusan. Arbitrase adalah salah satu bentuk adjudikasi privat. Dalam beberapa hal arbitrase mirip dengan adjudikasi publik dan sama – sama memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan. Perbedaan arbitrase dengan litigasi melalui pengadilan adalah dilibatkannya litigasi sengketa pribadi dalam arbitrase. Sifat pribadi dari arbitrase memberikan keuntungan – keuntungan melebihi adjudikasi melalui pengadilan negri. Arbitrase pada dasarnya menghindari melalui Pengadilan Negeri. Dalam kaitan ini, dibandingkan dengan adjusikasi publik, arbitrase lebih memberikan kebebasan, pilihan, otonom dan kerahasiaan kepada para pihak yang bersengketa. Arbitrase dapat lebih cepat dan murah dibandinkan dengan adjudikasi public karena para pihak secara efektif memilih hakim mereka. Mereka tidak perlu antri meunggu pemeriksaan perkaranya oleh pengadilan. Pada sebagianbesar yurisdiksi, hal tersebut betul – betul merupakan suatu penantian yang panjang. Arbitrase juga cenderung lebih informal dibandingkan adjudikasi publik, prosedurnya tidak begitu kaku dan lebih dapat menyesuaikan. Karena arbitrase tidak sering mengalamipenundaan dan prosedur pada umumnya lebih sederhana, arbitrase mengurangi biaya – biaya berhubungan dengan adjudikasi public. Universitas Sumatera Utara

2. Proses Konsensus Consensus Processes

a. Ombudsman Ombudsman adalah sebutan unuk suatu badan atau institusi yang tugasnya meng –investigasi keberatan dan mencegah terjadinya sengekta para pihak atau memfasilitaskan pemecahan masalahnya. Metode yang digunakan dalam ombudsman adlah investigai, publikasi, dan rekomendasi. b. Pencari Fakta Bersifat Netral Neutral Fact Findinga Fact finding sering disebut sebagai neutral fact finding atau pencari fakta yang bersifat netral. Dalam beberapa perkara yang benar – benar rumit, para pihak sebenarnya tidak bersengketa mengenai hukum ataupun mengenai penerapan hukum terhadap fakta – fakta, namum mereka bersengketa mengenai objektivitas fakta – fakta. Ha ini kadangkala merupakan perkara dengan perosoalan – pesoalan teknis atau ilmu yang kompleks. c. Alternative Penyelesaian Sengketa Alternative Dispute Resolution ADR merupakan alternative penyelesaian sengketa yang dilakukan di luar pengadilan ordinary court. Hal ini akan saya jelaskan lebih lanjut pada pembahasan tersendiri dalam skripsi ini.

