Ketidakpatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Ketidakpatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
HASIL pemeriksaan BPK juga mengungkapkan 46 permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Permasalahan tersebut meliputi permasalahan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian dan kekurangan penerimaan sebanyak 30 permasalahan senilai Rp5,00 miliar serta penyimpangan administrasi sebanyak 16 permasalahan. Daftar kelompok dan jenis temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangan-undangan
atas pemeriksaan LKPD Tahun 2016 dapat dilihat pada Lampiran C.1.5 yang secara ringkas disajikan dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Jumlah dan Nilai Permasalahan Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan atas Pemeriksaan LKPD Tahun 2016
Permasalahan
Sub Kelompok Temuan
Jumlah Nilai (Rp miliar)
Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengakibatkan: Kerugian
25 3,97 Kekurangan penerimaan
5 1,03 Sub total (1)
30 5,00 Penyimpangan administrasi (2)
16 - Total ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
Penyetoran uang ke kas negara/ daerah atau penyerahan aset 1,40
114 IHPS II Tahun 2017
BAB II - Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah, BUMD & BLUD
Permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian sebanyak 25 permasalahan senilai Rp3,97 miliar, kekurangan penerimaan sebanyak 5 permasalahan senilai Rp1,03 miliar dan penyimpangan administrasi sebanyak 16 permasalahan. Contoh permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan atas pemeriksaan LKPD Tahun 2016 disajikan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Permasalahan Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan atas Pemeriksaan LKPD Tahun 2016
Permasalahan & Contohnya Nilai Jumlah Permasalahan
(Rp juta) Kerugian senilai Rp3.978,11 juta yang terjadi pada 5 pemda
25 3.978,11 • Kekurangan volume pekerjaan dan/ atau barang senilai Rp1.740,45 juta yang
11 1.740,45 terjadi pada 5 pemda
1 826,63 pada pembangunan Jalan Lingkar Kota Lhokseumawe dan Pembangunan Jembatan Rayeuk Kareung pada Dinas Pekerjaan Umum Pemkot Lhokseumawe.
back up data
4 449,63 berikut: ▫ Peningkatan jalan Teupin Raya-Nyong Kec. Glumpang Tiga, pembangunan jalan lingkar Beungga Kec. Tangse, pembangunan jalan Blang Dhot-Blang Pandak Kec. Tangse, peningkatan struktur jalan Blang Jeurat-Pucok Kec. Tangse, dan pembangunan jalan Blang Bungong-Layan Kec. Tangse pada Dinas Bina Marga dan Cipta Karya. ▫ Pembangunan Jalan Blok Sawah – Blang Paseh Kecamatan Kota Sigli. ▫ Pembangunan Jalan Tiro – MNS. Bale Kecamatan Mutiara Timur. ▫ Pembangunan peningkatan struktur Jalan SP-4 Geumpung- Tiro Kecamatan Mutiara/ Tiro.
2 184,07 Hidup dan Kebersihan Pertamanan, Sekretariat Daerah dan Dinas Pengairan, dan pekerjaan perbaikan darurat dan normalisasi Sungai Lawe Bulan Desa Kuta Tinggi Kecamatan Badar pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Aceh Tenggara.
4 280,12 pada Pemkab Singkil dan Pemkab Pidie Jaya.
• Kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan dan/ atau barang 5 1.265,06 senilai Rp1.265,06 juta yang terjadi pada 3 pemda.
Terdapat pekerjaan rehabilitasi rumah tidak layak huni atas penyaluran hibah 2 515,41 pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemkab Aceh Tenggara yang dilaksanakan tidak sesuai dengan kontrak, dan kelebihan pembayaran pada pekerjaan pembangunan gedung kantor Polres Aceh Tenggara pada Sekretariat Daerah.
IHPS II Tahun 2017 BAB II - Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah , BUMD & BLUD
Permasalahan & Contohnya
Jumlah Nilai Permasalahan
(Rp juta)
Terdapat kelebihan pembayaran atas pekerjaan pemasangan batu yang tidak 1 430,17 memperhitungkan batu pengunci pada pekerjaan pembangunan pengaman Pantai Cunda Kota Lhokseumawe.
