Pelaksanaan Jamsostek Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
B.2. Pelaksanaan Jamsostek Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
1. Hasil Penelitian di PT. Apac Inti Corpora
Berdasarkan hasil penelitian penulis di PT. Apac Inti Corpora dapat diperoleh data mengenai pelaksanaan Jamsostek berdasarkan Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Dalam hal ini data diperoleh berdasarkan wawancara dengan Bapak Irhkam selaku Kepala Personalia dan Ibu Umi selaku Staff Personalia. Berikut data hasil wawancara mengenai pelaksanaan Jamsostek berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai berikut:
a. Pelaksanaan peraturan jaminan sosial berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Tabel 4
Tentang Perbandingan Peraturan Jaminan Sosial
No. Undang-Undang Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Nomor 3 Tahun 1992 Badan Penyelengara Jaminan Sosial. tentang Jamsostek
Jamsostek (Persero)
BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Kesehatan
1 Jaminan Kecelekaan
- Kerja.
Jaminan Kecelakaan Kerja
2 Jaminan Hari Tua
Jaminan Hari Tua
3 Jaminan Kematian
Jaminan Kematian
4 Jaminan Pemeliharaan
Jaminan Kesehatan Kesehatan
Nasional
- Sumber: Olahan data dari situs BPJS Ketenagakerjaan.
Jamian Pensiun
b. Pelaksanaan peraturan jaminan sosial berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN).
Tabel 5
Masa Peralihan Jaminan Sosial di PT. Apac Inti Corpora 60
Masa Peralihan Jaminan Sosial
BPJS Ketenagakerjaan Program
Jamsostek
Asuransi Swasta
Jamsostek yang Asuransi Swasta yang Program Jaminan Sosial diterapkan di PT. Apac Inti melakukan
kerja yang diterapkan di PT. Corpora sebagai berikut:
dengan
Perusahaan Apac Inti Corpora
1. Jaminan Kecelakaan Apac Inti Corpora sebagai berikut: Kerja.
adalah mandiri inhealth.
1. Jaminan
2. Jaminan Kematian.
Kerja. Dan untuk program Jaminan digunakan
3. Jaminan Hari tua.
asuransi swasta yang
2. Jaminan Hari Pemilharaan
oleh
Tua. dikelola oleh Perusahaan Apac sebelum terbentuknya
Kesehatan Perusahaan pada masa
3. Jaminan sendiri.
Kematian. Dan
BPJS Ketenagakerjaan.
4. Jaminan Pensiun. mendirikan program Jaminan Pensiun bagi pekerjanya .
Perusahaan
sudah
Sumber: Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak. Irkham selaku
Kepala Personalia di PT. Apa0c Inti Corpora, Bawen, 29 September 2017.
Pelaksanaan peraturan jaminan sosial sebagaimana yang diatur pada Pasal 52 ayat 1 huruf (a) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
60 Wawancara dengan Kepala Personalia PT. Apac Inti Corpora, Bawen, 29 September 2017.
Sistem Jaminan Sosial Nasional yang menyatakan bahwa Perusahaaan Persero (Jamsostek) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang disesuaikan berdasarkan Undang-Undang Nomor
3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Pada tahun 1992 pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menerbitkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang JAMSOSTEK, sebagaimana sesuai dengan peraturan Jams ostek yang menegaskan bahwa: “ Setiap Perusahaan yang memiliki tenaga kerja minimal 10 orang atau mengeluarkan biaya untuk gaji tenaga kerjanya minimal Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) perbulan diwajibkan mengikutsertkan seluruh tenaga kerjanya dan perusahaan menjadi peserta Jamsostek.
Pada pelaksanaan peraturan Jamsostek di PT. Apac Inti Corpora menyelengarakan 4 (empat) program diantaranya adalah Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Sedangkan pada pelaksanaan peraturan Jamsostek di PT. Apac Inti Corpora mengenai program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di kelola oleh Perusahaan Apac Inti Corpora. Pada kebijakan peraturan Jamsostek memperbolehkan perusahaan untuk mengikuti program jaminan pemeliharaan kesehatan yang diadakan di sektor swasta atau mandiri apabila program JPK tersebut memberikan manfaat yang lebih besar daripada manfaat proram jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) pada peraturan Jamsostek. Berdasarkan perolehan data yang dilakukan dengan cara wawancara bersama Bapak/Ibu Kepala dan Staff Personalia maka berikut Pada pelaksanaan peraturan Jamsostek di PT. Apac Inti Corpora menyelengarakan 4 (empat) program diantaranya adalah Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Sedangkan pada pelaksanaan peraturan Jamsostek di PT. Apac Inti Corpora mengenai program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di kelola oleh Perusahaan Apac Inti Corpora. Pada kebijakan peraturan Jamsostek memperbolehkan perusahaan untuk mengikuti program jaminan pemeliharaan kesehatan yang diadakan di sektor swasta atau mandiri apabila program JPK tersebut memberikan manfaat yang lebih besar daripada manfaat proram jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) pada peraturan Jamsostek. Berdasarkan perolehan data yang dilakukan dengan cara wawancara bersama Bapak/Ibu Kepala dan Staff Personalia maka berikut
1. Jaminan Pensiun
Tabel 6
Transisi Jaminan Pensiun 61
Masa transisi Jaminan Pensiun
No. Aspek
Jamsostek
BPJS Ketenagakerjaan
1. Terbentuk program Mulai di bentuk tahun Mulai dibentuk tahun 2015 dan Jaminan Pensiun.
2000 oleh Perusahaan diwajibkan mengikuti program Apac Inti Corpora.