3. Proses Adjudikasi Semu Quasi Adjudicatory Processes

Di amerika serikat, alternatif penyelesaian sengketa merupakan bidang yang paling berkembang. Berbagai macam proses yang dirancang diterapkan untuk mendorong pihak yang berpekara menyelesaiakan sengketanya melalui Universitas Sumatera Utara alternatife yang tersedia dan tidak hanya menyerahkannya kepada pengadilan. Hal ini mengurangi beban perkara di pengadilan . para pihak yang berpekara mencari cara penyelesaian yang menguntungkan baginya. Dengan demikian mereka dapat menghindari hasil pemeriksaan yang merugikan . Proses – proses berikut ini dirancang untuk memberikan suatu pandangan yang lebih objektif terhadap sengekta kepada pihak yang berepekara dibandingkan apabila mereka merancangnya sendiri. 33 a. Mediasi – Arbitrase Med – Arb 34 b. Persidangan Mini Mini Trial 35 c. Pemeriksaan Juri secra Sumir Summary Jury Trial 36 d. Evaluasi Netral Secara Dini Early Neutral Evaluation 37 33 Sudargo Gautama, Arbitrase Dan Mediasi Hak Milik Intelektual WIPO, Bandung PT. Citra Aditya Bhakti, 1996, hlm. 96 34 Mediasi – Arbitrase adalah proses penyelesain sengketa campuran yang dilakukan setelah proses mediasi tidak berhasil. jika para pihak tidak mencapai kesepakatan secara mediasi, mereka dapat melanjutkan pada proses penyelesaian sengekta secara arbitrase 35 Pemeriksaan mini hampir sama dengan pemeriksaan juri secara sumir, bedanya hanya Tanpa ada juri penasehat advisory jury . Dalam proses ini pengacara membuat suatu presentasi ringkas mengenai perkara masing–masing pihak dihadapan suatu panel yang terdiri atas wakil masing–masing pihak untuk merundingkan dan menyelesaikan perkara tersebut 36 Model pemeriksaan ini merupakan adaptasi dari beberapa konsep persidangan mini mini trial concepts . Dalam pemeriksaan juri secara sumir, pengacara membuat suatu presentasi ringkas tentang perkara mereka dihadapan juri penasehat, bukan juri adjudikasi. Juri memberikan perimbangan atas infprmasi – informasi yang dipresentasikan pengacara. Para pihak memepertahankan hak pemeriksaan mereka. Apabila mereka tidak memperoleh suatu penyelesaian, mereka dapat menyidangkan perkaranya. Jadi pemeriksaan juri secara sumir merupakan suatu sarana yang dimaksudkan untuk menghemat waktu pengadilan dan sumber daya. Yang lebih penting lagi, proses ini mirip dengan proses litigasi penuh, karena para pihak hars mempersipakan perkara mereka secara utuh seolah – olah mereka akan menyidangkannya. 37 Berdasarkan prosedur ini, setelah suatu pihka mendaftarkan perkaranya, pengadilan segra menunjukan seorang pengacara yang netral dan berpengalaman dalam menilai materi atau pokok perkara on the metris . Tujuan evaluas netral secara dini adalah untuk memberikan para pihak yang berpekara suatu pandangan yang objektif mengenai perkara masing – masing. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui 2 dua proses. Proses penyelesaian sengketa tertua ialah melalui Proses Litigasi di dalam pengadilan, kemudian berkembang proses penyelesaian sengketa melalui kerjasana kooperatif di luar pengadilan. Proses litigasi menghasilkan kesepakatan yang bersifat adversarial yang belum mampu merangkul kepentingan bersama, cenderung menimbulkan masalah baru, lambat dalam penyelesaiannya, membutuhkan biaya yang mahal, tidak responsif dan menimbulkan permusuhan diantara oihak yang bersengketa. Sebaliknya melalui proses di luar pengadilan menghasilkan kesepakatan yang bersifat “wi–win solution”, dijamin kerahasian sengketa para pihak, dihindari keterlambatan yang diakibatkan karena prosedural dan administratif, menyelesaikan masalah secara komprehensif dalam kebersamaan dan tetap menjaga hubungan baik. Akan tetapi, di negara – negara tertentu proses peradilan dapat lebih cepat. Salah satu kelebihan proses non- litigasi ini terletak pada sifat kerahasiannya karena persidangan dan bahkaan hasil keputusan pun tidak dipublikasikan. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini umumnya dinamakan dengan Alternative Dispute Resoulution ADR . 38 Ada yang mengatakan kalau Alternative Dispute Resoulution ADR ini merupakan siklus gelombang ketiga penyelesaian sengketa bisnis. Penyelesaian sengketa bisnis pada era globalisasi dengan cir “ moving quickly “, menuntut cara–cara yang informal procedure and be put in motion quickly’. Sejak Tahun 1980 di berbagai Negara Alternative Dispute resolution ADR dikembagka 38 Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Bandung; PT. Citra Aditya Bhakti, 2003 , hlm.3. Universitas Sumatera Utara sebagai jalan terobosan alternative atas kelemahan penyelesaian litigasi dan arbitrase, mengakibatkan terkurasnya sumber daya, dana, waktu , pikiran dan tenaga eksekutif, malahan menjerumuskan usaha kea rah kehancuran. 