penampilan yang menarik memberikan keuntungan dengan terlihat lebih profesional, lebih percaya diri, menanamkan keyakinan dan kepercayaan terhadap
orang lain serta mencerminkan image perusahaan. Komunikasi eksprenship juga sangat mempengaruhi pelayanan karyawan terhadap nasabahnya dengan
memberikan senyuman, ekspresi muka yang baik, tatap muka yang sewajarnya, pengendalian suara dan dalam pemilihan kata-kata serta sikap tubuh yang
nantinya memberikan rasa nyaman terhadap nasabah saat berkonsultasi dalam pelayanan.
Berdasarkan keterangan di atas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Peubah Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pusat Medan Putri Hijau.
”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diuraikan penulis merumuskan masalah yakni :
1. Apakah insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia.
2. Apakah kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia.
3. Apakah lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia.
4. Apakah motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh insentif terhadap motivasi karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia
3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap motivasi karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini: a. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan, terutama
mengenai motivasi dan prestasi karyawan. b. Bagi penulis, sebagai usaha untuk mendalami masalah yang berkaitan dengan
motivasi dan prestasi karyawan selama ini. c. Bagi peneliti lanjutan, sebagai referensi yang dapat menambah bahan
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Motivasi
Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep penting studi
tentang kinerja individual. Dengan demikian motivasi berarti pemberian motiv, penimbulan motiv atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang
menimbulkan dorongan. Dapat juga dikatakan bahwa motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu.
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subjek yang penting bagi
manajer, karena manajer harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer perlu
memahami orang-orang
yang berperilaku
tertentu agar
dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi
Handoko, 2002. Robbins 2006 mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk
melakukan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu
untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Menurut Mangkunegara dalam Brahmasari, 2008 mengemukakan bahwa
terdapat dua teknik memotivasi kerja pegawai yaitu : 1 teknik pemenuhan kebutuhan pegawai, artinya bahwa pemenuhan kebutuhan pegawai merupakuan
Universitas Sumatera Utara
fundamental yang mendasari perilaku kerja. 2 teknik komunikasi persuasif, adalah merupakan salah satu teknik memotivasi kerja pegawai yang dilakukan
dengan cara mempengaruhi secara ekstra logis. Teknik ini dirumuskan dengan dengan istil
ah “AIDDAS” yaitu
Attention
perhatian,
Interest
minat,
Desire
hasrat,
Decision
keputusan,
Action
aksi atau tindakan, dan
Satisfaction
kepuasan. Hughes et al dalam Koesmono, 2005 mengatakan pada umumnya dalam
diri seorang pekerja ada dua hal yang penting yaitu kompensasi dan pengharapan. Kompensasi adalah imbal jasa dari pengusaha kepada karyawan yang telah
memberikan kontribusinya selalum menjadikan sebagai ukuran puas atau tidaknya seseorang dalam menjalankan tugasnya atau pekerjaannya, sedang pengharapan
adalah harapan-harapan yang akan diperoleh dalam melakukan kegiatannya sehingga dapat memacu seseorang untuk maju.
Herzberg dalam Robbins, 2006 memperkenalkan teori motivasi higiene atau yang sering disebut dengan teori dua faktor, yang berpendapat bahwa
hubungan individu dengan pekerjaannya merupakan hubungan dasar dan bahwa sikap seseorang terhadap kerja sangat menentukan kesuksesan atau kegagalan
individu tersebut. Herzberg juga menyatakan bahwa terdapat faktor yang diinginkan seseorang terhadap pekerjaan mereka. Dari respon yang dikategorikan,
diketahui bahwa respon mereka yang merasa senang berbeda dengan respon mereka yang tidak merasa senang. Beberapa faktor tertentu cenderung secara
konsisten terkait dengan kepuasan kerja dan yang lain terkait dengan ketidakpuasan kerja.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, untuk mengukur motivasi kerja yang diuji dalam penelitian ini, digunakan indikator-indikator yang dikembangkan oleh Herzberg dalam
Robbins, 2006, meliputi motivasi intrinsik terdiri dari : 1 kemajuan, 2 pengakuan, dan 3 tanggung jawab, sedangkan motivasi ekstrinsik terdiri dari :
4 pengawasan, 5 gaji, 6 kebijakan perusahaan dan 7 kondisi pekerjaan. Perubahan motivasi kerja ke arah yang semakin tinggi sangat penting. Motivasi
ini akan berhubungan dengan : a arah perilaku karyawan, b kekuatan respon setelah karyawan memilih mengikuti tindakan tertentu, c ketahanan perilaku
atau berapa lama orang itu terus menerus berperilaku menurut cara tertentu. Responden yang merasa senang dengan pekerjaan mereka cenderung
mengkaitkan faktor ini dengan diri mereka. Di pihak lain, bila mereka tidak puas, mereka cenderung mengkaitkan dengan faktor-faktor ekstrinsik seperti :
pengawasan, gaji, kebijakan perusahaan, dan kondisi pekerjaan.