Jaminan Pensiun.
2. Badan Hukum
Yayasan
(dikelola Badan Hukum Publik.
oleh Perusahaan)
3. Kepesertaan
Seluruh pekerja di
1. Pekerja yang bekerja pada Perusahaan Apac Inti pemberi kerja penyelenggara Corpora.
negara.
2. Pekerja yang bekerja pada pemberi
kerja selain penyelenggara negara.
4 Ketetapan usia Usia Pensiun yang 1. Usia Pensiun ditetapkan 56 Pensiun
ditetapkan
oleh
(lima puluh enam) tahun. kebijakan Perusahaan 2. Ditahun 2019 akan berubah
61 Ibid.
adalah 56 (lima puluh
menjadi 57 (lima puluh
enam) tahun.
tujuh) tahun.
3. Selanjutnya akan bertambah 1 (satu) tahun untuk setiap 3 (tiga) tahun.
Dan
berakhir sampai pencapaian usia pensiun 65 (enam puluh lima) tahun
Sumber: Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak. Irkham selaku Kepala Personalia di PT. Apac Inti Corpora, Bawen, 29 September 2017.
Pada tahun 2000, Perusahaan Apac Inti Corpora telah mendirikan satu program jaminan kepada pekerjanya ialah, program dana pensiun. Dana pensiun dikelola oleh Perusahaan Apac Inti Corpora dan dilaksanakan hingga sekarang. Terbentuknya jaminan pensiun disebabkan dari kesepakatan antara pekerja dan Perusahaan dan memiliki ketentuan yang serupa dengan peraturan BPJS Ketenagakerjaan.
Badan Hukum pada program Dana pensiun yang didirikan oleh Perusahaan Apac Inti Corpora adalah Yayasan. Seluruh tenaga kerja yang bekerja pada PT. Apac Inti Corpora menjadi peserta dalam program dana Pensiun dan pencapaian usia pensiun yang ditetapkan oleh Perusahaan adalah
56 (lima puluh enam) tahun.
Pada peraturan Jamsostek tidak menyediakan program pensiun bagi pekerja atau pesertanya. Terkait dengan program pensiun yang didirikan pada Pada peraturan Jamsostek tidak menyediakan program pensiun bagi pekerja atau pesertanya. Terkait dengan program pensiun yang didirikan pada
Sedangkan pada peraturan BPJS Ketenagakerjaan program Jaminan Pensiun merupakan program baru. Program Jaminan Pensiun dibentuk untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia sesuai dengan Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun.
Sebagaimana telah diuraikan diatas program pensiun telah didirikan oleh Perusahaan Apac Inti Corpora dan masih diberlakukan sistem dana pensiun hingga pada era peraturan BPJS Ketenagakerjaan. Mengenai hal ini dapat merugikan pekerja karena pada pembayaran iuran pada program jaminan pensiun dan dana pensiun terdapat pembebanan yang mengakibatkan penghasilan berkurang untuk kedua program tersebut. Terkait hal tersebut maka pada pelaksanaan program pensiun di Perusahaan Apac Inti Corpora bertentangan dengan Pasal 88 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menjelaskan bahwa setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang kayak bagi kemanusiaan.
Dengan demikian pada pelaksanaan program pensiun yang diterapkan pada Perusahaan Apac Inti Corpora membebankan pekerja dikarenakan Dengan demikian pada pelaksanaan program pensiun yang diterapkan pada Perusahaan Apac Inti Corpora membebankan pekerja dikarenakan
2. Jaminan Kecelakan Kerja.
Tabel 7
Transisi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 62
Masa transisi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
No. Aspek
Jamsostek
BPJS Ketenagakerjaan
1 Iuran Besaran Iuran JKK Besaran Iuran JKK terdiri dari tingkat resiko terdiri dari tingkat lingkungan kerja yaitu; 0,24%-1,74%. resiko lingkungan kerja Perusahaan Apac Inti Corpora menggunakan yaitu; 0,24%-1,74%.
besaran iuran sebesar: 0,24%
2 Program
Return to work
3 Manfaat 1. Pelayanan
1. Pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
kebutuhan medis.
2. Santunan berupa uang.
2. Santunan
berupa 3. Program tambahan pada manfaat
uang.
santunan berupa uang yaitu; Beasiswa pendidikan anak
Sumber: Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak. Irkham selaku Kepala Personalia di PT. Apac Inti Corpora, Bawen, 29 September 2017.
62 Ibid.
Program jaminan kecelakaan kerja (JKK) mulai dibentuk pada peraturan Jamsostek. Jamsostek membentuk program JKK dengan tujuan untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko-resiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja, baik disik maupun mental maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja.
