Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi

Perdagangan (transaksi) melalui elektronik kurang lebih serupa dengan perdagangan tradisional pada umumnya yang menggunakan kertas sebagai media transaksi (paper based transaction). Dalam kedua jenis transaksi tersebut penjual sama-sama menawarkan produk atau jasanya, beserta harga dan kondisi tertentu kepada calon pembeli yang bebas tanpa paksaan melakukan pemilihan, menegosiasikan harga, dan melakukan perjanjian khusus tertentu (misalnya kesepakatan yang telah ditentukan bersama antara para penjual dan pembeli). Setelah kesepakatan terjadi, transaksi dilakukan dengan melibatkan beberapa dokumen dan produk yang dipesan akan diberikan secara langsung atau dikirimkan ke tempat pembeli sesuai dengan kesepakatan. Perbedaan mekanisme transaksi terjadi pada saat dilibatkannya teknologi informasi yang menyebabkan dapat dilakukannya proses jual beli tersebut kapan saja, dimana saja, dan dengan cara yang sangat beragam dan bervariasi (fleksibel).

Internet telah menjadi tempat orang-orang mencari informasi, hiburan, bisnis sampai melakukan perdagangan jual beli melalui internet, misalnya

seperti www.kaskus.us , www.propertykita.com ,

www.rumahraya.com , www.rumah123.com , www.tokobagus.com , dan lain-lainnya. Website maupun situs-situs ini merupakan tempat transaksi jual beli dilakukan dan konsumen/masyarakat yang memasuki situs/website tersebut bisa dengan mudah mendapatkan informasi mengenai panduan cara membeli dan memilih barang yang juga disediakan berbagai fasilitas lainnya di website tersebut. Bahkan tak perlu lagi repot-repot jika ingin mencari rumah, tanah, kendaraan bermotor. Tinggal ketik apa yang kita inginkan di search engine lalu “Sim Salabim!” list website yang kita butuhkan langsung bermunculan.

commit to user

2. Proses Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Benda Terdaftar Melalui Internet.

Telah diketahui bahwa dalam dunia e-commerce dikenal dua pelaku, yaitu merchant yang melakukan penjualan dan buyer/customer yang berperan sebagai pembeli. Baik sebagai merchant maupun buyer, pengetahuan yang mendasar tentang cara belanja dan juga cara pembayaran akan mendukung pengambilan keputusan yang setepattepatnya baik bagi merchant maupun buyer pada saat akan memenuhi aktivitas e-commerce.

Pengambilan keputusan yang tepat tentang cara belanja dan cara pembayaran juga mendukung langkah hati-hati dari para pelaku e-commerce dalam rangka meminimalkan kemungkinan terjadinya kecurangan, sabotase , maupun penyadapan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, perjanjian yang ada dalam transaksi e-commerce muncul karena adanya kesadaran dari para pihak untuk saling mengikatkan diri, proses pelaksanaan perjanjian jual beli melalui internet pada umumnya terdapat beberapa tahap yaitu penawaran, penerimaan, pembayaran dan pengiriman. Berbeda dengan proses perjanjian jual-beli pada benda terdaftar yang menjadi masalah mulai pada tahap pembayaran, proses pengiriman sampai proses peralihan hak milik. Menurut hasil penelitian penulis, proses pelaksanaan perjanjian jual beli benda terdaftar melalui internet, yaitu :

a. Proses Penawaran Penawaran dilakukan oleh penjual atau pelaku usaha melalui website pada Internet. Penjual atau pelaku usaha menyediakan strorefront yang berisi catalog produk dan pelayanan yang akan diberikan. Masyarakat yang memasuki website pelaku usaha tersebut dapat melihat barang yang ditawarkan oleh penjual. Salah satu keuntungan jual beli melalui online ini adalah bahwa pembeli dapat berbelanja kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu.