2.1.2 Teori-teori Motivasi
Untuk mencapai keefektivan motivasi, maka diperlukan teori-teori motivasi dari para ahli sebagai pendukungnya.
a.
Teori Motivasi Mc Cleland Menurut David Mc Cleland yang dikutip oleh Gibson 2001 terdapat tiga
macam kebutuhan yang perlu diperhatikan pegawai yaitu : Kebutuhan akan prestasi needs for achievement = nAch, kebutuhan akan kelompok
pertemanan needs for affliliation = nAff dan kebutuhan akan kekuasaan needs for power = nPower, dimana apabila kebutuhan seseorang terasa
sangat mendesak, maka kebutuhan itu akan memotivasi orang tersebut untuk
Universitas Sumatera Utara
berusaha keras memenuhinya. Berdasarkan teori ini kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dibangun dan dikembangkan melalui pengalaman dan
pelatihan. Orang yang tinggi dalam nAch akan lebih menyukai pekerjaan dengan tanggung jawab individu, umpan balik dari kinerja, dan tujuan yang
menantang.
b.
Teori Herzberg Teori Dua Faktor Two-Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick
Herzberg merupakan kerangka kerja lain untuk memahami implikasi motivasional dari lingkungan kerja dan ada dua faktor di dalam teori ini
yaitu: faktor-faktor higienis sumber ketidakpuasan dan faktor-faktor pemuas sumber kepuasan dalam teorinya Herzberg menyakini bahwa
kepuasan kerja memotivasi pada kinerja yang lebih baik. Faktor higienis seperti kebijakan organisasi, supervisi dan gaji dapat menghilangkan
ketidakpuasan. Faktor ini berhubungan erat dengan pekerjaan. Perbaikan hubungan pekerjaan tidak mengarah pada kepuasan yang lebih besar, tetapi
diharapkan akan mengurangi ketidakpuasan. Dilain pihak, motivator atau pemuas seperti pencapaian, tanggung jawab dan penghargaan mendukung
pada kepuasan kerja. Motivator berhubungan erat dengan kerja itu sendiri atau hasil langsung yang diakibatkannya, seperti peluang promosi, peluang
pertumbuhan personal, pengakuan tanggung jawab dan prestasi. Perbaikan dalam isi pekerjaan mendorong pada peningkatan kepuasan dan motivasi
untuk bekerja lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
c.
Teori X dan Y. Teori motivasi milik Douglas McGregor mengemukakan dua pandangan
yang nyata mengenai manusia, yakni: pandangan pertama pada dasarnya negatif disebut Teori X, dan yang lain pada dasarnya positif disebut Teori Y.
McGregor menyimpulkan bahwa pandangan seorang pemimpin mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu, dan bahwa
mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap pegawai berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
Menurut Teori X, empat asumsi negatif yang dimiliki yakni:
1
Pegawai pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan, dan sebisa mungkin untuk menghindarinya.
2
Karena pegawai tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan- tujuan.
3
Pegawai akan menghindari tanggung jawab dan mencari perintah formal bilamana mungkin.
4
Sebagian pegawai menempatkan keamanan di atas semua faktor lain yang terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.
