Mekanisme Pemungutan Pajak Air Tanah di Kota Bandung

4.3. Mekanisme Pemungutan Pajak Air Tanah di Kota Bandung

Mekanisme pemungutan Pajak Air Tanah di Kota Bandung dilaksanakan berdasarkan Peraturan Walikota Bandung No. 307 Tahun 2013 jo. Peraturan Walikota Bandung No. 392 Tahun 2012 jo. Peraturan Walikota Bandung No. 108 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Standar Operasional Prosedur Pemungutan Pajak Air Tanah. Proses administrasi Pajak Air Tanah di Kota Bandung melibatkan sekurang-kurangnya tiga instansi utama, yakni Dinas Pelayanan Pajak (Disyanjak) Kota Bandung, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung, dan Badan Penyelenggaraan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung. Ketiga instansi tersebut memiliki peran yang berbeda-beda, namun saling melengkapi dan berkoordinasi dalam proses administrasi Pajak Air Tanah di Kota Bandung.

Secara sederhana, tata cara pemungutan Pajak Air Tanah di Kota Bandung dapat dibagi menjadi beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Pendaftaran Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,

mereka yang tergolong Wajib Pajak Air Tanah adalam orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Setiap Wajib Pajak baru wajib mendaftarkan diri dan/atau melaporkan mereka yang tergolong Wajib Pajak Air Tanah adalam orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Setiap Wajib Pajak baru wajib mendaftarkan diri dan/atau melaporkan

a. Fotokopi identitas diri (KTP, SIM, atau paspor);

b. Fotokopi akte pendirian (untuk Badan Usaha); dan

c. Surat keterangan perizinan kegiatan/usaha dari instansi berwenang.

Setelah formulir telah diisi secara benar, jelas, dan lengkap disertai dengan lampiran yang diperlukan, Wajib Pajak kemudian harus menyerahkan kembali formulir dan kelengkapannya tersebut kepada Dinas Pelayanan Pajak. Dinas Pelayanan Pajak akan menindaklanjutinya dengan memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

2. Pendataan Kegiatan pendataan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

jumlah pengambilan dan pemanfaatan air tanah oleh setiap wajib pajak. Hal ini penting dilakukan karena erat kaitannya dengan perhitungan Nilai Perolehan Air (NPA), dimana volume pengambilan dan pemanfaatan Air akan mempengaruhi besaran NPA dan jumlah Pajak Air Tanah yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Kegiatan pendataan ini dilaksanakan oleh dua instansi, yakni Dinas Pelayanan Pajak (Disyanjak) dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung. Pendataan dilakukan dengan cara pencatatan meter air yang digunakan oleh Wajib Pajak. Dengan menggunakan Formulir Pendataan.

Dalam kegiatan pendataan ini terdapat koordinasi antara BPLH dan Disyanjak. Koordinasi tersebut diwujudkan dalam bentuk pembagian Dalam kegiatan pendataan ini terdapat koordinasi antara BPLH dan Disyanjak. Koordinasi tersebut diwujudkan dalam bentuk pembagian

3. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dan Surat Ketetapan Pajak Daerah (STPD)

Setelah penetapan NPA disampaikan oleh BPLH kepada Disyanjak, Disyanjak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). Walikota mendelegasikan wewenang dalam menerbitkan SKPD dan STPD kepada Kepala Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung, kemudian Kepada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan berdasarkan Nota Pengantar Perhitungan Pajak atau Dokumen lain. Dalam pelaksanaan penerbitan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan tersebut, Kepala Disyanjak wajib menyampaikan laporan secara periodik setiap bulan pada awal bulan berikutnya kepada Walikota.

Dalam hal penerbitan STPD, Kepala Disyanjak dapat menerbitkan STPD apabila terdapat kondisi-kondisi tertentu, yaitu apabila pajak air tanah dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, apabila hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, atau Wajib Pajak mendapat sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga. Dalam pelaksanaan penerbitan STPD, Kepala Disyanjak memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan secara periodik setiap bulan pada awal bulan berikutnya kepada Walikota.

4. Pembayaran

Pembayaran pajak dilakukan dengan pada Kas Daerah atau bendahara penerima yang berperan selaku penerima hasil pembayaran atau penyetoran pajak terutang. Pembayaran dapat juga dilakukan pada tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam SKPD atau STPD dan hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah paling lambat 1 x 24 jam. Pembayaran dilakukan secara sekaligus atau lunas dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) atau dokumen lain yang dipersamakan. Besar pajak terutang yang tercantum pada SKPD atau STPD wajib dibayar sekaligus di muka paling lambat 15 hari kalender setelah tanggal diterbitkan SKPD. Apabila pajak yang terutang dalam SKPD atau STPD tidak dibayar atau kurang dibayar setelah jatuh tempo, Wajib Pajak yang bersangkutan akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan dan ditagih dengan STPD.

5. Penagihan Penagihan diakukan apabila pajak yang terutang tidak atau kurang

dibayar setelah jatuh tempo pembayaran. Pertama-tama, Wajib Pajak diberikan surat peringatan atau surat teguran yang dikeluarkan 7 (tujuh) hari kalender sejak saat jatuh tempo pembayaran. Dalam jangka waktu tujuh hari setelah surat teguran tersebut diterima oleh Wajib Pajak, Wajib Pajak diharuskan melunasi pajak yang terutang. Surat peringatan atau surat teguran tersebut diberikan sebanyak tiga kali, apabila lewat 21 hari sejak diterbitkannya surat teguran pertama Wajib Pajak tidak kunjung melunasi pajak yang terutang, Kepala Disyanjak menerbitkan surat paksa. Ketentuan mengenai penagihan pajak dengan surat paksa diatur sesuai dengan Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.