Perkembangan embrio

4.3.1 Perkembangan embrio

memadat menjadi blastodisk kecil Perkembangan embrio dimulai dari membentuk dua lapis sel. Pada akhir pembelahan zygote (cleavage), stadia pembelahan akan dihasilkan dua morula (morulasi), stadia blastula kelompok sel. Pertama kelompok sel- (blastulasi), stadia gastrula (gastrulasi), sel utama (blastoderm), yang meliputi dan stadia organogenesis.

sel-sel formatik atau gumpalan sel-sel dalam (inner mass cells), fungsinya membentuk tubuh embrio. Kedua

Stadia Cleavage

adalah kelompok sel-sel pelengkap, yang meliputi trophoblast, periblast, dan

Cleavage adalah pembelahan auxilliary cells. Fungsinya melindungi Cleavage adalah pembelahan auxilliary cells. Fungsinya melindungi

Stadia Blastula

Blastulasi adalah proses yang menghasilkan blastula yaitu campuran sel-sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoel. Pada akhir blastulasi, sel-sel blastoderm akan terdiri dari neural, epidermal, notochordal, mesodermal, dan endodermal yang merupakan bakal pembentuk organ-organ. Dicirikan 136 dua lapisan yang sangat nyata dari sel- sel datar membentuk blastocoel dan blastodisk berada di lubang vegetal berpindah menutupi sebagian besar kuning telur. Pada blastula sudah terdapat daerah yang berdifferensiasi membentuk organ-organ tertentu seperti sel saluran pencernaan, notochorda, syaraf, epiderm, ektoderm, mesoderm, dan endoderm.

Stadia Gastrula

Gastrulasi adalah proses per-

kembangan embrio, di mana sel bakal organ yang telah terbentuk pada stadia blastula mengalami perkembangan lebih lanjut. Proses perkembangan sel bakal organ ada dua, yaitu epiboli dan emboli. Epiboli adalah proses per- tumbuhan sel yang bergerak ke arah depan, belakang, dan ke samping dari sumbu embrio dan akan membentuk epidermal, sedangkan emboli adalah proses pertumbuhan sel yang bergerak ke arah dalam terutama di ujung sumbu embrio. Stadia gastrula ini merupakan proses pembentukan ketiga daun kecambah yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Pada proses gastrula ini terjadi perpindahan ektoderm, mesoderm, endoderm, dan notochord menuju tempat yang definitif. Pada periode ini erat hubungannya dengan proses pembentukan susunan syaraf. Gastrulasi berakhir pada saat kuning telur telah tertutupi oleh lapisan sel. Beberapa jaringan mesoderm yang berada di sepanjang kedua sisi noto- chord disusun menjadi segmen- segmen yang disebut somit yaitu ruas yang terdapat pada embrio.

Stadia Organogenesis

Organogenesis merupakan stadia terakhir dari proses perkembangan Organogenesis merupakan stadia terakhir dari proses perkembangan

merupakan saat makhluk hidup yang sedang ber- terakhir

Penetasan

pengeraman kembang. Dalam proses organogen- sebagai hasil beberapa proses esis terbentuk berturut- turut bakal organ sehingga

masa

embrio keluar dari yaitu syaraf, notochorda, mata, somit, cangkangnya.

Penetasan terjadi rongga kuffer, kantong alfaktori, rongga karena 1) kerja mekanik, oleh ginjal, usus, tulang subnotochord, linea

karena embrio sering mengubah lateralis, jantung, aorta, insang, posisinya karena kekurangan ruang infundibullum, dan lipatan-lipatan sirip. dalam cangkangnya, atau karena Sistem organ-organ tubuh berasal dari embrio telah lebih panjang dari tiga buah daun kecambah, yaitu lingkungan dalam cangkangnya (Lagler ektodermal, endodermal, dan mesoder- et al. 1962). Dengan pergerakan- mal. Pada ektodermal akan membentuk pergerakan tersebut bagian telur organ-organ susunan (sistem) saraf dan lembek dan tipis akan pecah sehingga epidermis kulit. Endodermal akan embrio akan keluar dari cangkangnya. membentuk saluran pencernaan

