METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 3), “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu ”. Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Karangtowo yang beralamatkan di Jalan Raya Semarang-Demak Km. 15 Karangtowo, Karang tengah, Demak 59561. SD Negeri Karangtowo ini tepatnya berada di Desa Karangtowo, Kecamatan Karang tengah, Kabupaten Demak.

Alasan pemilihan tempat ini adalah karena di SD Negeri Karangtowo ini belum pernah dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran ADDIE dan karena lokasinya sangat strategis di tepi jalan pantura kota Demak, sehingga sangat mudah dijangkau dalam situasi dan kondisi apapun serta mudah mendapatkan data-data yang diperlukan di SD Negeri Karangtowo ini.

2. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013, lebih tepatnya pada bulan Januari tahun 2013.

C. Variabel Penelitian

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ” (Sugiyono, 2010: 61). Sehingga variabel penelitian yang dimaksud adalah suatu sifat yang akan diteliti dan digunakan untuk menarik kesimpulan.

Menurut sugiyono (2010: 61-64), macam-macam variabel dibedakan menjadi: (1) variabel independen, yaitu variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi; (2) variabel dependen, yaitu variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi; (3) variabel moderator, yaitu variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen; (4) variabel intervening, adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur; dan (5) variabel kontrol, adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.

Jadi, variabel penelitian menurut Sugiyono dibedakan menjadi lima macam. Sehubungan dengan teori di atas, maka penelitian ini yang berjudul: “Keefektifan Model Pembelajaran ADDIE Berbantuan Media Miniatur Bangun Datar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Karangtowo Demak Tahun 2012/2013 ”, perlu kiranya disampaikan jenis variabel-variabelnya untuk menjaga agar tidak sampai terjadi bermacam- macam interpretasi dan untuk memberi kepastian kepada pembaca tentang arah Jadi, variabel penelitian menurut Sugiyono dibedakan menjadi lima macam. Sehubungan dengan teori di atas, maka penelitian ini yang berjudul: “Keefektifan Model Pembelajaran ADDIE Berbantuan Media Miniatur Bangun Datar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Karangtowo Demak Tahun 2012/2013 ”, perlu kiranya disampaikan jenis variabel-variabelnya untuk menjaga agar tidak sampai terjadi bermacam- macam interpretasi dan untuk memberi kepastian kepada pembaca tentang arah

1. Variabel Terikat (Y) Variabel terikat dalam penelitian ini berupa prestasi belajar siswa. Dimana prestasi belajar siswa dalam penelitian ini ada dua yaitu: Y 1 : prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar. Y 2 : prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional.

2. Variabel Bebas (X) Variabel bebas dalam penelitian ini berupa model pembelajaran, dimana ada dua variabel bebas, yaitu:

X 1 : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar.

X 2 : pembelajaran

pembelajaran konvensional.

dengan menggunakan model

D. Populasi, Sampel, dan Sampling

1. Populasi “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, 2010:

173). Jadi, populasi adalah jumlah keseluruhan subyek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V (lima) SD Negeri Karangtowo Kecamatan Karang tengah Kabupaten Demak tahun pelajaran

2012/2013 yang terdiri dari 2 (dua) kelas yaitu kelas V.A yang terdiri dari 30 siswa dan kelas V.B yang terdiri dari 30 siswa.

2. Sampel “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Arikunto, 2010: 174). Jadi, sampel yang dimaksud di sini adalah jumlah subyek atau subyek yang mewakili yang akan digunakan untuk penelitian. Karena populasi yang dilakukan dalam penelitian ini jumlah subjeknya kurang dari 100 siswa, maka sampel dalam penelitian ini adalah sama dengan populasi yang diteliti, yaitu siswa kelas V (lima) SD Negeri karangtowo Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 2 (dua) kelas yaitu kelas V.A yang terdiri dari 30 siswa dan kelas V.B yang terdiri dari 30 siswa.

3. Teknik Sampling Menurut Sugiyono (2010: 118), teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu probability sampling dan non probability sampling.