Kontras dengan pandangan negatif tersebut diatas, McGregor membuat empat asumsi positif yang disebutnya Teori Y yaitu:
1
Pegawai menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya istirahat atau bermain.
2
Pegawai akan berlatih mengendalikan diri, dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan.
Universitas Sumatera Utara
3
Pegawai akan bersedia belajar untuk menerima, bahkan belajar lebih bertanggung jawab.
4
Pegawai mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi
manajemen. Kesimpulan dari teori ini yaitu Teori X berasumsi bahwa kebutuhan-
kebutuhan tingkat yang lebih rendah mendominasi individu, sedang Teori Y berasumsi bahwa kebutuhan-kebutuhan tingkat yang lebih tinggi mendominasi
individu. McGregor sendiri meyakini bahwa asumsi Teori Y lebih valid daripada Teori X.
2.1.3 Insentif
Pada mulanya segala bentuk usaha yang dilakukan oleh setiap karyawan pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu, misalnya keinginan untuk lebih
maju dan berprestasi serta ingin mendapatkan hasil yang lebih besar dari pada sebelumnya. Untuk dapat melaksanakan maksud dan tujuan tersebut dibutuhkan
adanya suatu dorongan yang berasal dari dalam diri karyawan itu sendiri maupun dorongan dari luar. Dorongan yang berasal dari luar tersebut dapat berasal dari
pimpinan perusahaan, misalnya dengan adanya pemberian tambahan yang dapat berupa uang, barang dan sebagainya. Dimana hal ini disebut dengan istilah
insentif. Menurut T. Hani Handoko 2002:176, menyatakan bahwa pengertian
insentif adalah perangsang yang ditawarkan kepada para karyawan untuk melaksanakan kerja sesuai atau lebih tinggi dari standar-standar yang telah
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan. Sedangkan menurut Malayu SP. Hasibuan 2001:118, mengatakan bahwa insentif adalah Tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan
tertentu yang prestasinya diatas prestasi standar. Menurut Mangkungara 2002:89, mangatakan pengertian insentif adalah
Suatu penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan oleh pihak pemimpin organisasi kepada karyawan agar mereka bekerja dengan motivasi yang tinggi dan
berprestasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Jadi pengertian insentif adalah sebuah program yang diberikan oleh perusahaan untuk memotivasi
karyawan agar karyawan tersebut jauh lebih giat lagi dalam bekerja dan dapat meningkatkan prestasi kerjanya di dalam perusahaan.
Dalam suatu perusahaan setiap karyawan dalam melakukan suatu kegiatan mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut
disebabkan karena kebutuhan manusia bermacam-macam dan selalu merasa tidak puas dalam keadaannya sekarang. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya
maka diperlukan penghasilan tambahan bagi karyawan. Sehingga hal tersebut perlu diperhatikan oleh pimpinan sebuah perusahaan.
Tujuan utama dari pemberian insentif ini sebenarnya untuk merangsang atau memberikan dorongan kepada karyawan supaya mau melaksanakan
pekerjaannya melebihi standart yang telah ada atau melebihi kemampuan rata- rata. Karena tujuan perusahaan merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan
maka perusahaan akan melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1. Jenis - jenis Insentif
Menurut pendapat Hasibuan 1990: 195 ada dua macam bentuk insentif yaitu “insentif material”
material insentif
dan “insentif non material”
non material insentif:
a. Material Insentif adalah material sebuah imbalan prestasi yang diberikan, yang termasuk dalam material insentif adalah upah, barang-barang dan yang
sejenisnya,
b.
Non Material Insentif adalah motivasi yang tidak berbentuk materi, yang termasuk non material insentif adalah penempatan yang tepat, latihan yang
sistematis, promosi yang obyektif, pekerjaan yang terjamin, program penghargaan, bintang jasa, perlakuan yang wajar dan yang sejenisnya
.
Selain pendapat diatas, untuk memotivasi karyawan agar lebih berprestasi Manullang 1995: 150 menjelaskan insentif dapat dikelompokkan menjadi 3
golongan dan dapat disarikan sebagai berikut : a.
