Ciri-Ciri Kehidupan Masyarakat Desa

b. Ciri-Ciri Kehidupan Masyarakat Desa

Pada umumnya penduduk desa hidup dari pertanian, pekerjaan disamping pertanian hanya merupakan pekerjaan sambilan saja. Bila ditinjau dari segi kehidupan sangat terikat dan tergantung pada tanah. Mata pencaharian masyarakat pedesaan selain bertani yang merupakan pekerjaan utama juga ada yang menjadi Pada umumnya penduduk desa hidup dari pertanian, pekerjaan disamping pertanian hanya merupakan pekerjaan sambilan saja. Bila ditinjau dari segi kehidupan sangat terikat dan tergantung pada tanah. Mata pencaharian masyarakat pedesaan selain bertani yang merupakan pekerjaan utama juga ada yang menjadi

Peran seluruh anggota keluarga sangat penting. Terdapat pembagian pekerjaan antara pria dan wanita. Pembagian tersebut merupakan pembagian menurut kodratnya dari kebutuhan sosial ekonomi, kaum pria melakukan pekerjaan untuk melakukan kebutuhan sosial, sedangkan wanita harus menanggung kebutuhan ekonomi keluarga.

Tiap masyarakat desa di Indonesia pada umumnya mengenal sistem saling membantu dengan istilah yang berbeda dari masing-masing tempat. Masalah pemanfaatan tenaga bantuan tidak terbatas pada pengolahan lahan saja. Pada musim panen disamping tenaga yang bersumber dari keluarga atau tetangga, mereka harus menggunakan tenaga kerja lain yang dibayar dengan upah tertentu. Hal ini dapat melahirkan kelompok buruh tani yang menjual tenaganya saja. Di antara buruh tani yang menjual tenaga tersebut ada yang hidup sebagai buruh musiman (migrant labors) atau kelompok tenaga kerja yang berpindah-pindah dari satu desa ke desa lain mengikuti musim panen atau kesempatan kerja yang terbuka. Dalam kehidupan masyarakat tidak lepas dari sistem nilai budaya.

”Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga sesuatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat tadi” (Koentjaraningrat, 2000:190).

Sistem nilai budaya berpangkal pada lima masalah pokok dalam kehidupan manusia yang bersifat universal Masalah hakikat hidup manusia, Sistem nilai budaya berpangkal pada lima masalah pokok dalam kehidupan manusia yang bersifat universal Masalah hakikat hidup manusia,

1) Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia

2) Masalah hakikat karya manusia, ada kebudayaan yang mengganggap bahwa kebudayaan manusia pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan hidup, selain itu ada yang memandang hakekat dari karya manusia itu untuk memberikannya kedudukan dan kehormatan dalam masyarakat. Ada juga yang menganggap hakekat dan karya manusia sebagai suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebuh banyak lagi.

3) Masalah hakikat dan kedudukan manusia dalam ruang dan waktu. Kebudayaan yang memandang penting dalam kehidupan manusia masa lampau yang akan diambil sebagai pedoman dalam kelakuannya. Sebaliknya ada pula yang mempunyai pandangan waktu yang sempit ataupun orientasi pada masa kini mereka hidup pada masa keadaan sekarang selain berpandangan terhadap masa depan.

4) Masalah hakikat Hubungan Manusia Dengan Alam. Pandangan manusia tunduk pada alam dan sebaliknya ada yang berpandangan bahwa manusia berhasrat menguasai alam. Selain itu ada yang menganggap bahwa manusia berusaha menjaga keselarasan dengan alam.

5) Hakikat Hubungan Manusia Dengan Sesama (Klukhon dalam Koentjaraningrat, 2000:191).

Sistem nilai budaya terperinci dalam norma-norma yang merupakan tata kelakuan dan pedoman untuk sebagian besar dari tindakan manusia dalam msyarakat. Bentuk nyata dari norma-norma itu bermacam-macam diantaranya adat istiadat, peraturan-peraturan, sopan santun pergaulan dan sebagainya. Norma atau aturan dibuat atas kesepakatan bersama dan bersifat mengikat.

