Penyajian Data

4.2 Penyajian Data

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan smartphone dalam interaksi sosial anak muda, oleh karena itu data yang telah diambil oleh peneliti melalui observasi dan hasil wawancara dengan informan ini disajikan sesuai dengan urutan fokus penelitian yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya, yaitu mengenai penggunaan smartphone anak muda tersebut.

4.2.1 Penggunaan Smartphone

Dari hasil wawancara dengan informan penelitian didapatkan bahwa penggunaan smartphone di kalangan anak muda atau kelompok persahabatan ini cukup beragam. Hal yang paling utama yang digunakan oleh informan pada smartphonenya adalah untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan sesama, baik melalui telepon, sms, atau menggunakan aplikasi yang lain seperti whatsapp, line, atau BBM seperti hasil wawancara berikut ini :

“ Smartphone saya biasa saya gunakan untuk komunikasi ma temen -temen mas, kan saya pakai bbm, line, whatsapp”.(wawancara dengan dimas pada tanggal 3 februari 2014 di kos Dimas)

“ Hpku tak buat komunikasi ma temen -temen ajah mas, hampir semua sosial media saya pakai seperti bbm, line, wa, instagram, path, twitter, ya gitu-gitu aja

sie mas”. ( wawancara dengan Ardi pada tanggal 3 februari 2014 di tempat kos ardi )

Selain digunakan untuk komunikasi atau interaksi dengan sesama, para informan juga menggunakan smartphonenya untuk menggunakan beragam media sosial Selain digunakan untuk komunikasi atau interaksi dengan sesama, para informan juga menggunakan smartphonenya untuk menggunakan beragam media sosial

“ Hpku tak pakai komunikasi ma anak -anak mas, lewat sosmed kaya bbm, line, twitter, dan yang lain-lain. Tapi aku hpku juga buat internetan kaya cari-cari data apa ajah di google, liat video di youtube juga, kadang tak buat modem juga nie hp, kan bisa tuh disingkronin ke laptop untuk jadi modem ”. (

wawancara dengan Dypta pada tanggal 3 februari 2014 di kontrakan peneliti )

“Hpku tak gunain buat komunikasi ma temen -temen mas, lewat sosial media kayak wa, line, bbm, twitter juga, selain itu ya tak buat internetan mas, kaya

cari-cari apa aja di google, liat- liat email kadang, ya seperti itulah” . (wawancara dengan Edo pada tanggal 3 februari 2014 di kontrakan peneliti )

“ Hpku tak buat komunikasi ma temen-teman lewat sosial media seperti whatsapp, line, BBM, twitter, path, dan masih banyak lagi mas. Kadang tak

buat main game juga.” ( wawancara dengan Faisal pada 8 Februari di kontrakan peneliti )

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa selama ini penggunaan smartphone oleh informan sangat beragam, ada yang menggunakan smartphone untuk melakukan komunikasi atau interaksi dengan individu yang lain, bisa digunakan untuk mengakses internet seperti email, google, dan yang lainnya seperti bermain game. Selain itu juga ada yang menggunakan smartphonenya untuk mengakses media sosial seperti twitter, path, instagram dan yang lainnya, selain itu juga ada beberapa informan yang menggunakan smartphonenya untuk bermain game, mengambil foto dari aplikasi kamera dan juga menggunakan smartphonenya untuk dijadikan modem agar dapat mengakses internet lewat media yang lain seperti komputer atau laptop.

Dari sisi intensitas penggunaan smartphone, hasil dari wawancara kedua kelompok memiliki kesamaan yaitu sama-sama menggunakan smartphone dengan intensitas yang tinggi. Hal ini diungkapkan dalam wawancara berikut :

“ lumayan mas kurang lebih ya 12 jam, hampir setiap saat liat hp, liat jam aja ya pake hp mas, soalnya ga ada ja”. ( wawancara dengan Dimas pada tanggal

3 februari 2014 di kos Dimas ) “lumayan mas kurang lebih ya 12 jam, hampir setiap saat liat hp, bangun tidur

pertama ya liat hp, pas kumpul ya liat hp, pas kemana ajah ya tetep pegang hp buat check in di aplikasi Path kalo kita lagi dimana gitu, biar ga dikira cupu2 amat mas”.( wawancara dengan Dypta pada tanggal 3 februari 2014 dikos Dypta )

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam pemakaian smartphone para informan memiliki waktu pemakaian sehari yang cukup tinggi, dimana hampir setiap waktu smartphone selalu digunakan. Hal ini dikarenakan smartphone mempunyai fasilitas yang lebih dari handphone biasa. Para informan banyak menggunakan aplikasi media sosial yang banyak tersedia di smartphonenya.

Dari sisi pengaruh umum penggunaan atau pemakaian smartphone oleh para informan ini terdapat beberapa faktor seperti menggunakan smartphone yang mempunyai sistem operasional yang bisa digunakan untuk kebutuhannya, harga dari smartphonenya juga terjangkau sesuai porsinya, serta mempunyai fasilitas yang dirasa sudah sesuai dengan kebutuhan para informan. Hal ini dibuktikan dalam hasil wawancara sebagai berikut.