commit to user

barang yang ditawarkan, harga, info atau keterangan tentang barang yang diisi oleh pembeli sebelumnya, spesifikasi barang termasuk menu

produk lain yang berhubungan. Penawaran melalui Internet terjadi apabila pihak lain yang mengunakan media Internet memasuki situs milik penjual atau pelaku usaha yang melakukan penawaran, oleh karena itu apabila seseorang tidak menggunakan media internet dan memasuki situs milik pelaku usaha yang menawarkan sebuah produk maka tidak dapat dikatakan ada penawaran.. Hasil wawancara penulis dengan salah satu penjual rumah yang menggunakan media internet, pada tanggal 20 juni 2011 pukul 13.00 dengan Bapak Nugroho Santoso, pekerjaan swasta, bertempat di Jl. Mliwis Selatan No. 1 Kerten Laweyan adalah sebagai berikut:

“Penawaran melalui media internet ini terjadi jika penjual atau pelaku usaha mengunakan media internet untuk menampilkan tawaran terhadap barang yang hendak dijual, oleh karena itu jika menjual rumah atau menawarkan rumahnya pada sebuah website yang menyediakan pelayanan mengenai jual beli, maka dapat dikatakan ada penawaran”.

Dengan demikian, penawaran melalui media internet hanya dapat terjadi apabila seseorang menampilkan sebuah tawaran melalui salah satu website maupun situs-situs di internet. Penawaran yang dilakukan oleh penjual harus nyata dan benar, baik berupa kondisi barang maupun harga barang, semuanya harus dituliskan secara lengkap, yang benar- benar menggambarkan keadaan barang yang akan dijual.

b. Proses Penerimaan Penerimaan dapat dilakukan tergantung penawaran yang terjadi. Apabila penawaran dilakukan melalui situs/website, maka penerimaan dilakukan melalui situs/website, karena penawaran hanya ditujukan untuk seluruh masyarakat yang membuka website yang berisikan penawaran atas suatu barang yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku usaha maka penerimaan dilakukan melalui situs-situs atau website, karena penawaran hanya ditujukan melalui situs-situs atau website yang

commit to user

berisikan penawaran atas suatu barang yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku usaha. Setiap orang yang berminat untuk membeli barang

yang ditawarkan itu dapat membuat kesepakatan dengan penjual atau pelaku usaha yang menawarkan barang tersebut. Hasil wawancara penulis masih dengan Bapak Nugroho Santoso, pekerjaan swasta, bertempat di Jalan. Mliwis Selatan No. 1 Kerten Laweyan, beliau menyatakan bahwa:

“Pada transaksi jual beli secara elektronik khususnya melalui website , biasanya calon pembeli akan memilih barang tertentu yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku usaha, dan jika calon pembeli atau konsumen itu tertarik membeli salah satu barang yang ditawarkan maka dapat membuat kesepakatan atau perjanjian dengan penjual atau pelaku usaha yang menawarkan barang tersebut (biasanya melalui fasilitas layanan situs/website yang berupa komentar yang berada pada bagian bawah catalog/produk serta bisa melalui via telepon yang sebelumnya penjual telah cantumkan pada deskripsi catalog tersebut)”.

c. Proses Pembayaran dan Proses Pengiriman Pembayaran dilakukan jika pembeli sudah sepakat mengenai harga barang yang telah disepakati atau kesepakatan mengenai cara pembayaran. Klasifikasi cara pembayaran transaksi jual beli melalui internet pada umunya adalah sebagai berikut :

1) Transaksi model ATM, sebagai transaksi yang hanya melibatkan intitusi finansial dan pemegang account yang akan melakukan pengambilan atau deposit uangnya dari account masing-masing.

2) Pembayaran dengan menggunakan paypal, paypal dapat digunakan untuk mengirim uang dari 190 negara dan wilayah di seluruh dunia. Bayar aman dengan saldo PayPal, kartu kredit, atau rekening bank. Penerima mendapatkan uang tanpa melihat kartu kredit atau nomor rekening bank. Penjual atau penerima dapat menarik dana dari account PayPal ke rekening bank atau kartu kredit., atau, mereka dapat menggunakan saldo PayPal untuk membayar secara online.

commit to user

pada umumnya untuk jual beli benda-benda tidak terdaftar. Pada benda-benda terdaftar memang pembayaran dapat dilakukan melalui

transaksi model ATM/cash account to account atau pengalihan dari rekening pembeli pada rekening penjual, jika kedudukan penjual dan pembeli berbeda serta pembayaran bisa dilakukan secara langsung (penjual dan pembeli bertemu langsung jika pembeli tidak berani mengambil resiko adanya kecurangan atau penipuan). Jika pembayaran dilakukan melalui transaksi model ATM/cash account to account, maka setelah pembayaran penjual mewajibkan kepada pembeli untuk melakukan konfirmasi atas pembayaran tersebut, karena dengan konfirmasi tersebut, penjual dapat melakukan pengecekan. Jika pembeli tidak melakukan konfirmasi meskipun sudah membayar, maka penjual tidak akan mengirimkan barang (jika jual beli benda terdaftar yang bergerak) yang sudah dibayar tersebut.