RTW atau Return to Work merupakan program pertambahan manfaat dari program JKK yang di wujudkan dalam bentuk pendampingan bagi peserta yang mengalami musibah kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat atau berpotensi cacat, dari mulai terjadinya kecelakaan akan di dampingi hingga peserta mampu kembali bekerja sesuai dengan Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
Sebelumnya program Return to Work pada peraturan Jamsostek belum diterapkan, akan tetapi pada pelaksanaan Perusahaan Apac Inti Corpora sudah menerapkan kebijakan yang serupa dengan Return to Work di masa pengaturan Jamsostek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Perusahaan Apac Corpora telah melakukan bentuk perlindungan bagi tenaga kerja melalui program yang menyerupai Return to Work sesuai dengan Pasal
67 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa: “Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib
memberikan perlindungan sesuai jenis dan derajat kecacatannya ”. Kebijakan pada program JKK pada peraturan Jamsostek masih diterapkan ke dalam peraturan BPJS Ketenagakerjaan dan ditambah dari Perusahaan Apac Inti
Corpora juga menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Pada pelaksanaan K3 di Perusahaan Apac Inti Corpora para pekerja diharuskan menggunakan alat pelindung keselamatan kerja pada saat memasuki ruang kerja dan pada saat melakukan pekerjaan. Perusahaan Apac Inti Corpora terus melakukan imbauan terhadap pekerja saat sebelum memasuki ruang kerja atau pabrik setiap harinya. Sedangkan untuk perawatan dan pengobatan pada K3 di Perusahaan Apac Inti Corpora digabungkan pada BPJS Kesehatan melalui Faskses pertama yang terdapat di area Perusahaan Apac Inti Corpora ialah, Poliklinik Perusahaan.
Dalam hal ini pemenuhan hak pekerja pada K3 sudah terpenuhi sesuai dengan Pasal 86 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa Setiap pekerja berhak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja atau K3, moral dan kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Pada pelaksanaan program K3 di Perusahaan Apac Inti Corpora dibentuk sesuai kebijakan pasal 86 ayat (2) yang menjelaskan bahwa Untuk melindungi keselamatan pekerja guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan Kerja.
Selanjutnya, tahapan pelaksanaan pelaporan program jaminan kecelakaan kerja yang dilakukan di Perusahaan Apac Inti Corpora sebagai berikut:
Gambar 6
Tata Cara Pelaporan Kecelakaan Kerja Atau Penyakit Akibat Kerja 63
Laporan Pertama: memberikan keterangan data atau bukti terkait kecelakaan kerja yang terjadi pada peserta kepada BPJS Ketenagakerjaan.
Faskes tingkat
pertama yaitu; Berikut data atau bukti yang harus
Faskes Rujuk
Poliklinik PT Apac diberikan sebagai berikut :
tingkat
selanjutnya.
Inti Corpora. Kartu Identitas Peserta BPJS TK, KTP Peserta, Surat Keterangan Dokter, Hasil Lab, dsb.
Laporan Kedua: Pihak BPJS akan melakukan verifikasi atas berkas dokumen atau bukti tersebut.
-Apabila lengkap, maka Pihak BPJS harus membayar klaim kepada Perusahaan atau Peserta BPJS Ketenagakerjaan sesuai jumlah yang digunakan.
-Apabila berkas belum lengkap, maka Pihak BPJS akan wajib memberitahukan kepada ahli waris atau Perusahaan untuk segera melengkapi berkas tersebut.
Sumber: Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu. Umi selaku Staff Personalia di PT. Apac Inti Corpora, Bawen, 11 November 2017.
Pada pelaksanaan pengaturan jaminan kecelakaan kerja yang dilaksanakan di PT. Apac Inti Corpora tidak terdapat kendala ataupun hambatan, selama pelaksanaan peraturan jamsostek sebagaimana diatur oleh UU SJSN terkait pada pelaksanaan pelaporan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja di Perusahaan.
3. Jaminan Kematian
63 Wawancara dengan Staff Personalia (Ibu. Umi) PT. Apac Inti Corpora, Bawen, 11 November 2017.
Tabel 8
Tentang Transisi Jaminan Kematian (JKM) 64
Masa transisi Jaminan Kematian (JKM)
No. Aspek
Jamsostek
BPJS Ketenagakerjaan
1 Iuran Besaran iuran JKM sebesar Besaran iuaran JKM
1. Santunan berupa uang.
1. Santunan berupa uang.
2. Beasiswa pendidikan anak sebanyak Rp. 12.000.000 (dua belas juta rupiah).
Sumber: Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Personalia PT. Apac Inti Corpora, Bawen, 29 September 2017.
Program Jaminan Kematian atau JKM awal dibentuk pada peraturan Jamsostek. Jamsostek membentuk program ini diperuntukkan sebagai upaya meringankan beban keluarga, baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun berupa uang. Pada saat peraturan BPJS Ketenagakerjaan program jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja terdapat penambahan manfaat pada kedua program JKK dan JKM, yaitu: Beasiswa pada pendidikan anak.
64 Loc. Cit., 29 November 2017.
Gambar 7
Tata Cara Perolehan dan Persyaratan Manfaat Beasiswa Pendidikan Anak
Dalam Program JKK Dan JKM 65
Dalam pengajuan beasiswa pendidikan anak, pihak ahli waris
Peserta BPJS wajib melengkapi dokumen Ketenagakerja
Pihak Perusahaan
wajib
sebagai berikut:
an (Pekerja)
melaporankan
1. Fotocopy Ahli waris, dunia.
meninggal
masa kepesertaan
tersebut (Status
2. Fotocopy KK,
Peserta) kepada BPJS
3. Kartu Pelajar,
Ketenagakerjaan.
4. Akte Kematian, 5. Surat kematian dari Rumah sakit
atau saksi, 6.Surat keterangan dari sekolah.
Pihak BPJS akan
Syarat-syarat
melakukan verifikasi
1. Kelengkapan data,
beasiswa pendidikan anak di
2. Membayar manfaat
ajukan langsung
beasiswa pendidikan
kepada BPJS
anak ke ahli waris atau
Ketenagakerjaan.
