keadilan dan filosofi tersebut menempatkan mediasi sebagai alat untuk melakukan intervensi dalam suatu sengketa. Seorang intervensionis memandang
sengketa dan keadaan yang mungkin untuk dapat diaplikasikannya mediasi dalam usaha pencarian keadilan yang lebih baik. Proses ini mengirim mediator ke dalam
suatu situasi di mana ia harus merubah peranannya menjadi pengawas nilai yang aktif dalam proses mediasi.
6. Theory Justice Keadilan
Seorang mediator yang berorientasi pada hukum meiihat mediasi sebagai suatu ekspresi dan rule of Law aturan hukum dan sebagai alat untuk
menciptakan keadilan di bawah naungan aturan hukum tersebut. Pada umuranya teori ini memandang mediasi sebagai suatu hal yang niembutuhkan partisipasi
yang baik dari para pihak yang bersengketa dan koxitrol serta fokus dalam hal pengurangan biaya mencari keadilan. Teori ini memandang mediasi sebagai satu
hal yang berfungsi sebagai alat penurun biaya transaksi dan juga sebagai alat untuk meningkatkan tingkat kepuasan dan ilmu pengetahuan dari pihak - pihak
yang bersengketa.
F. Manfaat Mediasi Dalam Menyelesaikan Suatu Sengketa Perdata
Menurut Christopher W. Moore ada beberapa keuntungan yang seringkali didapatkan dari hasil mediasi, yaitu:
49
1 Keputusan yang Hemat
49
Christoper W. Moore, The Execute Seminar on Alternative Dispute Resolution Procedure Colorado : CDR Associates, 1995, hlm 4 – 14 .
Universitas Sumatera Utara
Mediasi biasanya memakan biaya yang lebih murah, jika dilihat dari pertimbangan keuangannya dibandingkan dengan biaya - biaya yang hams
dikeluarkan untuk proses litigasi yang berlarut - larut atau bentuk - bentuk pertikaian lainnya.
2 Penyelesaian Secara Cepat
Pada zaman ini, di mana persoalan bisa memakan waktu sampai satu Tahun untuk disidangkan di pengadiian, dan berTahun - Tahun lamanya jika
kasus icrsebut terus naik banding, pilihan untuk melakukan mediasi seringkali menjadi salah satu cara yang lebih singkat untuk menyelesaikan sengketa. Jika
pihak - pihak yang bersengketa tetap ingin meneruskan usaha mereka atau hisup mereka dengan norma sementara daripada harus bertikai, maka mereka harus
memikirkan untuk memilih proses penyelesaian sengketa yang bisa menghasilkan penyelesaian masalah dengan cepat.
3 Hasil yang Memuaskan Bagi Semua Pihak
Pihak - pihak yang bersengketa pada umumnya merasa lebih puas dengan jalan keluar yang telah disetujui bersama, daripada harus menyetujui jalan keluar
yang sudah diputuskan oleh pengambil keputusan dari pihak ketiga. Misalnya hakim, arbiter, atau petugas administratif. Kecuali dalam kasus knmiiial,
ketidakpuasan semacam itu kelihatannya berlaku umum. 4
Kesepakatan - Kesepakatan Komprehensif dan Customized Penyelesaian - penyelesaian sengketa melalui mediasi bisa menyelesaikan
sengketa, baik yang berkaitan dengan hukum maupun tidak. Kesepakatan mt-ialui jalan mediasi seringkali mampu mencakup masalah prosedural dan psikologis
yang tidak mungkin diselesaikan melalui jalur hukum. Pihak -pihak yang terlibat
Universitas Sumatera Utara
bisa menambal sulam cara - cara pemecahan masalah, sesuai engan situasi mereka.
5 Praktek dan Belajar Prosedur - Prosedur Penyelesaian Masalah Secara
Kreatif Mediasi mengajarkan orang mengenai teknik - teknik penyelesaian
masalah secara praktis, yang bisa digunakan untuk menyelesaikan sengketa di masa mendatang. Komponen pendidikan mediasi sangatlah berbeda dengan
prosedur - prosedur penyelesain sengketa yang secara eksklusif berorientasi pada hasil keputusan, seperti misahiya keputusan arbitrase atau keputusan hukum.