Permasalahan dari proses pengiriman benda-benda terdaftar ini juga harus perlu diperhatikan. Pengiriman merupakan suatu proses yang dilakukan setelah pembayaran atas barang yang telah ditawarkan oleh penjual kepada pembeli. Pengiriman pada benda-benda tidak terdaftar bisa dilakukan setelah transaksi pembayaran diterima, berbeda dengan benda terdaftar yang tidak bergerak (seperti rumah, tanah, pabrik) pada benda ini tidak bisa dilakukan proses pengirimannya seperti benda- benda tidak terdaftar kerena sesuai sifatnya benda-benda terdaftar yang tidak bergerak tidak bisa dipindahkan (bergabung dengan tanah), pada benda terdaftar yang bergerak bisa saja dilakukan pengiriman setelah pembayaran dilakukan karena benda terdaftar yang bergerak (seperti kendaraan bermotor) ini bisa dipindahkan-pindahkan sesuai sifat kebendaanya.

d. Proses Peralihan Hak Milik Proses peralihan hak milik inilah yang membedakan antara benda terdaftar dan tidak terdaftar yang juga menjadi permasalahan pokok di

commit to user

benda tidak terdaftar tidak memerlukan adanya suatu pendaftaran ke pejabat yang berwenang sebagai bukti kepemilikan karena sesuai asas

yang tercantum pada dalam Pasal 1997 KUH Perdata yaitu bezitter dari benda adalah pemilik dari barang jadi pada benda tidak terdaftar tidak perlu bukti kepemilikan sebagai hak penguasaan (pemegang benda tersebut (bezitter) di anggap sebagai pemilik (eighiner), berbeda dengan benda terdaftar yang mengharuskan pendaftaran sebagai bukti hak kepemilikan (jadi pemegang benda belum tentu sebagai pemilik) makanya diperlukan adanya bukti kepemilikan. Benda terdaftar juga dibedakan menjadi benda terdaftar yang tidak bergerak dan benda terdaftar yang bergerak, yaitu:

1) Pada benda terdaftar yang tidak bergerak

Benda terdaftar yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dalam proses kepengurusan peralihan hak milik tidak bisa dilakukan melalui internet, karena benda terdaftar yang tidak bergerak dalam proses peralihan hak milik mengharuskan kedatangan penjual dan pembeli. Penjual dan pembeli harus mendatangi langsung ketempat pejabat yang berwenang mengurusi proses peralihan hak milik ini atau Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Menurut hasil wawancara penulis secara via telepon dengan Bapak Koko pada tanggal 15 juni 2011 pukul 10.00 yang berlokasi di Godang-Manahan Surakarta, beliau merupakan salah satu penjual rumah yang pernah menggunakan internet sebagai sarana untuk berbisnis. Hasil wawancara penulis adalah sebagai berikut, menurut beliau:

“Jual-beli benda terdaftar melalui internet seperti rumah, tanah, bangunan sangat berbeda dengan jual-beli pada umumnya. Pada jual beli rumah, tanah di lakukan penyerahan secara hukum dengan melakukan proses balik nama, yang memerlukan kehadiran pihak penjual dan pembeli di depan notaris atau Pejabat Pembuat Akta

commit to user

Nasional”. Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, jual beli terkait tanah harus dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Dalam praktek Jual Beli tanah ini dikenal istilah Balik Nama yang berkaitan dengan adanya peralihan hak/peristiwa hukum jual beli.

Pada dasarnya jual beli benda terdaftar yang tidak bergerak seperti tanah/rumah bersertifikat melalui internet terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (a) Pendahuluan (mulai dari penawaran, penerimaan sampai kata

sepakat) bisa dilakukan melalui via internet. (b) Pembayaran (via transfer dari ATM (atas dasar kepercayaan pembeli) atau secara langsung/face to face atau bersamaan pada waktu proses balik nama dilakukan atau sesuai perjanjian yang telah disepakati berdua antara penjual dan pembeli).