“Saya menggunakan hp sony X8 ini karena OSnya sudah cukuplah untuk kebutuhan saya, sudah bisa buat nginstall sosmed yang saya butuhin kaya BBM, Line, Whatsapp, Twitter, trus untuk memorynya juga uda cukup buat kebutuhan

saya” ( wawancara dengan Dimas pada 3 February 2014 ) “Saya pilih iphone 4s ini karena saya rasa fasilitasnya cukup bisa bersaing di

jaman sekarang ini, untuk sosial media, semua bisa diinstal, tapi saya cuma instal BBM, Line, Whatsapp itu buat berinteraksi sama anak-anak, yang lain kaya Twiiter, Path, Instagram juga saya unduh, untuk fasilitasnya kaya kamera juga lumayan kalo buat sekedar foto-foto, banyak aplikasi dari fotonya juga, trus memorinya juga besar, walaupun harganya juga lumayan tinggi, tapi menurut saya pas-pas ajah dengan apa aja yang bisa ditampilkan sama iphone ini” ( wawancara dengan Ardi pada 3 February 2014 )

“ Saya pilih galaxy grand ini karena Osnya sudah lumayan updated, fasilitasnya juga lumayan okelah untuk kebutuhan saya pribadi, harganya juga terjangkau

menurutku” ( wawancara dengan Rizky pada 8 Februari ) Dari sebagian hasil wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa

pengaruh dari para informan memilih atau menggunakan smartphonenya berdasarkan beberapa faktor seperti smartphone yang digunakan sudah mempunyai sistem operasional yang sudah kekinian atau masa kini, yang kedua smartphone yang digunakan mempunyai harga yang sesuai dengan fasilitas yang disajikan oleh smartphone tersebut. Dengan adanya fasilitas yang beragam untuk memenuhi kebutuhan para informan, terdapat beberapa manfaat dari penggunaan smartphone tersebut. Manfaatnya seperti bisa berinteraksi dengan banyak teman, bisa dengan cepat mengetahui informasi atau berita terbaru melalui aplikasi sosial media, bisa mengakses atau digunakan untuk internet. Hal ini dibuktikan dalam wawancara sebagai berikut.

“Manfaatnya smartphone ini tentunya lumayan banyak ya mas, kaya bisa interaksi sama temen-temen melalui sosmed kaya line, bbm, dan yang lain. Kalo

dipikir-pikir ya bisa ngirit pulsa juga, kan kalo sudah dipaketin ke internet, sosmednya bisa diakses, trus interaksi lewat situ juga uda bisa. (wawancara dengan Edo pada 3 february 2014)

“Manfaatnya banyak mas, selain bisa interaksi ma temen - temen, bisa juga liat update berita dari sosmed, contohnya kaya aku punya twiiter, trus ngefollow

info malang, trus adminnya info malang ngetweet di jalan mana gitu macet, nah seperti itu kan informasi tuh, jadinya kita bisa tahu. Belum lagi kalo kita install detik.com tuh, kan setiap menit ada aja berita tuh yang ditampilin, bermanfaat deh pokoknya. ( wawancara dengan Dimas pada 3 february 2014 )

“Lumayan banyak manfaat seh smartphone ini, kalo smartphone kan jelas beda sama hp biasa, smartphone kan bisa untuk ngakses internet tentunya kalo

dipaketin sih, walaupun ga dipaketin kan semua smartphone kan ada fasilitas WiFinya tinggal cari tempat WiFi, trus kita gunain juga bisa ngakses internet,

ga Cuma itu, kadang saya juga smartphone saya buat modem untuk laptop, kan ada fasilitas hotspot pribadinya juga, ( wawancara dengan Ardi pada 3 Februari 2014)

Dari sebagian hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan secara umum smartphone oleh informan mempunyai manfaat yang beragam seperti bisa Dari sebagian hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan secara umum smartphone oleh informan mempunyai manfaat yang beragam seperti bisa

4.2.2 Kontak Sosial dan Komunikasi primer

Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya, interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi jika tidak adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak disini bisa bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka atau face-to-face (berjabat tangan, saling senyum, dll). Sebaliknya, kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Hubungan- hubungan sekunder tersebut dapat dilakukan melalui perantara disini adalah smartphone.

Kontak primer yang dilakukan oleh kelompok pertemenan yang tediri dari Dimas, Ardi, Edo, Dypta ini dikakukan hampir setiap hari. Hal ini bisa dibuktikan dari hasil wawancara seperti berikut.

“Kumpulnya hampir setiap hari mas, kadang di parkiran kampus, kadang juga di kantin kampus belakang sakri, bahkan juga sering kumpul diluar kampus saat nongkrong ngopi2 dimana gtu mas. Apalgi kita jarak kosannya juga ga terlalu jauh, bahkan ada juga salah satu yang sekosan sama saya, pokoknya hampir

seringlah mas.” ( wawancara dengan Dimas pada tanggal 3 februari 2014 dikos Dimas )

“ kumpulnya ya ketemu gitu mas, setelah pulang kuliah, pas nongkrong gitu, pas dikosan atau dikontrakan temen yang lain, pokoknya ya kumpul aja secara

langsung” ( wawancara dengan Dypta pada tanggal dypta pada tanggal 3 februari 2014 dikos Dypta )

“ kumpulnya ya ketemu gitu mas, setelah pulang kuliah, pas nongkrong gitu, pas biliard, pas futsal. Intinya kalo uda janjian ketemu ya kita kumpul”. ( wawancara dengan Ardi pada tanggal 8 februari 2014 di tempat Ardi )

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa proses berkumpulnya para informan dengan teman-temannnya tidak dipengaruhi atau ditentukan oleh jadwal khusus sehingga setiap saat dapat berkumpul dengan teman dalam Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa proses berkumpulnya para informan dengan teman-temannnya tidak dipengaruhi atau ditentukan oleh jadwal khusus sehingga setiap saat dapat berkumpul dengan teman dalam

Kedua kelompok ini juga mempunyai intesitas kebersamaan yang sering. Hal ini bisa dibuktikan dalam hasil wawancara seperti berikut.

