Sejarah Strukturalisme KAJIAN PUSTAKA

hilang dengan sendirinya. Penganut teori ini cenderung untuk melihat hanya kepada sumbangan satu sistem tau peristiwa terhadap sistem yang lain dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau sistem dapat beroperasi menentang sistem-sistem yang lainnya dalam suatu sistem sosial Ritzer,2003:21 Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Perubahan dapat terjadi perlahan-lahan dalam masyarakat. Kalau terjadi konflik penganut teori Fungsionalisme Struktural memusatkan perhatiannya pada masalah bagaimana cara menyelesaikan nya sehingga masyarakat tetap dalam keadaan keseimbangan Ritzer, 2003:22.

2.2 Sejarah Strukturalisme

Fungsionalisme stuktural merupakan salah satu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial diabad sekarang. Sejalan dengan hal itu Kingley Davis menyatakan bahwa fungsionalisme stuktural adalah sinonim dengan sosiologi. Alvin Goulduer secara tersirat berpendapat serupa ketika ia menyerang sosiologi barat melalui analisis kritis terhadap funsionalisme structural Talcott Parsons. Goodman, 2004:117. Meski hegemoninya tidak diragukan dalam dua dekade sesudah perang dunia II, fungsionalisme stuktural sebagai teori sosiologi telah merosot arti pentingnya. Bahkan Wilbert Moore dalam Ritzer, 2003 :117 yang sangat memahami teori ini menjadi sesuatu yang memalukan dalam perkembangan teori sosiologi masa kini. Turner dan Maryanski dalam Ritzer 2003:14 menyatakan bahwa funsionalisme sebagai sebuah teori yang bersifat menjelaskan, kami kira sudah mati dan upaya untuk menggunakan fungsionalisme sebagai penjelasan teoritis harus ditinggalkan dan mencari perspektif kritism lain yang lebih memberi harapan. Universitas Sumatera Utara Demeroth dan Peterson dalam Goodman, 2004:118 berpandangan lebih positif, menyatakan bahwa fungsionalisme stuktural belum mati. Tetapi mereka menambahkan bahwa teori ini mungkin dapat dikembangkan menjadi teori lain sebagaimana teori ini mungkin dapat dikembangkan dari pemikiran organisme lebih awal. Kelahiran neo fungsionalisme rupanya lebih mendukung pendapat Demeroth dan Peterson ketimbang pandangan Turner dan Mariansky yang lebih negatif Goodman, 2004:118. Dalam Fungsionalisme Stuktural, istilah stuktural dan fungsional tidak selalu perlu dihubungkan meski keduanya biasanya dihubungkan. Dalam mempelajari stuktur masyarakat tanpa memperhatikan fungsinya akibatnya terhadap struktur lain. Dalam meneliti fungsi dari berbagai proses sosial yang mungkin tidak mempunyai struktur. Ciri utama pendekatan fungsionalisme stuktural memperhatikan kedua unsur itu. Meski fungsionalisme stuktural mempunyai bentuk dan fungsionalisme kemasyarakatan adalah pendekatan dominant yang digunakan dikalangan fungsionalis stuktural. Sosiologi sasaran perhatian utama fungsionalisme kemasyarakatan adalah struktur sosial dan institusi masyarakat berskala luas, antar hubungannya, dan pengaruhnya terhadap aktor Goodman, 2004:119. Fungsionalisme stuktural merupakan teori konsensus, yang dipelopori Herbet Spencer, Emile Durkheim, Bronislaw Malinowski, Redcliffe Brown, Talcott Parsons dan Robert K Merton. Teori konsensus memandang masyarakat sebagai suatu struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan, yang dipelihara oleh suartu mekanisme keseimbangan equilibrium mechanisim. Teori fungsionalisme stuktural melakukan analisis dengan melihat masyarakat sebagai suatu ‘sistem’ dari interaksi antar manusia dan berbagai institusinya, dan segala sesuatunya di sepakati segala secara konsensus, termasuk dalam hal nilai dan norma. Universitas Sumatera Utara Teori Fungsionalisme menekankan pada harmoni, konsistensi dan keseimbangan dalam masyarakat. Fungsionalisme Stuktural Talcot Parsons Selama hidupnya Parsons membuat sejumlah besar karya teoritis. Ada perbedaan penting antara karya awal dan karya belakangan. Dalam bagian ini kita akan membahas karya-karyanya yang belakangan, teori Struktural Fungsional. Bahasan tentang Fungsional Struktural Parsons ini akan dimulai dengan empat empat fungsi penting untuk semua system tindakan terkenel dengan skema AGIL. Sesudah membahas empat fungsi ini kita akan beralih menganalisis pemikiran Parsons mengenai Struktur dan Sistem. Suatu fungsi function adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan tertentukebutuhan system. Dengan menngunakan defenisi ini, Parsons yakin bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua sistem. Secara bersama-sama keempat imperative fungsional ini dikenal sebagai skema AGIL. Agar tetapa bertahan, suatu sistem harus memilki empat fungsi ini yaitu: 1. Adaptation adaptasi merupakan sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. 2. Goal Attainment pencapaian tujuan merupakan sebuah sistem harus mendefenisikan dan mencapai tujuan utamanya. 