Ada kebudayaan yang mementingkan hubungan vertikal antara manusia Ada kebudayaan yang mementingkan hubungan vertikal antara manusia

Masyarakat desa mempunyai ciri khusus yaitu sebagai masyarakat yang beradat, bertutur dan berkerohanian. Masyarakat desa sebagai masyarakat yang beradat artinya mereka mempunyai ketaatan dan kepatuhan pada adat istiadat yang berlaku di desanya. Keterikatan terhadap tradisi menyebabkan masyarakat desa sebagai masyarakat bertutur yaitu memegang teguh tradisi lisan. Kebisaaan bertutur dan bercerita secara lisan membuktikan adanya cerita rakyat yang menyangkut kejadian-kejadian dalam masyarakat. Masyarakat desa juga masyarakat yang berkerohananian yang artinya mereka pada dasarnya mempunyai perhatian pada masalah yang berhubungan dengan kerohanian, kebatinan dan kepercayaan.

Kegiatan sosial merupakan kegiatan integratif terpenting bagi kehidupan budaya. Masyarakat terikat satu sama lain berdasarkan relasi sosial yaitu melalui ikatan keluarga, letak geografis dan iman kepercayaan. Sebagian besar kehidupan orang desa cenderung mengarah ke kerjasama dan tolong-menolong yang berlaku dalam masyarakat pedesaan. Untuk daerah Jawa Tengah gotong royong disebut sambatan . Istilah sambatan berasal dari kata sambat yang artinya meminta bantuan. Gotong royong dalam pertanian bisaanya hanya dilakukan untuk perbaikan pematang dan saluran air, sedangkan untuk pekerjaan memanen padi digunakan tenaga buruh yang diberi upah (Koentjaraningrat, 1984:43).

Pengetahuan pertanian dan religius atau mistis saling terkait satu sama lain. Keyakinan petani akan adanya dewa-dewa kesuburan ataupun dewa perusak sangat kuat. Secara rinci berikut ini dikemukakan ciri khas kehidupan masyarakat desa sebagai berikut:

1) Mereka mempunyai sifat homogenitas dalam hal mata pencaharian, nilai- nilai dalam kebudayaan serta sikap dan tingkah laku.

2) Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi artinya semua anggota keluarga turut bersama-sama terlibat 2) Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi artinya semua anggota keluarga turut bersama-sama terlibat

3) Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada misalnya keterikatan masyarakat dengan tanah atau desa kelahiran.

4) Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada di kota serta jumlah keluarga dari keluarga inti lebih banyak (Roucek dan Warren dalam Jefta Leibo, 1995: 225) Komunitas desa berdasarkan teknologi usaha tani menjadi dua bagian

yaitu: (a) desa-desa berdasarkan pada bercocok tanam di ladang, (b) desa-desa yang berdasarkan pada bercocok tanam di sawah. Desa yang berdasarkan cocok tanam di ladang sebagian besar terdapat di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa tenggara, Maluku. Desa yang termasuk bercocok tanam di sawah terutama terdapat di pulau Jawa, Bali, Lombok, Madura. Kehidupan mayoritas bekerja dalam sektor pertanian. Dalam mengerjakan tanah pertanian, petani mengerjakan tiga macam tanah yaitu: (a) kebun kecil yang terletak di sekitar rumah, (b) tanah pertanian kering yang digarap dengan menetap tanpa irigasi, (c) tanah pertanian basah yang telah diirigasi (Koentjaraningrat, 1984: 1).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan ciri masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang lapangan geraknya mendiami daerah tertentu dan adanya ikatan adat serta pengendalian sosial yang kuat. Saling mengenal antara yang satu dengan yang lainnya, terikat berdasarkan ikatan perasaan yang sama, tidak membedakan suku maupun adat istiadat dan diikat oleh rasa kekeluargaan yang penuh dengan keakraban. Masyarakat pedesaan tercipta dari kumpulan pendukuhan dan telah mengikatkan diri dalam perkumpulan masyarakat desa.