PEMERIKSAAN FISIK KEPALA LEHER

F. PROSEDUR

1. Interpersonal

 Membina sambung rasa senyum, salam dan sapa  Jelaskan pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan.  Meminta pasien melepas semua atribut yang melekat dikepala.  Cuci tangan WHO

2. Pemeriksaan Kepala

 Jelaskan pada pasien pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan  Meminta pasien melepas semua atribut yang melekat dikepala termasuk rambut palsu.  Posisi pasien sebaiknya duduk, kepala tegak lurus dan diam agar seluruh rambut dapat

diperiksa dengan mudah  Tanyakan pada pasien apakah :

1. Rambutnya mudah rontok,

2. Adanya perubahan warna,

3. Gangguan pertumbuhan rambut,

4. Penggunaan shampo atau produk lain perawatan rambut, alat pengeriting dan menjalani kemoterapi.

 Inspeksi Lakukan inspeksi pada ukuran, bentuk dan posisi kepala terhadap tubuh, Normal kepala tegak lurus dan digaris tengah tubuh. Tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal dibagian anterior dan oksipital dibagian posterior. Pada wajah, apakah ada kelainan kulit, wajahnya simetris atau tidak, bibir sianosis atau tidak

1. Perhatikan ekspresi wajah dan kontak mata memberi petunjuk tentang keadaan emosional pasien. Jangan mengabaikan penemuan-penemuan penting ini.

2. Rambut: penyebaran, ketebalan, tekstur dan lubrikasi. Dalam keadaan normal rambut biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak.

3. Kulit kepala, meliputi adaya lesi, luka, erupsi dan pustular pada kulit kepala dan folikel rambut.

4. Apakah ada hewan parasit pada rambut

5. Perhatikanlah alis mata, yang tumbuh dengan sangat lambat. Hilangnya sepertiga lateral alis mata kadang-kadang dijumpai pada miksedema, suatu keadaan yang disebabkan oleh kekurangan hormon tiroid.

6. Bola mata perhatikanlah apakah pasien menderita eksoftalmus atau tidak.

7. Periksalah, konjungtiva dan sklera untuk melihat peradangan dan perubahan warna.

8. Kornea dapat diperiksa secara langsung. Ia tidak mengandung pembuluh darah sama sekali dan mempunyai banyak persarafan.

9. Iris normal harus bulat dan simetris.

10. Reaksi pupil harus diperiksa dalam beberapa cara. Pertama, sinarilah dengan cepat dan langsung ke dalam dalam salah satu mata dan perhatikanlah kontraksi yang normal. Kedua, tindakan ini membuktikan keutuhan busur dari reseptor ke efektor baik pada mata yang diperiksa maupun pada mata kontralateral. Kontraksi terjadi pula kalau mata berakomodasi untuk melihat dekat.

11. Inspeksi hidung dengan memperhatikan permukaan hidung, ada atau tidak asimetri, deformitas atau inflamasi.

12. Inspeksi atau perhatikan posisi telinga dikepala Pangkal heliks harus berada pada garis horizontal dengan sudut mata. Telinga yang terletak rendah sering menyertai kelainan congenital di tempat lain.

 Palpasi

1. Palpasi pada kepala dan leher berguna untuk memastikan keterangan yang telah diperoleh dari inspeksi. Kepala dalam sikap sedikit fleksi dan ‖terbuai‖ dalam tangan

pemeriksa. Lakukan palpasi dengan menggunakan sarung tangan, sisihkan rambut untuk melihat karakteristik kulit kepala.

Gambar Palpasi kepala dan leher

2. Lakukan penarikan ringan pada rambut untuk mengetahui apakah ada kerontokan rambut, yang diakibatkan penyakit kulit kepala, gangguan fungsi tubuh seperti demam, pemberian anastesi atau pengobatan kemoterapi.

3. Palpasi pada kulit kepala, apakah terdapat masa. Jelaskan mengenai ukuran, konsistensi dan permukaannya.

4. Palpasi kepala apakah ada nodul, tumor dengan cara merotasikan ujung jari kebawah dari garis tengah kulit kepala dengan lembut dan kemudian kesisi samping kepala. Kulit kepala diatas tulang normalnya halus dan elastis. Selanjutnya, palpasi daerah zygomatocus, hidung, dan, maxila, mandibula dan jaringan lunak di atasnya.

5. Pada neonatus palpasi ringan fontanel anterior dan posterior, ukuran, bentuk dan tekstur. Fontanel yang normal umumnya datar dan berbatas jelas. Fontanel posterior tertutup pada umur 2 bulan dan fontanel anterior tertutup pada usia 12-18 bulan. Adanya deformitas tulang kepala dapat disebabkan trauma, kepala besar (makromegali) dapat disebabkan kelebihan hormon pertumbuhan. Pada bayi kepala besar dapat disebabkan kelainan kongenital, hidrosepalus.

