Raja-raja Parapat PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 1

berpesta, dan Dongan Tubu atau Raja ni Boru semarga dan Raja ni Huta yaitu teman sekampung yang menemani dan mendukung pihak pelaksana pesta pada prosesi adat. Setiap orang batak batak pasti memiliki dan berada di salah satu posisi itu. Jadi Dalihan Natolu bukanlah kasta, ada saatnya menjadi Hula-hula Tondong, ada saatnya menempati posisi Dongan Tubu dan ada saatnya menjadi Boru. Dengan Dalihan Natolu adat Batak tidak memandang pangkat, harta, atau status seseorang karena berpegang kepada Dalihan Na Tolu. Bisa saja terjadi seorang Jenderal dalam acara adat harus menyingsingkan lengan bajunya dan wajib bekerja melayani seluruh keluarga dari pihak isteri yang kebetulan berpangkat Sersan. Situasi seperti ini mungkin saja membuat seorang Sersan harus harus bekerja marhobas, namun itulah realita dalam kehidupan kekerabatan Batak. Dari fenomena ini dapat ditarik kesimpulan bahwa orang Batak umumnya tidaktawar-menawar, siap bekerja sama dan mau mengalah dan bersikap kesatria. Sosialisasi nilai-nilai anak ni raja boru ni raja pada setiap keturunan batak dimulaisejak lahir, hal ini terbukti dari setiap aktifitas dan kegiatan orang batak seperti pembabtisan, naik sidi, pernikahan, sampai kematian harus mengikuti prosesi adat serta komponen Dalihan Natolu harus lengkap.

