Tinjauan Tentang Tradisi

4. Tinjauan Tentang Tradisi

a. Pengertian Tradisi

Tradisi sebagai bagian dari kebudayaan memiliki beberapa pengertian.

terdahulu. Tradisi berasal dari bahasa inggris “Traditium” yang berarti “it is anything which is transmitted or handed down from the past to the present” (Edward Shils, 1981:12). Tradisi sebagai “adat kebiasaan turun-menurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat, dan penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar” (Anton Moeliono, 1996:1069). Hal tersebut berarti bahwa tradisi merupakan suatu kebiasaan yang terus-menerus dijalankan sampai sekarang yang berasal dari nilai-nilai dan kesepakatan bersama dalam masyarakat.

Dari pengertian tersebut tradisi adalah sesuatu yang diberikan atau diteruskan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini. Tradisi yang diturunkan tersebut memuat segala hal baik yang bersifat benda material, kepercayaan, pandangan-pandangan, praktek-praktek dan lembaga-lembaga. Tradisi tidak bersifat statis namun bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman oleh masyarakat pendukungnya.

Pengertian tradisi berasal dari perkataan lain “tradition” yang berarti penyerahan, dan penyerahan tersebut adalah pengetahuan tentang prinsip-prinsip yang tertinggi (Nyoman Bharata, 1982: 22). Sehubungan dengan masalah tersebut

”Tradisi adalah suatu pengetahuan atau ajaran yang diturunkan dari masa kemasa yang memuat tentang prinsip universal yang digambarkan menjadi kenyataan dan kebebasan relatif. Dengan demikian segala kebenaran dan kenyataan dalam alam yang lebih rendah adalah peruntukan (aplication) dari prinsip universal” (Hardjono, 1975: 23).

Pendapat lainnya menyatakan bahwa “tradisi” adalah suatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial (Ariyono Suyono, 1985: 4).

Tradisi merupakan pewarisan atau penerusan norma-norma, adat-istiadat, kaidah-kaidah dan pewarisan harta kekayaan (Van Peursen 1978: 11). Pengertian lain dari tradisi adalah sesuatu budaya yang didalam melakasanakan hak seseorang berdasarkan aturan-aturan yang pernah dilakukan oleh generasi Tradisi merupakan pewarisan atau penerusan norma-norma, adat-istiadat, kaidah-kaidah dan pewarisan harta kekayaan (Van Peursen 1978: 11). Pengertian lain dari tradisi adalah sesuatu budaya yang didalam melakasanakan hak seseorang berdasarkan aturan-aturan yang pernah dilakukan oleh generasi

“Kebudayaan sebagai: (1) suatu sistem keteraturan dari makna dan simbol- simbol, yang dengan makna dan simbol tersebut individu-individu mendefinisikan dunia mereka, mengekspresikan perasaan-perasaan mereka, dan membuat penilaian mereka; (2) suatu pola makna-makna yang ditransmisikan secara histories yang terkandung dalam bentuk-bentuk simbolik tersebut manusia berkomunikasi, memantapkan, dan mengembangkan pengetahuan mereka mengenai dan bersikap terhadap kehidupan; (3) suatu peralatan simbolik bagi mengontrol perilaku, sumber- sumber ekstrasomatik dari informasi; dan (4) oleh karena kebudayaan adalah suatu sistem simbol, maka proses kebudayaan harus dipahami, diterjemahkan, dan diinterpretasi”(Clifford Geertz dalam Achmad Fedyani, Saifuddin, 2005:288).

Tradisi dalam masyarakat tidak akan pernah muncul tanpa adanya kesepakatan dan kebersamaan pendukungnya, baik langsung maupun tidak langsung. Kebersamaan dalam masyarakat dilaksanakan dalam berbagai bidang sosial maupun keagamaan. Dengan didasari suatu keyakinan bersama menimbulkan suatu kebisaaan dalam masyarakat.

“Cultural sociology involves a critical analysis of the words, artifacts and symbols which interact with forms of social life, whether within subcultures or societies at large. For Simmel, culture referred to "the cultivation of individuals through the agency of external forms which have been objectified in the course of history" (www.wikipedia.com).

Maksud dari kutipan di atas yaitu :

“Sosiologi budaya melibatkan analisis kritis dari kata-kata, artefak dan simbol-simbol yang berinteraksi dengan bentuk-bentuk kehidupan sosial, “Sosiologi budaya melibatkan analisis kritis dari kata-kata, artefak dan simbol-simbol yang berinteraksi dengan bentuk-bentuk kehidupan sosial,

Nilai-nilai tradisi dalam masyarakat tetap dipertahankan pendukungnya. Oleh karena itu, nilai dalam tradisi merupakan sarana dalam pembentukan norma kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai tradisi sebagai salah satu unsur kebudayaan yang penting, tidak lepas dari pembaharuan dan perubahan, proses perubahan sosial atau kebudayaan masyarakat akan menunjang perkembangan kebudayaan itu sendiri. Perubahan tersebut dapat dikarenakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan tuntutan masyarakat.