(c) Pelaksanaan jual-beli secara terang di hadapan PPAT tidak

bisa di lakukan melalui via internet. (d) Melakukan pendaftaran tanah untuk mendapat sertifikat tidak

bisa dilakukan melalui via internet. Sehubungan dengan pernyataan di atas maka tanah yang telah

bersertifikat, apabila terjadi transaksi jual beli antara penjual dan pembeli yang dibuat dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), maka selanjutnya akan dilakukan proses Balik Nama. Proses Balik Nama disini adalah untuk merubah status kepemilikan dari Penjual (pemilik tanah sebelumnya) kepada Pembeli (pemilik tanah yang baru). Hasil wawancara penulis dengan Bapak Bambang Hermanto, pada tanggal 18 juni 2011 pukul 15.00 pekerjaan wiraswasta yang bertempat di jalan Sembodro no 2 Ponorogo, beliau merupakan pembeli yang pernah membeli rumah melalui media internet. Hasil wawancara adalah sebagai berikut:

commit to user

tawarkan di internet. Proses transaksi tidak bisa di lakukan melalui internet, jadi hanya sampai tahap penawaran, penerimaan dan kesepakatan harga (melalui chat message dari fasilitas website dan juga bisa melalui telepon) . Lalu bertemu langsung dengan pemilik untuk bernegoisasi harga lagi, setelah terjadi kesepakatan harga kemudian dibayar sesuai harga yang disepakati, kemudian bersama- sama antara penjual dan pembeli mendatangi kantor notaris untuk balik nama (bahasa hukumya Peralihan hak milik). Selanjutnya biaya notaris biasanya ditanggung pembeli. Permasalahan yang dihadapi biasanya di BPN (Badan Pertanahan Nasional) untuk penerbitan sertifikat yang baru agak lama”.

Jadi untuk pengiriman benda terdaftar yang tidak bergerak seperti rumah, tanah, bangunan tidak bisa dilakukan proses pengirimannya, karena tidak bisa dipindah-pindahkan dan proses peralihan hak milik/balik nama tidak bisa dilakukan melalui internet karena memerlukan kehadiran para pihak dalam proses peralihan hak milik.

2) Pada benda terdaftar yang bergerak Benda terdaftar yang bergerak bisa dicontohkan seperti kendaraan bermotor (mobil, sepeda motor). Dalam proses kepengurusan balik nama pada kendaraan bermotor sedikit berbeda dengan kepengurusan hak milik pada benda-benda terdaftar yang bergerak (seperti tanah, rumah, pabrik) seperti yang disebutkan di atas. Pada benda terdaftar yang bergerak bukti kepemilikan (BPKB, STNK dan kwitansi jual beli dari penjual) bisa langsung dikirimkan bersama kendaraan bermotor melalui jasa pengiriman.

Pada benda benda terdaftar yang bergerak, setelah dilakukan pembelian kendaraan bermotor (sesuai pengalaman penulis yang pernah membeli sepeda motor bekas/second), bisa langsung dibalik nama atau memakai nama dari pemilik aslinya sampai masa pembaruan STNK lagi (pembaharuan STNK setiap 5 tahun), jika tidak di balik nama

commit to user

yang memerlukan KTP dari pemilik terakhir yang tertera di BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor), belum lagi masalah jika

pemilik dan pembeli bertempat tinggal berbeda, berarti pembeli harus selalu datang ke kota pemilik untuk meminjam KTP guna melakukan proses perpanjangan STNK. Hal inilah yang menyebabkan proses balik nama penting untuk dilakukan dalam jual beli ini. Hasil wawancara penulis dengan Bapak Tri Wiyono, pada tanggal 25 juni 2011 pukul

18.00 bertempat tinggal di Jl. Anggrek nomor 16 Ponorogo. Beliau merupakan Polisi di daerah Ponorogo dengan pangkat Brigadir, yang bertugas di kantor SAMSAT Ponorogo Jl. Ir Juanda. Hasil wawancara adalah sebagai berikut:

“syarat cara pengurusan balik nama kendaraan bermotor yang berbeda daerah dengan mutasi kendaraan. Persyaratan mutasi kendaraan misalnya dari Surabaya ke Ponorogo dengan cek fisik, membawa KTP (maupun foto copyannya), kwitansi penjualan motor dari nama yang tertera di BPKB kepada kita sebagai pembeli motor tersebut, STNK dan BPKB (asli), foto copy STNK dan BPKB secukupnya, selanjutnya foto copy KTP pemilik yang sesuai dengan BPKB selanjutnya (akan di mutasi

ke pada siapa di Ponorogo). Setelah itu mencabut berkas dari Samsat Surabaya, setelah jadi berkasnya di daftarkan di

Ponorogo. Untuk biaya 1% dari pajak yang tertera. Kepengurusan balik nama bisa dilakukan di kantor SAMSAT pembeli tentu saja dengan ketentuan yang berlaku, jadi yang bersangkutan harus melakukan mutasi kendaraan istilahnya harus mencabut berkas-berkas kendaraan bermotor di kantor SAMSAT kendaraan bermotor didaftarkan terus di pindah untuk di isikan ke kantor SAMSAT pembeli tinggal. Untuk masalah kepengurusan perpindahan ini memang sedikit sulit dan memakan waktu”.

Menurut keterangan Bapak Tri Wiyono, adapun proses dalam balik nama jika berbeda daerah yaitu: (a) Proses mutasi dari daerah motor itu didaftarkan ke daerah yang

dituju (dalam proses ini bisa di urus oleh pembeli sendiri maupun penjual dengan ketentuan membawa syarat-syarat mutasi).

commit to user

petugas yang berada di Samsat, kalau bingung tanya aja sama petugas di kantor Samsat tersebut. Yang dibawa adalah : BPKB asli

STNK asli, foto copy BPKB dan foto copy STNK masing-masing 1 rangkap. Terus setelah di cek fisik nanti akan di beri 2 lembar tanda cek fisik oleh petugas tersebut.

(c) Setelah itu menuju ke loket 1 untuk pengambilan formulir dengan menyerahkan BPKB asli, KTP asli orang pertama dan foto copynya, STNK asli beserta foto copynya dan kwitansi penjualan motor.

(d) Kalau bingung juga, katakan kepada petugas "Saya mau mutasi kendaraan dan balik nama Pak". nanti akan diberitahu syarat-syarat yang mungkin kurang.

(e) Lalu kita akan diberi 2 formulir yang mana formulir pertama untuk mengisi data bayar pajak, dan formulir kedua untuk balik nama atau memperpanjang STNK. Biasanya di Loket ini sudah dikenakan biaya administrasi. Isi kedua formulir tersebut.

(f) Setelah kedua formulir di isi, lalu berkas-berkas yang disiapkan tadi dijadikan satu dengan formulir tersebut dan diserahkan ke loket 2 atau tempat pengurusan perpanjangan STNK kendaraan bermotor (lihat aja papan namanya). Ingat jika kita balik nama pada formulir perpanjangan STNK di isi nama kita sendiri sebagai nama baru kendaraan tersebut dan sertakan foto copy KTP kita sendiri.

(g) Setelah jadi berkasnya, kemudian dilakukan pencabutan berkas dari dari kantor SAMSAT daerah semula motor itu berada untuk di daftarkan ke kantor SAMSAT daerah yang dituju. Jadi Jika dalam kepengurusan balik nama pada benda terdaftar

yang tidak bergerak sangat jelas dikatakan memerlukan adanya kedatangan penjual dan pembeli. Berbeda dengan benda terdaftar yang bergerak proses balik nama bisa saja dilakukan oleh pembeli tentunya dengan ketentuan dan syarat-syrat yang berlaku.

commit to user

terdaftar yang bergerak penulis juga melakukan wawancara dengan pihak terkait lainnya yaitu Bapak Subagyo, pada tanggal 16 juni 2011

pukul 16.00 yang bertempat tinggal di Jl. Bungur 1 No.9 Banjarsari Solo, pekerjaan swasta beliau merupakan makelar jual beli rumah, tanah dan kendaraan bermotor , yang menyatakan :