Material Incentive
adalah Segala daya perangsang yang dapat dinilai dengan uang,
b.
Semi Material Insentive
adalah Semua jenis perangsang yang tidak dapat dinilai dengan uang, meliputi: penempatan yang tepat, latihan sistematik,
promosi yang obyektif, pekerjaan yang terjamin, turut sertanya wakil-wakil pegawai dalam menggambil keputusan perusahaan, kondisi-kondisi pekerjaan
yang menyenangkan, pemberian informasi tentang : perusahaan, fasilitas- fasilitas tenteng rekreasi, penjagaan kesehatan perusahaan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
c.
Non Material Insentive
pada hakekatnya adalah sikap pimpinan terhadap bawahannya, pegawai harus mempunyai kepercayaan terhadap atasannya.
Sikap pimpinan akan memberikan kegairahan bekerja kepada pegawai seperti mempunyai sifat kejujuran dan tidak mementingkan diri sendiri.
Menurut pendapat Sarwoto 1991 : 155, penggolongan jenis-jenis insentif dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu:
a.
Insentif Material
adalah tambahan penghasilan yang dapat dinilai dengan uang yang diberikan untuk memperbesar gairah kerja. Insentif material terdiri
dari: 1.
Bonus yaitu pembayaran tambahan di luar gaji atau upah sebagai hadiah atau perangsang. Diberikan sekali terima tanpa suatu ikatan
dimasa mendatang, 2.
Komisi yaitu Imbalan uang atau prosentase tertentu yang dibayarkan karena jasa yang diberikan dalam jual beli. Biasanya diberikan kepada
pekerja bagian penjualan, 3.
Profit Sharing yaitu Biasanya mencakup pembayaran berupa sebagian dari laba bersih yang disetorkan dalam sebuah dana kemudian
dimasukkan dalam daftar pendapatan setiap peserta, 4.
Kompensasi yang ditangguhkan Merupakan imbalan berupa uang atau bukan uang yang diberikan kepada karyawan, meliputi : dana pensiun
atau kontrak hari tua. b.
Insentif Non Material
adalah tambahan penghasilan yang diberikan tidak dalam bentuk uang, antara lain: pemberian tanda jasa, pemberian promosi
Universitas Sumatera Utara
kenaikan pangkat atau jabatan, ucapan terima kasih secara formal maupun non formal, dan pemberian perlengkapan khusus pada ruang kerja.
2. Pedoman Pemberian Insentif
Menurut Cascio, yang dikutip Panggabean 2002: 92, syarat- syarat yang patut dipenuhi dalam pemberian insentif agar dapat digunakan tujuan pemberian
insentif dapat diwujudkan terdiri atas hal-hal berikut ini: a. Sederhana. Peraturan dari sistem insentif haruslah singkat, jelas, dan dapat
dimengerti, b. Spesifik. Tidak cukup hanya dengan mengatakan, hasilkan lebih banyak atau
jangan terjadi kecelakaan. Karyawan perlu tahu dengan tepat apa yang diharapkan untuk mereka lakukan,
c. Dapat dicapai. Setiap karyawan seharusnya mempunyai kesempatan yang masuk akal untuk memperoleh sesuatu,
d. Dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur merupakan dasar untuk menentukan rencana insentif. Program dolar akan sia-sia dan program evaluasi akan
terhambat, jika prestasi tertentu tidak dapat dikaitkan dengan dolar yang dibebankan.
Selanjutnya Ranupandojo dan Suad Husnan 1990: 162 berpendapat bahwa ada beberapa sifat dasar dari pengupahan insentif yang harus dipenuhi agar
sistem upah insentif tersebut bisa berhasil sebagai berikut: a.
Pembayarannya hendaknya sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung oleh karyawan sendiri,
Universitas Sumatera Utara
b. Penghasilan yang diterima buruh hendaknya langsung menaikkan out put
dan efisiensi, c.
Pembayaran hendaknya dilakukan secepat mungkin, d.
Standar kerja hendaknya ditentukan dengan hati-hati. Standar kerja yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah sama tidak baiknya,
e. Besarnya upah normal dengan standar kerja per jam hendaknya cukup
merangsang pekerja untuk bekerja lebih giat.