39 Atas dasar itulah dicarikan pilihan lainnya dalam menyelesaikan sengketa di luar proses litigasi. Alternative Dispute Resolution ADR merupakan suatu istilah asing yang perlu dicarikan padanannya dlam bahasa Indonesia. Berbgai istilah dalam bahasa Indonesia telah diperkenalkan dalam berbagai forum oleh berbagai pihak, seperti Pilihan Penyelesaian Sengketa PPS, Mekanise Alternatif Penyelesaian Sengketa MAPS, Pilihan Penyelesaian Sengketa PPS di luar pengadilan, dan mekanisme penyelesain sengketa secara kooperatif. 40 Serta ada juga yang mengartikan dengan pengelolaan konflik secra kooperatif cooperation conflict management . Dengan demikian dilihat dari beberapa peristilahan di atas, maka sesungguhnya Alternative Dispute Resoulution ADR merupakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dilakukan secra damai. Undang – undang Nomor 30 Tahun 1999 mengatur secara panjang lebar tentang arbitrase, memperlihatkan kepada kita bahwa sebenarnya undang – undang tersebutjuga menekankan kepada penyelesaian sengketa alternatif berbentuk mediasi dengan pemakaian tenaga ahli. Bahkan tidak menutup kemungkinan penyelesaian sengketa melalui alternatif – alternatif lain. 41 39 M.Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan Dan Penyelesaian Sengketa, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1997 hlm. 280 - 281 40 Suyud Margono, Alternative Dispute resolution ADR dan Arbitrase, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000, hlm. 35 – 36. 41 Munir Fuady, Arbitrse Nasioanal : ALternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 3 Universitas Sumatera Utara Pasal 6 Undang – undang Nomor 30 Tahun 1999 mengatur mengenai pilihan penyelesaian sengketa melalui musyawarah para pihak yang bersengketa, dibawah title “ Alternatif Penyelesaian Sengketa”; yang marupakan terjemahan dari Alternative Dispute Resolution ADR . Pengertian Alternative Dispute Resolution ADR di sini adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesain sengketa di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli. Dengan demikian, jelaslah yang dimaksud dengan Alternative Dispute Resolution ADR dalam perspektif Undang – Undang Nomor 30 Tahun 199 itu adalah suatu pranata penyelesain sengketa di laur pengadilan berdasarkan kesepakatan para pihak dengan mengesampingkan penyelesaian sengketa secara litigasi di pengadilan. Penggunaan pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan tersebut bukan suatu yang harus dilakukan atau dijalankan terlebih dahulu. Hukum melalui Undang – undang Nomor 30 Tahun1999 telah menyediakan beberapa pranata Pilihan Penyelesaian Sengketa PPS secara damai yang dapat ditempuh para pihak untuk menyelesaiakan sengketa atau beda pendapat perdata mereka, apakah mendayagunakan pranata konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi,atau penilaian ahli. Pilihan Penyelesaian Sengketa PPS di luar pengadilan hanya dapat ditempuh bila para pihak menyepakati penyelesaian melalui pranata Pilihan Penyelesaian Sengketa PPS . Universitas Sumatera Utara Sengketa atau beda pendapat yang dapat diselesaikan oleh para pihak melalui Pilihan Penyelesaian Sengketa PPS hanyalah sengketa atau beda pendapat di bidang perdata saja. Penyelesaian dalam bentuk perdamaian ini hanya akan mencapai tujuan dan sasarannya bila didasarkan pada itikad baik di antara para pihak yang bersengketa atau berbeda pendapat dengan mengesampingkan penyelesaian sengketa secara litigasi di Pengadilan Negeri. Pertama, penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui Pilihan Penyelesaian Sengketa PPS diselesaikan dalam penemuan langsung oleh para pihak negoisasi sebagai tahap pertama. Dalam waktu paling ama 14 empat belas hari sejak negosiasi perundingan dilakukan, para pihak harus sudah dapat mengambil putusan yang dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis. Seandainya penyelesian sengketa melalui perundingan tadi tidak menghasilkan apa–apa, maka atas kesepakatan tertuli, para pihak menujukanatau meminta bantuan seseorang atau lebih penasehat ahli maupun seorang mediator untuk menyelesaikan sengketa atau beda pendapat para pihak. Penasehat ahli atau mediator ini di berikan kesempatan selama 14 empat belas hari untuk menyelesaiakan sengeketa atau beda pendapat para pihak sejak hari ditunjukannya. Cara demikian ini tidak juga berhasil mencapai kata sepakat atau mediator tidak berhasil mempertemukan kedua belah pihak, maka dapat