2 319,48 barang juga terjadi pada Pemkab Pidie Jaya.
• Belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan senilai Rp451,04 juta yang terjadi 3 451,04 pada 2 pemda.
2 334,09 (DPRK) dan Badan Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Pemkab Aceh Tenggara berupa belanja perawatan kendaraan bermotor diberikan kepada pihak yang tidak berhak dan terdapat realisasi belanja melebihi standar harga yang ditetapkan bupati, serta terdapat penyaluran bantuan modal usaha pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah yang tidak sesuai dengan ketentuan.
Kelebihan pembayaran insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah pada 1 116,95 Pemkab Aceh Singkil
• Permasalahan kerugian lainnya senilai Rp521,56 juta yang terjadi pada 3 pemda. 6 521,56 1
Dan Sekretariat Daerah Pemkab Aceh Singkil tidak sesuai dengan ketentuan. 403,60 5 117,96
berupa perjalanan dinas fiktif pada Kota Lhokseumawe dan rekanan pengadaan barang/ jasa tidak menyelesaikan pekerjaan pada Pemkab Aceh Tenggara.
Kekurangan penerimaan senilai Rp1,02 miliar yang terjadi pada 3 pemda
5 1.028,44 • Penerimaan selain denda keterlambatan belum dipungut/ diterima senilai
1 845,61 Rp845,61 juta yang terjadi pada 1 pemda.
1 845,61 Aceh Tenggara.
• Denda keterlambatan pekerjaan belum dipungut/ diterima senilai Rp170,86 juta 3 170,86 yang terjadi pada 2 pemda.
2 139,25 Lhok Duek dan pembangunan 4 ruang kelas baru SMAN 1 Bandar Dua pada Pemkab Pidie Jaya belum dipungut.
1 31,61 pada Dinas Kesehatan pada Pemkab Aceh Singkil belum dipungut.
• Kekurangan penerimaan lainnya senilai Rp11,97 juta yang terjadi pada 1 pemda. 1 11,97 1 11,97
menyetor pajak atas pendapatan sewa alat.
116 IHPS II Tahun 2017
BAB II - Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah, BUMD & BLUD
Permasalahan & Contohnya
Jumlah Nilai Permasalahan
(Rp juta) Penyimpangan administrasi yang terjadi pada 5 pemda
16 -- • Bukti pertanggungjawaban tidak lengkap yang terjadi pada 3 pemda.
7 6 --
menyampaikan laporan pertanggungjawaban.
Pemkab Aceh Tenggara belum menyampaikan laporan penggunaan hibah dan/ atau belum menyampaikan laporan pertanggungjawabkan.
1 -- dipertanggungjawaban.
• Penyimpangan peraturan bidang pengelolaan perlengkapan atau BMD yang 3 -- terjadi pada 3 pemda.
1 -- bersertifikat, gedung dan bangunan yang rusak berat akibat gempa Pidie Jaya belum dilakukan penghapusan, dan perjanjian sewa tanah dan bangunan tanpa persetujuan Pengelola Barang.
2 -- terjadi pada Pemkab Aceh Tenggara dan Pemkot Lhokseumawe.
• Penyimpangan peraturan bidang tertentu yang terjadi pada 3 pemda. 3 -- 1 --
sebesar Rp8,15 miliar, Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah (BHPRD) ke pemerintah desa tidak dianggarkan, dan penyaluran dana desa dari Rekening Kas Umum Daerah ke Rekening Kas Umum Desa (RKD) terlambat.
2 -- Tenggara dan Pemkab Pidie.
• Penyimpangan administrasi lainnya yang terjadi pada 2 pemda. 3 -- ●
1 -- Aceh Tenggara.
● 2 -- barang/ jasa tidak sesuai dengan ketentuan pada Pemkot Lhokseumawe.