Jadi, teknik sampling adalah cara pengambilan sampel yang akan digunakan untuk penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan jenis sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota Jadi, teknik sampling adalah cara pengambilan sampel yang akan digunakan untuk penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan jenis sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

V.A dan V.B yang seluruhnya berjumlah 60 siswa menjadi tiga kelas yang masing-masing kelas terdiri dari 20 siswa. Dimana kelas V.A untuk dikenai model pembelajaran ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar, kelas

V.B untuk dikenai model pembelajaran konvensional, dan kelas V.C untuk dijadikan sebagai kelas uji instrumen soal penelitian. Hal ini biasanya dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil. “Sampling jenuh juga sering disebut total sampling atau sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel ” (Sugiyono, 2010: 124).

E. Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes Menurut Arikunto (2010: 193-194), tes sebagai metode pengumpul

data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, kecerdasan, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Macam tes ditinjau dari sasaran atau objek yang akan dievaluasi, dapat dibedakan menjadi: (1) tes kepribadian atau personality test, (2) tes bakat atau aptitude test , (3) tes inteligensi atau intelligence test, (4) tes sikap atau attitude test, (5) teknik proyeksi atau projective technique, (6) tes minat atau measures of interest, dan (7) tes prestasi atau achievement test .

Jadi, metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Salah satunya menggunakan tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau achievement Jadi, metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Salah satunya menggunakan tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau achievement

2. Non Tes

a. Observasi Menurut Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2010: 203), “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis ”. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Menurut Sugiyono (2010: 205), dari segi instrumentasi yang digunakan, “observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur”. Jadi, observasi sebagai metode pengumpulan data dapat dibedakan menjadi dua yaitu observasi terstruktur dimana lembar observasi sudah dipersiapkan secara terperinci dan observasi tidak terstruktur dimana lembar observasi tidak dipersiapkan secara sistematis. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan menggunakan metode observasi terstruktur. Observasi dilakukan terhadap siswa kelas V SD

Negeri Karangtowo melalui pengamatan guru dan kepala sekolah. Observasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar.

b. Dokumentasi “Dokumentasi, dari asal katanya dokumen yang artinya barang- barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya ” (Arikunto, 2010: 201). Jadi, dokumentasi bertujuan untuk mengungkapkan fakta atau kenyataan pada saat pelaksanaan tindakan.

F. Desain Penelitian atau Rancangan Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 123), “desain penelitian adalah rancangan penelitian ”. Jadi, desain penelitian adalah rancangan yang akan digunakan sebagai cara penelitian. Menurut Sugiyono (2010: 108-116), bentuk “desain penelitian eksperimen dibagi menjadi: (1) Pre Experimental Design, (2) True Experimental Design yang dibagi menjadi dua macam, yaitu Post-test only control design dan Pretest-posttest control group design, (3) Factorial Experimental, dan (4) Quasi Experimental ”.

Berdasarkan keempat rancangan penelitian yang dapat digunakan, maka penulis lebih memilih true experimental design karena jenis eksperimen ini dianggap sudah baik dan sudah memenuhi persyaratan. Untuk mengetahui Berdasarkan keempat rancangan penelitian yang dapat digunakan, maka penulis lebih memilih true experimental design karena jenis eksperimen ini dianggap sudah baik dan sudah memenuhi persyaratan. Untuk mengetahui

Gambar 13 Pretest-posttest control group design Keterangan:

O 1 = Pretest pada kelas eksperimen O 2 = Posttest pada kelas eksperimen O 3 = Pretest pada kelas kontrol O 4 = Posttest pada kelas kontrol

E = Kelas eksperimen

= Kelas kontrol

Di dalam desain ini, terdapat dua kelompok yang memiliki kemampuan yang sama, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Selanjutnya dari kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar serta kelompok kontrol tidak diberi perlakuan, tetapi hanya menggunakan pembelajaran yang konvensional. Hasil posttest yang baik bila nilai kelompok eksperimen berbeda

sangat signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O 2 −O 1 ) − (O 4 −O 3 ).

G. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 192), “instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk memperoleh data penelitian sesuai dengan metode yang digunakan ”. Jadi, instrumen penelitian yang akan digunakan di sini harus sesuai dengan metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes Instrumen tes yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa berupa soal tes prestasi. Tes prestasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis untuk mengetahui skor peningkatan prestasi individu. Tes diberikan pada akhir pembelajaran kepada masing-masing siswa. Tes dikerjakan secara individu.

