METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2004), penelitian kualitatif adalah “penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, berupa perilaku, persepsi, motivasi, ataupun tindakan secara holistik dan dengan cara mendeskripsikannya dalam bentuk kata- kata dan bahasa” (p. 6). Cresswell (2007) mengemukakan pendapatnya mengenai penelitian kualitatif. Menurutnya, definisi penelitian kualitatif adalah sebagai berikut.

“Qualitative research begins with assumptions, a worldview, the possible use of a theoretical lens, and the study of research problems inquiring into the meaning individuals or groups ascribe to a social or human problem. To study this problem, qualitative researchers use an emerging qualitative approach to inquiry, the collection of data analysis that is inductive and establishes patterns or themes. The final written report or presentation includes the voices of participants, the reflexivity of the researcher, and a complex description and interpretation of the problem, and it extends the literature or signals a call for action. ” (Cresswell, 2007, p. 37)

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena masalah atau isu yang diangkat dalam penelitian ini dirasa perlu untuk dieksplorasi secara mendalam. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti dapat memperoleh suatu pemahaman yang kompleks dan mendetail mengenai isu atau permasalahan yang hanya dapat diperoleh lewat interaksi secara langsung dengan orang-orang yang berhubungan dengan permasalahan tersebut. (Cresswell, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena peneliti ingin menggambarkan bagaimana proses formulasi kebijakan kenaikan Harga Air Baku (HAB) dengan menyertakan pula gambaran mengenai pertimbangan- pertimbangan apa saja yang memberikan pengaruh dalam proses perumusan Harga Air Baku di Kota Bandung dalam upaya peningkatan fungsi regulerend

Pajak Air Tanah di Kota Bandung tanpa bermaksud untuk mengukur kesesuaian proses perumusan kebijakan tersebut dengan teori-teori perumusan kebijakan publik yang ada. Dalam penelitian ini, teori-teori mengenai perumusan kebijakan publik hanya berkedudukan sebagai rujukan bagi peneliti untuk melakukan penelitian, namun tidak menjadi pedoman atau ukuran uji dalam proses analisis yang peneliti lakukan.

3.2. Jenis / Tipe Penelitian Jenis atau tipe penelitian dapat dibedakan berdasarkan tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dimensi waktu penelitian, dan teknik pengumpulan data. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti berdasarkan klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut.

3.2.1. Berdasarkan Tujuan Penelitian Berdasarkan tujuannya, penelitian ini berjenis penelitian deskriptif. Suryabrata (1989) berpendapat bahwa “penelitian deskriptif adalah penelitian

yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian- kejadian.” (p.19). Dalam arti ini, penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar

yang bersifat deskriptif dan tidak diperlukan adanya proses menerangkan hubungan, metatest hipotesis, ataupun mendapatkan makna dan implikasi (Suryabrata, 1989). Penelitian ini ditujukan untuk membuat deskripsi secara mendetail, sistematis, faktual, dan akurat, mengenai proses formulasi kebijakan kenaikan Harga Air Baku (HAB) dalam upaya peningkatan fungsi regulerend Pajak Air Tanah di Kota Bandung.

3.2.2. Berdasarkan Manfaat Penelitian Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini temasuk dalam jenis penelitian

murni. Penelitian ini tidak ditujukan untuk kepentingan yang lain daripada pemenuhan kebutuhan intelektual dan akademis peneliti. Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan perpajakan, khususnya dalam hal formulasi kebijakan pajak.

3.2.3. Berdasarkan Dimensi Waktu Penelitian Berdasarkan dimensi waktu penelitian, penelitian ini merupakan penelitian

cross sectional . Sesuai dengan apa yang dikemukakan Neuman (2000), bahwa cross sectional . Sesuai dengan apa yang dikemukakan Neuman (2000), bahwa

3.2.4. Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

studi lapangan dan studi literatur.

a. Studi Lapangan (Field Research) Studi lapangan dilakukan dengan turun langsung ke lapangan dan melakukan wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah wawancara yang bersifat terbuka dan dilaksanakan berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi karena dalam pelaksanaan wawancara mendalam ini peneliti tidak langsung mempercayai informasi yang didapatkan, tapi perlu mengecek kebenaran dalam kenyataan melalui pengamatan. (Bungin, 2007, p. 100-101). Pada penelitian ini, wawancara mendalam dilakukan terhadap para informan yang berhubungan langsung dengan proses formulasi kebijakan kenaikan HAB di Kota Bandung.

b. Studi Literatur Peneliti menggunakan studi literatur sebagai salah satu teknik pengumpulan data dengan cara membaca dan mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan objek penelitian. Dalam memilih sumber bacaan untuk melakukan studi liteatur, peneliti mempertimbangkan dua kriteria sumber bacaan yang baik menurut Bungin (1989), yakni prinsip kemutakhiran (recency) dan prinsip relevansi (relevance) (p. 72).

3.3. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data kualitatif. Menurut Moleong (2004), analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (p. 103). Secara sederhana, sedikitnya terdapat tiga tahap utama dalam melakukan analisis data pada penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut.