2.1.4 Kepemimpinan
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan
manfaat bagi kesejahteraan manusia Moejiono, 2002. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing,
definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan. Menurut Tead; Terry; Hoyt dalam Kartono, 2003 Pengertian
Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk
membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young dalam Kartono, 2003 Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong
atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang
khusus.
Universitas Sumatera Utara
Moejiono 2002 memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-
kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela compliance induction theorist cenderung memandang leadership
sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin
Moejiono, 2002. Berdasarkan definisi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang dalam mengarahkan, mempengaruhi, mendorong dan mengendalikan orang lain atau bawahan untuk bisa melakukan sesuatu pekerjaan
atas kesadarannya dan sukarela dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Selain itu kepemimpinan berkaitan dengan gaya kepemimpinan yang menjadi panduan
dalam suatu perusahaan. Terdapat lima gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi
menurut Siagian 2002, yaitu:
1.
Tipe pemimpin yang otokratik Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorang pemimpin yang:
a.
Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
b.
Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
c.
Menganggap bahwa sebagai alat semata-mata
d.
Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
e.
Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya
f.
Dalam tindaknya penggeraknya sering mempergunakan approach yang
Universitas Sumatera Utara
mengandung unsur paksaan dan puntif bersifat menghukum
2.
Tipe pemimpin yang militeristik Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud seorang pemimpin
tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin modern. Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah seorang pemimpin yang memiliki
sifat-sifat:
a.
Dalam menggerakan bawahannya sistem perintah yang sering dipergunakan
b.
Dalam menggerakan bawahannya senang bergantung pada pangkat dan jabatan
c.
Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan
d.
Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya
3.
Tipe pemimpin yang paternalistik
a.
Menganggap bahwa sebagai manusia yang tidak dewasa
b.
Bersikap terlalu melindungi
c.
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan
d.
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil inisiatif
e.
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi
f.
Sering bersikap mau tahu
Universitas Sumatera Utara
4.
Tipe pemimpin yang kharismatik Harus diakui bahwa untuk keadaan tentang seorang pemimpin yang demikian
sangat diperlukan, akn tetapi sifatnya yang negatif mengalahkan sifatnya yang positif.
5.
Tipe pemimpin yang demokratik Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin
yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern karena:
a.
Ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari bawahan
b.
Selalu berusaha mengutamakan kerjasama teamwork dalam usaha mencapai tujuan
c.
Selalu berusaha menjadikan lebih sukses dari padanya
d.
Selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
Kepemimpinan memegang peran yang signifikan terhadap kesuksesan dan kegagalan sebuah organisasi. Sedangkan Robinss 2006 mengidentifikasi empat
jenis gaya kepemimpinan antara lain:
1.
Gaya kepemimpinan kharismatik Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang luar
biasa ketika mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka. Terdapat lima karakteristik pokok pemimpin kharismatik:
a.
Visi dan artikulasi. Dia memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal yang berharap masa depan lebih baik daripada status quo, dan mampu
mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat dipahami orang lain.
Universitas Sumatera Utara
b.
Rasio personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh risiko personal tinggi, menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam
pengorbanan diri untuk meraih visi.
c.
Peka terhadap lingkungan. Mereka mampu menilai secara realistis kendala lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat
perubahan.
d.
Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik perseptif sangat pengertian terhadap kemampuan orang lain dan responsif
terhadap kebutuhan dan perasaan mereka.
e.
Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik terlibat dalam perilaku yang dianggap baru dan berlawanan dengan norma.
2.
Gaya kepemimpinan transaksional Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau
memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan transaksional
lebih berfokus pada hubungan pemimpin-bawahan tanpa adanya usaha untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya. Terdapat empat karakteristik
pemimpin transaksional:
a.
Imbalan kontingen: kontrak pertukaran imbalan atas upaya yang dilakukan, menjanjikan imbalan atas kinerja baik, mengakui pencapaian.
b.