Soal tes tersebut adalah tes yang diberikan setelah materi pokok bahasan mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar selesai disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar. Prosedur yang akan ditempuh dalam pengadaan instrumen adalah:

a. Mengadakan pembatasan terhadap materi yang akan diteskan.

b. Menentukan tipe soal yaitu pilihan ganda.

c. Menentukan jumlah butir soal dan waktu yang disediakan untuk menyelesaikan soal-soal tes.

d. Pembuatan kisi-kisi soal.

e. Penulisan butir soal.

f. Melengkapi instrumen dengan petunjuk dan kunci jawaban.

g. Uji coba soal tes, soal tes diujicobakan dahulu dengan melakukan try-out di kelas lain.

h. Penganalisaan hasil yaitu menganalisa item soal yang diujicobakan. Penganalisaan hasil ini dilakukan dengan cara mengukur dan menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Secara umum diuraikan sebagai berikut:

1) Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti mempunyai validitas rendah. Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilai (instrumen) terhadap aspek yang dinilai sehingga benar- benar menilai apa yang seharusnya dinilai.

Validitas empiris dari tes ini dicari validitasnya butir soal dengan menggunakan korelasi antara skor butir soal tersebut dengan skor total. Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi product moment , sebagai berikut:

Rumus Korelasi Product Moment ∑ (∑ )(∑ )

Keterangan :

= Koefisien korelasi antara x dan y

= Jumlah subjek atau siswa yang diteliti

ΣX

= Skor tiap butir soal

ΣY

= Skor total

X  2 = Jumlah kuadrat skor butir soal Y  2 = Jumlah kuadrat skor total

Setelah didapat harga , kemudian dikonsultasikan dengan harga ktitik yang ada pada tabel dengan taraf nyata 5%. Apabila lebih besar dari harga tabel, maka butir soal tersebut valid. Namun, apabila lebih kecil dari harga tabel, maka butir soal tersebut dinyatakan tidak valid (Arikunto, 2010: 213).

Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen dari 40 soal yang diujikan, diperoleh 30 soal dinyatakan valid. Validitas tiap-tiap item dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment kemudian dikonsultasikan dengan tabel r product moment dengan n =

20 dan α = 0,05 sehingga diperoleh r tabel= 0,444. Apabila r hitung >r tabel maka item soal dikatakan valid dan apabila sebaliknya, maka dikatakan item soal tidak valid. Berdasarkan hasil analisis tes uji coba instrumen, diperoleh bahwa soal yang tidak valid adalah soal nomor 1, 9, 16, 17,

19, 24, 25, 28, 35, dan 40. Oleh karena itu, soal tersebut tidak digunakan lagi. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran

2) Reliabilitas Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Menurut Arikunto (2010: 221), “suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang 2) Reliabilitas Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Menurut Arikunto (2010: 221), “suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang

a) Membuat tabel analisis butir soal atau butir pertanyaan.

b) Mengelompokkan skor-skor menjadi dua belahan bagian ganjil dan bagian genap.

c) Belahan bagian yang bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan belahan bagian yang bernomor genap sebagai belahan kedua.

d) Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua

sehingga diperoleh harga .

e) Harga merupakan indeks korelasi yang diperoleh baru menunjukkan hubungan antara dua belahan instrumen, maka untuk

memperoleh indeks reliabilitas soal masih harus menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu:

Rumus Spearman-Brown

Keterangan:

= reliabilitas instrumen

yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen

tidak reliabel. Tetapi apabila harga lebih dari harga , maka instrumen dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil analisis uji instrumen diperoleh hasil r 11 = 0,879. Harga tersebut dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 20, diperoleh r tabel = 0,444. Jadi r 11 > r tabel. Dengan demikian dapat dikatakan alat ukur tersebut adalah reliabel. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 26.

3) Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan usaha menyelesaikannya, soal yang terlalu sukar atau menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauan. Indeks kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Menurut Arikunto (2008: 207-210), untuk menghitung tingkat kesukaran soal pilihan ganda, yang digunakan adalah rumus:

Rumus Mencari Tingkat Kesukaran

Keterangan: P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk menginterprestasikan nilai tingkat kesukaran itemnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut:

a) Jika soal dengan P adalah 0,00 sampai 0,30 maka soal sukar.

b) Jika soal dengan P adalah 0,30 sampai 0,70 maka soal sedang.

c) Jika soal dengan P adalah 0,70 sampai 1,00 maka soal mudah.