“ Kalo proses bertemunya dengan teman-teman ya bisa dikatakan hampir sering mas kumpulnya bahwa setiap hari pasti ketumu baik dikampus maupun diluar

kampus, karena ya itu juga intensitas ketemunya juga setiap hari soalnya” ( wawancara dengan Dimas pada tanggal 3 februari 2014 di kos Dimas )

“ Bisa dikatakan hampir sering mas kumpulnya dan yang pasti pertemuan yang saya lakukan yaitu dalam seminggu bisa 3-4 kali, namun demikian hal

tersebut tergantung kebutuhan” ( wawancara dengan Ardi pada tanggal 8 februari 2014 di tempat Ardi )

“ Intesitas pertemuan yang saya lakukan dengan teman bisa dikatakan hampir sering mas kumpulnya. Seminggu bisa 3-4 kali dan itu dapat lebih tergantung

kepentingan juga” ( wawancara dengan Edo pada tanggal 8 februari 2014 di tempat Edo )

“ Bisa dikatakan hampir sering mas kumpulnya, karena setiap ada keperluan apa saya selalu berkumpul dengan teman-teman untuk membahas

permasalahan itu”( wawancara dengan Dypta pada tanggal 3 februari 2014 di kos Dypta )

Kelompok yang kedua yang tediri dari Faisal, Indah, dan Rizky mempunyai intensitas yang sama dengan kelompok yang pertama. Hal ini dibuktikan dalam wawancara senagai berikut.

“ kalo ditanyai mengenai intensitas pertemuan dengan teman menurut saya bisa dikatakan hampir sering mas kumpulnya. Pokoknya kalo ga sibuk ya kumpul,

ga ada batas waktu kapan kita kita kumpul- kumpulnya” ( wawancara dengan Indah pada tanggal 8 februari 2014 )

“ Bisa dikatakan hampir sering mas kumpulnya, Pokoknya kalo ga sama -sama lagi sibuk ya kumpul kitanya”( wawancara dengan Rizky pada tanggal 8 februari 2014 di kampus )

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan menunjukkan bahwa selama ini informan penelitian dalam melakukan pertemuan dengan rekan atau temannya tidak dibatasi waktu tertentu, sehingga apabila terdapat kesempatan dan kepentingan maka proses pertemuan dilakukan. Hal ini menunjukan bahwa proses pertemuan yang dilakukan menunjukkan kemampuan seorang informan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok yang ada sehingga adanya kelompok tersebut memberikan manfaat dari proses pertemuan tersebut. Kedua kelompok sahabat ini lumayan lama. Kebersamaan kelompok sahabat ini sudah terjalin saat mengawali perkuliahan di Universitas yang sama di kota Malang.

Hal ini diungkapan oleh Dimas “ Sudah lama pas kumpulnya, udah dari awal semester, sampai sekarang, ya hampir 4 tahunan ini kita kumpulnya ”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Indah “ Ya kenalnya dari sejak masuk kuliah, sampai sekarang,

sering bersama seh”. Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua individu tersebut

mempunyai suatu kelompok teman yang selalu bersama dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Dan dalam proses berkumpul kelompok ini juga sering saling tukar menukar informasi dalam segala hal, saling membicarakan sesama individu satu dengan yang lainnya, serta mempunyai topik bahasan yang meluas baik itu mencakup di dalam ataupun diluar kegiatan dan kehidupan mereka. Kedua kelompok ini juga mempunyai keberagaman topik yang dibahas saat berkumpul. Berikut hasil wawancara dengan kelompok yang pertama.

“ Banyak mas, kadang urusan kampus, akhir-akhir ini sering bahas urusan kampus karena sudah pada ambil skripsi smua mas, tapi kebanyakan ya bahas

secara umum mas, entah itu berita terbaru, kadang bahas otomotif, bahas sepak bola, banyaklah mas, pokoknya sesuai mood, pengen bahas apa ya dibahas”. ( wawancara dengan Dimas pada tanggal 3 februari 2014 dikos Dimas )

“ Banyak mas, urusan kampus, curhat pacar, curhat masalah keluarga juga. Curhat masalah pribadi juga, pokoknya ya ajang sharing gtulah mas, kadang

tuker-tukeran informasi jug a”. ( wawancara dengan Ardi pada tanggal 8 februari 2014 di tempat Ardi )

” Banyak mas, urusan kampus, curhat pacar, curhat masalah keluarga juga. Curhat masalah pribadi juga, pokoknya ya ajang sharing gtulah mas, kadang

tuker-tukeran informasi tentang otomotif, bola, game kadang-kadang, banyak pokoknya mas”.( wawancara dengan Edo pada tanggal 8 februari 2014 di

tempat Edo ) “B anyak mas, urusan kampus, kaya skripsi, ngebahas dosen, urusan yang lain

juga kaya updated news, banyaklah mas. Tergantung mood, pengen bahas apa ya dibahas”. ( wawancara dengan Dypta pada tanggal 3 Februari 2014 di

tempat Dypta ) Sedangkan kelompok yang kedua yang terdiri dari Faisal, Rizki, serta Indah juga

memiliki keanekaragaman dalam membahas topik saat mereka bertemu seperti hasil dalam wawancara berikut.

