REKONSTRUKSI LINGKUNGAN PURBA PATIAYAM

E. REKONSTRUKSI LINGKUNGAN PURBA PATIAYAM

Penelitian geologi lebih detil lagi dilakukan oleh Zaim pada tahun 1985 yang mempelajari proses sedimentasi, keadaan lingkungan purba (paleoenvironment) serta merekonstruksi keadaan geografi purba (paleogeography) daerah Patiayam dan sekitarnya. Penelitian Zaim tersebut telah merekonstruksi perkembangan proses sedimentasi, kegiatan volkanisme dan kondisi lingkungan daerah Kubah Patiayam.

Pada awalnya, pada Miosen Akhir-Pliosen, sekitar 3 jtl, daerah Patiayam masih merupakan laut dangkal, yang mengen dapkan batuan lempung marin Formasi Jambe yang dipengaruhi oleh adanya kegiatan gunung api hal mana ditunjukkan adanya dua lapisan breksi volkanik yang menyisip masuk dalam lempung marin formasi Jambe tersebut.

Adanya kegiatan gunung api yang hasilnya terdapat dalam Formasi Jambe menandakan adanya proses tektonik Plio- Plestosen saat pengendapan Formasi Jambe, hal ini menun- jukkan adanya kegiatan magmatisme dan volkanisme di laut

44 Kondisi Fisik Kubah Patiayam 44 Kondisi Fisik Kubah Patiayam

Kegiatan Gunung api Patiayam terus berlangsung setidaknya hingga 0,5 jtl, yang produk kegiatan volkanisme tersebut ditunjukkan oleh batuan volkanik berupa breksi Formasi Kancilan, menyebabkan mulai terjadinya pendangkalan laut yang secara berangsur berubah menjadi daratan namun masih sempit. Setelah berubah menjadi daratan, mulai terjadi proses erosi dan denudasi pada daratan tersebut membentuk perbukitan, lembah dan sungai-sungai. Hasil erosi dan denudasi tersebut diendapkan di dalam dan oleh sistem sungai yang sebagian diendapkan dalam lingkungan rawa- rawa, danau, muara sungai yang bersifat deltaik bahkan sampai dalam lingkungan laut di sekitar daerah laguna, mengendapkan kelompok batuan batupasir halus-sedang berselingan dengan batulempung yang seluruhnya bersifat tufaan karena merupakan hasil kegiatan gunung api yang dikelompokkan dalam Formasi Slumprit. Keadaan lingkungan saat pengendapan Formasi Slumprit, seperti adanya daerah sungai, rawa-rawa atau danau, delta sungai, merupakan wilayah yang baik untuk kehidupan manusia maupun binatang vertebrata, sehingga sisa-sisa kehidupan binatang vertebrata dan manusia purba ditemukan dalam Formasi Slumprit, yaitu fosil manusia Homo erectus dan banyak sekali fosil vertebrata antara lain seperti Stegodon, Bovidae, Cervidae, Suidae, Cervidae.

Proses volkanisme Gunung api Patiayam terus ber- langsung, sementara daerah Patiayam yang sebagian besar

Kondisi Fisik Kubah Patiayam Kondisi Fisik Kubah Patiayam

pengendapan Formasi Kedungmojo, sebagaimana saat pengendapan Formasi Slumprit, sangat baik dan cocok untuk lingkungan kehidupan manusia dan binatang vertebrata. Oleh sebab itu maka dapat ditemu kan banyak fosil vertebrata dalam Formasi Kedungmojo, seperti Stegodon, Bovidae, Cervidae, Suidae, Cervidae, namun saying belum dijumpai fosil manusia purbanya.

Keadaan lingkungan

saat

Setelah pengendapan Formasi Kedungmojo, terjadi kegiatan volkanisme yang sangat besar dengan aktifitas yang sangat tinggi berupa letusan dari Gunung api Muria. Hasil letusan Gunung api Muria tersebut berupa Aglomerat dari Formasi Sukobubuk yang menutupi seluruh wilayah Patiayam dan letusan tersebut merupakan bencana bagi manusia dan binatang vertebrata yang hidup di lingkungan yang sebenarnya sangat baik saat pengendapan Formasi Kedungmojo, sehingga menghancurkan semua lingkungan dan memusnahkan semua kehidupan yang ada di lingkungan dan hidup pada saat itu.

Rekonstruksi lingkungan purba yang dilakukan oleh Zaim (1989,1990) seperti dalam Gambar II.14 dan Gambar

II.15 menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh

46 Kondisi Fisik Kubah Patiayam

Zaim tahun 1985 – 1989 bahwa daerah Kubah Patiayam tidak seluruhnya berkaitan dengan kegiatan (langsung) Gunung Muria, dan dari hasil penelitian menunjukkan adanya gunung api yang tidak berhubungan dengan Gunung Muria, dan Kubah Patiayam merupakan sebuah gunung api tersendiri yang dinamakan sebagai Gunung api Patiayam (Zaim, 1989,1990). Kasimpulan Zaim terebut juga didukung dari hasil penelitian Mulyaningsih dkk (2008) yang telah mengidentifikasi adanya bekas kawah purba dari Gunung api Patiayam Purba (Gambar II.16.) sebagimana yang disebutkan oleh Zaim (1989,1990).

Gambar II.14. Rekonstruksi lingkungan daerah Kubah Patiayam berdasarkan korelasi data stratigrafi (Zaim,1989,1990).

47

Kondisi Fisik Kubah Patiayam

Gambar II.15. Rekonstruksi Paleogeografi dan Perkembangan daerah Kubah Patiayam. Gambar atas (A), kondisi pada Akhir Pliosen (+ 2 jtl), dan Gambar bawah (B), kondisi pada Plestosen, sekitar 0,9 - 0,5 jtl. (Zaim,1989,1990).