2) Kerja enzimatik, yaitu enzim dan zat beserta kelenjar-kelenjar pencernaan kimia lainnya yang dikeluarkan oleh dan alat pernafasan, dan mesodermal kelenjar endodermal di daerah pharink akan membentuk rangka, otot, alat-alat embrio. Enzim ini disebut chorionase peredaran darah, alat eksresi, alat- alat yang kerjanya bersifat mereduksi reproduksi, dan korium (chorium) kulit. chorion yang terdiri dari pseudokeratine Jika proses organogenesis ini telah menjadi lembek. Sehingga pada sempurna maka akan dilanjutkan bagian cangkang yang tipis dan terkena dengan proses penetasan telur.

chorionase akan pecah dan ekor embrio keluar dari cangkang kemudian

4.3.2 Proses penetasan telur

diikuti tubuh dan kepalanya.

Penetasan adalah perubahan Semakin aktif embrio bergerak intracapsular (tempat yang terbatas) ke akan semakin cepat penetasan terjadi.

fase kehidupan (tempat luas), hal ini Aktivitas embrio dan pembentukan penting dalam perubahan-perubahan chorionase dipengaruhi oleh faktor morfologi hewan.

dalam dan luar. Faktor dalam antara lain hormon dan volume kuning telur.

Hormon tersebut adalah hormon yang wadah penetasan harus mengalir dihasilkan kelenjar hipofisa dan tyroid terus-menerus. Salah satu sumber sebagai hormon metamorfosa, sedang oksigen terlarut di dalam wadah volume kuning telur berhubungan penetasan berasal dari difusi air dengan energi perkembangan embrio. langsung dengan udara. Kadar oksigen Sedangkan faktor luar yang ber- terlarut di dalam wadah adalah 6–8 ppm. pengaruh adalah suhu, oksigen, pH salinitas, dan intensitas cahaya.

lele biasanya Penetasan telur terjadi bila embrio telah

Pada

ikan

telurnya dilekatkan pada substrat. menjadi lebih panjang dari pada

Telur yang telah menempel pada lingkaran kuning dan telah terbentuk

kakaban dapat ditetaskan dalam sirip ekor. Penetasan terjadi dengan

wadah budidaya disesuaikan dengan cara pelunakan chorion oleh suatu

yang akan enzim atau substansi kimia lainnya hasil

sistem

budidaya

diaplikasikan. Selama penetasan sekresi kelenjar ekstoderm. Selain itu

telur, air dialirkan terus- menerus. penetasan juga disebabkan oleh

Seluruh telur yang akan ditetaskan gerakan-gerakan larva akibat pe-

harus terendam air, kakaban yang ningkatan suhu, intensitas cahaya, dan

telur diletakan pengurangan tekanan oksigen.

penuh dengan

terbalik sehingga telur menghadap ke dasar bak. Dengan demikian telur akan

4.3.3 Aplikasi penetasan telur ikan

terendam air seluruhnya. Telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah

Penetasan telur pada ikan kecokelatan, sedangkan telur yang tidak

budidaya dapat dilakukan dengan dibuahi berwarna putih pucat. Di dalam

berbagai wadah. Wadah penetasan proses penetasan telur diperlukan

telur ikan dapat digunakan antara lain suplai oksigen yang cukup. Untuk

akuarium, kolam, bak, atau fiber memenuhi kebutuhan akan oksigen

glass. Wadah yang di gunakan harus terlarut dalam air, setiap bak penetasan

bersih. Sebelum penetasan telur, air dpasang aerasi. Telur akan menetas

wadah penetasan

di

sanitasi

tergantung dari suhu air wadah menggunakan methalyne blue (MB).

penetasan dan suhu udara. Jika suhu Jika penetasan telur dilakukan di kolam

semakin panas, telur akan menetas harus menggunakan hapa. Hapa yang

semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, digunakan dengan mata jaring 1 mm atau

jika suhu rendah, menetasnya semakin lebih kecil dari butiran telur. Air pada jika suhu rendah, menetasnya semakin lebih kecil dari butiran telur. Air pada

ikan lele pada suhu 28° C. epiboly Germinal disk 60% epiboly 90%

epiboly Stadia embrionik 1–10 somite 80–100% menetas.

Waktu (jam)

Telur ikan lele akan menetas

32 sel

berkisar antara 24–57 jam dari

64 sel

pembuahan. Selama penetasan telur

harus selalu dicek, telur yang sehat

Awal blastula akhir

berwarna hijau kecoklatan, bila ada telur

Blastula

yang berwarna putih harus segera

Dimulainya epiboly

dibuang untuk menghindari ber-

30 % epiboly

kembangnya jamur. Perkembangan Germinal disk

stadia embrio pada ikan lele telah

90 % epiboly

diamati oleh Volkaert et al (1994) yang

1–10 somite

melakukan pengamatan pada suhu

80–100% menetas

penetasan telur yang optimal adalah 28° C (Tabel 4.7). Telur ikan lele (African

Pada ikan nila penetasan telur catfish) akan menetas setelah 24 jam

dapat dilakukan dengan dua metode dengan derajat penetasan 80–100%.

yaitu penetasan dengan menggunakan corong penetasan dan metode konvensional. Pada metode konven- sional dari induk ikan nila yang mempunyai bobot 250–300 gr dapat menghasilkan 300–800 butir telur. Telur ikan nila akan menetas setelah 4–6 hari. Telur yang telah menetas tidak langsung dilepaskan induknya melainkan tetap di mulutnya. Induk betina melepas larva jika sudah dapat berenang. Pada tahap awal larva dilepaskan, induk betina masih menjaganya. Di alam, induk betina ikan nila mulai melepaskan larva yaitu penetasan dengan menggunakan corong penetasan dan metode konvensional. Pada metode konven- sional dari induk ikan nila yang mempunyai bobot 250–300 gr dapat menghasilkan 300–800 butir telur. Telur ikan nila akan menetas setelah 4–6 hari. Telur yang telah menetas tidak langsung dilepaskan induknya melainkan tetap di mulutnya. Induk betina melepas larva jika sudah dapat berenang. Pada tahap awal larva dilepaskan, induk betina masih menjaganya. Di alam, induk betina ikan nila mulai melepaskan larva

30 cm, diameter bawah 15 cm dapat habis, larva akan mencari makanan menetaskan telur sebanyak ± 15.000 disekitarnya. Biasanya induk betina butir telur/corong. menjaganya dengan mengikuti kelompok larva tersebut berenang. Jika

Corong tetas sebelum digunakan ada ikan lain yang mendekati kelompok terlebih dahulu dibersihkan dari

larva atau keadaan perairan kurang endapan kotoran, sisa telur, dan lumut aman maka induk tersebut masukkan kemudian dikeringkan. Setelah itu kembali larva-larva tersebut ke dalam direndam pada larutan malachyte green mulutnya. Selanjutnya larva dilepaskan atau methalyn blue 10 ppm selama kembali pada perairan yang relatif 15–30 menit. aman dari gangguan ikan lainnya. Secara keseluruhan proses ini

Selama kegiatan penetasan telur air memerlukan waktu kurang lebih 18 hari.

terus-menerus dialirkan ke corong penetasan. Agar penggunaan air lebih

Sedangkan penetasan telur ikan nila efisien, sebaiknya memakai sistem secara intensif dilakukan pada corong resirkulasi air. Dengan sistem ini air tetas, yang merupakan modifikasi yang telah digunakan akan melalui penetasan telur secara

saringan terlebih dahulu baik secara Modifikasi tersebut terlihat pada kondisi fisis, biologis mapun khemis sebelum

alami.

lingkungan, suplai air untuk gerakan digunakan selanjutnya ke corong tetas. telur, oksigen terlarut, dan sebagainya. Dengan menggunakan saringan Air yang dialirkan ke corong penetasan tersebut, sistem resirkulasi air dapat selain agar telur-telur tetap bergerak digunakan selama lebih dari 6 bulan, juga untuk mempertahankan kualitas air selain lebih efisien, juga mudah dalam tetap baik. Corong tetas yang digunakan pengontrolan parameter kualitas air berbentuk kerucut terbuat dari bahan yang sesuai dengan kebutuhan telur dan fibre glass, atau bahan lain. Pada larva. Bak penampungan air dan lingkungan, suplai air untuk gerakan digunakan selanjutnya ke corong tetas. telur, oksigen terlarut, dan sebagainya. Dengan menggunakan saringan Air yang dialirkan ke corong penetasan tersebut, sistem resirkulasi air dapat selain agar telur-telur tetap bergerak digunakan selama lebih dari 6 bulan, juga untuk mempertahankan kualitas air selain lebih efisien, juga mudah dalam tetap baik. Corong tetas yang digunakan pengontrolan parameter kualitas air berbentuk kerucut terbuat dari bahan yang sesuai dengan kebutuhan telur dan fibre glass, atau bahan lain. Pada larva. Bak penampungan air dan

Pemisahan atau pemilihan telur aliran air oleh kotoran.

dapat dilakukan pada saat telur diambil dari mulut induk dan pada saat telur

Tujuan penetasan telur mengguna- ditampung. Umumnya telur pada satu kan corong tetas adalah untuk induk seragam baik masa inkubasi meningkatkan daya tetas telur. Tahap maupun ukuran. Oleh sebab itu, awal perkembangan telur, telur sangat pemisahan telur lebih baik dan lebih rentan terhadap gangguan khususnya cepat dilakukan dilakukan pada saat gangguan secara mekanik. Gangguan telur diambil dari mulut induk. Setiap telur secara mekanik umumnya terjadi pada yang diambil dari mulut induk ditampung saat membersihkan telur dari kotoran, dalam satu wadah. Sedangkan telur dari memasukkan telur ke corong penetasan induk lain yang berbeda masa inkubasi dan gerakan telur akibat debit air yang dan ukuran telurnya ditampung pada terlalu besar.

Oleh sebab itu, wadah yang lain. Selanjutnya setelah penanganan telur harus dilakukan dibersihkan, telur yang sama masa secara hati-hati. Debit air yang terlalu inkubasi dan ukuran dari induk yang lain besar dapat menyebabkan telur di tetaskan pada corong tetas yang membentur dinding atau telur lainnya sama. Sedangkan telur yang lain dengan keras sehingga dapat ditetaskan pada corong tetas yang mengakibatkan kematian. Pada saat berbeda. Jika pemisahan telur pada panen, sering terdapat perbedaan umur wadah penampungan dimana seluruh larva. Perbedaan ini karena pemijahan

telur ditampung dalam satu wadah Induk tidak serentak sehingga kemudian dilakukan pemisahan akan perkembangan embrio telur setiap lebih rumit dan lama sehingga dapat induk pada kolam pemijahan yang mengakibatkan telur mati. Kematian sama sering berbeda. Demikian juga telur tersebut dapat karena telur tidak ukuran telur setiap induk berbeda-beda. bergerak, benturan, dan sinar matahari Sebelum dimasukkan ke corong langsung. Masa inkubasi telur ikan nila penetasan, telur yang berbeda baik berhubungan dengan warna telur. Telur masa inkubasi maupun ukuran telur yang baru dibuahi memiliki warna harus dipisahkan terlebih dahulu. kuning muda. Sedangkan telur yang Pemisahan telur bertujuan untuk akan menetas berwarna kuning telur ditampung dalam satu wadah Induk tidak serentak sehingga kemudian dilakukan pemisahan akan perkembangan embrio telur setiap lebih rumit dan lama sehingga dapat induk pada kolam pemijahan yang mengakibatkan telur mati. Kematian sama sering berbeda. Demikian juga telur tersebut dapat karena telur tidak ukuran telur setiap induk berbeda-beda. bergerak, benturan, dan sinar matahari Sebelum dimasukkan ke corong langsung. Masa inkubasi telur ikan nila penetasan, telur yang berbeda baik berhubungan dengan warna telur. Telur masa inkubasi maupun ukuran telur yang baru dibuahi memiliki warna harus dipisahkan terlebih dahulu. kuning muda. Sedangkan telur yang Pemisahan telur bertujuan untuk akan menetas berwarna kuning

corong tetas saja mengakibatkan terdapat titik mati tekanan air. Telur yang terdapat pada tekanan titik mati tersebut

Telur hasil seleksi dibersihkan dan tidak bergerak dan mati.

dipisahkan, dimasukkan ke dalam corong tetas. Air terus-menerus dialir- kan ke dalam corong tetas. Besar

Telur ditetaskan pada corong tetas kecilnya debit air yang masuk ke dalam selama 5–7 hari. Selama penetasan

corong tetas diatur menggunakan kran. telur, air terus-menerus dialirkan. Hari ke Debit air untuk penetasan telur ikan dua penetasan telur akan terlihat telur sebesar 0,8 liter perdetik. Debit air yang mati dan hidup. Telur yang mati yang terlalu besar dapat mengakibatkan segera dibuang karena akan mem- kematian telur karena tekanan air pengaruhi kualitas air. Sumantadinata sehingga telur dapat terbentur ke (1983) mengatakan faktor-faktor yang dinding corong tetas atau terbawa air mempengaruhi daya tetas telur adalah: keluar corong tetas. Sebaliknya debit air

1. Kualitas telur. Kualitas telur yang terlalu kecil dapat mengakibatkan

dipengaruhi oleh kualitas pakan telur tidak bergerak dan kekurangan

yang diberikan pada induk dan oksigen. Telur yang tidak bergerak dan

tingkat kematangan telur. telur ikan kekurang oksigen akan mati. Oleh

nila ini pada hari ke 9. sebab itu, kegiatan sehari-hari pada 2. Lingkungan yaitu kualitas air terdiri

saat penetasan telur adalah mengontrol dari suhu, oksigen, karbon dioksida, debit air dan membersihkan corong

dan amonia.

tetas. Corong tetas dapat dibersihkan dengan menyipon kotoran atau telur 3. Gerakan air yang terlalu kuat yang yang mati. Pada saat pengontrolan debit menyebabkan terjadinya benturan air di dalam corong tetas harus selalu yang keras di antara telur atau stabil sehingga tidak mengganggu benda lainnya sehingga meng- gerakan telur.

akibatkan telur pecah.

Air yang masuk pada corong tetas Blaxter dalam Sumantadinata memiliki tekanan yang merata di seluruh (1983), penetasan telur dapat disebab- bagian corong tetas agar telur yang ada kan oleh gerakan telur, peningkatan semua bergerak. Jika tekanan aliran air Air yang masuk pada corong tetas Blaxter dalam Sumantadinata memiliki tekanan yang merata di seluruh (1983), penetasan telur dapat disebab- bagian corong tetas agar telur yang ada kan oleh gerakan telur, peningkatan semua bergerak. Jika tekanan aliran air

dalam bahaya atau terdesak akan mengeluarkan telur di sembarang

Oleh karena itu, induk betina hanya tempat. Hal ini akan menyulitkan dalam dapat memijah perlu waktu lama. Akan mengumpulkan telur ikan nila. tetapi pada pemijahan secara intensif, induk ikan nila betina dapat dipijahkan

Pengambilan telur ikan nila dilaku- setiap 2–4 minggu. Hal ini dapat dijelas- kan dengan menangkap induk satu- kan secara fisiologis ikan sebagai persatu. Penangkapan induk dilakukan berikut. Pada pemijahan alami, selama menggunakan seser kasar dan seser proses pengeraman telur dan pe- halus. Kedua seser ini digunakan pada meliharaan larva, induk betina akan saat bersamaan. Seser kasar berfungsi terhambat perkembangan gonadnya. untuk menangkap induk sedangkan Sedangkan pada pemijahan intensif seser halus berfungsi untuk menampung proses tersebut dilakukan secara telur ikan. Seser kasar terletak di bagian buatan (corong tetas). Dengan demikian atas dan seser halus terletak di bagian induk betina dapat bebas dari tugas bawah. Pada saat menangkap induk tersebut dan segera menyiapkan

dilakukan dengan hati-hati agar telur kembali untuk pemijahan berikutnya tidak dikeluarkan. dalam waktu yang relatif cepat.

Cara mengambil telur dari induk Pada ikan nila yang telurnya akan betina yaitu dengan memegang bagian ditetaskan pada corong penetasan kepala ikan. Pada saat bersamaan harus dilakukan pemanenan telur. salah satu jari tangan membuka mulut Pemanenan dilakukan dengan cara dan tutup insang. Selanjutnya tutup mengambil telur dari mulut induk betina insang disiram air sehingga telur keluar ikan nila. Sebelum pemanenan terlebih melalui rongga mulut. Selanjutnya telur- dahulu permukaan air kolam diturunkan telur tersebut ditampung dalam wadah. sampai ketinggian 10–20 cm. Jika Hal yang perlu diperhatikan adalah pemijahan dilakukan di hapa (waring), menghindari gerakan induk sekecil Cara mengambil telur dari induk Pada ikan nila yang telurnya akan betina yaitu dengan memegang bagian ditetaskan pada corong penetasan kepala ikan. Pada saat bersamaan harus dilakukan pemanenan telur. salah satu jari tangan membuka mulut Pemanenan dilakukan dengan cara dan tutup insang. Selanjutnya tutup mengambil telur dari mulut induk betina insang disiram air sehingga telur keluar ikan nila. Sebelum pemanenan terlebih melalui rongga mulut. Selanjutnya telur- dahulu permukaan air kolam diturunkan telur tersebut ditampung dalam wadah. sampai ketinggian 10–20 cm. Jika Hal yang perlu diperhatikan adalah pemijahan dilakukan di hapa (waring), menghindari gerakan induk sekecil

telah habis kuning telurnya dan masa penyempurnaan organ-organ tubuh

Telur pada wadah penampungan yang ada. Akhir stadia ini ditandai jangan terkena sinar matahari langsung dengan bentuk larva yang sama dengan dan diupayakan telur selalu bergerak. induknya yang biasa disebut dengan Telur yang terlalu lama diam serta kena juvenil atau benih ikan. sinar matahari langsung dapat menimbulkan kematian. Selanjutnya

Larva ikan yang baru menetas sebelum dimasukkan ke corong tetas, memiliki kuning telur. Larva tersebut telur terlebih dahulu dibersihkan dari mengambil makanan dari kuning telur. kotoran berupa lumpur, lumut, sisa Kuning telur akan habis setelah larva pakan, dan sebagainya. Telur yang telah berumur 3 hari. Setelah kuning telur bersih dari kotoran dapat dimasukkan habis, larva mengambil makanan dari ke dalam corong penetasan.

luar atau lingkungan hidupnya. Larva ikan yang dibudidayakan harus dilaku- kan pemeliharaan untuk mencapai