Efektivitas Pengelolaan PDAM
Efektivitas Pengelolaan PDAM
PEMERIKSAAN atas kinerja PDAM Tahun Buku 2016 dan semester I 2017 dilakukan pada 2 objek pemeriksaan, yaitu PDAM Kota Ambon dan PDAM Tirta Mayang di Jambi. Pemeriksaan bertujuan menilai efektivitas
PDAM Kota Ambon dalam mengurangi tingkat kehilangan air dan meningkatkan cakupan pelayanan, sedangkan pada PDAM Tirta Mayang di Jambi bertujuan menilai efektivitas proses produksi, distribusi, penetapan rekening, pelayanan penagihan konsumsi, dan pengendalian kehilangan
air. BPK mencatat capaian-capaian PDAM Tirta Mayang dalam usaha
mewujudkan efektivitas proses produksi dan tata kelola hubungan
126 IHPS II Tahun 2017
BAB II - Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah, BUMD & BLUD BAB II - Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah, BUMD & BLUD
pembayaran (melalui tagihan rekening air, pembayaran kasir kolektif, maupun auto debet) telah memadai. Namun demikian, hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa kinerja PDAM Kota Ambon belum efektif dan PDAM
Tirta Mayang di Jambi belum sepenuhnya efektif, karena masih ditemukan permasalahan sebagai berikut:
● PDAM Kota Ambon belum memiliki rencana dan sumber daya yang memadai untuk menurunkan tingkat kehilangan air, sehingga berdampak terhadap kerugian perusahaan yang signifikan. Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui sebagian meter induk dan meter pelanggan dalam kondisi rusak dan tidak berfungsi, tidak terdapat database alat meter dan peta jaringan perpipaan yang memadai, dan sebagian besar meter air pelanggan dalam kondisi melebihi umur
teknis dan tidak dikalibrasi. Akibatnya, terjadinya kerugian perusahaan yang signifikan karena penurunan pendapatan dari kehilangan air. Berdasarkan perhitungan sementara, kerugian perusahaan setiap tahun diperkirakan sebesar Rp11,74 miliar. Hal ini terjadi karena PDAM Kota Ambon belum memiliki rencana strategis ( corporate planning) khususnya terkait dengan dengan road map penanganan kehilangan air dalam 5 tahun ke depan serta belum memiliki database yang memadai, di antaranya kondisi meter air dan peta jaringan, sehingga menyulitkan penanganan kehilangan air.
● PDAM Kota Ambon belum memiliki corporate plan, dan cakupan pelayanan air bersih masih jauh di bawah standar nasional. Berdasarkan hasil pemeriksaan PDAM Kota Ambon belum memiliki corporate plan dan business plan sesuai dengan yang diamanatkan Rencana Induk
IHPS II Tahun 2017 BAB II - Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah , BUMD & BLUD
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Tahun 2013- 2027. Selain itu, cakupan pelayanan PDAM baru mencapai 19,61% dan
masih jauh di bawah standar nasional. Akibatnya, PDAM tidak memiliki arah kebijakan pengelolaan dan target yang jelas, terintegrasi, serta
berkesinambungan dalam mencapai tujuannya termasuk peningkatan cakupan pelayanan air bersih kepada masyarakat. Hal itu terjadi
antara lain karena Wali kota Ambon tidak mengangkat direksi PDAM Kota Ambon secara definitif sejak tahun 2012, dan direksi PDAM
Kota Ambon lalai dan kurang memiliki kompetensi dalam menyusun corporate plan dan rencana jangka pendek.
● Proses produksi, distribusi, dan penetapan konsumsi air PDAM Tirta Mayang belum sepenuhnya sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pengoperasian intake dan instalasi pengolahan air (IPA) dan distribusi
air belum sepenuhnya terukur dan kontinu, serta pembacaan meter air pelanggan belum sepenuhnya dilakukan secara akurat. Akibatnya, realisasi intake dan realisasi IPA serta data volume air yang didistibusikan
tidak sepenuhnya akurat serta volume/ jumlah konsumsi air yang ditagihkan kepada pelanggan PDAM Tirta Mayang belum sepenuhnya sesuai dengan pemakaian riil. Hal tersebut terjadi antara lain karena Direktur PDAM Tirta Mayang belum melengkapi/ mengganti meter induk intake dan IPA, belum melengkapi/ mengganti meter induk distribusi, dan belum memutakhirkan perubahan data pelanggan.
● Jumlah District Meter Area (DMA) pada PDAM Tirta Mayang Kota Jambi belum memadai. Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui PDAM Tirta Mayang belum secara optimal menerapkan DMA sebagai metode yang
dianggap paling efektif untuk menekan tingkat kehilangan air. DMA merupakan teknik memantau kebocoran melalui pemisahan jaringan distribusi air dengan membentuk area-area kecil dengan jumlah 1.000- 2.500 sambungan rumah (SR). PDAM Tirta Mayang telah membentuk dua DMA yang digunakan secara aktif. Dibandingkan dengan jumlah pelanggan yang mencapai 71.034 SR, jumlah tersebut di bawah jumlah ideal DMA yang diperlukan sebesar 28 DMA. Akibatnya, PDAM Tirta Mayang kehilangan potensi pendapatan yang seharusnya dapat diperoleh dari air yang hilang tersebut. Hal itu terjadi karena Direktur PDAM Tirta Mayang tidak menganggarkan pembentukan DMA pada TA 2016-2017.
Terhadap permasalahan tersebut, Plt. Direktur PDAM Kota Ambon menyatakan sepakat dan akan menindaklanjuti rekomendasi BPK. Direktur Utama PDAM Tirta Mayang menyatakan akan menganggarkan penggantian dan pemasangan meter induk yang rusak/ tidak akurat/ tidak
ada serta melengkapi unit-unit booster pump dengan meter induk dan
128 IHPS II Tahun 2017
BAB II - Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah, BUMD & BLUD BAB II - Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah, BUMD & BLUD
kemampuan perusahaan. Atas permasalahan tersebut BPK merekomendasikan kepada: ● Wali Kota Ambon agar meminta Direksi PDAM Kota Ambon untuk
membuat rencana strategis di antaranya yang memuat roadmap penanganan tingkat kehilangan air dalam 5 tahun, menyusun database yang memadai, antara lain terkait dengan kondisi meter air dan peta
jaringan yang lengkap dan terintegrasi sebagai dasar pemeliharaan dan penanganan kehilangan air, dan segera menetapkan direktur
PDAM Kota Ambon secara definitif dengan memerhatikan kualifikasi dan kompetensi yang memadai.
● Direktur Utama PDAM Tirta Mayang agar memasang meter induk intake dan IPA, memasang meter induk pada unit distribusi, memutakhirkan
perubahan data pelanggan, dan pembentukan DMA di TA 2018. Hasil pemeriksaan BPK atas kinerja PDAM mengungkapkan 21 temuan
yang memuat 23 permasalahan, yaitu 22 permasalahan ketidakefektifan, dan 1 permasalahan kekurangan penerimaan senilai Rp 1,63 miliar.