“Data analysis consists of preparing and organizing the data (i.e., text “Data analysis consists of preparing and organizing the data (i.e., text

Dalam melakukan analisis data pada penelitian ini, pertama-tama peneliti menyiapkan dan mengorganisasi data-data yang telah terkumpul, kemudian terhadap hasil wawancara mendalam dilakukan konversi ke dalam bentuk transkrip. Setelah itu, peneliti melakukan klasifikasi, reduksi, dan interpretasi terhadap data-data tersebut. Langkah selanjutnya adalah membuat penyimpulan sementara, kemudian melakukan triangulasi atau check and recheck antara satu sumber dengan sumber daya yang lainnya hingga akhirnya dapat dibangun suatu kesimpulan akhir.

3.4. Informan Dalam menetapkan informan yang tepat untuk mendapatkan informasi dan

data-data yang akurat bagi sebuah penelitian, terdapat beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang informan. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut.

a. The informant is totally familiar with the culture

b. The individual is currently involved in the field

c. The person can spend time with the researcher

d. Nonanalytic individuals make better informant. (Neuman, 2000, p. 394- 395)

Berdasarkan kriteria tersebut, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proses formulasi kebijakan kenaikan Harga Air Baku (HAB) di Kota Bandung, antara lain:

 Aris Arifin, S.H., selaku aparat Bagian Hukum dan HAM Sekretariat Daerah Kota Bandung yang terlibat dalam proses formulasi kebijakan

kenaikan Harga Air Baku (HAB). Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai peran Bagian Hukum dan HAM Kota Bandung dalam proses formulasi kebijakan kenaikan Harga Air Baku (HAB) di Kota Bandung.

 Saptaji, Kepala Sub Bidang Pengelolaan Air Tanah Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung, selaku pihak yang

berhubungan langsung dengan pengelolaan sumber daya air tanah. Informasi yang digali dari informan ini adalah bagaimana gambaran tingkat eksploitasi air tanah di Kota Bandung dan pertimbangan- pertimbangan apa yang mendasari formulasi kebijakan kenaikan Harga Air Baku (HAB) di Kota Bandung.

 Barli Subarli, Koordinator Wilayah (KORWIL) Pajak Air Tanah Dinas Pelayanan Pajak (Disyanjak) Kota Bandung, sebagai pelaksana kebijakan

Pajak Air Tanah. Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai potensi Pajak Air Tanah di Kota Bandung, bentuk keterlibatan Disyanjak Kota Bandung dalam proses formulasi kebijakan kenaikan Harga Air Baku (HAB) di Kota Bandung, dan upaya-upaya yang telah dilakukan guna meningkatkan fungsi regulerend Pajak Air Tanah di Kota Bandung.

 Yudhi Permana, S.T., Sekretaris Eksekutif Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) selaku perwakilan dari unsur Wajib Pajak yang mendapat efek langsung dari permberlakuan kebijakan kenaikan Harga Air Baku (HAB) di Kota Bandung. Wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui bagaimana keterlibatan Wajib Pajak dalam proses formulasi kebijakan kenaikan Harga Air Baku (HAB) di Kota Bandung.

 Dr. Tjip Ismail, S.H., MBA., MM., selaku akademisi di bidang pajak daerah untuk mengetahui pendapat mengenai kebijakan kenaikan Harga Air Baku (HAB) sebagai upaya peningkatan fungsi regulerend Pajak Air Tanah di Kota Bandung. Informasi yang digali dari informan akademisi berupa pendapat mengenai bagaimana formulasi sebuah kebijakan seharusnya dilakukan dan alternatif kebijakan seperti apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi regulerend pajak, terutama Pajak Air Tanah.

3.5. Site Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di beberapa instansi di

Kota Bandung, seperti Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandung,

Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung, dan Bagian Hukum dan HAM Kota Bandung. Pemilihan Kota Bandung sebagai site penelitian dikarenakan adanya kebijakan yang sangat berani dari Kota Bandung untuk meningkatkan fungsi regulerend Pajak Air Tanah sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup dengan cara menaikkan Harga Air Baku (HAB) sebesar 1000%, yakni dari Rp500,00 per meter kubik menjadi Rp5.000,00 per meter kubik.

3.6. Batasan Penelitian Penelitian mengenai Formulasi Kebijakan Kenaikan Harga Air Baku

(HAB) sebagai Upaya Peningkatan Fungsi Regulerend Pajak Air Tanah di Kota Bandung ini didasarkan pada batasan wilayah pemungutan Pajak Air Tanah. Batasan permasalahan pada penelitian ini adalah mengenai kebijakan kenaikan Harga Air Baku (HAB) dalam komponen Harga Dasar Air (HDA) yang ditujukan untuk meningkatkan fungsi regulerend Pajak Air Tanah di Kota Bandung. Pembatasan ini dilakukan agar pembahasan permasalahan dalam penelitian ini dapat lebih terfokus dan tidak meluas kepada hal-hal lain di luar fokus penelitian yang telah ditetapkan.