Kelangsungan tradisi dalam suatu kelompok masyarakat biasanya sangat tergantung pada masyarakat pendukungnya. Tradisi dapat bertahan selama masih mampu menyelaraskan diri dengan perkembangan zaman serta dipandang masih berguna dalam kehidupan masyarakat. Berbagai kondisi dan situasi yang berkembang dalam masyarakat akan mempengaruhi eksistensi suatu tradisi. Masyarakat pendukungnyalah yang pada akhirnya akan menentukam tradisi tersebut akan bertahan atau malah ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya.

Hal tersebut berarti bahwa tradisi merupakan suatu kebisaaan yang terus- menerus dijalankan sampai sekarang yang berasal dari nilai-nilai kesepakatan bersama dalam masyarakat.

Dalam suatu masyarakat unsur-unsur yang tradisi yang dianggap tidak sesuai dengan kebudayaan masyarakat akan diubah, disesuaikan atau diganti. Apabila salah satu unsur dari tradisi tersebut tidak sesuai dengan perkembanmgan zaman dan kebutuhan masyarakat biasanya akan dihilangkan atau diganti sesuai dengan perkembangan zaman.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi adalah suatu kebisaaan yang secara turun-temurun diwariskan dari satu generasi ke genarasi berikutnya yang memuat berbagai hal yang menyangkut pedoman hidup bermasyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari yang namanya aturan atau norma. Hal tersebut karena, hakikat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan orang lain. Pedoman dan batasan tersebut biasa disebut dengan nilai. Nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak yang berarti keberhargaan atau kebaikan. Setiap perilaku individu dalam masyarakat pasti diatur oleh Undang-Undang yang berlaku dan dijalankan oleh masyarakat. Norma bagian dari etika. “Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok” (Burhanuddin Salam, 1997:1).

Pendapat lain mengemukakan “etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran” (Magnis Suseno dalam Burhanuddin Salam, 1997:1). Etika bertujuan membantu manusia bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan, karena setiap perbuatan muncul dari keputusan pribadi yang bebas dan berani mempertanggungjawabkan segala perbuatan karena ada alasan yang kuat mengapa seseorang bertindak baik secara moralitas maupun tidak dengan moralitas.

Tidak mudah untuk menjelaskan apa itu suatu nilai. Dapat dikatakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang menarik, sesuatu yang di cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan. “Nilai adalah sesuatu yang kita iakan atau kita aminkan” (K. Bertens, 1993:139).

1) Pengertian Nilai Dalam hidupnya, manusia menggunakan nilai sebagai tolak ukur atau

pedoman dan tuntunan dalam hidup bermasyarakat. Nilai tersebut berfungsi sebagai pengarah dan pendorong seseorang dalam melakukan suatu perbuatan. Nilai dapat menimbulkan suatu tekad bagi manusia yang diwujudkan atau diungkapkan dalam perbuatan sehari-harinya. Tallcott Parsons seperti yang dikutip oleh HM. Arifin mengungkapkan bahwa “nilai adalah suatu pola normatif,

bagiannya” (1993:141). Nilai lebih mengutamakan berfungsinya pemeliharaan pola dari sistem sosial. Secara sempit, nilai adalah sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari dan segala sesuatu tentang yang baik dan buruk. Nilai tampak sebagai ciri individu maupun masyarakat yang relatif lebih stabil dan berkaitan dengan sifat kepribadian dan pencirian budaya. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa nilai adalah sesuatu yang dicari dan diinginkan oleh manusia sebagai subyek menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman serta dianut masyarakat secara kolektif dan pribadi-pribadi secara perseorangan yang berpengaruh pada pemilihan cara ataupun tujuan tindakan dari beberapa alternatif.

“Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat” (Koentjaraningrat, 2000:190). Nilai-nilai tersebut telah masuk dan meresapi sebagian besar masyarakat sejak kecil. Nilai tersebut telah hidup dan mengakar kuat dalam jiwa-jiwa mereka dan menjadi pedoman tertinggi bagi sikap dan perilaku sebagian besar warga masyarakat. Hal tersebutlah yang menyebabkan nilai-nilai budaya dalam masyarakat sulit diganti atau dirubah.

