Tata Cara Penghitungan Nilai Perolehan Air Tanah (NPA)

4.4. Tata Cara Penghitungan Nilai Perolehan Air Tanah (NPA)

Secara umum, tata cara penghitungan Nilai Perolehan Air Tanah (NPA) di Indonesia diatur dalam Lampiran X Keputusan Menteri ESDM No. 1451 K/10/MEM/2000. Dalam lampiran ini terdapat lima poin besar, yakni Secara umum, tata cara penghitungan Nilai Perolehan Air Tanah (NPA) di Indonesia diatur dalam Lampiran X Keputusan Menteri ESDM No. 1451 K/10/MEM/2000. Dalam lampiran ini terdapat lima poin besar, yakni

4.4.1. Komponen Nilai Perolehan Air

Nilai perolehan air mengandung dua komponen, yakni volume atau besarnya pengambilan air dan Harga Dasar Air (HDA). Besarnya HDA ditentukan oleh tiga komponen, yakni komponen sumber daya alam, komponen kompensasi pemulihan, dan komponen kompensasi peruntukan dan pengelolaan.

a. Komponen Sumber Daya Alam Terdapat tiga faktor yang menentukan nilai dari komponen sumber daya alam, ketiga faktor tersebut adalah jenis air bawah tanah, lokasi sumber air bawah tanah, dan kualitas air bawah tanah. Jenis air bawah tanah dibagi menjadi beberapa kategori, yakni air tanah dangkal, air tanah dalam, dan mata air. Sementara itu, lokasi sumber mata air bawah tanah dibagi menjadi dua kategori, yaitu daerah di luar jangkauan sumber air alternatif dan daerah di dalam jangkauan sumber air alternatif. Kemudian, kualitas air bawah tanah dibagi menjadi dua jenis, yakni kualitas baik untuk bahan baku air minum dan kualitas jelek untuk bahan baku air minum.

b. Komponen Kompensasi Pemulihan Komponen pemulihan adalah biaya bagi usaha perbaikan perubahan lingkungan akibat pengambilan air bawah tanah. Kompensasi ini dikenakan bagi semua jenis pengambilan air tanah dan semua tingkat dampak pengambilan air tanah. Pada dasarnya, semakin besar volume pengambilan air tanah, maka semakin besar risiko kerusakannya, sehingga besarnya kompensasi ditentukan secara progresif tergantung besarnya volume pengambilan air tanah. Biaya komponen kompensasi pemulihan meliputi biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadi penurunan muka air bawah tanah, biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadi salinisasi, biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadi penurunan muka tanah (land subsidence), dan biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadi pencemaran air bawah tanah.

c. Komponen Kompensasi Peruntukan dan Pengelolaan

Penggunaan air tanah diprioritaskan untuk air minum serta dibedakan berdasarkan subjek pemakainya menjadi non niaga, niaga kecil, industri kecil, niaga besar, dan industri besar. Setiap kelompok pemakai dikenai biaya peruntukan yang berbeda dimana usaha non niaga dikenakan biaya peruntukan paling kecil dan industri dikenakan paling tinggi. Bila dirasa perlu, penggolongan tersebut dapat dirinci kembali sesuai dengan kondisi daerah setempat.

4.4.2. Penentuan Nilai Perolehan Air

a. Bobot Komponen Sumberdaya Alam Bobot komponen sumberdaya alam dibedakan menjadi tiga tingkat bobot, yakni bobot 9, bobot 4, dan bobot 1. Bobot 9 diperuntukkan bagi suatu daerah yang mempunyai sumberdaya air tanah dengan potensi yang besar baik kualitas maupun kuantitasnya, tapi ada sumber daya air alternatif mempunyai peringkat 3. Bobot 4 adalah bagi suatu daerah yang mempunyai sumber daya air tanah dengan potensi yang besar secara kualitas maupun kuantitas, tapi tidak ada alternatif sumberdaya air, mempunyai peringkat 2. Bobot 1 diperuntukkan bagi daerah dengan sumber daya air tanah yang potensinya kecil karena kualitasnya jelek, mempunya peringkat 1. Bobot-bobot tersebut dipakai sebagai faktor pengali terhadap Harga Air Baku (HAB) air tanah.

b. Bobot Komponen Kompensasi Bobot komponen kompensasi ditentukan berdasarkan subjek pengambil dan volume pemakaiannya setiap bulan secara progresiif. Daftar bobot dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut.