Perumusan Masalah Penghitungan PPh Pasal 21 dan STP

dana yang dikumpulkan bukan untuk orang lain melainkan untuk masyarakat itu sendiri. Berdasarkan permasalahan ini penulis tertarik untuk mengetahui seberapa baik dan efektif Internal Control Surat Tagihan Pajak PPh Pasal 21 terhadap penerimaan pajak penghasilan setelah dikeluarkannya Surat Tagihan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah dan mengangkatnya menjadi sebuah karya ilmiah yan berjudul: “Internal Control STP Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah”.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses penelitian, guna membatasi ruang lingkup karya ilmiah yang akan dibuat sehingga materi yang akan dibahas tidak akan menyimpang dari pokok penelitian serta untuk memudahkan dalam mencapai jawaban dari masalah yang akan dibahas dan diteliti dengan seksama. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah internal control STP terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah tahun 2010-2012 telah berjalan dengan baik dan efektif serta apakah yang menjadi penyebab diterbitkannya Surat Tagihan Pajak”. Universitas Sumatra Utara 1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penulis membuat penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan diterbitkannya STP

2. Untuk mengetahui pengaruh pengendalian intern STP Pajak

Penghasilan PPh Pasal 21 terhadap penerimaan pajak penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, adalah untuk memberi wawasan berkaitan dengan

internal control STP terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai fakta dari lapangan dengan teori yang telah dipelajari.

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Agar dapat berguna bagi masyarakat luas yang ingin mengetahui tentang pelayan pajak, khususnya dalam hal penagihan pajak setelah dikeluarkannya STP.

3. Bagi Universitas

1. Dapat memberikan sumbangan pengetahuan terhadap

pelaksanaan pekerjaan di Kantor Pelayanan Pajak. Universitas Sumatra Utara

2. Sebagai bahan referensi dan tambahan informasi bagi

penelitian selanjutnya tentang internal control STP PPh Pasal 21 terhadap penerimaan pajak penghasilan.

3. Sebagai media untuk melatih para mahasiswa di dalam

mengungkapkan hasil pemikirannya secara sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

4. Bagi Peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan

referensi untuk lebih mengembangkan penelitian mengenai perpajakan. Universitas Sumatra Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Definisi STP Surat Tagihan Pajak STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. Di dalam melakukan penagihan pajak, Surat Tagihan Pajak merupakan dasar dari penagihan pajak. Sesuai dengan Pasal 18 1 UU No. 61983 yang berisi “STP, SKP, dan SKPT merupakan dasar penagihan pajak”. Surat Tagihan Pajak STP mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak yang lain sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa diatur dalam Undang- undang Nomor 19 Tahun 2000 sebagai perubahan atas Undang- undang Nomor 19 Tahun 1997. Oleh karena STP merupakan dasar dari penagihan pajak, maka pengertian pajak dapat dilihat sebagai berikut: Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tidak ada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut untuk menutupi biaya produksi barang- barang dan jasa- jasa yang kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Penagihan pajak sebagaimana yang di atur dalam Undang- undang, adalah : Universitas Sumatra Utara “Serangkaian tindakan agar penanggungan pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperigatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyandraan, menjual barang- barang yang telah disita”. Dengan melihat definisi penagihan pajak di atas dapat dikatakan bahwa penagihan pajak merupakan suatu cara yang dilakukan oleh aparatur Direktorat Jendral Pajak guna menagih pajak berdasarkan atas STPSKPSKPT berhubungan karena Wajib Pajak tidak melunasi kewajiban perpajakannya sebagian dan keseluruhan.

2.1.2 Fungsi Surat Tagihan Pajak

Fungsi Surat Tagihan Pajak :

1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terhutang dalam Surat Tagihan

Pajak Wajib Pajak;

2. Sebagai sarana menegakan sanksi administrasi beerupa bunga dan atau

denda;

3. Sebagai alat untuk menagih pajak.

2.1.3 Penerbitan Surat Tagihan Pajak

Direktorat Jendral Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila:

1. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar;

Universitas Sumatra Utara

2. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan

pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung;

3. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau

bunga;

4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang- undang Pajak

Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai pengusaha Kena Pajak tetap

membuat faktur pajak;

6. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha Kena Pajak tidak

membuat atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak.

2.1.4 Sanksi Administrasi

Jumlah penagihan yang terdapat dalam Surat Tagihan Pajak dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Sebesar jumlah kekurangan pajak yang terhutang dalam Surat Tagihan

Pajak yaitu PPh yang tidak atau kurang bayar dalam tahun berjalan maupun kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis atau salah hitung dari hasil penelitian Surat Tagihan Pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 2 dua persen sebulan untuk paling lama 24 dua puluh empat bulan, dihitung sejak saat Universitas Sumatra Utara terhutangnya pajak atau bagian tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak.

2. Sebesar sanksi administrasi berupa denda yaitu 2 dua persen dari

Dasar Pengenaan Pajak. Sanksi ini dikenakan terhadap Pengusaha Kena Pajak yang menerima Surat Tagihan Pajak dengan alasan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak pada nomor 4, 5, dan 6.

2.2 Definisi PPh Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak yang ditujukan pada subjek pajak atas pengasilan atau pendapatan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri selama dalam tahun pajak yaitu jangka waktu 1 satu tahun takwim atau tahun kalender 1 Januari sd 31 Desember. Dimana subjek pajak wajib melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan PPh Pasal 21. Hal ini diperjelas dengan Undang- undang Nomor 17 Tahun 2000, menyatakan bahwa : “ Berdasarkan angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri untuk setiap bulan satu kali adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terhutang menurut Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Tahun Pajak lalu dikurangi dengan: Universitas Sumatra Utara 1. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana maksud Pasal 22; 2. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negri yang boleh dikreditkan sebagaimana dalam pasal 24 di bagian 12 atau banyaknya bulan dalam tahun pajak”. Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pajak, 2000 : 389

2.2.1 Pemotongan PPh Pasal 21

Yang dimaksud Pemotongan PPh Pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang PPh sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 17 Tahun 2000 untuk memotong PPh Pasal 21, termasuk Pemotongan PPh Pasal 21 adalah pemberi Kerja yang terdiri dari :

1. Orang Pribadi

2. Badan termasuk BUT

3. Penyelenggara kegiatan

4. Bendaharawan pemerintah termasuk Bendaharawan Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah, instasi atau lembaga pemerintah, lembaga- lembaga negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri. Universitas Sumatra Utara

5. Dana Pensiun, TASPEN, PT, ASTEK, Penyelenggara,

JAMSOSTEK.

2.2.2 Subjek Pajak PPh Pasal 21

Menurut Undang- undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana yang telah diubah terakhir dengan Undang- undang Nomor 17 Tahun 2000 yang berbunyi :

1. Yang menjadi subjek pajak, adalah

1. Orang Pajak 2. Warisan yang belum terbagi 3. Badan yang terdiri dari PT. BUMN, atau dengan nama dan dalam bentuk apapun; 4. Bentuk Usaha Tetap BUT 5. Subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek Pajak luar negeri;

2. Subjek Pajak dalam negeri, yaitu :

1. Objek Pajak yang bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat kedudukan di Indonesia; 2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia; 3. Warisan yang terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. Universitas Sumatra Utara

3. Subjek Pajak luar negeri, yaitu :

1. Objek pajak yang tidak bertempat tinggal atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; 2. Objek pajak yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau menjalankan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pajak, 2000 : 370

2.2.3 Pengecualian Subjek Pajak PPh Pasal 21

Tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan adalah:

1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsultan atau pejabat lain dari

negara asing, dan orang- orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima Universitas Sumatra Utara atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaan tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

2. Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat bukan

warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

2.2.4 Objek Pajak PPh Pasal 21

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21, disebut sebagai Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 adalah :

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji,

uang pensiunan bulanan, upah, honororium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas, premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun;

2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa

jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap; Universitas Sumatra Utara

3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan, Uang

tunjangan pensiun, uang pesangon, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, dan pembayaran lain sejenisnya;

4. Honoarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan

dalam bentuk apa pun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan jasa kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri, terdiri dari :

5. Tenaga Ahli, Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak,

bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film. Foto model, pragawan pragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya, Olahragawan, Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator, Pengarang, penelitian, dan penerjemah, pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekenomi, dan sosial, Agen iklan;

6. Pegawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi ajasa kepada suatu

kepanitian, peserta sidang atau rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala bidang kegiatan, pembawa pesanan atau yang menemukan langganan, peserta perlombaan, petugas penjaja barang dagangan;

7. Petugas dinas luar asuransi peserta pendidikan, pelatihan, dan

pemagangan, Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya, Universitas Sumatra Utara

8. Gaji, gaji kehormatan, dan tunjangan- tunjangan lain yang terkait

dengan gaji yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun yang diterima oleh pensiuanan termasuk janda atau duda dan atau anak- anaknya.

9. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama

apa pun yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma perhitungan khusus deemed profit

10. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 26 adalah imbalan dengan nama

dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh orang pribadi dengan status Wajib Pajak luar negri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan.

2.2.5 Pengecualian Objek Pajak PPh Pasal 21

Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :

1. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi

kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;

2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan kecuali penghasilan

yang dipotong PPh Pasal 21 termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apa pun yang diberikan Universitas Sumatra Utara oleh bukan Wajib Pajak atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan norma perhitungan khusus deemed profit;

3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendirinya

telah disahkan oleh Mentri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja;

4. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama

apa pun yang diberikan oleh Pemerintah;

5. Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja;

6. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau

lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.

2.3 Penghitungan PPh Pasal 21 dan STP

Contoh 1 : Penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap Tn. A status menikah dan mempunyai satu orang anak bekerja pada PT. Bakti Jaya dengan memperoleh gaji sebulan Rp 7.000.000,- PT. Bakti Jaya masuk program Jamsostek, premi asuransi, kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian ditanggung oleh pemberi kerja setiap bulan masing- masing Rp 30.000,- dan Rp 10.000,- sedangkan yang ditanggung oleh Tn. A setiap bulan masing- masing Rp 20.000,- dan Rp 5.000,-. Di samping itu, pemberi kerja juga menanggung iuran pensiun yang dibayarkan ke yayasan dan pensiun yang Universitas Sumatra Utara pendiriannya telah disahkan oleh disahkan oleh Mentri Keuangan dan iuran THT masing- masing sebesar Rp 35.000,- dan Rp 15.000,- sedangkan yang ditanggung Tn. A masing- masing sebesar Rp 25.000,- dan Rp 10.000,-. Hitunglah PPh Pasal 21 terhutang tahun 2010 Penyelesaian contoh 1: Gaji sebulan Rp 7.000.000,- Premi asuransi kecelakaan kerja Rp 30.000,- Premi asuransi kematian Rp 10.000,- Penghasilan bruto satu bulan Rp 7.040.000,- Penghasilan bruto satu tahun 12 x Rp 7.040.000 Rp 84.480.000,- - PENGURANGAN : Biaya jabatan 5 x Rp 7.040.000,- Rp 352.000,- Iuran pensiun 12 x Rp 25.000,- Rp 300.000,- Iuran JHT 12 x Rp 10.000,- Rp 120.000,- Rp 772.000,- Penghasilan netto Rp 83.708.000,- Penghasilan tidak kena pajak : - Untuk Wajib Pajak Rp 15.840.000,- - Tambahan Wajib Pajak Kawin Rp 1.320.000,- - Tambahan 1 anak Rp 1.320.000,- Jumlah Penghasilan tidak kena pajak Rp 18.480.000,- Penghasilan Kena Pajak Rp 65.228.000,- Universitas Sumatra Utara PPh Pasal 21 setahun : Rp 50.000.000,- x 5 Rp 2.500.000,- Rp 15.228.000,- x 15 Rp 2.284.200,- Rp 4.784.200,- Hasil pajak terhutang yang harus dibayar di tahun 2010 adalah sebesar Rp 4.784.200,- Contoh 2 : Perhitungan STP Sanksi Administrasi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2010 yang disampaikan pada tanggal 31 Maret 2011 setelah dilakukan penelitian ternyata terdapat salah hitung yang menyebabkan Pajak Penghasilan Kurang Bayar sebesar Rp 800.000,-. Hitunglah jumlah pajak yang harus dibayar Penyelesaian contoh 2: Atas kekurangan Pajak Penghasilan tersebut diterbitkan Surat Tagihan Pajak pada tanggal 30 Juni 2011 dengan perhitungan sebagai berikut : Pajak terutang Rp 4.784.200,- Berdasarkan hasil pemeriksaan Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan bayar Pajak Penghasilan sebesar : Rp 800.000,- Bunga = 3 bulan x 2 x Rp 800.000,- Rp 48.000,- Jumlah yang harus dibayar Rp 848.000,- Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh fiskus terhadap Surat Pemberitahuan Wajib Pajak maka pajak terhutang Wajib Pajak terdapat kekurangan bayar sebesar Rp 800.000,- dan pajak yang harus dibayar oleh Universitas Sumatra Utara Wajib Pajak adalah sebesar keterlambatan penyetoran dikalikan denda bunga sebesar 2 ditambah atas pajak kurang bayarnya sehingga menjadi Rp 848.000,-.

2.4 Pengendalian Intern