3. Integration integrasi merupakan sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya. Universitas Sumatera Utara 4. Latency Latensi atau pemeliharaan pola merupakan sebuah sistem harus memperlengkapi, baik motivasi individual maupun pola-pola cultural yang menciptakan dan menopang motivasi Goodman, 2004:121 Funsional Struktural Robert Merton Meski Parsons adalah seorang Fungsionalis Struktural yang sangat penting adalah muridnya, Robert Merton Goodman, 2004:137 yang menulis beberapa pernyataan terpenting tentang fungsionalisme struktural. Merton mengecam beberapa aspek fungsionalisme stuktural yang lebih ekstern dan tak dapat dipertahankan lagi. Tetapi, wawasan konseptual barunya membantu memberikan kemanfaatan bagi kelangsungan hidup fungsionalisme stuktural. Meski Parsons dan Merton dikaitkan dengan fungsionalisme stuktural, namun ada perbedaan penting diantara keduanya. Disatu sisi, sementara Parsons menganjurkan penciptaan teori-teori besar dan luas cakupannya, Merton menyukai Marxian. Sebenarnya Merton dan beberapa muridya dapat dipandang sebagai orang yang mendorong fungsionalisme stuktural lebih kekiri secara politis Ritzer, 2003:137. Merton mengkritik tiga postulat dasar analisis Struktural seperti yang dikembangkan oleh Antropolog seperti Malinowski dan Radclffe Brown. Pertama, postulat tentang kesatuan fungsional masyarakat. Postulat kedua adalah fungsionalisme universal. Artinya, dinyatakan bahwa seluruh bentuk kultur dan sosial serta struktur yang sudah baku mempunyai fungsi yang positif. Postulat ketiga adalah postulat tentang indispensability. Argumennya adalah bahwa semua aspek masyarakat yang sudah baku dan tak hanya mempunyai fungsi positif tetapi juga mencerminkan bagian-bagian yang sangat diperlukan untuk berfungsinya masyarakat sebagai satu kesatuan Ritzer, 2003:138. Universitas Sumatera Utara Merton juga mngemukakan tentang fungsionalisme stuktural yang menekankan pada keteraturan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest, dan keseimbanangan equilibrium. Menurut Merton fungsi didefenisikan sebagai”konsekuensi-konsekuensi yang dapat diamati yang menimbulkan adaptasi atau penyesuaioan diri dari sistem tertentu”. Tetapi jelas ada bias ideologis bila orang hanya memusatkan pemikiran pada adaptasi atau penyesuaian diri, karena adapatasi atau penyesuaian dan diri selalu mempunyai akibat positif. Perlu diperhatikan bahwa suatu faktor sosial dapat mempunyai akibat negatif terhadap fakta sosial lain. Untuk meralat kelalaian serius dalam fungsinalisme struktural awal ini, merton mengembangkan gagasan tentang disfungsi. Sebagaimana stuktur atau institusi dapat menyumbang pemeliharaan pada bagian-bagin dari sistem sosial, stuktur, atau institusi pun dapat menimbulkan akibat negatif terhadap sistem sosial. Dilihat dari sudut keseimbangan bersih Net Balance suatu hal dapat fungsional bagi unit sosial tertentu dan lebih disfungsional bagi unit sosial yang lain. Merton juga memperkenalkan konsep fungsi nyata manifest dan fungsi keseinbangan latent kedua istilah ini memberikan tamabahan penting bagi analisis fingsional. Menurut pengertian sederhana, fungsi nyata adalah fungsi yang diharapkan, sedangkan fungsi yang tersembunyi adalah fungsi yang diharapkan. Penganut teori fungsioanal ini memang memandang segala pranata sosial yang ada dalam suatu masyarakat tertentu serta fungsional dalam artian positif dan negatif Goodman, 2004:14. Universitas Sumatera Utara Perubahan Sosial Manusia adalah pribadi yang unik, yang diciptakan Tuhan berbeda dengan yang lainnya. Sejalan dengan itu, namun manusia tetaplah manusia yang memiliki kekurangan, tidak sempurna dalam hal kebisaan, akal pikiran dan berbagai penampila di dalam masyarakat. Hal ini di sebaban karena adanya perasaan sadar dan dibawah sadar. Masyarakat berubah di semua tingkatan kompleksitas internalnya. Ditingkat makro terjadi perubahan ekonomi, politik dan kultur. Di tingkat mezo terjadi perubahan kelompok, komunitas dan organisasi. Di tingkat mikro terjadi perubahan interaksi dan perilaku individual. Masyarakat bukan sebuah kesatuan fisik entity, tetapi seperangkat proses yang saling terkait bertingkat ganda Piotr Sztompka,2004:65. Sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku SherifSherif 1956:95. Sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil literasi antara individu dengan linkungan, sehingga sikap bersifat dinamis. Faktor pengalaman besar peranannya dalam pembentukan sikap. Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karena sikap dapat mengalami perubahan. Sebagai hasil belajar, sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya, karerna pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam intraksi manusia berkenan dengan objek tertentu Tri Dayakisni Hudaniah 2005:98 Bimo Walgito 1980:98, mengatakan bahwa pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Faktor internal individu itu sendiri, yaitu cara individu dalam menaggapai dunia luarnya dengan selektif, sehingga tidak semua yang datang akan di terima atau di tolak. 2. Faktor eksternal, yaitu : keadaan-keadaan yang ada diluar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Mandailing Shakai Ni okure Uning-Uningan

1 53 18

Analisis Sektor Pariwisata dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Wilayah Di Kota Parapat

2 41 133

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir)

0 0 10

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir)

0 0 3

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir) Chapter III V

0 1 52

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir)

0 1 27

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir)

0 0 7

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir)

0 0 2

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir)

0 0 14

PERAN KELUARGA UNTUK MENANAMKAN NILAI NI

0 0 17