Sedangkan “sistem nilai budaya adalah suatu rangkaian dari konsepsi- konsepsi abstrak suatu masyarakat, tentang apa yang dianggap penting dan berharga dan apa yang dianggap tidak penting dan tidak berharga sebagai pedoman kelakukan dan tata kelakuan” (Darsono Wisadirana, 2004:38). Jadi, nilai mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena mengandung standar normatif yaitu berperilaku baik dalam hubungannya dengan kehidupan sosial masyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan selalu berkaitan dengan perasaan, moral, kepribadian dan kebudayaan. Nilai senantiasa mempengaruhi segala sikap dan perilaku manusia di dalam kehidupan bermasyarakat yang berfungsi sebagai berikut:

a) sebagai petunjuk arah dalam bersikap dan bertindak bagi warga a) sebagai petunjuk arah dalam bersikap dan bertindak bagi warga

d) sebagai tolak ukur terhadap sesuatu.

2) Ciri-Ciri Nilai Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menjelaskan apa itu nilai

adalah dengan memperbandingkannya dengan fakta. Fakta maksudnya sesuatu yang ada atau berlangsung begitu saja, sedangkan nilai yaitu sesuatu yang berlaku, sesuatu yang memikat atau menghimbau kita. Nilai berkaitan dengan penilaian seseorang dan fakta menyangkut ciri-ciri obyektif saja.

Ciri-ciri nilai : Nilai berkaitan dengan subyek. Apabila tidak ada subyek yang menilai, maka tidak ada nilai juga.

a) nilai tampil dalam suatu konteks praktis, dimana subyek ingin membuat sesuatu.

b) nilai-nilai menyangkut sifat-sifat yang ditambah oleh subyek pada sifat-sifat yang dimiliki oleh obyek (K. Bertens, 1993:141).

3) Sumber-Sumber Nilai Kebudayaan sendiri terdiri dari gagasan-gagasan, simbol-simbol dan nilai-

nilai sebagai hasil karya dan perilaku manusia. Nilai-nilai tersebut kemudian membentuk suatu sistem nilai yang merupakan nilai inti dari masyarakat yang dijunjung tinggi dan diikuti oleh setiap individu atau kelompok yang menjadi salah satu faktor penentu untuk berperilaku. Dengan demikian, sumber nilai dalam masyarakat berasal dari kristalisasi nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat yang dianut dan menjadi pedoman bagi masyarakat.

Manusia sebagai makhluk yang lemah, dan berada dalam ketidakpastian arah hidup membutuhkan suatu pegangan dalam hidupnya. Agama sebagai salah satu dari tujuh unsur kebudayaan menjadi suatu pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan dan dengan alam Manusia sebagai makhluk yang lemah, dan berada dalam ketidakpastian arah hidup membutuhkan suatu pegangan dalam hidupnya. Agama sebagai salah satu dari tujuh unsur kebudayaan menjadi suatu pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan dan dengan alam

a) Sistem nilai kultural yang senada dan senafas dengan Islam.

b) Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.

c) Sistem nilai yang bersifat psikologis dari msing-masing individu yang di dorong oleh fungsi-fungsi psikologisnya untuk berperilaku secara terkontrol oleh nilai yang menjadi sumber rujukannya yaitu Islam.

d) Sistem nilai tingkah laku dari makhluk (manusia) yang mengandung interrelasi atau interkomunikasi dengan lainnya. Tingkah laku ini timbul karena adanya tuntutan untuk mempertahankan hidup yang banyak diwarnai oleh nilai-nilai motivatif dalam diri individu.

4) Macam-Macam Nilai Nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan manusia yaitu:

a) Nilai Religius Merupakan suatu jenis nilai manusiawi dalam kehidupan manusia yang nyata dan terwujudkan dalam: (1) Pemujaan, yaitu kepercayaan kepada Tuhan yang diwujudkan

dengan sesuatu tindakan. (2) Pengakuan, yaitu adanya perasaan bahwa dirinya merupakan

bagian atau anggota dalam suatu masyarakat. (3) Persaudaraan, yaitu perasaan yang diperoleh dari pergaulan dengan

suatu kelompok keagamaan. (4) Kepastian, yaitu keyakinan akan adanya Tuhan. (5) Harapan, yaitu keyakinan bahwa kebaikan akan mengalahkan

kejahatan atau kehidupan akhirat yang kekal dan bahagia (The Liang Gie,1982:168).

apapun. Semua manusia yang beragama yakin dan percaya pada ajaran agama yang merupakan petunjuk yang diberikan oleh Tuhan. Manusia sebagai hamba wajib untuk taat dan tunduk pada aturanNya. Nilai tersebut kemudian dijadikan dasar atau pijakan dalam mencapai tujuan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.

b) Nilai Etis Nilai etis merupakan wujud dari perilaku manusia sehari- harinya, misalnya: kearifan, keberanian, keadilan, kejujuran, pengendalian diri, kesederhanaan, kesetiaan, dsbnya.