Soal-soal yang diujicobakan memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Hasil dari uji coba instrumen menunjukkan bahwa soal yang berkriteria mudah adalah soal nomor 17, 24, 25, dan 35. Soal yang berkriteria sukar adalah soal nomor 9 dan 40. Sedangkan soal yang lainnya berkriteria sedang. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 24.

4) Daya Pembeda Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu soal mampu membedakan antara siswa yang pandai (kelompok atas) dengan siswa yang kurang pandai (kelompok bawah). Suatu soal dianggap baik bila siswa yang pandai dapat menjawab dengan benar dan siswa yang kurang pandai menjawab salah, semakin besar daya pembeda soal maka soal tersebut semakin baik. Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bentuk soal pilihan ganda adalah sebagai berikut:

Rumus Mencari Daya Pembeda

Keterangan :

D = Daya pembeda soal = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar

= Banyaknya siswa kelompok atas = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar = Banyaknya siswa kelompok bawah = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Untuk menginterprestasikan nilai tingkat kesukaran itemnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut:

a) Jika D ≤ 0,00 adalah soal sangat jelek, tidak baik.

b) Jika 0,00 < D ≤ 0,20 adalah soal jelek.

c) Jika 0,20 < D ≤ 0,40 adalah soal cukup baik.

d) Jika 0,40 < D ≤ 0,70 adalah soal baik.

e) Jika 0,70 < D ≤ 1,00 adalah soal sangat baik. (Arikunto, 2008: 211- 214). Untuk menganalisa daya pembeda pada soal-soal uji coba digunakan lima kriteria yaitu sangat jelek, jelek, cukup, baik, dan sangat baik. Berdasarkan analisis tes uji coba diperoleh bahwa soal yang berkriteria cukup baik adalah soal nomor 1, 4, 16, 19, 21, 24, 27,

28, 29, 33, 37, dan 40. Sedangkan soal yang berkriteria baik adalah soal nomor 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 20, 22, 23, 26, 30,

31, 32, 34, 36, 38, dan 39. Soal yang berkriteria jelek adalah soal nomor 9, 17, 25, dan 35, maksudnya adalah soal tersebut kurang baik 31, 32, 34, 36, 38, dan 39. Soal yang berkriteria jelek adalah soal nomor 9, 17, 25, dan 35, maksudnya adalah soal tersebut kurang baik

2. Non Tes

a. Lembar Observasi (Check-list) Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika berbentuk check-list dengan pilihan jawaban “ya” atau “tidak”, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda centang (√) pada tempat yang disediakan. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar. Dari hasil observasi selanjutnya dibuat kesimpulan berdasarkan data dari lembar observasi.

b. Pedoman Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini berbentuk catatan lapangan yang merupakan catatan tertulis tentang segala sesuatu yang berisi hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran di kelas. Hal-hal yang dicatat antara lain suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, dan peningkatan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan aktivitas siswa yang aktif dalam proses pembelajaran.

H. Teknik Analisis Data

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam kegiatan penelitian. Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan subyek penelitian.

2. Menentukan secara acak kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

3. Menyeimbangkan kedua kelompok yang berdistribusi normal agar dapat diketahui bahwa kedua kelompok berangkat dari titik tolak yang sama yaitu dengan mencari homogenitasnya.

4. Pada pembelajaran, kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar. Sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan model konvensional (ekspositori).

5. Kedua kelompok diberi tes pada akhir pembelajaran berupa tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda.

Teknik analisis data yang digunakan untuk memperoleh data hasil pembelajaran matematika dengan model pembelajaran ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri Karangtowo tahun pelajaran 2012/2013 dapat disajikan dengan skema sebagai berikut:

Data tes hasil pembelajaran matematika kelas V SD N Karangtowo

Kelas uji coba Dua kelas dengan kemampuan seimbang

Uji instrumen test

Kelas eksperimen dengan

Kelas kontrol dengan

model konvensional Analisis instrumen test

model pembelajaran ADDIE

berbantuan media miniatur

(ekspositori)