Perusahaan.
Sumber: Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu.Umi Selaku Staff Personalia di PT. Apac Inti Corpora, Bawen, 11 November 2017.
Terkait pada program Beasiswa pendidikan anak dalam pelaksanaan tata cara penyelenggaraan program Beasiswa Pendidikan Anak menjadi hambatan atau kendala yang dapat merugikan pekerja dalam sistem pelayanan BPJS Ketenagakerjaan.
65 Loc.Cit., 11 November 2017.
Berdasarkan Pasal (18)-(21) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor
26 Tahun 2015 tentang Tata cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian dan Jaminan Pensiun bagi P eserta Penerima Upah menyatakan bahwa “ Pengajuan manfaat beasiswa pendidikan anak pada program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian disebabkan apabila pekerja meninggal dunia atau cacat total tetap bukan akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja dan berhak mendapatkan manfaat beasiswa pendidikan anak dengan ketentuan sebagai berikut: Pekerja memiliki anak usia sekolah, umur anak pekerja maksimal 23 tahun, berlaku hanya untuk 1 (satu) orang anak, fotocopy kartu keluarga, surat keterangan dari sekolah atau perguruan tinggi, dan belum menikah. Selanjutnya, pengajuan manfaat beasiswa pendidikan anak dengan persyaratan tersebut diberikan kepada BPJS Ketenagakerjaan ”.
Terkait dengan tata cara perolehan dan persyaratan manfaat program beasiswa pendidikan anak sebagaimana telah diuraikan pada Gambar 7 terlihat banyak hal persyaratan yang tidak dimuat pada Pasal (18)-(21) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2015 tentang Tata cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian dan Jaminan Pensiun bagi Peserta Penerima Upah.
Sehingga pada pelaksanaan perolehan beasiswa pendidikan anak dapat menguras waktu yang cukup lama, serta ditambah dengan proses pelaporan masa aktif kepesertaaan mengenai status peserta dibutuhkan waktu tunggu yang cukup lama selama 1 (satu) bulan setelah peristiwa tersebut.
4. Jaminan Hari Tua
Tabel 9
Transisi Jaminan Hari Tua 66
Masa transisi Jaminan Hari Tua.
No. Aspek
Jamsostek
BPJS Ketenagakerjaan
1 Kepesertaan Pekerja sektor formal yang 1. Peserta penerima upah yang
ketentuan sebagai berikut:
bekerja pada pemberi kerja
1. Peserta berusia 55 tahun
selain penyelenggara negara. (lima puluh lima) tahun. 2. Peserta bukan penerima Upah.
Pencapaian manfaat pada program
3. Peserta
mengalami Jaminan Hari Tua adalah
cacat total tetap.
1. Peserta berusia 56 (lima puluh
4. Peserta
mengalami
enam) tahun. PHK pada saat menjadi 2. Meninggal dunia. anggota peserta JHT 3. Mengalami cacat total tetap.
sekurang-kurang
(lima) tahun, dan
5. Peserta pergi keluar
66 Loc.Cit., 29 September 2017
2 Manfaat
Berupa uang tunai.
Berupa uang tunai dan manfaat tambahan lainnya seperti: Fasilitas pembiayaan perumahaan pekerja dan atau manfaat lainnya yang diatur dalam Peraturan Menteri.
Sumber: Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak. Irkham selaku Kepala Personalia di PT. Apac Inti Corpora, Bawen, 29 September 2017
Program Jaminan Hari Tua (JHT) awal dibentuknya pada peraturan Jamsostek. Jamsostek membentuk program ini dengan tujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi, tabungan hari tua, dan untuk sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi pekerja dan keluarga akibat dari terjadi resiko-resiko sosial ekonomi.
Program JHT merupakan program yang dialihkan dari peraturan Jamsostek menjadi program peraturan BPJS Ketenagakerjaan. Kebijakan JHT yang ada pada peraturan Jamsostek masih berlaku sama dengan kebijakan peraturan BPJS Ketenagakerjaan. Namun pada peraturan BPJS Ketenagakerjaan terdapat manfaat layanan tambahan dan perubahan penetapan usia pensiun pada program jaminan hari tua (JHT).
Sebagaimana telah diuraikan pada tabel diatas, perihal manfaat layanan tambahan pada program JHT. Untuk jenis manfaat layanan tambahan berupa fasilitas pembiayaan perumahan sebagai berikut: Pinjaman Uang Muka Perumahan (PUMP), Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dan Pinjaman
Renovasi Perumahan (PRP). Dengan hal ini dapat disesuaikan dengan Pasal 4-7 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 35 Tahun 2016 tentang tata cara pemberian, persyaratan, dan jenis manfaat layanan tambahan dalam program jaminan hari tua yang menyatakan bahwa: Peserta t elah terdaftar sebagai peserta minimal 1 (satu) tahun, Perusahaan tempat bekerja tertib administrasi kepesertaan dan pembayaran iuran, belum memiliki rumah sendiri bagi berkepentingan untuk PUMP dan KPR, dan untuk PRP dikhusukan bagi peserta yang memiliki rumah yang akan direnovasi, Peserta aktif membayar iuran, telah mendapat persetujuan dari BPJS Ketenagakerjaan terkait persyaratan kepesertaan , d an memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku pada Bank Penyalur dan OJK. Dengan demikian pada pelaksanaan Jamsostek sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial, selama BPJS Ketenagakerjaaan dibentuk hingga tahun sekarang (2017) di Perusahaan Apac Inti Corpora belum ada yang mengikutkan diri pada program manfaat layanan tambahan Jaminan Hari Tua.
