4.1.1 Sejarah singkat Raja-Raja Batak
Keberadaan etnis-etnis di Indonesia tidak terlepas dari legenda yang selalu dituturkan dari mulut ke mulut serta menjadi cerita rakyat. Etnis Batak Toba hingga kini
juga mempunyai hikayat yang hingga kini tetap hidup di tengah masyarakat. Konon, perjalanan etnis Batak di dari seorang raja yang mempunyai dua orang
putra. Putra sulung diberi nama Lontungon dan kedua diberi nama Isumbaon. Kedua anaknya meminta ilmu sakti. Sang ayah menyanggupi, namun dengan syarat keduanya
harus membangun tempat persembahan diatas bukit yang bernama pusuk buhit. Setelah itu, selama tujuh hari tujuh malam kedua anaknya tidak bisa ketempat itu sebelum
waktu yang ditentukan tiba. Setelah tujuh hari tujuh malam terlewati, sang Raja beserta kedua anaknya pergi ke Pusuk Buhit. Di sava, mereka menemukan dua buku yang di
sebut sebagai buku Laklak bertuliskan surat batak. Sang Raja menyuruh si sulung mengambil buku itu, dan meminta apa yang mau
dimintanya kepada sang pencipta. Saat itu, si sulung meminta kekuatan, kebesaran, rezeki, keturunan juga kepintaran, kerajaan juga kesaktian dan tempat berkarya untuk
semua orang. Permintaan si bungsu pun sama. Sang Raja mengubah nama si sulung menjadi Guru Tatea Bulan. Konon, Guru Tatea Bulan dengan lima putranya yakni Raja
Geleng Gumeleng si sulung, seribu Raja, Limbong Mulana, Segala Raja, si Lau Raja dan empat putrinya yakni si Boru Pareme kawin ke Seribu Raja Ibotona abang
kandungnya. Bunga Haumasan kawin dengan Sumba. Atti Hasumasan kawin ke Saragi dan Nan Tinjo konon jadi Palaua Malau.
Suatu hari, seribu Raja menghadap ayahnya untuk memberitahu mimpinya. Dalam impi itu ia mengatakan agar ayahnya mengantarkannya ke Pusuk Buhit. Disana
dia tampak menjadi seorang yang sakti dan kelak abang dan adik-adiknya tunduk dan menyembahnya. Ayahnya bertegun dan bertanya lagi. Tapi yang menjawab adalah
Universitas Sumatera Utara
Geleng Gumeleng, padahal yang berminmpu adalah Seribu Raja. Saat itu juga Geleng Gumeleng berkeinginan untuk bisa ke Pusuk Buhit. Ayahnya mendukung Geleng
Gumeleng untuk pergi ke Pusuk Buhit, tapi Seribu Rja tidak mau mengalah. Sehingga terjadi pertengkaran dan Seribu Raja meninggalkan Ayahnya.
Di Pusuk Buhit, Sang Ayah menempa Raja Geleng Gumeleng menjadi raja yang sakti dan namanya diubah menjadi Raja Uti. Sementara Seribu Raja yang melarikan diri
ke hutan tidak mau lagi menemui ayahnya Guru Tatea Bulan. Pada suatu hari ketika Seribu Raja sedang beristirahat dalam pengembaraannya, lewatlah seorang gadis cantik
yang sangat cantik bak bidadari dari kayangan dan menarik perhatian Seribu Raja. Karena tertariknya, Seribu Raja pun membuat pelet mistik penangkap wanita supaya
wanita itu lengket. Pelet itu diletakkan di atas tanah yang akan dilewati gadis cantik jelita itu.