Uji coba untuk

bangun datar

menentukan instrumen

test

Proses belajar mengajar

Tes hasil belajar

(evaluasi)

Analisis tes hasil belajar

Gambar 14 Teknik Analisis Data

I. Hipotesis Statistik

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data kemudian dianalisis. Analisis dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan, sebagai berikut:

1. Analisis Awal Sebelum memberi perlakuan kepada kelas eksperimen, perlu dianalisis kedua kelompok melalui uji normalitas dan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan nilai hasil pre-test masing-masing individu.

a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel kedua kelompok berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, pengujian ini dapat dilakukan menggunakan uji kenormalan dengan uji lilliefors.

Misalkan sampel acak dengan menggunakan x 1 , x 2 , …, x n . Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya, yaitu:

H 0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

H 1 : sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. Adapun langkah untuk menguji kenormalan suatu sampel adalah:

1) Pengamatan x 1 , x 2 , …, x n dijadikan bentuk baku z 1 , z 2 , …, z n dengan menggunakan rumus:

( ̅) ( ̅ dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel.

2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang: F(z i ) = P (z ≤ z i ).

3) Selanjutnya dihitung proporsi z 1 , z 2 , …, z 3 yang lebih kecil atau sama dengan z i , jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z i ) =

4) Hitung selisih |F(z i ) – S(z i )|

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut,

sebutlah harga terbesar ini L 0 .

Untuk menerima atau menolak H 0 , maka nilai dari L 0 dibandingkan dengan nilai table kritis L untuk uji lilliefors pada taraf signifikan α.

Kriterianya adalah jika L 0 ≥ L tabel maka H 0 ditolak berarti sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal dan jika L 0 ≤ L tabel maka H 0

diterima berarti sampel dari populasi berdistribusi normal (Sudjana, 2005: 466-467).

b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Untuk mengetahui kesamaan rata-rata dua kelompok sebelum perlakuan maka perlu diuji menggunakan uji dua pihak. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H 0 : µ 1 = µ 2 (rata-rata prestasi belajar siswa dari kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama).

H 1 : µ 1 ≠ µ 2 (rata-rata prestasi belajar siswa dari kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah tidak sama).

Keterangan : µ 1 = Rata-rata kelompok eksperimen µ 2 = Rata-rata kelompok kontrol

Apabila varians dari kedua kelompok adalah sama tetapi tidak diketahui harganya, maka rumus statistik yang digunakan adalah:

dengan

Keterangan: t

= Perbedaan rata-rata s

= Simpangan baku x 1 = Rata-rata nilai kelas eksperimen

x 2 = Rata-rata nilai kelas kontrol n 1 = Banyaknya subyek kelas eksperimen n 2 = Banyaknya subyek kelas kontrol x 2 = Rata-rata nilai kelas kontrol n 1 = Banyaknya subyek kelas eksperimen n 2 = Banyaknya subyek kelas kontrol

2 s = Varians kelas kontrol

Kriteria pengujian adalah: terima H 0 jika –t 1−½α < t< t 1−½α , dimana t 1−½α didapat dari daftar normal baku dengan peluang 1−½α dan dk = n 1 +n 2

– 1. H 0 ditolak jika mempunyai harga yang lain (Sudjana, 2005: 239).

2. Pemberian Perlakuan Setelah diketahui bahwa kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal yang sama (mempunyai varians dan rata –rata yang sama). Selanjutnya dapat dilakukan pemberian perlakuan atau eksperimen. Kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan penggunaan model pembelajaran ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan pembelajaran model konvensional (ekspositori).

3. Analisis Akhir Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, maka dilaksanakan tes akhir. Hasil tes akhir ini akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel kedua kelompok berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, pengujian a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel kedua kelompok berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, pengujian

H 0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

H 1 : sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. Adapun langkah untuk menguji kenormalan suatu sampel adalah:

1) Pengamatan x 1 , x 2 , …, x n dijadikan bentuk baku z 1 , z 2 , …, z n dengan menggunakan rumus:

( ̅) ( ̅ dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel.

2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang: F(z i ) = P (z ≤ z i ).

3) Selanjutnya dihitung proporsi z 1 , z 2 , …, z 3 yang lebih kecil atau sama dengan z i , jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z i ) =

4) Hitung selisih |F(z i ) – S(z i )|

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut,

sebutlah harga terbesar ini L 0 .