5. Jaminan Pemeliharan Kesehatan
Tabel 10
Masa Transisi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 67
Transisi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan No.
Aspek
Jamsostek
BPJS Kesehatan
67 Loc.Cit, 11 November 2017
1 Kepesertaan 1. Pekerja sektor formal
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan.
b. Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan
2 Manfaat Pelayanan kesehatan yang Pelayanan kesehatan pada program diberikan
oleh
BPJS jaminan kesehatan terdiri atas:
Kesehatan sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan pada
1. Pelayanan rawat jalan
fasilitas kesehatan tingkat
tingkat pertama.
pertama dan tingkat lanjutan,
2. Rawat jalan tingkat 2. Pelayanan gawat darurat,
lanjutan.
pelayanan obat, alat kesehatan,
3. Rawat inap.
dan sebagainya yang diatur
4. Pemeriksaan kehamilan
oleh
Peraturan BPJS
dan
pertolongan
Kesehatan Nomor 1 Tahun
persalinan.
2014 tentang Penyelenggaraan
5. Penunjang diagnostik.
Jaminan Kesehatan .
6. Pelayanan
gawat
darurat. Sumber: Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak. Irkham selaku Kepala Personalia di PT. Apac Inti Corpora, Bawen, 11 November 2017.
Tujuan dari pemeliharaan kesehatan adalah untuk meningkatkan produktivitas pekerja sehingga dapat melaksanakan sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan dibidang pengembangan (kreatif). Untuk itu pengusaha berkewajiban mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja, yang meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), Tujuan dari pemeliharaan kesehatan adalah untuk meningkatkan produktivitas pekerja sehingga dapat melaksanakan sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan dibidang pengembangan (kreatif). Untuk itu pengusaha berkewajiban mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja, yang meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),
mendapatkan pelayanan kesehatan. 68
Pelayanan jaminan pemeliharaan kesehatan diberikan kepada pekerja dan anggota keluarganya. Maksimum tiga orang anak dari peserta/ pekerja yang akan ditanggung oleh Jamsostek. Adapun standar paket pelayanan program jaminan pemeliharaan kesehatan meliputi pelayanan khusus dan pelayanan gawat darurat. Berbeda dengan program lain program jaminan pemeliharaan kesehatan ini tidak memberikan santunan atau bantuan dalam bentuk uang tunai (cash benefits), namun berbentuk pelayanan kesehatan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Jamsostek dibubarkan tanpa likuidasi dan BPJS sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menggantikan peraturan dari sebelumnya. BPJS melanjutkan penyelenggaraan program yang terdapat pada Jamsostek diantaranya Jaminan Kematian, Jaminan Kecelakaan kerja, Jaminan Hari tua dan Jaminan Kesehatan. Untuk program Jaminan Kesehatan merupakan pengalihan dari program jaminan pemeliharaan kesehatan yang diatur pada peraturan Jamsostek dan kemudian dialihkan pada peraturan BPJS Kesehatan.
68 Adrian Sutedi, Op.Cit., h. 194-196.
Terdapat banyak perubahan yang menguntungkan peserta BPJS. Terkhusus pada program jaminan kesehatan nasional yang pada pengaturan BPJS Kesehatan menyediakan jenis tambahan pelayanan kesehatan. Namun untuk kebijakan pada peraturan BPJS Kesehatan tidak menyediakan berupa santunan dikarenakan pada pengaturan BPJS Kesehatan membayar sejumlah uang yang dibutuhkan pada saat melakukan pelayanan atau perawatan kesehatan.
Gambar 8
Alur Pelayanan Kesehatan
Identitas
Faskes Rujuk Tingkat Pekerja/buruh.
Faskes Tingkat
Selanjutnya. •Kartu Peserta
Pertama
•Rumah Sakit Jaminan Sosial
Umum (Jamsostek) atau
•RJTP
•Rumah Sakit (BPJS)
•RSTP
Swasta
Sumber: Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu. Umi selaku Staff Personalia di PT. Apac Inti Corpora, Bawen, 11 November 2017.
Kedudukan faskes tingkat pertama pada Perusahaan Apac Inti Corpora adalah Poliklinik Perusahaan. Namun diluar kebijakan tersebut pekerja dapat menggunakan Puskesmas sebagai Faskes Tingkat Pertama (Faskes 1). Dan apabila terjadi emergeny atau gawat darurat pekerja dapat langsung menuju ke Faskes Rujuk Tingkat Selanjutnya yaitu Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Swasta. Dan untuk Faskes Rujuk Tingkat Selanjutnya di Perusahaan
Apac Inti Corpora bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ambarawa dan Rumah Sakit Swasta (RS Ken Saras).
2. Analisa dari hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian penulis di PT. Apac Inti Corpora dapat dianalisa secara keseluruhan mengenai pelaksanaan Jamsostek sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang dilaksanakan di Perusahaan Apac Inti Corpora. Perusahaan Apac Inti Corpora telah menjamin seluruh pekerja dan pengusaha pada program jaminan sosial. Dari mulai dibentuknya peraturan Jamsostek, Perusahaan telah mengikutsertkan seluruh pekerja dan pengusaha menjadi peserta Jamsostek. Disertai dengan peraturan Jamsostek yang mewajibkan seluruh Perusahaan ikut ditambah dengan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang sudah terlebih dahulu diterapkan oleh Perusahaan, dengan tujuan agar terjamin seluruh pekerja pada saat memasuki ruangan pekerjaannya dan setelah selesai melakukan pekerjaan.