” Banyak curhatnya tentang masalah pribadi seh mas, kadang curhat pacarnya masing- masing, keluarga, urusan kampus pastinya”.( wawancara dengan Faisal

pada tanggal 8 februari 2014 ) “: banyak mas, urusan kampus, kaya skripsi, ngeba has dosen,kadang ngebahas

orang lain juga tau lah cewek kaya gimana”. ( wawancara dengan Rizky pada tanggal 8 Februari 2014 di kampus )

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan menunjukkan bahwa selama ini berbagai permasalahan dapat dibahas ketika melakukan pertemuan, baik permasalahan mengenai kampus atau kuliah juga masalah-masalah pribadinya. Selain itu dalam proses pertemuan juga membahas mengenai informasi-informasi umum yang terbaru sehingga informan benar-benar mendapatkan infomasi yang sangat berguna.

Hasil penelitian yang lain telah ditemukan suatu identitas karakter persahabatan dari kedua kelompok persahabatan tersebut. Kelompok ini yang tediri Dimas, Ardi, Edo, dan Dypta ini mempunyai karakter persahabatan yang lebih solid dari kelompok yang kedua yang terdiri dari Faisal, Rizky, dan Indah. Kedekatan atau keakraban dari Hasil penelitian yang lain telah ditemukan suatu identitas karakter persahabatan dari kedua kelompok persahabatan tersebut. Kelompok ini yang tediri Dimas, Ardi, Edo, dan Dypta ini mempunyai karakter persahabatan yang lebih solid dari kelompok yang kedua yang terdiri dari Faisal, Rizky, dan Indah. Kedekatan atau keakraban dari

Hal ini diungkapkan oleh Dimas “ Sangat deket banget mas, aku sama Ardi neh kan ngekos, kita sering nginep di tempatnya Edo ma Dypta, begitu juga sebaliknya mas, mereka juga sering nginep dikosan kita. Apalagi kita punya kesukaan yang sama sama sepak bola, akhirnya ya tambah tambah dikit temen yang lain kita punya tim futsal sendiri mas, futsalnya juga hampir rutin seminggu sekali, kadang ya 2x, tergantung mood sama nyesuiain keadaan masing2 aja mas” ( wawancara dengan Dimas pada tanggal 3 februari 2014 di kos Dimas )

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Edo “ ya dibilang deket ya deket banget mas, misal kalo aku bosen ya ke kosan mereka, kadang mereka juga yang kerumah. Pernah saling bantuin juga seh, pas itu dirumah ada acara, anak2 bantuin smuanya yang dirumah juga, kebalikan juga seh aku pernah bantuin dalam hal ekonomi juga, kan mereka anak kosan, belum dikirim sama ortunya disana ya ngutang ma ane lah, biasa anak kosan, , pas nongkrong kita mah bisa tambah rame, kan kadang2 sambil ajak pacar masing2, yang punya pacar seh, trus yang ga punya bisa minta kenalin temen pacar kita gtu2 lah. pokoknya

deket banget lah mas”. ( wawancara dengan Edo pada tanggal 8 februari 2014 di tempat Edo )

Hal ini berbeda dengan pernyataan yang disampaikan oleh salah satu anggota dari kelompok yang kedua seperti berikut. “ Kalo dibilang deket ya deket, kita kan sering kumpul, sering curhat-curhatan,

tapi bisa juga dibilang ga deket, soalnya setiap individu kan punya banyak perbedaan juga, banyak samanya tapi juga banyak bedanya sie”. ( wawancara

dengan Indah pada tanggal 8 februari 2014 di kampus )

Dari hasil wawancara tersebut terdapat perbedaan pandangan dari kedua kelompok persahabatan tersebut. Hal itu bisa terjadi dikarenakan anggota dari kelompok yang pertama mempunyai kesamaan minat dalam hal berolahrga yaitu sepak bola, bahkan kelompok yang pertama ini mempunyai suatu tim futsal yang intensitasnya dalam sebulan sering melakukan latihan bersama hampir 6-7 kali. Hal tersebut didapatkan saat peneliti melakukan observasi terhadap kelompok yang pertama dalam durasi lebih dari satu bulan. Sedangkan kelompok yang kedua terkesan tidak erat dikarenakan satu individu dengan individu yang lainnya dalam kelompok tersebut mempunyai ketertarikan minat yang berbeda-beda.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menemukan perbedaan antara kelompok pertama dan kelompok kedua. Kelompok yang pertama ini hampir tidak ada konflik atau permasalahan yang serius terhadapa para individunya. Sedangkan dari kelompok yang kedua pernah mempunyai konflik atau masalah yang cukup serius sehingga membuat hubungan dari setiap individu dari kelompok tersebut renggang. Akan tetapi suatu konflik atau masalah tersebut tidak berlangsung lama, dikarenakan hubungan antara individu dari kelompok yang kedua ini sudah saling membutuhkan satu dengan lainnya. Hal ini bisa dibuktikan dalam hasil wawancara berikut.