6 Tingkat Pengendalian Lebih Besar dan Hasil Yang Bisa Diduga
Pihak - pihak yang menegosiasikan sendiri pilihan penyelesaian sengketa mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap hasil - hasil snegketa. Keuntungan
dan kerugian menjadi lebih mudah diperkirakan dalam suatu penyelesaian masalah melalui negosiasi atau mediasi daripada melalui proses arbitrase dan
pengadiian. 7
Pemberdayaan Individu Personal Empowerment Orang - orang yang menegosiasikan sendiri masalah cara pemecahan
masalah mereka seringkali merasa mempunyai lebih banyak kuasa daripada mereka yang melakukan advokasi melalui wali, seperti misalnya pengacara untuk
mewakili mereka. Negosiasi - negosiasi melalui mediasi bisa merupakan sebuh forum untuk mempelajari dan mempergunakan kekuatan atau pengaruh pribadi.
8 Melestarikan Hubungan Yang Sudah Berjalan Atau Mengakhiri Hubungan
Dengan Cara Yang Lebih Ramah Banyak sengketa yang terjadi dalam konteks suatu hubungan yang akan
berkelanjutan di tahun - tahun mendatang. Cara penyelesaian melalui mediasi yang memperhatikan kepentingan pihak yang terlibat seringkali bbisa
Universitas Sumatera Utara
mempertahankan sebuah hubungan yang baik, hal ini berarti bahwa penyelesaian sengketa tidak bisa dilakukan melalui prosedur menang - kalah win - lose .
Mediasi juga bisa mengakhiri sebuah hubungan dengan cara yang lebih halus. 9
Keputusan - Keputusan yang Bisa Dilaksanakan Pihak - pihak yang memediasikan perbedaan kepentingan mereka bisa
melihat sampai pada detail - detail pelaksanaan keputusan. Kesepakatan yang dinegosiasikan atau dimediasikan dahuJu bisa mencakup prosedur - prosedur yang
ditambalsulamkan untuk menerka bagaimana caranya keputusan - keputusan tersebut bisa dilaksanakan. Kenyataan ini seringkali meningkatkan kemungkinan
bagi pihak - pihak yang bersengketa untuk menyesuaikan dengan syarat - syarat menyelesaikan masalah.
10 Kesepakatan yang Lebih Baik daripada Hanya Menerima Hasil Kompromi
atau Prosedur Menang - Kalah Negosiasi -negosiasi yang dilakukan melalui mediasi berwawasan
kepentingan, bisa menghasilkan penyataan - pernyataan yang lebih memuaskan bagi semua pihak, jika dibandingkan dengan keputusan kompromi, dimana
sebagian pihak menanggung kerugian dan sebagian lagi menikmati keuntungan. 11
Keputusan yang Berlaku Tanpa Mengenal Waktu Penyelesaian sengketa melalui mediasi cenderung bertahan sepanjang
masa dan jika akibat - akibat sengketa muncul kemudian, pihak - pihak yang bersengketa eenderung untuk memanfaatkan sebuah forum kerjasama untuk
menyelesaikan masalah untuk mencari jalan tengah perbedaan kepentingan mereka daripada mencoba menyelesaikan rnaslah dengan pendekatan adversarial.
BAB IV
Universitas Sumatera Utara
FAKTOR MEMPENGARUHI TERLAKSANA ATAU TIDAKNYA PERDAMAIAN MELALUI LEMBAGA MEDIASI DI PENGADILAN
NEGERI D.