Selanjutnya , ditahun 2010 Perusahaan Apac Inti Corpora bekerja sama dengan Asuransi Swasta yaitu Inhealth. Perusahaan Inhealth merupakan perusahaan terafiliasi dari Askes. Sebelum melakukan kerjasama dengan Perusahaan Inhealth, PT. Apac Inti Corpora sudah terlebih dahulu bekerja sama dengan PT. Askses di tahun 2005. Hingga pada masa perpindahan dari PT. Akses menjadi Inhealth tidak ditemukan adanya hambatan atau kendala karena ketentuan-ketentuan yang digunakan sama dengan sebelumnya.
Namun pada saat pelaksanaan Inhealth di Perusahaan Apac Inti Corpora diperuntukkan untuk kalangan golongan Kelas 2 (dua) keatas.
Terkait pengkelompokan kepesertaan di Perusahaan Apac Inti Corpora pada program jaminan pemeliharaan kesehatan PT. ASKES atau PT. Inhealth merupakan tindakan diskriminasi bagi kalangan pekerja yang berada di golongan II (dua) ke bawah sesuai dengan Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, serta Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menjelaskan bahwa setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Perusahaan Apac Inti Corpora telah melakukan tindakan diskriminasi terhadap pekerja yang bertentangan dengan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dan sesuai Pasal 116 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menegaskan bahwa perjanjian kerja bersama dibuat oleh serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja yang telah tercatat pada instasi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha. Dalam hal ini pihak yang berkaitan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) salah satunya merupakan serikat pekerja.
Serikat pekerja berfungsi sebagai wadah penting bagi para pekerja sebagai wahana untuk menciptakan kesejahteraan pekerja secara terbuka,
demokratis, dan berkeadilan. Sedangkan menurut ketentuan Pasal 4 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja menjelaskan bahwa Serikat Pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja dan keluarganya. Namun pada pelaksanaan peralihan pengaturan Jamsostek transisi dari BPJS Ketenagakerjaan, serikat pekerja tidak menjalankan fungsinya dengan benar dan tetap sesuai dengan Pasal 104 ayat (2) dan Pasal 102 ayat (2) Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Pasal 4 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja.
Asuransi Kesehatan Tambahan adalah asuransi komersial yang dibeli secara sukarela diluar asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib sesuai dengan Pasal (1) ayat 8 Peraturan Kesehatan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Koordinasi Manfaat dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional. Dan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya Perusahaan Apac Inti Corpora sudah melakukan kerjasama dengan asuransi kesehatan komersial sejak tahun 2005. Hingga terbentuknya pengaturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Perusahaan Apac Inti Corpora tetap melanjutkan perjanjian kerjasamanya dengan asuransi kesehatan komersial ialah, Inhealth. Dan di tahun 2016 Pemerintah mengeluarkan skema baru pada asuransi komersial yaitu Coordination of Benefit (CoB). Tujuan diselenggarakan Coordination of Benefit (CoB) adalah untuk memastikan peserta memperoleh haknya sebagai peserta asuransi sosial yang bersifat Asuransi Kesehatan Tambahan adalah asuransi komersial yang dibeli secara sukarela diluar asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib sesuai dengan Pasal (1) ayat 8 Peraturan Kesehatan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Koordinasi Manfaat dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional. Dan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya Perusahaan Apac Inti Corpora sudah melakukan kerjasama dengan asuransi kesehatan komersial sejak tahun 2005. Hingga terbentuknya pengaturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Perusahaan Apac Inti Corpora tetap melanjutkan perjanjian kerjasamanya dengan asuransi kesehatan komersial ialah, Inhealth. Dan di tahun 2016 Pemerintah mengeluarkan skema baru pada asuransi komersial yaitu Coordination of Benefit (CoB). Tujuan diselenggarakan Coordination of Benefit (CoB) adalah untuk memastikan peserta memperoleh haknya sebagai peserta asuransi sosial yang bersifat
Pada skema Coordination of Benefit (CoB) lebih menguntungkan peserta BPJS Kesehatan maupun peserta dari asuransi komersial karena jumlah premi yang akan ditanggung oleh peserta akan menjadi ringan dan tetap mendapatkan tambahan manfaat pada pelaksanaan Coordination of Benefit (CoB).
Terhadap ketetapan jumlah premi pada penggunaan skema Coordination of Benefit (CoB) dilakukan dengan cara Negosiasi antara Perusahaan Apac Inti Corpora dengan Inhealth sesuai dengan ketentuan Pasal
7 ayat (3) Peraturan Kesehatan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Koordinasi Manfaat dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional yang menyatakan bahwa BPJS Kesehatan dan Asuransi Kesehatan Tambahan dapat melakukan sosialisasi kepada peserta, fasilitas kesehatan, dan pihak-pihak lain yang terkait. Dalam artian bahwa negosiasi pada jumlah premi dapat dilakukan secara sosialisasi dengan ketentuan yang tidak bertentangan dengan aturan yang ditetapkan pada Pasal 9 Peraturan Kesehatan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Koordinasi Manfaat dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional.