“ Kita ga pernah ada masalah yang serius mas, dalam persahabatan kita, paling yang kecil-kecil ajah misal, kita kan punya tim futsal kan ya mas, trus

saat sparing sama sapa gitu kita kalah, jelas dunk agak kecewa kan ya kalo kalah, tapi ya abis gitu ga kecewa trus2an mas, malahan kalo pas suntuk bareng gtu malah tambah akrab. Kan lagi pas barengan gtu ya betenya, abis kalah futsal gtu misal, gak lama ya pindah jadi seneng-seneng yang lain kaya kita biliard bareng gtu, jadi malah seneng2 trus jadinya, soalnya gak ada gunanya marahan sama temen tuh, udah cukup marahan sama pacar aja mas”. ( wawancara dengan Ardi pada tanggal 3 Februari 2014 di tempat Ardi )

Hal yang berbeda diungkapkan oleh salah satu anggota dari kelompok yang kedua yang diwakili oleh Faisal seperti berikut.

“ Kalo masalah dalam pertemanan ya pasti ada lah mas, seperti beda pendapat atau apalah banyak kok, kadang curhat masalah pacar gitu kan ya, tiba -tiba

kita ga sepaham gitu ya pasti marahan, tapi gak lama juga seh marahannya, paling 2-3 hari ya paling maaf-maaf an lagi, soalnya kita uda lama knal, saling ngerti satu sama lain, ya mungkin uda ngerasa nyaman ajah satu dengan yang lainnya”. ( wawancara dengan Faisal pada tanggal 8 Februari 2014 )

Dari hasil hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok yang pertama dan kelompok yang kedua mempunyai perbedaan karakter persahabatan mereka masing-masing. Kelompok yang pertama hampir tidak memiliki masalah yang serius, adapun masalah, mereka pasti bisa menyelesaikan dengan kegiatan yang mereka suka bersama, sedangkan kelompok yang kedua dalam proses persahabatannya pernah memiliki masalah yang dianggap serius. Masalah yang sering ditimbulkan akibat kesalahpahaman dari individu satu dengan individu yang lain dari kelompok itu sendiri. Akan tetapi mereka memiliki cara untuk segera menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cepat dikarenakan setiap individu dari kelompok tersebut sudah memiliki kenyamanan sendiri.

4.2.3 Peran Smartphone Dalam Interaksi Primer

Dalam interaksi primer dari kelompok yang diteliti smartphone memiliki peran yang sama dari sudut pandang kedua kelompok tersebut. Kelompok yang pertama dan kedua menggunakan smartphone digunakan untuk alat bantu mereka untuk bertemu secara tatap muka atau interaksi primer, tidak jarang juga smartphone yang mereka pakai digunakan untuk berinteraksi dengan yang lain di luar kelompok pertemanan tersebut. Yang kedua smartphone memiliki peran sebagai topik bahasan yang diangkat dalam interaksi primer dari kelompok tersebut, melalui media sosial yang mereka gunakan. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara sebagai berikut.

“ ya masi mas, urusan teman kalo pas lagi kumpul ya masi pegang hp masing2, soalnya ya masi tetep interaksi sama yang lainnya misal pacar, atau liat-liat

timeline twitter, pokoknya ya tetep masi pegang hp mas ”. (Wawancara dengan Dimas pada tanggal 3 Februari)

“ ya masi mas, urusan teman kalo pas lagi kumpul ya masi pegang hp masing2, soalnya ya masi tetep interaksi sama yang lainnya misal pacar,teman yang

lain, ortu, kadang kita sering bahas topik yang lagi booming gtu dari info yang kita dapet dari sosmed mas”. (Wawancara dengan Ardi pada tanggal 8

Februari) “ masih pegang hp sie mas, kan lihat timeline di twiiter, updated news di

goal.com juga, kadang liat-liat kaskus juga, dan masih interaksi sama temen saya yang lainnya mas, ada temen, ada pacar, kadang smsan ma orang rumah juga”. (Wawancara dengan Edo pada tanggal 8 Februari 2014)

“ ya masi mas, urusan teman kalo pas lagi kumpul ya masi pegang hp masing2, soalnya ya masi tetep interaksi sama yang lainnya misal pacar,teman yang

lain, ortu atau liat-liat timeline twitter, path, istagram, edit2 foto pokoknya ya tetep masi pegang hp mas”. (Wawancara dengan Dypta pada tanggal 3 Februari