Tapi apa yang direncanakan Seribu Raja bukanlah menjadi kenyataan karena takdir berkat lain dan justru yang lewat dari adalah adik perempuannya sendiri bernama
Siboru Pareme yang datang mengantar makana untuk Seribu Raja. Boru Pareme yang tadinya biasa-biasa saja, menjadi jatuh cinta kepada abangnya padahal dalam adat Batak
hal itu sangat tabu. Tetapi karena pelet Seribu Raja, semua berubah hingga mereka akhirnya mereka sebagai suami istri. Ketika Guru Tatea Bulan mendengar kedua
anaknya telah menikah, dia murka dan mengusir Seribu Raja. Sebelum pergi seribu Raja memberikan cincin kepada adik yang juga istrinya dan berpesan bila anaknya lahir
di beri nama Siraja Lontung. Raja Borbor dalam pengembaraanya, Seribu Raja bertemu dengan seorang Raja
yang bergelar Raja Ni Homang. Tetapi dalam pertemuan itu terjadi pertarungan antara Seribu Raja dengan Raja Ni Homang. Kalau Seribu Raja kalah akan menjadi anak
tangga kerumah Raja Ni Homang dan bila Raja Ni Homang kalah, maka anak gadisnya
Universitas Sumatera Utara
akan diperistri oleh Seribu Raja. Pertarungan itu dimenangkan oleh seribu raja. Tetapi sebelum dipersunting oleh Seribu Raja, sang putri itu ingin membuktikan
kehebatanSeribu Raja. Maka gadis itu menyuruh Seribu Raja untuk mengambil daun pohon hatindi yang tumbuh diatas embun pati dengan syarat seribu raja harus ada
ditempatnya berdiri. Dan, bila sudah dapat ia bersedia untuk menjadi istrinya. Seribu Raja menyanggupi permintaan Boru Mangiring Laut. Dengan tiba-tiba
tangan Seribu Raja dikibarkan ke atas kepalanya mengakibatkan angin di tempat itu menjadi kencang dan daun hartindi itu terbang ke tangannya. Bungan itupun di berikan
kepada Boru Mangiring Laut diganti menjadi Huta Lollung, artinya kalah bertanding. Tak lama kemudian boru Mangiring hamil namun Seribu Raja tidak menunggu
kelahiran anaknya. Dia akan melanjutkan pengembaraannya. Dan, sebelum pergi dia memberikan cincin sakti. Pesan terakhir Seribu Raja bila anaknya lahir diberi nama
Raja Borbor Pertemuan Raja Lontung-Raja Borbor konon, setela dewasa Raja Lontung
berangkat menelusuru hutan untuk mencari ayahnya Seribu Raja. Suatu hari Raja Lontung merasa sangat haus. Dia pun beristirahat barang sejenak. Dibawah pohon
rindang, Raja Lontung mengambil pedangnya dan memotong salah satu akar pohon rotan untuk untuk mengambil airnya. Tetapi bila dia mengangkat akar rotan itu ke
mulutnya, tiba-tiba lepas karena ada yang menariknya dari sebelah. Begitulah terjadi sampai tiga kali.
Raja Lontung marah. Pasti ada orang yang mempermainkannya. Sekali lagi Raja Lontung menarik Rotan itu kuat-kuat sehingga terjadi tarik-menarik. Karena kesal yang
teramat sangat Raja Lontung berseru:”jangan ganggu saya”. Namun akhirnya terjadi perkelahian dengan orang yang belum dikenal oleh Raja Lontung. Masing-masing
mereka mengeluarkan ilmu sakti namun tidak ada kalah dan tidak ada menang.
Universitas Sumatera Utara
Akhirnya keduanya berkenalan. Lawan si Raja Lontung adalah Raja Borbor. Saat itu mereka saling bertanya siapa ayah mereka sebenarnya. Keduanya terkejut sebab ayah
mereka adalah Seribu Raja. Singkat cerita keturunan dari Raja Lontung dan Raja Borbor setelah mereka menikah dengan pasangan mereka masing-masing adalah etnis Batak
Toba sekarang. Satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan orang Tapanuli adalah Silsilah
tarombo, yang diwariskan oleh setiap ayah terutama kepada anak laki-lakinya. Konon, semua tarombo ditulis pada kulit kayu atau kain putih yang akan diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi melalui anak laki-laki. Dari tarombo ini nama leluhur
Pembawaan fisik yang kelihatan keras, galak, suara keras, terbentuk karena alam Tapanuli yang juga mem pengaruhi pola hidup orang Batak. Tapanuli tanahnya tandus
berbatu-batu, berada pada ketinggian yang sangat jauh diatas permukaan laut sehingga mengharuskan mereka bekerja keras untuk menghasilkan makanan. Tiupan angin yang
sangat kencang serta jarak antara rumah-rumah yang berjauhan menuntut mereka untuk berteriak agar suaranya dapat didengar oleh lawan bicaranya. Watak yang terlihat itu
hanyalah penampilan diluar saja, sebenarnya hati nurani mereka baik dan lembut.
4.2. Letak Geografis Kecamatan Girsang Sipangan Bolon