ditempuh penyelesaian sengketa tahap ketiga, yakni dengan menunjukan seorang mediator lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa permintaan par pihak yang bersengketa. Dalam waktu paling lama 7 tujuh hari setelah penunjukannya, mediator harus sudah memulai usaha mediasinya. Universitas Sumatera Utara Penyelesaian usaha melalui mediasi ini diharapkan sudah selesai paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak usaha mediasi dimulai. Usaha mediasi ini dilakukan dengan memegang teguh kerahasian dan kesepakatannya dituangkan dalam bentuk tertulis yang juga ditandatangani oleh semua pihak yang terkait. Putusan kesepakatan Pilihan Penyelesaian Sengketa PPS tersebut dibuat secara tertulis dan bersifat final dan mengikat bagi para pihak, serta untuk dilaksanakan dengan itikad baik oleh para pihak. Kesepakatan ertulis tersebut wajib didaftarkan di Pengadilan Negri dalam waktu paling lam 30 tiga puluh hari sejak penandatanganan. Selanjutnya dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari sejak pendaftaran tersebut, kesepakatan penyelesaian sengekta atau beda pendapat wajib selesai dilaksanakan. Cara perdamaian melalui Pilihan Penyelesaian Sengketa PPS tidak dapat dicapai, maka para pihak berdasarkan kesepakatan secara tertulis dapat mengajukan usaha penyelesaian melalui lembaga arbitrase atau arbitrase ad- hoc. Upaya penyelesaian melalui arbitrase ini dilakukan dalam waktu paling lama 180 seratus delapan puluh hari sejak arbiter terbentuk. Pemeriksaannya dilakukan menurut ketentuan - ketentuan dalam Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999. Sungguhpun tidak disebutkan secara tegas, para pihak tidak harus mengikuti prosedur “alternatif penyelesaian sengekta“ tingkat demi tingkat sampai tingkat keempat, tetapi dapat saja mengabaikan tingkat tertentu. Hal ini disebabkan : 1. Sifat penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang cepat dan efisien ; 2. Undang – undang tidak mengharuskan secra tegas untuk mengikuti setiap tahap tersebut; Universitas Sumatera Utara 3. Masih tercakup dalam kewenangan dan kebebasan para pihak untuk berkontrakn termasuk untuk memilih cara penyelesaian sengketa yang dikehendakinya ; 4. Untuk kepentingan efektivitas. Jika para pihak sudah tidak mau menggunakan salah satu atau lebih tahap – tahap penyelesaian sengketa, tidak ada gunanya dipaksakan, karena kemungkinan besar kata sepakat juga tidak akan tercapai. Sungguhpun tidak disebutkan dengan jelas, tahap – tahap penyelesaian sengketa tersebut bukanlah “ hukum memaksa “ dwingend recht , melainkan hanya hukum mengatur. Akan tetapi, sekali tahap tersebut sudah disetujui oleh para pihak , maka para pihak tersebut wajib mengikutinya. 42 Dengan demikian, istilah Alternative Dispute Resolution ADR menunjukan pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui prosedur yang disepakati para pihak self – governing system dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, penilaian ahli, atau arbitrase. 43

C. Tahapan Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Perdata di

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Efektivitas Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Dalam Menyelesaikan Perkara Perdata

0 12 21

Efektivitas peraturan mahkamah agung republik indonesia nomor 02 tahun 2003 tentang prosedur mediasi di pengadilan dalam menyelesaikan sengketa perdata di pengadilan negeri surakarta

0 1 87

IMPLEMENTASI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

0 4 102

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali).

0 2 17

KEDUDUKAN MEDIASI BAGI PARA PIHAK DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN UNTUK MENJAMIN KEPASTIAN HUKUM DITINJAU DARI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN SKRIPSI

0 0 15

Tinjauan terhadap peraturan mahkamah agung nomor 1 tahun 2008 tentang prosedur mediasi di pengadilan dalam menyelesaikan sengketa perdata pada pengadilan negeri kelas 1a khusus makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 82

Penerapan Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan Melalui Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan Negeri Sungguminasa (Studi Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan) - Repositori UIN Alauddin Mak

0 0 78

Efektivitas Mediasi Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2008 dalam Penyelesaian Perkara Perdata di Pengadilan Negeri Makassar Tahun 2011-2015 - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 75

PENGUATAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN (Studi di Pengadilan Negeri Purwokerto)

0 0 15