2014) Hasil tersebut menunjukkan bahwa selama ini dalam proses komunikasi secara

langsung, kelompok ini melakukan komunikasi atau interaksi dengan individu yang lain menggunakan smartphonenya diluar kelompok pertemanan atau persahabatan mereka, hal yang menarik dari kelompok yang diteliti ini adalah peneliti tidak menemukan adanya penggunaan smartphone untuk mengalihkan perhatiannya pada interaksi primer yang mereka lakukan, hal ini bertentangan pada hasil riset yang dilakukan oleh Wihda Ayu pada 2010 yang beranggapan bahwa smartphone hanya menjadi sarana akses informasi yang cepat dalam proses interaksi sosial mereka, akan tetapi smartphone dapat menjadi alat bantu mereka dalam melakukan interaksi dengan yang lain diluar kelompok mereka. Selain itu, dalam penelitian kelompok pertemenan ini tidak terjadi kebosanan atau kecanggungan dalam hal interaksi yang mereka lakukan. Hal ini juga bertentangan dari penelitian yang dilakukan oleh Ina Astari pada 2006 yang beranggapan bahwa ponsel mengurangi kualitas interaksi primer di kalangan remaja. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan adanya perkembangan dari objek yang diteliti. Objek dari Ina astari (2006) adalah ponsel atau telepon selular yang kebanyakan besar hanya digunkan untuk telepon langsung, kelompok ini melakukan komunikasi atau interaksi dengan individu yang lain menggunakan smartphonenya diluar kelompok pertemanan atau persahabatan mereka, hal yang menarik dari kelompok yang diteliti ini adalah peneliti tidak menemukan adanya penggunaan smartphone untuk mengalihkan perhatiannya pada interaksi primer yang mereka lakukan, hal ini bertentangan pada hasil riset yang dilakukan oleh Wihda Ayu pada 2010 yang beranggapan bahwa smartphone hanya menjadi sarana akses informasi yang cepat dalam proses interaksi sosial mereka, akan tetapi smartphone dapat menjadi alat bantu mereka dalam melakukan interaksi dengan yang lain diluar kelompok mereka. Selain itu, dalam penelitian kelompok pertemenan ini tidak terjadi kebosanan atau kecanggungan dalam hal interaksi yang mereka lakukan. Hal ini juga bertentangan dari penelitian yang dilakukan oleh Ina Astari pada 2006 yang beranggapan bahwa ponsel mengurangi kualitas interaksi primer di kalangan remaja. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan adanya perkembangan dari objek yang diteliti. Objek dari Ina astari (2006) adalah ponsel atau telepon selular yang kebanyakan besar hanya digunkan untuk telepon

4.2.4 Kontak Sosial dan Komunikasi Sekunder

Proses interaksi sosial tidak hanya pada kontak primer, akan tetapi juga ada kontak sekunder. Kontak sekunder disini menggunakan smartphone dari para informan masing-masing. Kelompok pertemenanan yang tediri dari Dimas, Ardi, Edo, Dypta mempunyai suatu grup di sosial media yang mereka gunakan di smartphonenya. Hal ini diperkuat oleh Edo saat diwawancarai dan dia mengatakan “ jelas punya mas, ada groupchat di BBM, sama whatsapp”. Disini penulis hanya menyertakan satu dari ke empat anggota kelompok pertemanan ini dikarenakan jawabannya mereka sama semua. Sedangkan kelompok yang kedua yang terdiri dari Faisal, Indah, dan Rizki tidak memiliki group di sosial media antar kelompoknya. Hal itu bisa dibuktikan dari wawancara berikut.

“ Kita ga pake seperti itu mas. Pokoknya kalo mau kumpul ya kita langsung kabarin mereka lewat apa saja, sms, line atau yang lainnya satu-satu, kita ga

buat groupchat atau apa lah sejenisnya”. (Wawancara dengan Indah pada tanggal 8 Februari 2014)

Dalam kelompok yang diteliti, ditemukan perbedaan dalam interaksi sekunder yang mereka lakukan. Kelompok pertemenan yang pertama ini menggunakan groupchat yang ada di sosial media seperti BBM. Sedangkan kelompok yang kedua tidak memiliki groupchat yang ada di smartphone mereka masing-masing. Hal ini terjadi dikarenakan kelompok yang kedua merasa kurang nyaman serta terbatasi oleh media saat mereka melakukan interaksi. Hal ini dibuktikan dalam wawancara sebagai berikut.

“ Kita merasa nyaman kalo pas mau ngobrolin banyak hal atau hal yang penting medingan ketemuan aja mas, kalo lewat smartphone kaya ga punya

ruang yang bebas aja mas, mending kita janjian kumpul dimana gtu baru deh ngobrol atau ngomongin hal yang penting”. (Wawancara dengan Rizki pada

tanggal 8 Februari 2014) Dalam hasil wawancara dari salah satu pernyataan yang hampir sama pada

anggota kelompok dari kelompok yang kedua dapat disimpilkan bahwa mereka tidak menggunakan fasilitas yang ada di smartphone mereka seperti groupchat dari BBM, Line, atau sejenisnya dikarenakan mereka lebih merasa nyaman jika suatu interaksi dilakukan melalui interaksi primer, dan hampir dipastikan interaksi sekunder yang dilakukan kelompok yang kedua ini hanya sebatas menyebarkan informasi atau menjadi alat bantu untuk mereka melakukan proses interaksi primer. Hal ini berbeda dengan kelompok yang pertama, yang menggunakan kecanggihan teknologi smartphone seperti groupchat.

Adapun kegunaan groupchat dari sosial media dari kelompok yang pertama yang mereka gunakan untuk saling tukar menukar informasi sesama anggota kelompok tersebut. Hal ini dibuktikan dalam wawancara sebagai berikut.