Jumlah
Permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan terutama terjadi karena:
● Pejabat yang bertanggung jawab belum optimal dalam melakukan ● pengawasan dan pengendalian serta tidak cermat dalam melaksanakan
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. ● Pengguna Barang tidak memedomani ketentuan yang berlaku dalam ●
menganggarkan dan merealisasikan belanja barang dan jasa.
IHPS II Tahun 2017 BAB II - Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah , BUMD & BLUD
● Pejabat/ pegawai yang melakukan perjalanan dinas tidak ● mempertanggungjawabkan bukti perjalanan dinas sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
● Bendahara Pengeluaran tidak cermat dalam melaksanakan ● pemotongan zakat penghasilan serta tidak memungut dan menyetor pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
● Tim penyusun anggaran tidak cermat dalam menganggarkan ADD dan ●
BHPRD. Menanggapi permasalahan tersebut, pada umumnya pemda
menyatakan sependapat dengan temuan BPK dan akan menindaklanjuti rekomendasi BPK dengan melakukan penagihan kepada rekanan
untuk menyetorkan kelebihan pembayaran, menginstruksikan kepada inspektorat agar melakukan pemeriksaan, dan akan mematuhi ketentuan yang berlaku.
Terhadap permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut, BPK merekomendasikan kepala daerah, antara lain agar:
● Memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku kepada ● pejabat yang belum optimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
● Memerintahkan kepada pejabat yang bertanggung jawab untuk lebih ● cermat dan lebih meningkatkan pengawasan dan pengendalian serta mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang tugasnya.
● Mempertanggungjawabkan kerugian dan kekurangan penerimaan ●
negara/ daerah dengan menyetor ke kas daerah. ● Menginstruksikan Sekretaris Daerah Selaku Ketua Tim Anggaran ●
Pemerintah Kabupaten (TAPK) untuk menganggarkan ADD dan BHPRD sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Atas permasalahan ketidakpatuhan tersebut, selama proses pemeriksaan entitas telah menindaklanjuti dengan melakukan penyetoran uang ke kas negara/ daerah dan/ atau penyerahan aset sebesar Rp1,40 miliar. Rekapitulasi permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan menurut entitas atas pemeriksaan LKPD Tahun 2016 disajikan pada Lampiran C.1.6-C.1.8.
118 IHPS II Tahun 2017
BAB II - Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah, BUMD & BLUD
Pemeriksaan Kinerja
IHPS II Tahun 2017 memuat hasil pemeriksaan kinerja pada pemda atas
7 tema Renstra BPK 2016-2020, yaitu: (1) Perekonomian dan Keuangan Negara, (2) Pendidikan, (3) Kesehatan, (4) Kependudukan dan Keluarga Berencana, (5) Ketersediaan Pangan, (6) Pembangunan Kewilayahan, (7)
Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi. BPK juga melakukan pemeriksaan di luar yang ditetapkan dalam Renstra BPK 2016-2020, yaitu tema Pengelolaan Kepariwisataan.
Pemeriksaan dilakukan atas 205 objek pemeriksaan pada pemda. Hasil pemeriksaan secara umum menyimpulkan pelaksanaan kegiatan belum sepenuhnya efektif.
Secara lebih terperinci, BPK mengungkap 2.008 temuan yang memuat 2.265 permasalahan senilai Rp3,77 miliar, yaitu 1 permasalahan
ketidakhematan senilai Rp1,60 miliar, 6 permasalahan ketidakefisienan, 2.254 permasalahan ketidakefektifan senilai Rp524,68 juta, 2 permasalahan
kerugian senilai Rp11,20 juta, dan 2 permasalahan kekurangan penerimaan senilai Rp1,63 miliar. Atas permasalahan kekurangan penerimaan, telah dilakukan penyetoran selama proses pemeriksaan ke kas pemda/ BUMD sebesar Rp631,37 juta. Rekapitulasi hasil pemeriksaan kinerja pada pemerintah daerah disajikan pada Lampiran C.2. Sedangkan rekapitulasi hasil pemeriksaan kinerja pemda selengkapnya disajikan pada Lampiran
3.1 pada flash disk.