Penyelesaian Sengketa Menurut sistem Hukum Indonesia
Dalam sistem hukum Indonesia ada dikenal beberapa tipe penyelesaian sengketa melalui Alternative Dispute Resolution ADR, yaitu :
1. Konsultasi
Meskipun konsultasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa tersebut dalam Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan alternatif
penyelesaian sengketa, namun tidak ada satu Pasalpun yang menjelaskannya. Dengan mengutip Blacks law Dictionary, Gunawan dan Widjaya dan
Ahmad Yani
50
menguraikan bahwa pada prinsipnya Konsultasi merupakan tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak tertentu, yang disebut dengan
klien dengan pihak lain yang merupakan konsultasi, yang memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan
kliennya tersebut. Tidak ada suatu rumusan yang mengharuskan si klien mengikuti pendapat
yang disampaikan konsultan. Jadi hal ini konsultan hanyalah memberikan pendapat hukum, sebagaimana diminta oleh kliennya, yang untuk selanjutnya
keputusan mengenai penyelesaian sengketa tersebut akan diambil sendiri oleh para pihak meskipun adakalanya pihak kcnsultan juga diberikan kesempatan
untuk merumuskan bentuk-bentuk penyeiesaian sengketa yang dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa tersebut.
50
Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Hukum Arbitrase, Jakarta : Rajawali Press, 2000.hlm. 17.
Universitas Sumatera Utara
2. Negosiasi dan Perdamaian
Menurut Pasal 6 ayat 2 Undang Undang nomor 30 Tahun 1999 pada dasarnya para pihak dapat berhak untuk menyelesaiakan sendiri sengketa yang
tirnbui di antara mereka. Kesepakatan mengenai penyelesaian tersebut selanjutnya harus dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui oleh para pihak.
Negosiasi adalah mirip dengan perdamaian sebagaimana diatur dalam Pasal 1851 sd 1864 KUH Perdata, dimana perdamaian itu adalah suatu
persetujuan dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung
atau mencegah timbulnya suatu perkara. Persetujuan mana harus dibuat secara tertulis dengan ancaman tidak sah. Namun ada beberapa hal yang membedakan,
yaitu: Pada negosiasi diberikan tenggang waktu penyelesaian paling lama 14
hari, dan Penyelesaian sengketa tersebut harus dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung oleh dan diantara para pihak yang bersengketa. pertemuan langsung oleh
dan diantara para pihak yang bersengketa. Perbedaan lain adalah bahwa negosiasi merupakan salah satu lembaga
alternatif penyelesaian sengketa yang dilaksanakan di luar pengadilan, sedangkan perdamaian dapat dilakukan baik sebelum proses persidangan pengadilan
dilakukan maupun setelah sidang peradilan dilaksanakan, baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
3. Mediasi
Berdasarkan Pasal 6 ayat 3 Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999, atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat diselesaikan melalui
bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui seorang mediator. Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat secara tertulis adalah final
dan mengikat bagi para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik. Kesepakatan tertulis wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu
paling lama 30 tiga puluh hari terhitung sejak penandatanganan, dan wajib dilakasanakan dalam waktu lama 30 tiga puluh hari sejak pendaftaran.
Dalam Undang - Undang Nomor 30 Tahun 1999 diisyaratkan ada 2 dua jenis mediator, yaitu:
1. Mediator yang ditunjuk secara bersama oleh para pihak 2. Mediator yang ditujuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternative
penyelesaian sengketa yang ditunjuk oleh para pihak.
4. Konsiliasi dan perdamaian
Seperti pranata alternatif penyelesaian sengketa yang telah diuraikan di atas, konsiliasipun tidak dirumuskan secara jelas dalam Undang Undang nomor 30
Tahun 1999 sebagai suatu bentuk alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah suatu tindakan atau proses untuk mencapai perdamaian di luar
pengadilan. Untuk mencegah dilaksanakan proses ligitasi, melainkan juga dalam setiap tingkat peradilan yang sedang berjalan, baik di dalam maupun di luar
Universitas Sumatera Utara
pengadilan, dengan pengecuaiian untuk hal-hal atau sengketa dimana telah diperoleh suatu putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
51
5. Pendapat Hukum oleh Lembaga Arbitrase
Pasal 52 Undang Undang nomor 30 Tahun 1999 menyatakan bahwa para pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon pendapat yang mengikat
dari Lembaga Arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian. Ketentuan ini pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari pengertian tentang
Lembaga Arbitrase yang di berikan dalam Pasal 1 angka 8 Undang Undang nomor 30 Tahun 1999:
52
Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu,
lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul
sengketa.