c) Nilai Intelektual Nilai intelektual mencakup nilai-nilai dari pengetahuan dan pencarian kebenaran seperti kebenaran ilmiah.

d) Nilai Estetis Nilai estetis mencakup sesuatu yang agung, indah, elok, dsbnya. Sistem nilai budaya di dunia ini menunjuk pada lima masalah pokok dalam kehidupan manusia (C. Kluckhon dalam Koentjaraningrat, 2000:190). Kelima masalah tersebut adalah sebagai berikut:

a) Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia (MH)

b) Masalah mengenai hakekat dari karya manusia (MK)

c) Masalah mengenai hakekat dai kedudukan manusia dalam ruang waktu (MW)

d) Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya (MA)

e) Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya (MM)

Untuk lebih jelasnya akan diterangkan dalam tabel berikut ini:

Masalah dasar dalam hidup

Orientasi nilai budaya Hakekat Hidup (MH) Hidup itu buruk Hidup itu baik

Hidup itu buruk, tapi manusia

wajib berikhtiar

supaya hidup itu menjadi baik

Hakekat karya (MK) Karya itu untuk

nafkah hidup

Karya itu untuk kedudukan, kehormatan, dsbnya.

Karya itu untuk menambah karya

Persepsi

manusia

tentang waktu (MW)

Orientasi

ke

masa depan

Orientasi ke masa lalu

Orientasi ke masa depan

Pandangan manusia terhadap alam (MA)

Manusia tunduk kepada

alam

yang dahsyat

Manusia berusaha menjaga keselarasan dengan alam

Manusia berhasrat menguasai alam

Hakekat hubungan antara

manusia

dengan sesamanya (MM)

Orientasi kolateral (horizontal), rasa ketergantungan pada sesamanya (berjiwa gotong royong)

Orientasi vertikal, rasa ketergantungan kepada

tokoh-

tokoh atasan dan berpangkat

Individualisme menilai tinggi usaha atas kekuatan sendiri

Tabel 1. Kerangka Kluckhon mengenai lima masalah dasar dalam hidup

yang menentukan

orientasi

nilai

budaya manusia

(Koentjaraningrat, 2000:194).

Nilai merupakan suatu pedoman yang diturunkan dari generasi satu ke generasi berikutnya yang berkembang dan hidup yang dianut oleh masyarakat. Tanpa adanya suatu pewarisan niscaya nilai-nilai budaya yang adiluhung tersebut tidak akan ada sampai saat ini. Dalam proses pewarisan tersebut kebudayaan mempunyai peranan penting karena kebudayaan mempunyai tiga (3) wujud sebagai berikut:

a) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai- nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

b) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

c) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat 2000:186).

Ketiga wujud kebudayaan tersebut dapat dipelajari masyarakat dari apa yang terdapat dalam tradisi padusan yang kesemuanya dari hal-hal tersebut terdapat nilai-nilai adiluhung yang dahulu menjadi pedoman hidup nenek moyang. Oleh sebab itu, tradisi padusan harus terus dilestarikan agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak musnah seiring perkembangan zaman.

Nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi merupakan sarana pembentukan norma dalam masyarakat. “Tradisi atau adat dalam empat tingkat yaitu: 1) Tingkat nilai budaya, 2) Tingkat norma khusus, 3) Tingkat hukum, dan 4) Tingkat aturan khusus” (Koentjaraningrat, 2002:11), ke-empat tingkat tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:

Tingkat nilai budaya yaitu berupa ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat, dan bisaanya berakar pada emosi dari dalam jiwa manusia. Misalnya gotong royong atau sifat kerjasama berdasarkan solidaritas yang besar.

Tingkat norma khusus berupa nilai budaya yang sudah terkait dengan peranan masing-masing anggota masyarakat dalam lingkungannya. Peranan manusia dalam kehidupannya sangat banyak, dan manusia akan berubah peranan dari waktu ke waktu. Dalam suatu kebudayaan jumlah norma lebih banyak bila dibanding dengan jumlah nilai budayanya. Misalnya peranan orang tua dan anak Tingkat norma khusus berupa nilai budaya yang sudah terkait dengan peranan masing-masing anggota masyarakat dalam lingkungannya. Peranan manusia dalam kehidupannya sangat banyak, dan manusia akan berubah peranan dari waktu ke waktu. Dalam suatu kebudayaan jumlah norma lebih banyak bila dibanding dengan jumlah nilai budayanya. Misalnya peranan orang tua dan anak

Tingkat aturan khusus berupa aturan yang mengatur kegiatan-kegiatan yang terbatas ruang lingkupnya dalam masyarakat dan bersifat kongkit. Aturan- aturan khusus ini bersifat konkret dan terkait dalam sistem hukum. misalnya sopan santun.