Ciri-Ciri Akhlaq Dalam Islam

2. Ciri-Ciri Akhlaq Dalam Islam

Ciri-ciri akhlaq dalam Islam menurut Ilyas (2007), ciri akhlaq dibagi menjadi lima, yaitu:

a. Akhlaq Rabbani Ajaran akhlaq dalam islam bersumber dari wahyu Ilahi yang termaktub dalam Al-Q ur’an dan Sunnah. Di dalam Al-Qur’an terdapat kira-kira 1.500 ayat yang mengandung ajaran akhlaq, baik yang teoritis maupun praktis. Demikian pula hadits-hadits Nabi, amat banyak jumlahnya yang memberikan pedoman ahklaq. Sifat Rabbani dari a. Akhlaq Rabbani Ajaran akhlaq dalam islam bersumber dari wahyu Ilahi yang termaktub dalam Al-Q ur’an dan Sunnah. Di dalam Al-Qur’an terdapat kira-kira 1.500 ayat yang mengandung ajaran akhlaq, baik yang teoritis maupun praktis. Demikian pula hadits-hadits Nabi, amat banyak jumlahnya yang memberikan pedoman ahklaq. Sifat Rabbani dari

Ciri Rabbani juga menegaskan bhwa akhlaq dalam islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhlaq yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak. Akhlaq Rabbani lah yang mampu menghindari kakacauan nilai moralitas dalam hidup manusia. Al- Qur’an mengajarkan dalam Surat Al-An’am ayat 153:

Artinya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan- jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu

bertakwa.” (Departemen Agama RI, 2007:149)

b. Akhlaq Manusiawi Ajaran akhlaq dalam islam sejalan dan memenuhi tuntunan fitrah manusia. Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlaq dalam islam. Ajaran akhlaq dalam islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti hakiki, bukan kebahagiaan semu. Akhlaq islam adalah akhlaq yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya.

c. Akhlaq Universal Ajaran akhlaq dalam islam sesuai dengan kemanusiaan yang c. Akhlaq Universal Ajaran akhlaq dalam islam sesuai dengan kemanusiaan yang

d. Akhlaq Keseimbangan Ajaran akhlaq dalam islam berada di tengah antara yang mengkhayalkan manusia sebagai Malaikat yang menitik beratkan segi kebaikannya dan yang mengkhayalkan manusia sebagai hewan yang menitik beratkan sifat keburukannya saja. Manusia menurut pandangan Islam memiliki dua kekuatan dalam dirinya, kekuatan baik dalam hati nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa nafsunya. Manusia memliki naluriah hewani dan juga ruhaniyah Malaikat.

Manusia memiliki unsur ruhani dan jasmani yang memerlukan pelayanan masing-masing secara seimbang. Manusia hidup tidak hanya di dunia kini, tetapi dilanjutkan dengan kehidupan di akhirat nanti. Hidup di dunia merupakan ladang bagi akhirat. Akhlaq Islam memenuhi tuntutan hidup bahagia di dunia dan di akhirat secara seimbang pula. Bahkan memenuhi kebutuhan pribadi harus seimbang dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat (Yuhanar, 2007:10).

e. Akhlaq Realistis Ajaran akhlaq dalam Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meskipuan manusia telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibanding makhluk-makhluk yang lain, tetapi manusia memiliki kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual. Dengan kelemahan-kelemahannya itu manusia sangat mungkin untuk melakukan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran. Oleh sebab itu Islam memberika kesempatan pada manusia yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki diri dengan bertaubat. Bahkan dalam terpaksa, Islam membolehkan manusia melakukan sesuatu yang dalam keadaan biasa tidak dibenarkan. (Ilyas, 2007:12-14).

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 173:

Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah[108]. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ”(Departemen Agama RI, 2007:26)