Pendapat hukum yang diberikan lembaga arbitrase bersifat mengikat binding oleh karena pendapat yang diberikan tersebut akan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dan perjanjian pokok yang dimintakan pendapatnya pada lembaga arbitrase tersebut. Setiap pendapat yang berlawanan terhadap pendapat
hukum yang diberikan tersebut berarti pelanggaran terhadap perjanjian breach of contract - wanprestasi. Oleh karena itu tidak dapat dilakukan perlawanan dalam
bentuk upaya hukum apapun.
51
Ibid. hlm. 18.
52
Pasal 52 dan Pasal 8 angka 1 Undang Undang nomor 30 Tahun 1999
Universitas Sumatera Utara
6. Arbitrase
Keberadaan arbitrase sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa sebenarnya sudah lama dikenal meskipun jarang dipergunakan. Arbitrase
diperkenalkan di Indonesia bersamaan dengan dipakainya Reglement op de Rechtavordering RV dan Het Herziene Indonesisch Reglement HIK ataupun
RBg karena semula Arbitrase ini diatur dalam Pasal 615 sd 651 reglement op de rechtvordering. Ketentuan-ketentuan tersebut sekarang ini sudah tidak laku lagi
dengan diundangkannya Undang Undang nomor 30 Tahun 1999. Dalam Undang Undang nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok Pokok Kekuasaan Kehakiman
keberadaan arbitrase dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 3 ayat 1 yang antara lain menyebutkan bahwa penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar
perdamaian atau melalui artibrase tetap dipeboiehkan, akan tetapi putusan arbiter hanya mempunyai kekuatan eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah
untuk dieksekusi dari Pengadilan. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang Undang nomor 30 Tahun 1999 Arbitrase
adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan pada Perjanjian Arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak
yang bersengketa. Pada dasarnya arbitrase dapat berwujud daiam 2 dua bentuk, yaitu:
1. Klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjain tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa Factum de compromitendo,
atau
Universitas Sumatera Utara
2. Suatu perjanjian Arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa Akta Kampramis.
Objek perjanjian arbitrase sengketa yang akan diselesaikan di luar pengadilan melalui lembaga arbitrase dan atau lembaga alternatif penyelesaian
sengketa lainnya menurut Pasal 5 ayat 1 Undang Undang nomor 30 Tahun 1999 hanyalah sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukuni
dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.
Adapun kegiatan dalam bidang perdagangan itu antara lain: pemiagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri dan hak milik intelektual.
Sementara itu ayat 5 2 nya memberikan perumusan negatif bahwa sengketa- sengketa yang dianggap tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa
yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata Buku III bab kedelapan belas Pasal 1851
sd 1854.
7. Court Annexed Mediation Mediasi di Pengadilan
Metode ini merupakan sistem Alternative Dispute Resolution ADR baru dalam sistem hukum di Indonesia. Metode ini resmi diberlakukan bagi
seluruh pengadilan di Indonesia dengan dikeluarkannya Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003 pada tanggal 11 September 2003, yang dibentuk
untuk memberdayakan Pasal 130 HIR dan 154 Rbg.
Universitas Sumatera Utara
Latar belakang lahirnya Perma ini yang pertama adalah sebagai salah satu upaya untuk membantu lembaga pengadilan dalam rangka mengurangi beban
penumpukan perkara. Kedua, adanya kesadaran akan pentingnya sistem hukum di Indonesia untuk menyediakan akses seluas mungkin kepada para pihak yang
bersengketa untuk memperoleh rasa keadilan. Ketiga, proses mediasi sering diasumsikan sebagai proses yang lebih efisien dan tidak memakan waktu
dibandingkan proses pengadilan. Pada metode ini hakim bertindak sebagai pihak yang netral. Kekuasaan
tertinggi ada pada_para pihak yang bersengketa, bukan di tangan hakim selaku mediator. Mediator sebagai pihak ketiga yang dianggap netral hanya membantu
atau memfasilitasi jalannya proses mediasi saja. Hasil dari proses persidangan adalah putusan hakim. Sedangkan proses mediasi menghasilkan suatu kesepakatan
antara para pihak mutually acceptable solution.
E. Penyelesaian sengketa Perdata Menurut Perma No. 1 Tahun 2008.