“Peralihan hak milik atas tanah dan rumah itu melalui Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT Notaris). Proses balik nama di BPN/yang mengesahkan balik nama. Peralihan hak milik harus dihadapan pejabat PPAT jadi tidak bisa dilakukan melalui internet (Kedua pihak harus datang). Masalah yang sering dihadapi masalah batas kepemilikan tanah, tanah yang tidak diurus dan ditempati secara turun temurun. Kepengurusan kendaraan bermotor dan tanah berbeda kalau kendaraan bermotor di kantor SAMSAT, tanah pembuatan akta di PPAT sedangakan pendaftaran di BPN (Badan Pertanahan Nasional). Jika masalah balik nama kendaraan bermontor biasanya diurus sendiri oleh pembeli.”

Jadi jual beli benda terdaftar yang bergerak seperti kendaraan bermotor melalui internet terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (1) Pendahuluan (mulai dari penawaran, penerimaan sampai kata

sepakat) bisa dilakukan melalui via internet. (2) Pembayaran (bisa dilakukan secara cash account to account atau pengalihan dari rekening pembeli pada rekening penjual jika sudah ada perjanjian dan saling kepercayaan atau pembayaran bisa dilakukan secara face to face/langsung)

(3) Pengiriman (bisa dilakukan pengiriman karena merupakan benda

bergerak) (4) Pelaksanaan balik nama tidak memerlukan pihak pembeli dan penjual secara langsung, cukup dengan mutasi kendaraan di kantor SAMSAT tempat penjual (bisa di urus oleh penjual maupun pembeli/jika pembeli mau datang langsung ketempat penjual asal syarat-syarat mutasi lengkap) yang kemudian dilakukan pencabutan berkas untuk didaftarkan di kantor SAMSAT yang ditujukan.

commit to user

3. Penyelesaian Sengketa atau Upaya Hukumnya Jika Terjadi Sengketa Antara Para Pihak

Di dalam setiap pekerjaan timbal-balik selalu ada 2 (dua) macam subjek hukum, yang masing-masingnya mempunyai hak dan kewajiban secara

bertimbal balik dalam pelaksanaan kedua subjek hukumnya, yaitu pihak pembeli dan penjual tentu mempunyai hak dan kewajiban secara bertimbal- balik sebagaimana diuraikan terdahulu.

Di dalam suatu perjanjian, tidak terkecuali perjanjian jual beli ada kemungkinan salah satu pihak tidak melaksanakan perjanjian yang mereka perbuat, maka dikatakan bahwa pihak tersebut wanprestasi, yang artinya tidak memenuhi prestasi yang diperjanjikan dalam perjanjian. Subekti (2002:23), mengemukakan bahwa wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seseorang debitur dapat berupa 4 (empat) macam :

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

b. Melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi tidak sebagaimana diperjanjikan.

c. Melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi terlambat.

d. Melaksanakan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilaksanakannya.

Dalam mengkaji masalah wanprestasi ini, perlu dipertanyakan apakah akibat dari wanprestasi salah satu pihak merasa dirugikan. Dan perselisihan diantara keduanya akibat wanprestasi tersebut upaya apa yang dapat ditempuh pihak yang dirugikan agar dia tidak merasa sangat dirugikan.

Sebagaimana biasanya akibat tidak dilakukannya suatu prestasi oleh salah satu pihak dalam perjanjian, maka pihak lain akan mengalami kerugian. Tentu saja hal ini sama sekali tidak diinginkan oleh pihak yang menderita kerugian. Namun kasus sudah terjadi, para pihak hanya dapat berusaha supaya kerugian yang terjadi ditekan sekecil mungkin.

Dalam hal terjadinya wanprestasi, maka pihak lain sebagai pihak yang menderita kerugian dapat memilih antar beberapa kemungkinan, yaitu:

1) Pihak yang dirugikan menuntut pelaksanaan perjanjian

commit to user

3) Pihak yang dirugikan menuntut pelaksanaan perjanjian disertai ganti rugi

4) Pihak yang dirugikan menuntut pembatalan perjanjian

5) Pihak yang dirugikan menuntut pembatalan perjanjian disertai dengan ganti rugi.