Manajemen berdasar pengecualian aktif: melihat dean mencari penyimpangan dari aturan dan standar, menempuh tindakan perbaikan.
c.
Manajemen berdasar pengecualian pasif: mengintervensi hanya jika
Universitas Sumatera Utara
standar tidak dipenuhi.
d. Laissez-Faire:
melepas tanggung jawab, menghindari pembuatan keputusan.
3.
Gaya kepemimpinan transformasional Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada hal-hal dan
kebutuhan pengembangan dari masing-masing pengikut, Pemimpin transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan persoalan-
persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan cara- cara baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan
mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran kelompok. Terdapat empat karakteristik pemimpin transformasional:
a.
Kharisma: memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan kebanggaan, meraih penghormatan dan kepercayaan.
b.
Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan symbol untuk memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud penting secara
sederhana.
c.
Stimulasi intelektual:
mendorong intelegensia,
rasionalitas, dan
pemecahan masalah secara hati-hati.
d.
Pertimbangan individual: memberikan perhatian pribadi, melayani karyawan secara pribadi, melatih dan menasehati.
4.
Gaya kepemimpinan visioner Kemamuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel,
dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit organisasi yang
Universitas Sumatera Utara
tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini jika diseleksi dan diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan besar sehingga bisa
mengakibatkan terjadinya lompatan awal ke masa depan dengan membangkitkan
keterampilan, bakat,
dan sumber
daya untuk
mewujudkannya.
2.1.5 Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor eksternal yang sangat berpengaruh dalam menunjang hasil kerja yang maksimal dalam setiap pekerjaan.
Apabila lingkungan kerja kurang kondusif maka akan menyebabkan kinerja tenaga kerja yang akan menurun ini disebabkan kurangnya motivasi kerja yang
muncul dari dalam diri tenaga kerja untuk bekerja dengan baik. Lingkungan kerja merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dan jenis
dan lokasi pekerjaan dimana individu karyawan berada dan beraktivitas. Produktifitas karyawan dari pekerjaan bergantung pada tempat dan lingkungan
tempat individu karyawan bekerja. Oleh karenanya, lingkungan kerja perlu mendapat perhatian yang sangat serius dan utama karena merupakan rumah kedua
setelah tempat tinggal Subaris dan Haryono, 2008 ; 1. Lingkungan kerja adalah menyangkut tata ruang, cahaya alam dan
pengaruh suara yang mempengaruhi konsentrasi seseorang karyawan sewaktu bekerja Zainuddin dkk, 2006. Fasilitas yang dimiliki organisasi merupakan
bagian dari lingkungan kerja yang harus diwujudkan untuk mendukung aktivitas organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan kerja yang tidak kondusif dan kurang mendukung pelaksanaan aktivitas kerja dari karyawan akan mempengaruhi tingkat
keberhasilan karyawan terhadap kerjanya. Begitupun pula dengan ketersediaan fasilitas yang kurang akan mempengaruhi efektifitas dan efisiensi waktu kerja.
Lingkungan kerja harus menjadi perhatian mengingat sebahagian besar waktu tiap harinya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan kerja yang tidak sesuai
akan menyebabkan gangguan bagi tenaga kerja yang ada di lingkungan kerja tersebut dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi produktifitas Subaris dan
Haryono, 2008;1. Motivasi kerja pegawai akan terdorong dari lingkungan kerja. Jika
lingkungan kerja mendukung maka akan timbul keinginan pegawai untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Keinginan ini kemudian akan
menimbulkan persepsi pegawai dan kreativitas pegawai yang diwujudkan dalam bentuk tindakan. Persepsi pegawai juga dipengaruhi oleh factor Insentif yang
diberikan oleh instansi. Manfaat lingkungan kerja adalah menciptakan gairah kerja, sehingga
produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan
dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang ditentukan. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang
bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Prestasi Kerja
Prestasi kerja merupakan hasil yang dicapai atau yang diinginkan oleh semua orang dalam bekerja. Prestasi kerja untuk tiap-tiap orang tidaklah sama
ukurannya karena manusia itu satu sama lain berbeda. Perbedaan ini terletak pada diri maupun luar individu.