Untuk menerima atau menolak H 0 , maka nilai dari L 0 dibandingkan dengan nilai table kritis L untuk uji lilliefors pada taraf signifikan α. Kriterianya adalah jika L 0 ≥ L tabel maka H 0 ditolak berarti sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal dan jika L 0 ≤ L tabel maka H 0 Untuk menerima atau menolak H 0 , maka nilai dari L 0 dibandingkan dengan nilai table kritis L untuk uji lilliefors pada taraf signifikan α. Kriterianya adalah jika L 0 ≥ L tabel maka H 0 ditolak berarti sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal dan jika L 0 ≤ L tabel maka H 0

4. Uji Hipotesis

a. Hipotesis 1: Ketuntasan Belajar Model pembelajaran ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar dikatakan dapat mencapai ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas V SD Negeri Karangtowo tahun pelajaran 2012/2013 apabila rata-rata yang diperoleh oleh siswa di kelas adalah 75% dari jumlah siswa mendapatkan nilai di atas KKM (68). Jadi, apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum mencapai angka tersebut, penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut dicapai.

Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran digunakan kriteria ketuntasan belajar sebagai berikut:

1) Ketuntasan belajar individu (perorangan ) Ketuntasan belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rumus Ketuntasan Belajar Individu

Tingkat Ketuntasan  x 100 jumlah nilai maksimal seluruhnya

jumlah nilai yang diperoleh

Apabila siswa telah menguasai sekurang-kurangnya nilai 75 terhadap materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar.

2) Ketuntasan belajar klasikal Di dalam pengukuran tuntas secara klasikal, dikatakan belajar tuntas dengan rumus:

Rumus Ketuntasan Belajar Klasikal

Tingkat Ketuntasan  x 100 jumlah siswa yang mengikuti tes

jumlah siswa yang tuntas belajar

Apabila sekurang-kurangnya 85% dari siswa berhasil mencapai tingkat penguatan yang ditetapkan.

b. Hipotesis 2: Peningkatan Prestasi Belajar Peningkatan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah dengan mendeskripsikan hasil dari pre-test atau nilai awal siswa yang menggunakan kelas eksperimen dibandingkan dengan post-test atau nilai evaluasi akhir siswa yang menggunakan kelas eksperimen. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen, maka dinyatakan ada peningkatan prestasi belajar matematika yang menggunakan model ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar.

c. Hipotesis 3: Perbedaan Prestasi Belajar Menurut Sugiyono (2010: 272-273), apabila jumlah anggota sampel n 1 =n 2 dan varian homogen ( σ 1 =σ 2 ), maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk separated maupun pool varian. Untuk melihat harga t- tabel digunakan dk = n 1 + n 2 – 2. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah rumus poolled varian, yaitu sebagai berikut:

H 0 : μ 1 =μ 2 (tidak ada perbedaan antara prestasi belajar yang menggunakan model ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar dengan prestasi belajar yang menggunakan model konvensional).

H 1 : μ 1 ≠ μ 2 (ada perbedaan antara prestasi belajar yang menggunakan model ADDIE berbantuan media miniatur bangun datar dengan prestasi belajar yang menggunakan model konvensional).

Rumus Poolled Varian: ̅ ̅

Keterangan: t

= Uji-t ̅ = Mean sampel kelompok eksperimen

̅ = Mean sampel kelompok kontrol = Simpangan baku gabungan = Simpangan baku kelompok eksperimen = Simpangan baku kelompok kontrol

= Banyaknya sampel kelompok eksperimen = Banyaknya sampel kelompok kontrol

Kriteria pengujian adalah H 0 diterima jika lebih kecil atau sama dengan . Dan H 0 ditolak jika mempunyai harga-harga lain. Untuk melihat harga jika varian homogen ( σ 1 = σ2) digunakan dk = + – 2 dengan taraf kesalahan 1% atau 5%. Sedangkan untuk melihat harga jika varian tidak homogen ( σ 1 ≠σ 2 ) digunakan dk =

n 1 -1 atau dk = n 2 -1 dengan taraf kesalahan 1% atau 5%.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

0 2 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62