Dari beberapa kemungkinan penuntutan dari pihak yang dirugikan tersebut di atas bagi suatu perjanjian timbal-balik oleh ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata diisyaratkan apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dapat dimintakan pembatalan perjanjian kepada hakim. Dengan demikian, berdasarkan Pasal 1266 KUH Perdata diisyaratkan apabila salah satu pihak wanprestasi maka pihak yang dirugikan dapat menempuh upaya hukum dengan menuntut perabatalan perjanjian kepada hakim. Dalam kenyataannya pada bentuk perjanjian jual-beli ini perihal apabila timbul perselisihan (sengketa) diantara mereka, maka para pihak tersangkut bisa menyelesaikan sengketa melalui jalur pengadilan (litigasi) maupun secara di luar pengadilan (non litigasi) :

a. Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Para pihak dalam jual beli tentu tidak menginginkan timbulnya sengketa di kemudian hari menyangkut pelaksanaan perjanjian jual beli yang telah disepakati. Menurut hasil penelitian penulis dan wawancara dengan Bapak Subagyo, pada tanggal 16 juni 2011 pukul 16.00 di Jl. Bungur 1 No.9 Banjarsari Solo, beliau merupakan makelar jual beli rumah, tanah dan kendaraan bermotor , yang menyatakan :

“Permasalahan timbul mengenai batas-batas kepemilikan tanah, kasus penipuan jual beli melalui media internet yang membuat iklan palsu dan pembeli harus mentransfer sejumlah uang untuk tanda jadi, selain itu sedikit masalah biasanya kondisi tidak sesuai dengan katalog/foto yang dipasang melalui media internet tersebut. Mengenai penyelesaian sengketa ini dengan jalan musyawarah (non litigasi) atau jalur hukum (litigasi), penyelesaian sengketa bisanya lebih cenderung diselesaikan secara non litigasi dengan jalur musyawarah atau negoisasi”.

commit to user

(pengadilan), maka harus diperhatikan ketentuan hukum acara perdata yang berlaku. Di Indonesia, sesuai ketentuan hukum acara perdatanya,

maka suatu perbuatan melawan hukum harus dibuktikan melalui proses pemeriksaan di lembaga peradilan mulai dari tingkat pertama (Pengadilan Negeri) sampai tingkat akhir (Pengadilan Tinggi atau mungkin Mahkamah Agung) dengan syarat adanya putusan hakim yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap dan pasti (inkracht van gewijsde ).

Menurut Pasal 38 ayat (1) UU1TE bahwa “setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang menyelenggarakan sistem elektronik dan/atau menggunakan teknologi informasi yang menimbulkan kerugian”. Ayat (2) pasal tersebut menyebutkan bahwa “masyarakat dapat mengajukan gugatan secara perwakilan terhadap pihak yang menyelenggarakan sistem elektronik dan/atau menggunakan teknologi informasi yang berakibat merugikan masyarakat, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Berarti seseorang bisa mengajukan gugatan secara langsung (perseorangan) atau gugatan secara perwakilan (class action).

Seseorang dapat melakukan gugatan secara perwakilan atas nama masyarakat lainnya yang dirugikan tanpa harus terlebih dahulu memperoleh surat kuasa sebagaimana lazimnya kuasa hukum. Gugatan secara perwakilan (class action) dimungkinkan apabila telah memenuhi hal-hal sebagai berikut:

a. Masyarakat yang dirugikan sangat besar jumlahnya, sehingga apabila gugatan tersebut diajukan secara perorangan menjadi tidak efektif;

b. Sekelompok masyarakat yang mewakili harus mempunyai kepentingan yang sama dan tuntutan yang sama dengan masyarakat yang diwakilinya, serta sama-sama merupakan korban atas suatu perbuatan melawan hukum dari orang atau lembaga yang sama.

commit to user

diajukan untuk mengganti kerugian-kerugian yang telah diderita, biaya- biaya pemulihan atas ketertiban umum dan norma-norma kesusilaan yang

telah terganggu serta biaya perbaikan atas kerusakan yang diderita sebagai akibat langsung dari perbuatan tergugat yang melawan hukum tersebut. Gugatan yang diajukan bukan merupakan gugatan ganti rugi saja akibat perbuatan melawan hukum, tetapi juga memohon kepada pengadilan untuk memerintahkan orang yang sudah melakukan perbuatan melawan hukum itu dalam pemanfaatan teknologi informasi, dalam hal ini transaksi jual beli secara elektronik termaksud tidak mengabaikan aspek peleyanan terhadap publik.