“ kalo di groupchat kita saling ngabarin satu sama dengan lainnya seh mas,kita kan kebetulan punya kegemaran yang sama kaya sepak bola, nah saya sama

Ardi tu kebetulan punya tim favorit yang sama, jadinya ka lo saya atau dia dapat berita yang baru gitu ya kita sampein di gropchat, saling tukar menukar informasi juga seh ” ( wawancara dengan Dimas pada tanggal 3 Februari 2014 )

“ kalo di groupchat ya sering tukar informasi mas apalagi kalo informasinya berhubungan dengan olahraga khususnya sepak bola, anak-anak di group tu

kayaknya pada interest kalo ngomongin sepak bola” ( wawancara dengan Ardi pada tanggal 8 Februari 2014 )

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa dalam proses berkomunikasi melalui smartphone digunakan untuk saling tukar menukar informasi antar anggota kelompok tersebut. Informasi disini adalah informasi tentang olahraga khususnya sepak bola, mereka sering membahas seputar dunia sepak bola di grupchat mereka dikarenakan mereka mempunyai kegemaran atau hobby yang sama yaitu Dari hasil wawancara yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa dalam proses berkomunikasi melalui smartphone digunakan untuk saling tukar menukar informasi antar anggota kelompok tersebut. Informasi disini adalah informasi tentang olahraga khususnya sepak bola, mereka sering membahas seputar dunia sepak bola di grupchat mereka dikarenakan mereka mempunyai kegemaran atau hobby yang sama yaitu

Gambar 4.1 ( Proses Tukar Menukar Informasi )

Gambar diatas adalah sebagian proses interaksi sekunder dari kelompok pertemanan ini. Dalam hal ini Ardy memberikan informasi kepada anggota kelompok yang lainnya. Informasi yang diberikan kepada anggota kelompoknya tersebut adalah informasi tentang dunia olahraga khususnya sepak bola. Proses interaksi ini sering terjadi, kedekatan mereka ( proximity) terbentuk salah satunya dikarenakan kesamaan akan minat dan sikap mereka ( similarity ) terhadap dunia olahraga khususnya sepak bola, sehingga mereka sering membicarakan informasi seputar sepak bola di interaksi yang mereka lakukan.

Selain digunakan untuk proses saling tukar menukar informasi di interaksi sekunder, smartphone digunakan sebagai sarana jual beli barang dari masing-masing anggota kelompok tersebut. hal ini dibuktikan dalam wawancara berikut.

“ kadang tu ya mas di group chat sering digunain untuk transaksi jual beli, anak-anak sering jual beli barang yang mungkin dari salah satu temen udah

gak dipakai tu dijual, nah kebetulan temen kita sendiri yang minat sama barang gak dipakai tu dijual, nah kebetulan temen kita sendiri yang minat sama barang

Dari hasil wawancara tersebut, dapat ditemukan bahwa smartphone yang mereka gunakan dapat menjadi sarana untuk transaksi jual beli barang dari anggota kelompok pertemenan tersebut. Melalui groupchat yang ada di sosial media yang mereka gunakan, mereka dapat berbagi informasi tentang barang yang akan dijual atau dibeli oleh anggota kelompoknya sendiri. Hal ini bisa dibuktikan dalam hasil capture interaksi mereka dalam hal jual beli barang dari kelompok tersebut.

Gambar 4.2 ( Proses Transaksi Jual Beli )

Gambar 4.3 ( Kelanjutan Proses Transaksi Jual Beli )

Dari hasil capture dari gambar tersebut, dapat diketahui bahwa kelompok pertemanan tersebut melakukan interaksi melaui grupchat yang ada di sosial media yang mereka gunakan dalam smartphone. Dalam interaksi yang mereka lakukan dalam grupchat tersebut, para anggota kelompok juga menggunakan bahasa-bahasa sindiran atau saling bercanda kepada sesama anggotanya.

Selain digunakan untuk sarana saling tukar menukar informasi di seputar sepak bola dan sarana untuk jual beli dalam kelompok pertemenan tersebut, smartphone yang mereka gunakan dijadikan untuk jaringan komunikasi atau sarana untuk menyebarkan suatu informasi. Hal ini dibuktikan dalam wawancara tersebut.

“smartphone kadang digunain untuk jarkom mas ke anak -anak, misal jarkomin kita mau futsal dimana, kadang kita mau nongkrong dimana, ya dibuat gitu

pokoknya .” ( wawancara dengan Edo pada tanggal 8 Februari 2014 )

“ kalo di online itu kaya pemberitahuan atau jarkoman mas kalo mau kumpul dimana gitu, seringnya sie pas janjian futsal dimana gtu, soalnya kita berempat “ kalo di online itu kaya pemberitahuan atau jarkoman mas kalo mau kumpul dimana gitu, seringnya sie pas janjian futsal dimana gtu, soalnya kita berempat

Dari hasil wawancara tersebut, ditemukan bahwa smartphone yang mereka gunakan mempunyai fungsi untuk jaringan komunikasi antar anggota dari kelompok persahabatan tersebut.

Dari hasil penelitian ini, interaksi sekunder kelompok persahabatan yang pertama ini melaui perantara smartphone cukup meluas. Dalam kelompok yang diteliti peran smartphone mempunyai 3 fungsi dalam kegiatan yang mereka lakukan, yang pertama, mereka menggunakan smartphone sebagai sarana tukar menukar informasi tentang kegemaran atau hobby mereka yaitu sepak bola, yang kedua, mereka menggunakan smartphone mereka untuk sarana jual beli barang dari anggota kelompok persahabatan itu sendiri, yang ketiga, mereka menggunakan smartphone mereka untuk jaringan komunikasi atau menyebarkan informasi kepada anggota kelompok tersebut.

Kelompok Pertama Kelompok Kedua

1. Sebagai sarana tukar menukar

1. Sarana jaringan komunikasi antar informasi tentang hobby mereka.

kelompok itu sendiri.