Perekonomian & Keuangan Negara
PADA semester II tahun 2017, BPK telah menyelesaikan pemeriksaan kinerja terhadap 9 objek terkait dengan tema perekonomian dan keuangan
negara meliputi (1) pengelolaan aset daerah; (2) pengelolaan pajak daerah; (3) pengelolaan kemitraan dengan pihak ketiga; (4) efektivitas pengelolaan PDAM; dan (5) operasional dan program bank. Laporan hasil pemeriksaan selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.2 No. 6-14 pada flash disk.
Pengelolaan Aset Daerah
PEMERIKSAAN kinerja terkait dengan pengelolaan aset daerah TA 2016 dan semester II dan triwulan III 2017 dilakukan terhadap 3 objek
pemeriksaan, yaitu: ● Pemeriksaan atas efektivitas pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD)
TA 2016-semester I 2017 pada Pemkot Bandung. Pemeriksaan ini
IHPS II Tahun 2017 BAB II - Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah , BUMD & BLUD
● Pemeriksaan kinerja atas pengelolaan aset tetap TA 2016-semester I 2017 pada Pemkab Tolitoli. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keefektifan Pemkab Tolitoli dalam penatausahaan aset tetap yang transparan dan akuntabel.
● Pemeriksaan kinerja manajemen aset TA 2016-triwulan III 2017 pada Pemkab Barito Selatan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai efektivitas upaya Pemkab Barito Selatan dalam menyelesaikan permasalahan aset yang menjadi pengecualian opini.
Pemkot Bandung dan Pemkab Barito Selatan telah melaksanakan inventarisasi aset untuk menyelesaikan permasalahan pengelolaan BMD. Sementara Pemkab Tolitoli juga telah melakukan rekonsiliasi dan validasi data aset sebagai bagian dari inventarisasi BMD pada 2016 dan 2017. Namun demikian, hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa pengelolaan aset pada Pemkot Bandung dan Pemkab Barito Selatan belum sepenuhnya efektif dan pada Pemkab Tolitoli tidak efektif karena masih ditemukan
permasalahan di antaranya: ● Pemkot Bandung belum sepenuhnya merumuskan penyelesaian
permasalahan hasil inventarisasi BMD, antara lain pelaksanaan inventarisasi belum memenuhi seluruh aspek asersi penyajian aset tetap. Akibatnya, hasil inventarisasi belum sepenuhnya dapat menyelesaikan permasalahan aset tetap/ BMD. Hal tersebut terjadi
karena tim inventarisasi belum menyelesaikan kegiatan inventarisasi. ● Pemkab Tolitoli belum melakukan perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan penatausahaan BMD secara memadai. Kegiatan penatausahaan menghasilkan keluaran berupa laporan yang bertujuan agar semua data dan informasi BMD dapat disampaikan kepada pihak yang berkepentingan secara akurat guna mendukung pengambilan keputusan. Namun berdasarkan pemeriksaan diketahui belum ada petunjuk pelaksanaan yang menetapkan format laporan. Akibatnya, keluaran kegiatan penatausahaan berisiko tidak memenuhi persyaratan
kualitas informasi terkait dengan ketepatan waktu, kualitas, jumlah, dan kesesuaian dengan peraturan serta akuntabilitas. Hal tersebut disebabkan antara lain Pemkab Tolitoli belum membuat perencanaan keluaran penatausahaan BMD.
● Pemkab Barito Selatan dalam melakukan pengelolaan BMD belum didukung dengan standard operating procedure (SOP) yang disahkan
120 IHPS II Tahun 2017
BAB II - Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah, BUMD & BLUD BAB II - Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah, BUMD & BLUD
keuangan. Terhadap permasalahan tersebut, kepala daerah dan kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyatakan sependapat dengan temuan BPK dan menyatakan sebagai berikut:
● Laporan inventarisasi beserta dokumen pendukung Pemkot Bandung akan diselesaikan selambat-lambatnya 9 Maret 2018.