Sementara Pasal 35 UU Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) ini menegaskan bahwa gugatan perdata dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan penyelesaian sengketa tersebut diatas khususnya sengketa yang timbul dalam transaksi jual beli melalui media internet ini dapat diselesaiakan secara alternatif di luar pengadilan.

b. Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan Penyelesaian sengketa yang terjadi karena beberapa tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh pihak yang berkepentingan atas terjadinya perbuatan melawan hukum yang telah dilakukan oleh pihak lain sehingga menimbulkan kerugian, yaitu menyelesaikan sengketa tersebut baik secara litigasi atau pengajuan surat gugatan melalui lembaga peradilan yang berwenang sesuai ketentuan hukum acara perdata yang berlaku di Indonesia atau berdasarkan hukum acara yang dipilih oleh para pihak, maupun secara non litigasi atau di luar pengadilan, antara lain dapat melalui negosiasi, mediasi, konsiliasi, penilaian ahli, dan arbitrase.

Penentuan cara dalam menyelesaikan sengketa seperti tersebut di atas, tergantung kesepakatan para pihak yang bersengketa, dan biasanya telah dicantumkan pada perjanjian sebagai klausula baku tertentu. Apabila dalam perjanjian jual beli semula belum ada kesepakatan

commit to user

sepakat memilih salah satu cara penyelesaian sengketa yang terjadi. Penyelesaian sengketa atas perbuatan melawan hukum yang terjadi

dalam transaksi jual beli secara elektroik yang dilakukan secara non litigasi, antara lain (Yahya Ahmad Zein,2009:101) : (1) Proses adaptasi atas kesepakatan antara para pihak sebagaimana

dituangkan dalam perjanjian jual beli yang dilakukan melalui media internet tersebut. Maksud adaptasi ini adalah para pihak dapat secara sepakat dan bersama-sama merubah isi perjanjian yang telah dibuat, sehingga perbuatan salah satu pihak yang semula dianggap sebagai perbuatan melawan hukum pada akhirnya tidak lagi menjadi perbuatan melawan hukum;

(2) Negosiasi, yang dapat dilakukan oleh para pihak yang bersengketa, baik para pihak secara langsung maupun melalui perwakilan masing- masing pihak;

(3) Mediasi, merupakan salah satu cara menyelesaikan sengketa di luar pengadilan, dengan perantara pihak ketiga/mediator yang berfungsi sebagai fasilitator, tanpa turut campur terhadap putusan yang diambil oleh kedua pihak;

(4) Konsiliasi, juga merupakan cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan, namun mirip pengadilan sebenarnya, dimana ada pihak- pihak yang di nggap sebagai hakim semu;

(5) Penilaian ahli, Jika para pihak dalam penyelesaian sengketa atau perbedaan pendapat memperoleh jalan buntu dan belum menuangkan kesepakatan tertulisnya dalam perjanjian, sengketa tersebut dapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penilai ahli.

(6) Arbitrase, adalah cara penyelesaian sengketa secara non litigasi, dengan bantuan arbiter yang ditunjuk oleh para pihak sesuai bidangnya. Di Indonesia telah ada lembaga khusus

Penentuan jalan atau tata cara penyelesaian sengketa di atas baik itu secara litigasi maupun non litigasi merupakan hal yang penting agar

commit to user

pihak. Dengan demikian, orang yang dirugikan akibat tindakan melawan hukum orang lain dapat mengajukan gugatannya secara perdata terhadap

orang tersebut. Gugatan tersebut dapat diajukan secara perwakilan. Gugatan perdata yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Penyelesaian sengketa juga dapat diselesaikan dengan metode penyelesaian sengketa alternatif atau arbitrase yang diatur menurut Undang-Undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa menyebutkan: “Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa”, sedangkan berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (10) yang menyatakan: “Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian sengketa di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, konsiliasi, atau penilaian ahli”. Maka dari itu menurut Pasal 6 angka (1) juga menyatakan: “Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak melalui alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad baik dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri”.