2. Sarana jual beli barang dari anggota kelompok itu sendiri.

3. Sarana jaringan komunikasi antar kelompok itu sendiri.

Tabel 4.4 (Penggunaan Smartphone Pada Interaksi Sekunder Pada Kelompok

Persahabatan)

Dalam proses interaksi sosial yang terdapat 2 unsur yaitu kontak dan komunikasi. Dalam penjelasan sebelumnya sudah dijelaskan bagaimana kontak primer maupun sekunder. Disini peneliti mendapatkan hasil dalam hal komunikasi yang berhubungan dengan smartphone. Dari dua kelompok disini terdapat sudut pandang dari setiap individu dalam suatu kelompok tersebut. Kelompok yang terdiri dari Dimas, Ardi, Edo, dan Dypta mempunyai sambutan positif terhadap keberadaan smartphone. Hal ini dapat dibuktikan dari wawancara sebagai berikut.

“ Ya jelasnya menjadi dorongan mas, ga ada hambatan apapun, soalnya malah ngerasa tambah erat ajah, dan tambah klop ajah mas, soalnya pas ketemu

langsung ya sudah klop, trus komunikasi lewat smartphone ini di chat group tadi juga intens, jadinya ya bisa jadi dorongan untuk selalu menggunakan

smartphone ini mas”( wawancara dengan Dimas pada tanggal 3 Februari ) “ Kalo pribadi menurut saya ya bisa jadi dorongan mas, tanpa hambatan, saat

ketemu langsung kita solid, pas di dunia maya kita pun akrab dan semakin akrab”. (wawancara dengan Ardi pada tanggal 3 Februari )

“ Kalo pribadi menurut saya ya bisa jadi dorongan mas, setiap individu kan beda-beda ya mas, ada yang bilang kalo sering ngobrol langsung face to face

gtu malah jarang interaksinya pas lewat hp, ada yang bilang juga malahan akrabnya pas di dunia maya ajah, kalo kita seh, pas langsung ya rame, pas ga gtu malah jarang interaksinya pas lewat hp, ada yang bilang juga malahan akrabnya pas di dunia maya ajah, kalo kita seh, pas langsung ya rame, pas ga

pada tanggal 3 Februari ) “ Kalo pribadi menurut saya ya bisa jadi dorongan mas, soalnya sering

ketemunya, di langsung ya sering ketemu pas kumpul, disaat dunia maya smartphone juga sangat membantu, soalnya kita berempat kan ga smuanya dari malang, jadi pas salah satu dari kita ada yang pulang kampung gitu, tetep bisa saling komunikasi mas, jadi ya bisa jadi dorongan untuk selalu menggunakan smartphone ini ma”( wawancara dengan Dypta pada tanggal 3 Februari )

Sedangkan dari kelompok yang kedua memiliki pandangan sudut yang sedikit berbeda dengan keberadaannya teknologi smartphone saat ini. Hal ini dibuktikan dalam wawancara berikut.

“ Kalo menurut saya adanya smartphone saat ini sangat positif mas, smartphone kan ga hanya digunain buat komunikasi ajah, bisa jadi multifungsi kalo menurutku, yang dulu kita mau akses internet aja harus pake modem

bahkan harus ke warnet, nah sekarang kan kaga, bahkan smartphone ini aja bisa dijadikan modem, bisa ngakses internet kapan ajah selagi paketan tuh masi lancar, tapi kalo mau ngomngin banyak hal atau yang urgent banget seh yang mending ketemu langsung akunya mas”.(wawancara dengan Faisal pada tanggal 8 Februari)

“ kalo pribadi saya sendiri ya banyak positifnya lah smartphone ada pada saat ini, komunikasi kan tambah cepet, misal kalo pas pulsa reguler abis, kan masi

ada tuh pulsa internet, jadi kalo menurutku se ya banyak iritnya, kadang smartphone kan beli pulsanya pulsa internet ajah tuh, jadinya kalo mau kabar2in atau komunikasi ke temen-temen ya pake sosmed, tapi, kalo mau ngobrolin hal yang penting aku pribadi ya mending ketemu deh mas, kaya terbatasi kalo lewat smartphone itu, tapi secara general ya banyak posistifnya”.( wawancara dengan Rizki pada tanggal 8 Februari )

Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan keberadaan smartphone saat ini sangat didukung oleh kelompok pertemanan yang telah diteliti. Mereka beranggapan banyaknya manfaat yang positif melakukan interaksi sekunder menggunakan perantara smartphone. Kelompok yang pertama menggunakan proses interaksi secara primer maupun sekunder menggunakan smartphone dengan beragam sesuai aktivitasnya. Sedangkan kelompok yang kedua terkesan cukup sempit menggunakan smartphone pada interaksi sekundernya hanya sebatas jaringan komunikasi pada kelompoknya. Hal itu Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan keberadaan smartphone saat ini sangat didukung oleh kelompok pertemanan yang telah diteliti. Mereka beranggapan banyaknya manfaat yang positif melakukan interaksi sekunder menggunakan perantara smartphone. Kelompok yang pertama menggunakan proses interaksi secara primer maupun sekunder menggunakan smartphone dengan beragam sesuai aktivitasnya. Sedangkan kelompok yang kedua terkesan cukup sempit menggunakan smartphone pada interaksi sekundernya hanya sebatas jaringan komunikasi pada kelompoknya. Hal itu