Kegiatan Trading BBM dan Fleet Management
Kegiatan Trading BBM dan Fleet Management
PEMERIKSAAN kinerja atas efektivitas kegiatan trading BBM dan fleet management tahun 2014, 2015 dan semester I 2016 dilaksanakan pada PT Pertamina Patra Niaga (Patra Niaga) di Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Pemeriksaan
bertujuan menilai efektivitas kegiatan trading bahan bakar minyak (BBM) dan kegiatan fleet management.
Hasil pemeriksaan BPK menyimpulkan bahwa secara umum kegiatan trading BBM dan fleet management pada Patra Niaga masih kurang efektif terutama dalam hal pelaksanaan dan monitoring evaluasi. Simpulan tersebut didasarkan penilaian kualitatif dan kuantitatif dengan hasil kurang efektif dan dengan capaian skor 47,67%. Perolehan tersebut
disebabkan permasalahan, antara lain: ● Upaya Patra Niaga untuk memulihkan piutang PT Asmin Koalindo
Tuhup (AKT) dan PT Indo Muro Kencana (IMK) belum berhasil karena pihak debitur telah mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga. Akibatnya, pembayaran piutang PT AKT sebesar Rp451,66 miliar dan PT IMK sebesar Rp135,81 miliar menjadi tertunda sesuai dengan keputusan PKPU. Hal tersebut terjadi karena manajemen Patra Niaga tidak memutuskan perjanjian dan menghentikan pengaliran BBM ke PT AKT
212 IHPS II Tahun 2017
BAB III - Hasil Pemeriksaan BUMN dan Badan Lainnya BAB III - Hasil Pemeriksaan BUMN dan Badan Lainnya
dengan pelaporan peringatan dini ( dunning) dan penyelesaian pembayaran piutang PT AKT dan PT IMK akan dilaksanakan sesuai dengan keputusan PKPU.
● Transaksi penjualan BBM tahun 2016 dengan mekanisme nontunai tanpa jaminan pada 4 pelanggan dan penjualan tanpa melalui tahap pengajuan persetujuan kredit/ credit approval pada 6 pelanggan
berpotensi menimbulkan risiko piutang tidak tertagih. Akibatnya, Patra Niaga berpotensi mengalami penundaan realisasi pendapatan sebesar Rp101,83 miliar dan US$80,25 ribu dan tidak dapat memperoleh kompensasi atas tidak tertibnya pelanggan dalam melakukan pembayaran tagihan. Hal tersebut terjadi karena fungsi
Sales tidak mematuhi pedoman terkait dengan penjualan BBM antara lain memberikan fasilitas penjualan nontunai tanpa jaminan dan
tanpa melalui persetujuan komite kredit, maupun menerima cek dan bilyet giro sebagai pengganti jaminan. Selain itu, komite kredit belum
optimal dalam melakukan evaluasi dan analisis pelanggan nontunai tanpa jaminan.
● Patra Niaga kurang optimal dalam mengelola pelanggan karena belum terdapat suatu sistem informasi yang diperlukan manajemen untuk melakukan evaluasi dan mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan guna meningkatkan penjualan produk BBM. Akibatnya, Patra Niaga tidak dapat melakukan evaluasi secara menyeluruh terkait dengan rencana aksi yang telah direncanakan untuk meningkatkan
volume penjualan. Hal tersebut terjadi karena Patra Niaga belum memiliki tata kerja yang mengatur mengenai perolehan dan pengelolaan pelanggan baru.
Atas permasalahan tersebut di atas, manajemen Patra Niaga menyatakan sependapat dengan BPK.
BPK merekomendasikan kepada Direktur Utama Patra Niaga agar: ● Memantau pembayaran piutang dari PT AKT dan PT IMK sesuai dengan
keputusan PKPU. ● Mereviu pedoman penjualan serta melakukan penyesuaian ketentuan
tentang penjualan nontunai dan jaminan sesuai dengan kebijakan perusahaan, perkembangan bisnis dan kondisi pasar, serta menagih piutang overdue.
● Menyusun dan menetapkan sistem tata kerja tentang pengelolaan dan perolehan pelanggan dan memutakhirkan basis data pelanggan.
IHPS II Tahun 2017 BAB III- Hasil Pemeriksaan BUMN dan Badan Lainnya
Secara keseluruhan, hasil pemeriksaan BPK atas kegiatan trading BBM dan fleet management pada Patra Niaga mengungkapkan 16 temuan yang memuat 16 permasalahan ketidakefektifan senilai Rp771,26 miliar dan US$3,54 juta atau ekuivalen Rp819,22 miliar dan 1 permasalahan kerugian senilai Rp93,34 juta.