3. Pemeriksaan Leher

 Inspeksi Leher

1. Posisi pasien duduk menghadap pemeriksa.

2. Inspeksi kesimetrisan otot-otot leher, keselarasan trakea, dan benjolan pada dasar leher serta vena jugular dan arteri karotid.

3. Mintalah pasien untuk: menundukkan kepala sehingga dagu menempel ke dada, dan menegadahkan kepala ke belakang, perhatikan dengan teliti area leher dimana nodus tersebar. Bandingkan kedua sisi tersebut

4. Menoleh ke kiri-kanan dan kesamping sehingga telinga menyentuh bahu. Perhatikan fungsi otot-otot sternocleidomastoideus dan trapezius.

5. Minta pasien menengadahkan kepala, perhatikan adanya pembesaran pada kelenjar tiroid. Selanjutnya minta pasien menelan ludah, perhatikan gerakan pada leher depan daerah kelenjar tiroid, ada tidaknya massa dan kesimetrisan.

 Palpasi Leher

1. Pasien posisi duduk santai dan pemeriksa dibelakangnya

2. Pasien menundukan kepala sedikit atau mengarah kesisi pemeriksa untuk merelaksasikan jaringan dan otot-otot.

3. Palpasi lembut dengan 3 jari tangan masing-masing nodus limfe dengan gerakan memutar. Palpasi dimulai dari daerah oksipital, tangan digerakkan ke daerah aurikularis posterior, ke daerah trigonum colli posterior untuk meraba nnll. servikalis posterior, sepanjang muskulus sternokleidomastoideus untuk meraba nnll. servikalis superfisialis, melintasi muskulus sternokleidomastoideus untuk meraba nnll. servikalis profunda, masuk ke dalam trigonum colli anterior; ke atas tepian rahang untuk meraba nnll.tonsilaris, sepanjang rahang untuk meraba nnll.submaksilaris, dan raba nodul submental. Setiap adanya pembesaran kelenjar harus diperhatikan mobilitasnya, konsistensinnya, dan nyeri tekan.

4. Bandingan nodus kedua sisi leher, Periksa ukuran, bentuk, garis luar, gerakan, konsistensi, mobilisasi, dan rasa nyeri yang timbul.

5. Jangan gunakan tekanan berlebihan saat mempalpasi karena nodus kecil dapat terlewati.

6. Lanjutkan palpasi

7. Untuk memeriksa kelenjar tiroid terdapat dua cara palpasi kelenjar tyroid.

a. Cara pemeriksaan pertama dilakukan dengan pasien dan pemeriksa duduk berhadapan. Lakukan palpasi ringan dengan 2 jari dari tangan kanan kiri dibawah kartilago krikoid. Langkah – langkah palpasi tyroid :  Minta pasien untuk menekuk leher ke depan agar otot Sternocleidomastoideus

rileks.  Letakkan jari kedua tanganmu pada leher pasien sehingga kamu dapat menempatkan jarimu dibawah kartilago krikoid.  Minta pasien untuk menelan, kemudian rasakan istmus tiroyd menonjol dibawah

jarimu (tidak selalu dapat dirasakan)  Geser trakea ke arah kanan pemeriksa dengan jari kiri, kemudian jari kanan meraba ke samping untuk menemukan lobus kanan tyroid pada celah antara

trakea yang digeser dan otot Sternocleidomastoid yang rileks.  Dengan cara yang sama lakukan pada lobus yang kiri. Lobus kelenjar Tiroid kadang-kadang teraba lebih keras dibandingkan istmus tyroid, sehingga harus

sering berlatih. Permukaan depan dari sisi lateral lobus, teraba sebesar phalang distal ibu jari dan terasa kenyal.

Pemeriksaan cara 1

Pemeriksaan cara 2

Gambar Pemeriksaan kelenjar tiroid

b. Cara Pemeriksaan yang kedua :  Pemeriksa harus berdiri di belakang pasien.  Letakkan kedua tangan pada leher pasien, dimana posisi leher harus sedikit

ekstensi.  Pemeriksa memakai tangan kiri mendorong trakea ke kanan. Pasien diminta

menelan sementara tangan kanan pemeriksa meraba kelenjar tyroid.  Pasien diminta sekali lagi untuk menelan saat trakea terdorong ke kiri, dan pemeriksa meraba kelenjar tyroid.  Nyatakan hasil pemeriksaan meliputi ukuran, konsistensi kelenjar dan ada

tidaknya nyeri tekan.