Berkaitan dengan teori tentang kompensasi yang dikemukan oleh Rejda akan disesuaikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a. Teori Resiko Kerja Teori Resiko Kerja merupakan teori yang didasarkan pada asumsi
bahwa suatu perusahaan harus menyediakan biaya ketidakmampuan karyawannya untuk bekerja (akibat sakit atau cacat) ke dalam biaya produksinya atau mengganti hilangnya waktu kerja tersebut dalam bentuk harga produk yang lebih tinggi.
Menurut penulis kebijakan pada teori ini didasari dengan tujuan untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan pekerja yang diakibatkan oleh adanya resiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja, baik fisik maupun mental. Terkait hal tersebut maka diperlukan adanya Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK). Hal ini didasari oleh amanah dari Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), dan Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
Namun pada kebijakan teori ini memiliki beberapa kelemahan yang tidak sesuai dengan kebijakan pengaturan BPJS. Beberapa kelemahan pada kebijakan teori resiko kerja ialah, adanya asumsi bahwa biaya kecelakaan dapat diganti lebih dahulu dalam bentuk harga produk yang lebih tinggi, dan atau perbandingan antara prmbayaran tuntutan pekerja dengan jumlah kerugian yang dialaminya tidak sebanding.
Terkait kelemahan pada teori resiko kerja ini pada pelaksanaan pengaturan Jamsostek transisi dari BPJS Ketenagakerjaan sudah diatur
mengenai manfaat yang akan diperoleh pekerja apabila terjadi resiko kerja sesuai dengan Pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian yang menegaskan bahwa Peserta yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja berhak atas manfaat JKK. Manfaat JKK berupa pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis dan santunan berupa uang. Dalam hal ini semua kebijakan yang akan diperoleh peserta apabila terjadi sesuai dengan kebijakan teori resiko kerj, maka sudah dimuat melalui peraturan UU BPJS. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teori resiko kerja pada pelaksanaan pengaturan Jamsostek transisi dari BPJS Ketenagakerjaan tidak mencapai pada pengaturan BPJS.
b. Teori Biaya Rendah Teori Biaya Rendah merupakan landasan teori yang bertujuan
untuk meminimalkan ketidakmampuan mereka secara ekonomi akibat kecelakaan kerja.
Menurut penulis teori ini dapat digunakan sebagai pencapaian dalam pelaksanaan pengaturan Jamsostek transisi dari BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini di dasari dengan amanat dari Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan yang menjelaskan bahwa setiap pemberi kerja selain penyelenggara negara wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai Peserta dalam Menurut penulis teori ini dapat digunakan sebagai pencapaian dalam pelaksanaan pengaturan Jamsostek transisi dari BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini di dasari dengan amanat dari Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan yang menjelaskan bahwa setiap pemberi kerja selain penyelenggara negara wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai Peserta dalam
c. Teori Kompromi Sosial Teori Kompromi Sosial merupakan teori yang menyatakan bahwa
adanya kompensasi bagi pekerja yang memperlihatkan suatu keseimbangan antara pengorbanan yang dilakukan pekerja dengan keuntungan yang diperoleh Pengusaha.
Menurut penulis teori ini dapat digunakan sebagai pencapaian pelaksanaan pengaturan Jamsostek transisi dari BPJS ketenagakerjaan. Mengenai hal keseimbangan yang dimaksud pada kebijakan teori kompromi sosial pemaknaannya kurang tepat bagi pekerja. Dikarenakan bentuk kompensasi yang terdapat pada kebijakan teori kompromi sosial hanya keseimbangan untuk jaminan kesehatan dan jaminan kecelakaan kerja, melainkan pada Pasal (3) dan (5) Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menjelaskan bahwa Pemerintah membentuk BPJS untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian Menurut penulis teori ini dapat digunakan sebagai pencapaian pelaksanaan pengaturan Jamsostek transisi dari BPJS ketenagakerjaan. Mengenai hal keseimbangan yang dimaksud pada kebijakan teori kompromi sosial pemaknaannya kurang tepat bagi pekerja. Dikarenakan bentuk kompensasi yang terdapat pada kebijakan teori kompromi sosial hanya keseimbangan untuk jaminan kesehatan dan jaminan kecelakaan kerja, melainkan pada Pasal (3) dan (5) Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menjelaskan bahwa Pemerintah membentuk BPJS untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian
Perusahaan wajib mengikutsertakan seluruh pekerjanya untuk menjadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan agar dapat tercapai penuh kompensasi yang lebih dari ketentuan teori kompromi sosial. Dan keuntungan yang diperoleh Perusahaan pada kebijakan teori kompromi sosial disesuaikan dengan Pasal 99 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa Setiap pekerja dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga. Keuntungan yang akan diperoleh Perusahaan adalah untuk mengatasi dan meminimalkan resiko pada saat hubungan kerja maupun diluar hubungan kerja.
Berdasarkan teori-teori diatas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa teori biaya sosial rendah dan teori kompromi sosial dapat digunakan sebagai bentuk pencapaian pada pelaksanaan pengaturan Jamsostek transisi dari BPJS Ketenagakerjaan.
