BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Secara yuridis normatif pengaturan penyelesaian sengketa melalui proses
mediasi telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu HIR, RBG, KUHPerdata dan diformalkan melalui Undang-Undang
Kekuasaan Kehakiman serta ditegaskan lebih lanjut dengan Perma No. 1 tahun 2008. Keberadaan Perma tersebut, disamping mengakomodir
ketentuan-ketentuan yang pernah diberlakukan dan yang lebih dikedepankan adalah nilai fisolofis bagi Bangsa Indonesia yang mengakui
Universitas Sumatera Utara
keberagaman suku, adat istiadat, agama sehingga menyebabkan terjadi pluralisme hukum yang menghendaki untuk penyelesaian sengketa melalui
mediasi atau ADR yang mengedepankan musyawarah mufakat. 2.
Pengadilan bersikap pro-aktif untuk memproses dan memfasilitasi penyelesaian sengketa dengan lembaga mediasi yaitu dengan
mengalokasikan waktu, tempat dan hakim mediator. Hakim menyampaikan kepada para pihak atas permasalahan yang disengketakan
agar dapat menggunakan forum mediasi supaya para pihak tidak ada yang merasa dirugikan bahkan sebaliknya mereka menganggap dirinya
sama-sama diuntungkan. Demikian perdamaian melalui proses mediasi menunjukkan hukum itu telah bekerja sebagaimana mestinya, dalam
pengertian hubungan para pihak itu tetap terpelihara dengan baik. Dan bagi hakim mediator mempunyai peran yang strategis serta
mengendalikan proses persidangan permusyawaratan untuk menempatkan dan memutuskan kasus yang disengketakan sesuai dengan
alternatif yang sudah menjadi pilihan para pihak yang bersengketa tersebut.
3. Penyelesaian sengketa dengan mediasi berimplikasi yuridis bagi para
pihak, dapat memperoleh putusan yang cepat, biaya ringan, tidak melakukan upaya hukum lebih lanjut, dan putusannya dapat diterima
kedua belah pihak sebagai putusan yang melindungi serta mendapatkan hak-hak mereka secara adil. Sedangkan Pengadilan dapat melayani
kebutuhan para pencari keadilan sesuai dengan yang diharapkan karena
Universitas Sumatera Utara
tidak berlarut-larut untuk mendapatkan kepastian hukum serta tidak menumpuknya perkara yang membutuhkan waktu sebagaimana dalam
proses litigasi.
G. SARAN