Kondisi Oseanorafi Fisika

3.4. Kondisi Oseanorafi Fisika

3.3.1. Gelombang, Pasang Surut dan Arus

Karakter ombak laut ( wave) di pesisir selatan Pulau Jawa, mulai dari pesisir Blambangan di Jawa Timur hingga Ujung Kulon di Propinsi Banten, umumnya berenergi tinggi dengan ombak besar. Ini karena pantai berbatasan langsung dengan laut lepas. Berdasarkan teori, ada tiga faktor pemicu terjadinya ombak, yaitu arus pasang-surut ( swell), angin pantai (local wind), dan pergeseran (turun-naik) massa batuan di dasar samudera.

Di pantai selatan Pulau Jawa, kombinasi antara gelombang pasang surut dan angin lokal yang bertiup kencang, khususnya saat musim Barat, akan menimbulkan ombak besar. Di tempat-tempat tertentu, penggabungan ( interference) antara gelombang swell dengan gelombang angin lokal – misalnya di Cimaja, Pelabuhan ratu, atau di Karangbolong, Surade – dapat terbentuk ombak setinggi 2 – 3 m. Jenis ombak lain yang sangat berbahaya di Pantai Selatan adalah gelombang tsunami. Gelombang ini dipicu oleh pergeseran naik-turunnya massa batuan di dasar samudera. Interaksi antara ketiga jenis gelombang ( swell, gelombang angin lokal, dan tsunami) itu diyakini dapat menghasilkan gelombang dahsyat yang tiba-tiba datang menyapu pantai.

Bentuk morfologi dasar laut di sejumlah lokasi Pantai Selatan juga sangat memungkinkan terjadinya hempasan gelombang dahsyat ke pantai yang sekaligus memicu terjadinya arus seretan.

Sebagai pantai yang mengalami pengangkatan ( uplifted shoreline) dengan proses abrasi cukup kuat, profil pantai selatan umumnya memiliki zone pecah gelombang ( breaker zone) dekat garis pantai. Akibatnya, zone paparan (surf zone) menjadi sempit. Bila terjadi interferensi gelombang, maka atenuasi ombak akan terjadi sehingga membentuk gelombang besar. Karena daerah paparannya sempit, meski gelombang akan pecah di zone pecah gelombang, hempasan ombaknya masih dapat menyapu pantai dengan energi cukup kuat.

Sistem arus di pantai dipicu oleh hadirnya arus di lepas pantai ( coastal current) sebagai akibat sirkulasi air laut global. Dalam pergerakannya arus lepas pantai mengalami perubahan arah (deviasi) menjadi arus sejajar pantai ( longshore current) akibat adanya semenanjung dan teluk. Arus balik ( rip current) menuju laut sering muncul di teluk akibat arus sejajar pantai yang berlawanan. Kekuatan arus balik ini akan bertambah bila dasar laut memiliki jaringan parit dasar laut ( runnel atau trough). Jaringan parit merupakan saluran tempat kembalinya sejumlah besar volume air yang terakumulasi di pantai, khususnya di zone paparan dan zone pasang surut ( swash) ke laut.

Arus balik tidak bergerak di permukaan karena pergerakannya terhalang hempasan ombak yang datang terus-menerus. Arus balik ini diperkirakan menjadi penyebab utama tewasnya korban yang sedang berenang di pantai. Karena selain memiliki daya seret kuat, arah gerakannya pun bersifat menyusur dasar laut menuju tempat yang lebih dalam

Gaya-gaya pembangkit pasut (pasang surut) gravitasi berasal dari bulan dan matahari yang terjadi sekitar dua kali perhari ( semidiurnal). Tanggapan laut terhadap gaya-gaya ini adalah dalam bentuk gelombang gravitasi permukaan barotropik dengan topografi kemudian dapat membangkitkan gelombang gravitasi internal baroklinik ( bariklinik internal gravity waves), Karena periodenya relatif lama dibandingkan perioda rotasi, maka gaya coriolis juga berperan, dan pasut merambat sebagai gelombang Poincare ( inertia gravity) dan gelombnag Kelvin (Lubis, 2006).

Menurut Lubis (2006) mengambarkan kondisi Pasang surut di pantai selatan jawa adalah bertipe Mixed Semidiurnal, yaitu kondisi pasang surut yang cenderung condong ke arah pasut ganda, Harian, dua air yang tinggi dan dua air yang rendah, tetapi dengan waktu yang berbeda, Hal ini berbeda dengan pantai Utara Jawa yang bertipe diurnal dan mixed diurnal.

3.3.2. Kondisi Suhu, Angin, dan Salinitas

Kondisi keragaan kualitas air di lokasi kajian dibahas dalam 2 (dua) kelompok bahasan, yaitu parameter fisik dan parameter kimia. Kajian parameter fisik ditujukan pada akhirnya untuk melihat kelayakan lokasi untuk kegiatan budidaya laut. Walaupun demikian, di dalam bab ini, kajian lebih banyak dilakukan secara umum, dan penilaian kualitas air dilakukan berdasarkan baku mutu untuk kehidupan biota laut. Peta-peta kondisi fisik kimia perairan yang dilampirkan dalam dokumen ini merupakan peta yang diekstrapolasi dari hasil pengukuran lapangan yang dilakukan pada Bulan Oktober 2010. Hal ini berarti tingkat keakuratan peta sebaran kondisi fisik-kimia kualitas air cukup rendah.

Karakteristik fisik wilayah perairan Kabupaten Tulungagung ditandai oleh karakteristik sedimen dasar perairan. Pengukuran parameter fisika yang dilakukan hanya parameter suhu. Secara umum sebaran suhu permukaan laut (spl) di Indonesia sangat bergantung kepada musim. Penerimaan bahang oleh permukaan laut bergantung kepada posisi matahari terhadap garis equator/khatulistiwa. Posisi matahari berubah-ubah, pada bulan Maret dan September matahari berada di atas garis khatulistiwa, artinya cahaya yang diterima di daerah khatulistiwa dan sekitarnya lebih banyak. Sebaliknya pada saat bulan Juni, matahari berada pada belahan bumi Utara pada lintang 23,5 LU, pada bulan Desember matahari berada di belahan bumi Selatan pada lintang 23,5 LS. Suhu permukaan air laut dan air tambak berkisar antara

30- 34˚C. Tingginya suhu air di perairan laut menunjukkan bahwa jumlah hari panas dan tingkat penyinaran sinar matahari sangat tinggi dibanding dengan jumlah hari hujan, sehingga daerah ini berkembang kegiatan pembuatan garam. Untuk kegiatan budidaya dapat dilakukan di perairan laut karena suhu air laut relatif stabil, sehingga tidak berpengaruh besar terhadap kegiatan budidaya. Kisaran salinitas di titik sampling mulai dari 6,1 ppt sampai dengan 40,3 ppt. Tingginya keragaman ini disebabkan oleh ada beberapa titik yang di ukur berada di dekat sungai sehingga perairan lautnya mengalami pengenceran.