4.7.2 Raja-raja Parapat

Kota Pariwisata Parapat pada sejarahnya petama sekali dihuni oleh suku batak dan di sebut sebagai Sipukka Huta pembuka kampung. Sipukka Huta Parapat adalah marga Sinaga yang kerap dipanggil sebagai Raja ni Huta. Namun tidak seluruhnya yang menjadi Raja ni Huta itu marga Sinaga ada juga marga lain yaitu orang-orang yang menikah dengan boru Sinaga dan bertempat tinggal di Parapat, mereka mendapat warisan tanah dari orang tua akan tetapi harus memenuhi syarat yaitu melewati prosesi Universitas Sumatera Utara adat dengan memberi jambar daging kerbau kepada Hula-hula, Boru dan Dongan tubu, tanah yang dimiliki juga tidak bisa dijual kepada orang lain. Raja ni Huta Parapat sampai sekarang terbagi atas beberapa raja yaitu: 1. Raja buntu pasir 2. Raja lumban gambiri 3. Raja sosor saba 4. Raja sosor mangadar 5. Raja sosor Lintong 6. Raja sidabariba 7. Raja sosor mangambit 8. Raja panopaan 9. Raja tanduk Huta 10. Raja simeon pangasean Di setiap Huta Kampung diatas di dapati tokoh adat yang merupakan keturunan raja-raja Parapat terdahulu. 4.7.3 Analisa Struktural Fungsional Nilai-Nilai Anak ni Raja Boru ni Raja dalam Pengembangan Pariwisata. Asumsi dasar teori fungsional terletak pada cara pandang yang menyatakan bahwa masyarakat sebagai system sosial terintegrasi oleh adanya kesepakatan bersama. Kebersamaan dan kohesi sosial dimungkinkan karena adanya hubungan fungsional antar bagian pembentuk sistem. Dengan demikian, kondisi masyarakat akan berada dalam keadaan equilibrium Suyanto,2004:237. Dalam setiap masyarakat, menurut pendekatan struktural fungsional akan selalu ditemukan adanya sistem nilai sebagai hasil consensus bersama setiap anggota masyarakat. Masyarakat itu selalu mempunyai tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan Universitas Sumatera Utara utuk ini telah disediakan seperangkat cara pencapaiannya. Pemolaan perilaku oleh kaidah sosial hasil consensus bersama itu mempunyai kekuatan memaksa dan ini disadari oleh oleh semua anggota masyarakat, bahwa memang begitulah seharusnya. Dalam keadaan seperti ini, system nilai itu bersifat fungsional dan mempunyai kekuatan integratif. Masyarakat batak memiliki sistem Dalihan Natolu yang merupakan kesepakatan bersama agar masyarakat selalu berada dalam titik equilibrium, Dalaihan Notolu dijadikan landasan bagi suku batak agar tujuan-tujuan masyarakat dapat tercapai. Bukan hanya dalam kehiduapan interaksi masyarakat batak saja Dalihan Natolu berfungsi akan tetapi Nilai-Nilai anak ni Raja dan Boru ni Raja dapat berfungsi dalam Pengembangan Pariwisata. Dalam menghadapi wisatawan masyarakat Parapat sebagai pelaku wisata menyambut wisatawan dengan sikap anak dan boru raja putra-putri raja yaitu dengan cara sopan, ramah. Menyambut wisatawan dilakukan melalui pendekatan Dalihan Natolu yaitu setiap wisatawan dianggap sebagai Hula-Hula yang senantiasa di somba dan di parsangapi yaitu di segani dan di hormati layaknya seorang Tulang yang merupakan Raja bagi berenya maka Tulang harus di Somba oleh bere agar mendapat pasu-pasu atau berkat dari Tulang, wisatawan dianggab layaknya Tulang yang harus dihormati dan diarahan atau memberikan petunjuk dan pelayanan wisata agar wisatawan merasa puas. Para Wisatawan juga harus dianggap sebgai boru yang harus di elek dan dibujuk dalam hal ini masyarakat Parapat sebagai pelaku wisata harus sabar menghadapi para wisatawan dalam memberikan pelayana wisata, Manat Mardongan Tubu yang mana para wisatawan juga harus dianggp sebagai teman semarga dimana kita harus manat atau hati-hati agar perasaan wisatawan tidak tersinggung. Bila system diatas berjalan dan dilaksanakan dengan baik maka wisatawan memberi imbalan atas Universitas Sumatera Utara pelayanan barang dan jasa yang didapatkan dari masyarakat Parapat, sehingga tujuan Pariwisata akan tercapai. Gambaran tersebut sesuai dengan yang diutarakan oleh beberapa informan saya H.S lk, 43 tahun mengatakan: “Tanggapan saya bila Dalihan Natolu dijadikan sebagai prinsip hidup setiap orang Batak dan mencerminkan nilai-nilai seorang anak ni ni raja dan boru ni raja dalam dalam kehidupan sehari-hari dan menghadapi wisatawan maka yaitu sopan, dan ramah terhadap wisatawan sehingga wisatawan merasakan pelayanan yang baik, maka diantara masyarakat tidak terjadi percecokan dan tujuan Pariwisata dapat tercapai dengan baik sehingga Pariwisaat Parapat semakin maju dan berkembang”. Hal yang sama diperkuat oleh salah satu informan saya T.S lk,60 thn mengatakan demikian: “Menurut saya tujuan Pariwisata harus di organisir oleh masyarakat Parapat itu sendiri sebagai raja Parapat harus melestarikan budaya batak sebagai cirri khas Pariwisata Parapat baik dari sikap seorang anak ni raja dan boru ni raja yag memilki kharisma