● Pemkab Tolitoli dan Pemkab Barito Selatan akan melakukan rencana aksi dan akan segera menyusun SOP pengelolaan dan penatausahaan
BMD. Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan kepada kepala
daerah, antara lain agar: ● Memerintahkan Sekretaris Daerah untuk menyelesaikan inventarisasi
dengan menyampaikan laporan inventarisasi kepada Wali kota Bandung dan memerintahkan Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset (BPKA) dan Inspektur Kota Bandung untuk merumuskan dan menetapkan solusi atas permasalahan aset untuk memenuhi asersi manajemen sesuai dengan kebijakan akuntansi.
● Memerintahkan Sekretaris Daerah Pemkab Barito Selatan dan Pemkab Tolitoli untuk segera membuat dan menetapkan SOP kegiatan pengelolaan dan penatausahaan BMD.
Secara keseluruhan, hasil pemeriksaan atas pengelolaan aset pada Pemkot Bandung, Pemkab Tolitoli, dan Pemkab Barito Selatan mengungkapkan 21 temuan yang memuat 21 permasalahan
ketidakefektifan dan 1 permasalahan ketidakefisienan.
Pengelolaan Pajak Daerah
PADA semester II tahun 2017, BPK telah menyelesaikan pemeriksaan kinerja atas 2 objek terkait dengan pengelolaan pajak daerah, meliputi
(1) pengelolaan pajak hotel dan restoran; dan (2) pelayanan pembayaran pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) serta kesiapan pemungutan pajak air permukaan.
Pengelolaan Pajak Hotel dan Restoran
PEMERIKSAAN kinerja atas upaya Pemkot Padang dalam mengelola pajak hotel dan restoran TA 2016-semester I 2017 dilakukan pada Pemkot
IHPS II Tahun 2017 BAB II - Hasil Pemeriksaan Pemerintah Daerah , BUMD & BLUD
Padang di Padang. Pemeriksaan bertujuan untuk menilai kinerja atas upaya Pemkot Padang dalam mengelola pajak hotel dan restoran.
Pemkot Padang merealisasikan pajak hotel dan pajak restoran pada TA 2016 yang melebihi target yaitu 101,08% untuk realisasi pajak hotel
dan 101,60% untuk realisasi pajak restoran. Namun demikian, hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa upaya pengelolaan Pajak Hotel dan
Restoran oleh Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Pemkot Padang masih belum optimal. Hal ini terlihat dari permasalahan di antaranya, kegiatan penindakan pajak hotel dan restoran belum memadai. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa pada tahun 2016 sampai dengan semester I tahun 2017 Bapenda belum pernah membuat dokumen rencana penindakan terhadap pelanggaran wajib pajak hotel dan restoran. Selain itu, penindakan juga belum dapat dilakukan karena keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Hal tersebut mengakibatkan tidak optimalnya pemungutan pajak. Penyebabnya Pemkot Padang belum mempunyai prosedur penindakan yang jelas dan belum memiliki SDM yang kompeten dalam melakukan penindakan.
Atas masalah tersebut, Kepala Bapenda Pemkot Padang menyatakan bahwa Pemkot Padang akan menyusun regulasi yang jelas dan tata cara
melakukan penindakan terhadap wajib pajak (WP) yang tidak taat pajak dan meningkatkan SDM yang cukup untuk melaksanakan penindakan di antaranya Juru Sita dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Pajak Daerah.
Atas permasalahan itu, BPK telah merekomendasikan kepada Wali kota Padang agar menetapkan peraturan dan pedoman tata cara penindakan terkait dengan pajak daerah dan mempersiapkan SDM yang diperlukan
dengan membentuk PPNS dan Juru Sita yang berkualifikasi pajak. Secara keseluruhan hasil pemeriksaan BPK atas upaya Pemkot Padang
dalam mengelola pajak hotel dan restoran mengungkapkan 8 temuan yang memuat 9 permasalahan ketidakefektifan dan 1 permasalahan kekurangan penerimaan senilai Rp1,4 juta.