Menurut Supardi 1989:63, prestasi kerja adalah kegiatan dan hasil kerja yang dicapai atau ditunjukkan oleh seorang didalam pelaksanaan tugas pekerjaan.
Dapat dikatakan pula bahwa prestasi kerja merupakan perwujudan atau penampilan dalam melaksanakan pekerjaan. Prestasi juga merupakan proses
melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi dan menilai prestasi kerja karyawannya.
Selain itu pengukuran prestasi kerja karyawan dapat dilihat dari beberapa faktor seperti :
1. Kualitas Kerja Kualitas kerja ketepatan, ketelitian, keterampilan dan keberhasilan karyawan
dalam melaksanakan pekerjaannya. 2. Kuantitas Kerja
Merupakan jumlah out put produk-produk yang dihasilkan dan ketepatan dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Keandalan Keandalan yaitu kemampuan karyawan dalam melaksanakan intruksi atau
perintah, berinisiatif sikap kehati-hatian.
Universitas Sumatera Utara
4. Sikap Sikap karyawan terhadap perusahaan, karyawan lain dan pekerjaan serta kerja
sama. Dalam perusahaan prestasi kerja juga dapat dinilai seberapa besar
penilaian prestasi kerja karyawannya. Adapun penilaian prestasi kerja dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Penilaian Sistematis Oleh Atasan Penilaian sistematis banyak memberikan manfaat bagi perusahaan. Pertama
adalah memberikan informasi dalam keputusan yang menyangkut masalah- masalah seperti promosi, kenaikan gaji. Manfaat kedua adalah dapat
dipergunakan untuk mendorong dan memimpin pengembangan karyawan 2. Penilaian Prestasi Kerja Kelompok
Pengukuran prestasi kerja kelompok mempunyai dasar yang sama dengan sistem penilaian jabatan. Penilaian ini mempunyai tujuan untuk menentukan
baik tidaknya karyawan untuk dipromosikan. Ada tiga metode penilaian prestasi kerja antara lain :
a. Ranking Penilaian prestasi kerja ini dimulai dengan membandingkan karyawan
satu dengan karyawan lain, menentukan siapa yang lebih baik. Perbandingan ini dilakukan secara keseluruhan, artinya tidak dicoba di
pisah-pisahkah faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan pada perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
b. Grading atau Forced Distributions Pada metode ini penilaian memisah-misahkan atau menyortir pada
karyawan kedalam klasifikasi yang berbeda. Biasanya proporsi tertentu harus diletakkan pada setiap kategori.
c. Poin Allocation Method Metode ini merupakan bentuk lain grading. Penilaian diberikan sejumlah
nilai total untuk dialokasikan diantara para karyawan dan kelompok.
2.2 Penelitian Terdahulu
Rizka Afrisalia Nitasari C2A008237, dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kepuasan Kerja
Sebagai Variabel Intervening Pada PT. Bank Central Asia Tbk. Cabang Kudus.
Penelitian ini menggunakan motivasi kerja sebagai variabel independen, kepuasan kerja sebagai variabel intervening, dan kinerja karyawan sebagai v
ariabel dependen. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh motivasi
kerja terhadap kepuasan kerja, menguji dan menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening.
Sampel yang digunakan adalah karyawan PT. Bank Central Asia Tbk Cabang Kudus sebanyak 119 responden dengan menggunakan metode
purposive sampling.
Analisis yang digunakan meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, uji model, analisis regresi linier dan intervening.
Berdasarkan uji-t yang dilakukan dan hasil analisis regresi linier dapat diketahui bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja, kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Universitas Sumatera Utara
kinerja karyawan, motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan berdasarkan hasil analisis regresi linier yang
dilakukan uji mediasi intervening diketahui bahwa varibel kepuasan kerja mampu menjadi variabel intervening dari hasil perhitungan
standardized coeffients
untuk pengaruh tidak langsung motivasi kerja terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja lebih besar dibanding pengaruh secara langsung
motivasi kerja terhadap kinerja karyawan.
2.3 Kerangka Konsep