raja yaitu bertur kata sopan, ramah seta menghormati orang lain termasuk para wisatawan dan menempatkan para pengunjung Parapat dalm posisi Dalihan Natolu serta melestarikan atraksi budaya batak seperti gondang, tortor, dan pertunjukan legenda batak dalam sajian wisata maka tujuan wisata akan tercapai”. Hal yang sama juga diperkuat oleh informan saya M.S lk,40 thn mengatakan demikian: “Nilai-nilai Anak ni raja Boru ni raja dapat berfungsi positif dalam Pengembangan Pariwisata bila masyarakat sebagai pelaku wisata menempatkan posisi wisatawan dalam Dalihan Natolu yaitu dianggap sebagai Hula- hula,Boru dan Dongan Tubu yang dalam menghadapinya Universitas Sumatera Utara harus manat hati-hati,somba dihormati dan dielekdi rayu secar sabar. Hal yang sama diperkuat juga oleh oleh informan S.N pr, 37 thn mengatakan demikian: “ibu menyatakan dia sebagai boru batak yang dalam istilah orang batak adalalah boru ni raja dididik harus mengikuti adat batak baik dalam kehidupan sehari-hari atau kepada orang lain harus menunjukkan sebagai boru niraja bahkan di depan mertua pun kita harus menunjukkan sikap boru niraja yaitu sopan dalm berbicara, berpakaian dan berprilaku ujar ibu ini. Ibu ini juga menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari unuk berinteraksi dia selalu menunjukkan sikap boru ni raja baik itu di tengah-tengah masyarakat maupun menghadapi para wisatawan”. Hal yang sama juga dinyatakan oleh salah satu informan L.N lk,49 thn berpendapat demikian : L.N berpendapat sajian budaya seperti gondang tortor dan banyak lagi menjadi daya tarik bagi wisatawan, kata-kata Horas adalah penyambutan yang sangat luar biasa bagi para tamu yang diannggab sebagai raja. Bapak ini juga mengatakan bahwa budaya batak telah mendarah daging baginya sebagai anak ni raja yang telah mendarah daging dalam keluarga mereka. Menurut pendapat bapak ini bahwa tingkah laku yang dia tunjukkan adalah hasil sosialisasi dari keluarga untuk menghargai tam adalah raja. Suatu fungsi function adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan tertentukebutuhan system. Dengan menngunakan defenisi ini, Parsons yakin bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua sistem. Secara bersama-sama keempat imperative fungsional ini dikenal sebagai skema AGIL. Agar tetapa bertahan, suatu sistem harus memilki empat fungsi ini yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Adaptation adaptasi merupakan sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. Masyarakat membutuhkan pariwisata untuk hiburan dan masyarakat yang tinggal di daerah wisata menbutuhkan pariwisata sebagai lahan mata pencaharian maka Masyarakat Parapat dengan budaya batak harus menyesuaikan diri dengan kondisi Parapat sebagai Daerah Wisata yang mana budaya tersebut dapat menjadi ciri khas daerah wisata Parapat agar para pengunjung dapat berwisata dengan nyaman. 2. Goal Attainment pencapaian tujuan merupakan sebuah sistem harus mendefenisikan dan mencapai tujuan utamanya. Tujuan Pariwisata tercapai dengan mengunakan pendekatan Daihan Natolu dengan yang menganut nilai- nilai anak ni raja dan boru ni raja. 3. Integration integrasi merupakan sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya. Yang menjadi norma atau aturan bagi masyarakat disini adalah nila-nilai anak ni raja dan boru ni raja sebagai pedoman dalam masyarakat. 4. Latency Latensi atau pemeliharaan Nilai merupakan sebuah sistem harus memperlengkapi, baik motivasi individual maupun pola-pola cultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Agar nilai-nilai anak ni raja dan boru ni raja tetap ada dalam masyarakta Batak Toba maka perlu pemeliharaan maupun melestarikan nilai-nilai budaya batak bagi generasi muda oleh keluarga, Tokoh adat maupun pemerintah dalam mensosilisasikannya. Universitas Sumatera Utara

4.7.4 Analisa disfungsional Anak ni Raja dan Boru ni Raja dalam Pengembangan

Dokumen yang terkait

Mandailing Shakai Ni okure Uning-Uningan

1 53 18

Analisis Sektor Pariwisata dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Wilayah Di Kota Parapat

2 41 133

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir)

0 0 10

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir)

0 0 3

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir) Chapter III V

0 1 52

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir)

0 1 27

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir)

0 0 7

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir)

0 0 2

Konsep Diri Perempuan Batak Toba ( Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Perempuan Batak Toba Yang Diberi Gelar “Boru Ni Raja” Di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir)

0 0 14

PERAN KELUARGA UNTUK MENANAMKAN NILAI NI

0 0 17