Pada pelaksanaan pengaturan Jamsostek transisi dari BPJS Ketenagakerjaan di Perusahaan Apac Inti Corpora sudah menjamin pekerja dengan bentuk perlindungan jaminan sosial. Dari pengaturan Jamsostek yang menyediakan program jaminan kecelakaan kerja, Pada pelaksanaan pengaturan Jamsostek transisi dari BPJS Ketenagakerjaan di Perusahaan Apac Inti Corpora sudah menjamin pekerja dengan bentuk perlindungan jaminan sosial. Dari pengaturan Jamsostek yang menyediakan program jaminan kecelakaan kerja,
Pada pengaturan BPJS Ketenagakerjaan terdapat perubahan yang lebih menguntungkan bagi penikmatnya, contohnya pada pengaturan program Jaminan Kecelakaan Kerja memperoleh manfaat berupa pelayanan kesehatan medis sesuai kebutuhan dan santunan berupa uang. Mengenai santunan berupa uang yang diperoleh akan pekerja apabila terjadi kecelakaan kerja atau penyakit akibat hubungan kerja meningkatnya jumlah santunan yang diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Dengan hal ini, maka dapat disimpulkan bahwa Perusahaan Apac Inti Corpora telah menjamin seluruh pekerjanya melalui program BPJS Ketenagakerjaan.
Berdasarkan Pasal 14 Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh Pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan independen. Dan objek pengawasan ketenagakerjaan adalah Perusahaan yang berbadan hukum atau tidak Berdasarkan Pasal 14 Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh Pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan independen. Dan objek pengawasan ketenagakerjaan adalah Perusahaan yang berbadan hukum atau tidak
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau disingkat Depnakertrans berfungsi sebagai pengawas ketenagakerjaan. Mengenai pengawas ketenagakerjaan di Perusahaan Apac Inti Corpora setiap bulannya dilaksanakan pengawasan ketenagakerjaan, akan tetapi fokus besar Depnakertrans hanya tertuju pada bagian Tenaga Kerja Asing (TKA). Dan untuk objek pengawasan ketenagakerjaan masih belum terlaksana oleh pengawas ketenagakerjaan di Perusahaan Apac Inti Corpora. Namun pada Pasal 176 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
bahwa pengawasan ketenagakerjaan dilaksanakan untuk menjamin pelaksanaan peraturan Ketengakerjaan.
Ketenagakerjaan
menjelaskan
Dengan demikian fungsi atau tugas dari Pengawasan ketenagakerjaan merupakan unsur penting dalam perlindungan tenaga kerja sekaligus sebagai upaya penegakan hukum ketenagakerjaan secara menyeluruh. Dapat dikatakan unsur penting sebab peran dari pengawasan ketenagakerjaan sangat dibutuhkan untuk memudahkan proses pencapaian pelaksanaan BPJS Ketenagakerjaan.
Negara membentuk perlindungan hukum bagi seluruh pekerja di Indonesia. Dengan tujuan agar dapat terjamin berlangsungnya sistem hubungan kerja secara harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari pihak Negara membentuk perlindungan hukum bagi seluruh pekerja di Indonesia. Dengan tujuan agar dapat terjamin berlangsungnya sistem hubungan kerja secara harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari pihak
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan kerja yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja [Pasal 11 ayat (1)].
Kewajiban dan hak pekerja adalah memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja, memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan, memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan, meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan, menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat K3 serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya (Pasal 12).
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan menaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan (Pasal 13).
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi,
mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam
Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan (Pasal 5). Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha (Pasal 6). Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan dan pengembangan kompetensi pekerja melalui pelatihan kerja dan setiap pekerja
memiliki kesemapatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya [Pasal 12 ayat (1) dan (3)].
Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya [Pasal 67 ayat (1)].
Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, perlakukan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama [Pasal 86 ayat (1)].
Setiap pekerja dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja [Pasal 99 ayat (1)].
Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja dan keluarganya, pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan. Dan penyediaan fasilitas kesejahteraan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan perusahaan [Pasal 100 ayat (1) dan (2)].
Setiap pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja [Pasal 104 ayat (1)]. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan. Dan tidak
berlaku bagi apabila perusahaan telah membentuk perjanjian kerja bersama (Pasal 108).
Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan independen guna
menjamin
perundang-undangan ketenagakerjaan (Pasal 176).
pelaksanaan
peraturan
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan. Tujuan pembentukan pembangunan Kesehatan adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kesehatan,
mendayagunakan tenaga kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat, memberikan perlindungan kepada masyarakat dalam menerima penyelenggaraan upaya kesehatan, dan memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan Tenaga kerja (Pasal 3).
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan, baik dalam jumlah, jenis, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan pembangunan kesehatan (Pasal 13).
7. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Salah satu tujuan pembentukan SJSN adalah untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap
peserta dan anggota keluarganya (Pasal 3). Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan
pekerjanya sebagai peserta kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sesuai dengan program jaminan sosial yang diikutsertkan [Pasal 3 ayat (1)].
Pemerintah secara bertahap mendaftarkan Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebagai peserta kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
PBI adalah fakir miskin dan orang tidak mampu [Pasal 14 ayat (1) dan (2)].
Setiap peserta berhak memperoleh manfaat dan informasi tentang
pelaksanaan program jaminan sosial yang diikuti (Pasal 16).
8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Pemerintah membentuk BPJS dengan tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar
hidup yang layak bagi setiap peserta dan atau anggota keluarganya (Pasal 3).
BPJS dibentuk menjadi dua kelompok yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan [Pasal 5 ayat (2)].
BPJS bertugas untuk melakukan dan atau menerima pendaftaran peserta, menerima bantuan iuran dari pemerintah, mengelola dan
jaminan sosial untuk kepentingan peserta, mengumpulkan dan jaminan sosial untuk kepentingan peserta, mengumpulkan dan
Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial sesuai dengan program jaminan sosial yang diikutsertkan (Pasal 14).