8. Pemeriksaan trakhea

 Posisi pasien duduk tegak menghadap lurus kedepan dengan leher terbuka  Posisi pemeriksa di depan pasien agak kesamping.  Leher pasien sedikit fleksi sehingga otot sternokleidomastoideus relaksasi.

 Posisi dagu pasien harus digaris tengah.  Perhatikan bagian bawah trakea sebelum masuk dalam rongga dada, bagian ini paling

mudah bergerak.  Pemeriksa dengan menggunakan ujung jari telunjuk yang ditekankan lembut kedalam lekukan suprasternal tepat di medial dari sendi sternoklavikularis bergantian dikedua

sisi trakea  Keadaan normal bila ujung jari hanya menyentuh jaringan lunak di sebelah

menyebelah trakhea. Bila ujung jari menyentuh tulang rawan trakhea tidak digaris median maka deviasi trakea kearah tersebut, sedangkan sisi lain hanya menyentuh jaringan lunak.

 Auskultasi leher dilakukan apabila didapatkan kelenjar tyroid membesar. Letakkan stetoskop pada samping lobus untuk mendengar bunyi bruit (suaranya mirip mur – mur jantung, namun bukan berasal dari jantung) bila dapat didengar bising sistolik maka mengarahkan adanya penyakit graves.

 Informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status

Gambar Pemeriksaan trakhea

4. Profesionalisme Item

1. Cuci tangan WHO

2. Melakukan dengan percaya diri dan minimal error.

G. DAFTAR PUSTAKA

1. Harrison, 2005, Principles of Internal Medicine, edisi 16,McGraw – Hill, Part 14

2. Setiohadi, B., I. Subekti. 2006. Buku Ajar Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen IPD FK UI. Jakarta

3. Snell,Richard S, 2006, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, edisi 6, EGC. Jakarta.

4. Szilagy, Peter G. , 2002 , Bate's guide to physical examination, McGraw – Hill , Chapter 5: 155-208

CEKLIST KETERAMPILAN PEMERIKSAAN KEPALA LEHER No

Aspek

Nilai Feedback

0 1 2 INTERPERSONAL

1 Membina sambung rasa Senyum, salam dan sapa

2 Jelaskan pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan.

3 Meminta pasien melepas semua atribut yang melekat dikepala.

4 Cuci tangan WHO

CONTENT Pemeriksaan Kepala

5 Meminta pasien duduk, kepala tegak lurus dan diam

6 Menanyakan apakah ada kerontokan rambut, perubahan warna, gangguan pertumbuhan rambut, penggunaan shampo atau produk lain perawatan rambut, alat pengeriting dan kemoterapi

7 Lakukan inspeksi pada ukuran, bentuk, dan posisi kepala terhadap tubuh

8 Lakukan inspeksi rambut : penyebaran,ketebalan, tekstur dan lubrikasi

9 Lakukan inspeksi kulit kepala

10 Lakukan inspeksi apakah ada kutu kepala

11 Lakukan palpasi dengan menggunakan sarung tangan, sisihkan rambut untuk melihat karakteristik kulit kepala

12 Lakukan penarikan ringan pada rambut untuk mengetahui apakah ada kerontokan rambut.

13 Lakukan palpasi kepala apakah ada nodul atau tumor

14 Pada neonatus lakukan palpasi ringan fontanel anterior dan posterior

Pemeriksaan Leher Inspeksi

15 Inspeksi kesimetrisan otot-otot leher, trakea, dan benjolan pada dasar leher, vena jugular dan arteri karotis Perhatikan nodus tersebar. Bandingkan kedua sisi tersebut.

16 Perhatikan fungsi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

17 Minta pasien menengadahkan kepala, perhatikan adanya pembesaran kelenjar tiroid.

18 Minta pasien menelan ludah, perhatikan gerakan pada leher depan daerah kelenjar tiroid, lihat ada tidaknya massa dan kesimetrisan.

Palpasi

19 Minta pasien duduk santai dan pemeriksa dibelakangnya.

20 Meminta pasien menundukkan kepala sedikit atau mengarah 20 Meminta pasien menundukkan kepala sedikit atau mengarah

22 Periksa masing-masing nodus limfe dengan gerakan memutar.

23 Bandingkan kedua sisi leher. Periksa ukuran, bentuk, garis luar, gerakan, konsistensi, dan rasa nyeri yang timbul.

24 Palpasi nodus servikal superfisial, nodus servikal posterior, nodus servikal profunda, dan nodus supraklavikular.

25 Lakukan palpasi kelenjar tiroid

26 Lakukan pemeriksaan trakhea

Auskultasi

27 Letakkan stetoskop pada samping lobus tiroid kiri dan kanan untuk mendengar bunyi bruit.

28 Informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat