FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

A. Keadaan Geografi

1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Wonogiri dengan luas daerah 182.236,02 ha yang berada

32 km di sebelah selatan Kota Solo, sementara jarak ke ibukota propinsi (Kota Semarang) sejauh 133 km. Dengan wilayah dataran, pegunungan maupun pantai. Wilayah pegunungan memanjang dari sisi selatan sampai ke timur yang juga merupakan wilayah yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur. Disamping itu, sisi selatan juga memiliki wilayah pantai Samudera Indonesia.

Kabupaten Wonogiri terletak pada garis lintang 7º 32’ - 8º 15’ Lintang Selatan dan garis bujur 110º 41’ - 111º 18’ Bujur Timur. Keadaan alamnya sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping, terutama di bagian Selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang merupakan mata air dari Bengawan Solo.

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut : Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan dan Samudera Indonesia Sebelah Utara : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo Sebelah Barat : Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Topografi Daerah Wilayah Kabupaten Wonogiri terletak pada ketinggian mulai dari 101 meter diatas permukaan laut sampai dengan ketinggian 601 meter di atas permukaan laut. Perincian pembagian wilayah di Kabupaten Wonogiri menurut ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 4.

2010 No. Kecamatan

Tinggi dari Permukaan Air Laut

Selogiri Wonogiri Nguntoronadi Baturetno Wuryantoro Eromoko Giriwoyo Tirtomoyo Giritontro Paranggupito Bulukerto Manyaran Ngadirojo Jatipurno Puhpelem Pracimantoro Batuwarno Purwantoro Sidoharjo Kismantoro Jatisrono Slogohimo Girimarto Jatiroto Karangtengah

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

Berdasarkan data tersebut, mayoritas wilayah Kabupaten Wonogiri terletak pada ketinggian antara 101 – 200 mdpl yang meliputi 11 kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Wonogiri ada beberapa macam, mulai dari litosol, regosol sampai dengan grumusol beserta asosiasi perubahannya. Macam tanah di Kabupaten Wonogiri juga berasal dari bahan induk yang beranekaragam baik dari endapan, batuan maupun volkan. Kondisi tanah yang demikian mengakibatkan penganekaragaman penggunaan tanah yang berbeda pula.

3. Keadaan Iklim dan Curah Hujan Kabupaten Wonogiri memiliki iklim tropis, dengan dua musim yaitu 3. Keadaan Iklim dan Curah Hujan Kabupaten Wonogiri memiliki iklim tropis, dengan dua musim yaitu

Curah Hujan (mm)

Hari Hujan (hari)

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

Tabel 5 menunjukkan bahwa curah hujan tahunan rata-rata yang tertinggi di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 adalah pada bulan Desember yaitu 465,83 mm dengan 19 hari hujan. Curah hujan tahunan rata- rata terendah di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 terjadi pada bulan Juli yaitu 75,89 mm dengan 5 hari hujan.

B. Keadaan Penduduk

1. Menurut Kelompok Umur Komposisi penduduk menurut kelompok umur di suatu wilayah akan mempengaruhi peningkatan pendapatan daerah di wilayah tersebut. Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun, sedangkan penduduk usia 1. Menurut Kelompok Umur Komposisi penduduk menurut kelompok umur di suatu wilayah akan mempengaruhi peningkatan pendapatan daerah di wilayah tersebut. Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun, sedangkan penduduk usia

Tahun 2010 No. Umur (tahun)

Jumlah (jiwa)

Persentase (%) ABT

0-14 15-64 ≥ 65

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

Tabel 6 menunjukkan bahwa Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kabupaten Wonogiri yang diperoleh, yairu sebesar 44,18. Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif di Kabupaten Wonogiri harus menanggung atau memberi penghidupan kepada 44 orang penduduk usia non produktif.

2. Menurut Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat mempengaruhi besarnya tenaga yang dibutuhkan dalam pembangunan. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7. Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2010

Tahun

Laki – laki

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Wonogiri mempunyai jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang hampir sama jumlahnya. Angka Sex Ratio di Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

= 100,95 = 101 Angka Sex Ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah

penduduk laki-laki dengan perempuan di suatu wilayah pada suatu waktu. Nilai sex ratio Kabupaten Wonogiri sebesar 101%, artinya jika di Kabupaten tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka terdapat 101 penduduk laki-laki.

3. Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemajuan suatu masyarakat. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu wilayah akan menentukan kualitas dari tenaga kerja yang ada di wilayah tersebut. Penduduk yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih dalam berpikir dan lebih terbuka menerima informasi dan inovasi baru.

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Komposisi Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2010

No.

Pendidikan

Kabupaten Wonogiri Jumlah (jiwa)

Tidak/Belum Sekolah Tidak/Belum Tamat SD Tamat SD/MI Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT

100 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri

Tahun 2010 Tabel 8 menunjukkan jenjang pendidikan di Kabupaten Wonogiri.

Sebagian besar penduduk di Kabupaten Wonogiri berpendidikan tamat Sekolah Dasar (SD)/sederajat, yaitu sebesar 458.913 jiwa atau 41,75% dari jumlah seluruh penduduk di Kabupaten Wonogiri. Walaupun demikian, Sebagian besar penduduk di Kabupaten Wonogiri berpendidikan tamat Sekolah Dasar (SD)/sederajat, yaitu sebesar 458.913 jiwa atau 41,75% dari jumlah seluruh penduduk di Kabupaten Wonogiri. Walaupun demikian,

Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pola pikir orang tersebut sehingga memiliki pandangan dan pengetahuan yang lebih luas. Petani di Kabupaten Wonogiri sebagian besar hanya berpendidikan sampai pada tingkat SD atau SLTP saja, walaupun tingkat pendidikan yang rendah, namun pertanian di Kabupaten Wonogiri masih terus dapat berkembang karena didukung dengan keuletan dan pengalaman yang dimiliki oleh petani.

4. Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Keadaan penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan utama dapat menggambarkan kesejahteraan penduduk suatu daerah. Lapangan pekerjaan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh keadaan alam dan sumber daya yang ada, serta keadaan sosial ekonomi masyarakat seperti keterampilan, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan modal yang tersedia. Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan utama di Kabupaten Wonogiri ditunjukkan pada Tabel 9 berikut ini : Tabel 9. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Berdasarkan

Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2010

No. Mata Pencaharian

Jumlah (jiwa)

Pertanian Pertambangan dan Galian, Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Kontruksi Perdagangan Komunikasi Keuangan Jasa

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa lapangan pekerjaan utama di Kabupaten Wonogiri terbesar adalah pertanian, yaitu sejumlah 310.895 jiwa atau 62,77% dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa lapangan pekerjaan utama di Kabupaten Wonogiri terbesar adalah pertanian, yaitu sejumlah 310.895 jiwa atau 62,77% dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten

5. Penduduk Boro Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki tingkat boro yang tinggi. Tingginya boro berpengaruh pada banyaknya penduduk yang bekerja di Kabupaten Wonogiri. Banyaknya penduduk boro menurut jenis kelamin di Kabupaten Wonogiri ditunjukkan pada Tabel 10 berikut ini : Tabel 10. Data Penduduk Boro di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008.

No.

Kecamatan

Penduduk Boro

Pracimantoro Paranggupito Giritontro Giriwoyo Batuwarno Karangtengah Tirtomoyo Nguntoronadi Baturetno Eromoko Wuryantoro Manyaran Selogiri Wonogiri Ngadirojo Sidoharjo Jatiroto Kismantoro Purwantoro Bulukerto Puhpelem Slogohimo Jatisrono Jatipurno Girimarto

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Wonogiri Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Wonogiri

C. Keadaan Pertanian

1. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan Luas daerah dan tata guna lahan di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat dalam Tabel 11 berikut ini : Tabel 11. Tata Guna Lahan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

No.

Tata Guna Lahan

Kabupaten Wonogiri Luas (Ha)

Lahan Sawah

a. Irigasi Teknis

b. Irigasi ½ Teknis

c. Irigasi Sederhana

d. Irigasi Desa/Non PU

e. Tadah Hujan

f. Pasang Surut

Lahan Kering

a. Pekarangan/Bangunan

b. Tegal/Kebun dan Ladang

c. Padang Rumput

d. Kolam/Rawa

e. Sementara Tidak Diusahakan

f. Hutan Rakyat

g. Hutan Negara

h. Perkebunan

i. Lain-lain

Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011 Tabel 10 menunjukkan bahwa penggunaan lahan terluas di Kabupaten Wonogiri berupa lahan tegal/kebun yang mencapai 65.863 Ha atau sebesar 36,14 %. Penggunaan lahan sawah di Kabupaten Wonogiri mencapai 32.231 Ha atau sebesar 17,69 %.

Kabupaten Wonogiri merupakan daerah yang memiliki potensi tinggi di bidang pertanian dilihat dari penduduknya, penduduk daerah ini masih mengandalkan sektor pertanian dengan mata pencahariannya sebagai petani maupun buruh tani. Luasnya lahan yang digunakan pada sektor pertanian dan mampu memproduksi bahan makanan hasil pertanian dalam jumlah yang cukup besar. Hal tersebut dapat dilihat pada luas panen, rata- rata produksi dan produksi bahan makanan di Kabupaten Wonogiri yang dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan di

Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

No

Jenis Komoditi

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(kw/Ha)

Produksi (kw)

Padi Sawah Padi Gogo Jagung Ubi Kayu Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau Sorghum Ketela Rambat

Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011 Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ubi kayu memiliki produksi tertinggi. Hal ini dikarenakan ubi kayu ditanam hampir pada semua lahan di Kabupaten Wonogiri, tidak hanya pada lahan tegalan, tetapi juga pada lahan pekarangan yang tidak terpakai, dimanfaatkan oleh petani dengan ditanami ubi kayu. Produksi jagung di Kabupaten Wonogiri juga cukup besar. Hal ini dikarenakan keadaan tanah dan lingkungan sangat mendukung untuk pertumbuhan jagung, sehingga tanaman jagung dapat berproduksi dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Wonogiri merupakan daerah penghasil jagung yang cukup potensial.

3. Produksi Peternakan Kabupaten Wonogiri juga menghasilkan ternak maupun unggas yang 3. Produksi Peternakan Kabupaten Wonogiri juga menghasilkan ternak maupun unggas yang

No.

Jenis Ternak/Unggas

Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Babi Ayam Buras Ayam Ras (potong) Itik Ayam Ras (petelur)

Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011 Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah populasi ternak meningkat, peningkatan populasi ternak terjadi pada ternak sapi potong, domba, kambing dan babi. Sedangkan untuk unggas mengalami peningkatan pada ayam buras, ayam ras potong, itik dan ayam ras petelur. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor peternakan di Kabupaten Wonogiri dapat ditingkatkan produksinya.

4. Produksi Kehutanan Kabupaten Wonogiri memiliki lahan kering yang lebih besar dibandingkan dengan lahan basah. Hal tersebut mengakibatkan lahan kritis di daerah tersebut cukup tinggi. Lahan kritis di Kabupaten Wonogiri sebagian besar digunakan sebagai hutan rakyat yang ditanami berbagai macam kayu-kayuan. Volume tanaman kayu-kayuan pada areal hutan rakyat di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 14.

Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010

No.

Tahun

Luas Areal (Ha)

Jumlah Tanaman

Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa luas areal dan jumlah tanaman pada hutan rakyat pada tahun 2006-2009 mengalami peningkatan. Namun, pada tahun 2010 mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan adanya alih fungsi lahan untuk pembangunan yang lain seperti perumahan dan lain sebagainya.

5. Produksi Perkebunan Lahan kritis di Kabupaten Wonogiri selain digunakan untuk hutan, juga dimanfaatkan untuk perkebunan rakyat. Produksi yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat lebih beraneka ragam jenisnya yang tersebar di 25 kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 15.

Wonogiri Tahun 2010

No. Jenis Komoditi

Jumlah Luas Areal

Produktivitas (Kg/Ha)

Kelapa Dalam Kelapa Deres Cengkeh Jambu Mete Kapok Kopi Arabica Kopi Robusta Tebu Kapas Kakao Panili Janggelan Lada Melinjo Wijen Cabe Jamu Jahe Lengkuas Kencur Kunyit Jarak Pagar Nilam Tembakau

Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011 Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa produksi tanaman perkebunan tertinggi adalah kelapa dalam. Hal ini dikarenakan lahan kritis di Kabupaten Wonogiri cocok untuk membudidayakan tanaman kelapa dalam tersebut. Sedangkan komoditas perkebunan yang memiliki produksi tanaman terendah adalah panili.

6. Produksi Perikanan Masyarakat di Kabupaten Wonogiri cukup banyak yang menghasilkan produksi dari sub sektor perikanan. Perikanan di Kabupaten Wonogiri juga mengalami peningkatan produksi tiap tahunnya. Produksi ikan hasil pemeliharaan perikanan darat di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 16.

Wonogiri Tahun 2006-2010

No

Tahun

Luas (Ha)

Benih (ekor)

Produksi (kg)

Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa walaupun luas pemeliharaan ikan menurun drastis pada tahun 2009, produksi ikan tetap meningkat. Hal ini dikarenakan masyarakat yang mengusahakan ikan mampu memelihara ikan lebih banyak daripada tahun sebelumnya sesuai dengan kemampuan masyarakat tersebut. Sedangkan pada tahun 2010 luas pemeliharaan meningkat sehingga sangat berpengaruh besar terhadap produksi ikan di Kabupaten Wonogiri yang semakin meningkat.

D. Kondisi Perekonomian

1. Sektor Perekonomian PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, dimana dalam penghitungan ini digunakan harga tahun 2000.

Dasar Harga Berlaku, Kabupaten Wonogiri Tahun 2009-2010 (Jutaan Rupiah).

No.

Lapangan Usaha

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Bersih

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Keterangan : ( ) dalam satuan % Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri Tahun 2011

Tabel 17 menunjukkan bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Regional Bruto yaitu 50,45% (2009) dan 50,64% (2010). Sektor pertanian mengalami peningkatan dari tahun 2009 ke tahun 2010. Peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB menunjukkan bahwa sektor pertanian mampu bertahan dalam memberikan kontribusi di antara lapangan usaha lainnya yang juga terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Oleh sebab itu, sektor pertanian membutuhkan perhatian lebih untuk dapat meningkatkan kontribusinya terhadap Kabupaten Wonogiri serta mampu bersaing dengan lapangan usaha lainnya.

2. Sarana Perekonomian Jumlah sarana perekonomian yang ada di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 18.

No.

Jenis Sarana

KUD (Koperasi Unit Desa) Bank Umum BPR (Bank Perkreditan Rakyat) Pasar

a. Umum

b. Desa

c. Hewan

9 Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011

Sarana perekonomian yang tersedia, berhubungan dengan kemudahan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang paling banyak terdapat di Kabupaten Wonogiri adalah pasar. Di Kabupaten Wonogiri terdapat 28 pasar umum, 68 pasar desa dan 9 pasar hewan. Pasar merupakan salah satu sarana perekonomian yang paling penting, terutama bagi petani karena pasar merupakan tempat terjadinya transaksi jual-beli hasil pertanian.

Koperasi Unit Desa (KUD) berperan dalam menyediakan saprodi maupun kebutuhan lain terutama yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Selain itu, KUD juga berperan sebagai tempat jual beli hasil pertanian bagi petani di daerah setempat. KUD di Kabupaten Wonogiri sampai saat ini berjumlah 25 unit. Sarana perekonomian lain yang tidak kalah penting adalah lembaga perkreditan, dalam hal ini bank. Bank yang dimaksud adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan, memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat. Kurangnya modal petani sering menjadi kendala dalam mengelola usahataninya. Oleh karena itu, dengan tersedianya bank di wilayah kabupaten dan kecamatan, akan sangat membantu terutama sebagai penyedia kredit bagi masyarakat.

A. Hasil Penelitian

1. Identitas Responden Identitas responden merupakan gambaran secara umum tentang keadaan responden yang meliputi umur dan lama pendidikan formal. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah petani dalam 5 subsektor pertanian, yaitu petani tanaman bahan makanan, petani perkebunan, petani peternakan, petani kehutanan serta petani perikanan yang masing-masing subsektor berjumlah 12 responden. Adapun identitas responden pada sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Identitas Responden di Kabupaten Wonogiri

No.

Responden

Umur (tahun)

Pendidikan Formal (tahun)

Luas Lahan (Ha)

Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan

Sumber : Diadopsi dan diolah dari Lampiran 1 Umur dan lama pendidikan formal akan mempengaruhi pola pikir, kemampuan, produktivitas dan tingkat adopsi petani terhadap teknologi dan informasi baru serta berpengaruh pula dalam pengambilan keputusan dalam usahatani. Dari hasil penelitian rata-rata umur responden dari kelima subsektor dapat dinyatakan bahwa petani masih tergolong usia produktif. Namun, dari kelima subsektor tersebut, responden pada subsektor perikanan memiliki rata-rata umur yang lebih muda dibandingkan subsektor lainnya. Meskipun sebenarnya dapat dikatakan sudah tua namun semangat dan kemauan mereka untuk tetap berusahatani masih tinggi. Rata-rata pendidikan formal petani responden dari kelima subsektor adalah subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan dan Sumber : Diadopsi dan diolah dari Lampiran 1 Umur dan lama pendidikan formal akan mempengaruhi pola pikir, kemampuan, produktivitas dan tingkat adopsi petani terhadap teknologi dan informasi baru serta berpengaruh pula dalam pengambilan keputusan dalam usahatani. Dari hasil penelitian rata-rata umur responden dari kelima subsektor dapat dinyatakan bahwa petani masih tergolong usia produktif. Namun, dari kelima subsektor tersebut, responden pada subsektor perikanan memiliki rata-rata umur yang lebih muda dibandingkan subsektor lainnya. Meskipun sebenarnya dapat dikatakan sudah tua namun semangat dan kemauan mereka untuk tetap berusahatani masih tinggi. Rata-rata pendidikan formal petani responden dari kelima subsektor adalah subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan dan

Luas lahan yang dimiliki oleh petani merupakan salah satu faktor penunjang dalam keberhasilan berusahatani. Petani yang memiliki lahan yang lebih luas diharapkan dapat menghasilkan produk yang lebih banyak pula. Berdasarkan rata-rata luas lahan masing-masing subsektor dapat diketahui bahwa luas lahan yang dimiliki petani yang paling luas adalah pada subsektor tanaman bahan makanan sebesar 1,51 Ha. Hal ini dikarenakan tanaman bahan makanan memerlukan lahan yang luas untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal. Sedangkan luas lahan tersempit adalah subsektor perikanan yaitu sebesar 0,03 Ha. Hal ini dikarenakan keterbatasan dari petani serta komoditas perikanan tidak memerlukan lahan pembudidayaan yang terlalu luas untuk mendapatkan hasil yang optimal karena bagi petani yang terpenting adalah kontinyuitas usahatani tersebut.

2. Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian Tinggi rendahnya produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh kondisi dari dalam dan dari luar diri pekerja. Kondisi tersebut akan mempengaruhi besarnya hasil yang akan didapatkan oleh tenaga kerja sektor pertanian. Selain itu, besarnya produktivitas juga dipengaruhi oleh produk domestik regional bruto sebagai output yang dihasilkan dari sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian sebagai input yang digunakan dari sektor pertanian. Adapun besarnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri sebagai berikut : Produktivitas Tenaga Kerja

Sektor Pertanian

= 10,49697 juta rupiah/jiwa/tahun

produktivitas tenaga kerja pertanian dari segi produksi yang dihasilkan oleh unit ekonomi pada suatu wilayah dalam satu tahun sebesar 10,49697 juta rupiah/jiwa/tahun atau 874.747 rupiah/jiwa/bulan. Jumlah seluruh nilai yang dihasilkan oleh sektor pertanian yang dihasilkan per tenaga kerja sektor pertanian dapat dikatakan rendah. Hal ini dikarenakan jumlah nilai yang dihasilkan oleh petani berasal dari 5 subsektor pertanian yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan sehingga hasil itu termasuk rendah apabila berasal dari sektor pertanian secara keseluruhan. Namun, peningkatan produktivitas tidak selalu diakibatkan oleh peningkatan hasil, karena bisa terjadi dimana hasil meningkat tetapi produktivitasnya menurun.

B. Perumusan Strategi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian

Strategi peningkatan produktivitas tenaga kerja menekankan pada peningkatan produktivitas tenaga kerja, mutu produk hasil pertanian serta ketrampilan/kemampuan tenaga kerja dalam mengolah usaha taninya di Kabupaten Wonogiri. Sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri merupakan sektor unggulan yang diharapkan mampu menyumbang kontribusi terbesar di Kabupaten Wonogiri. Namun, seiring berjalannya waktu, sektor pertanian tidak diminati dan mulai ditinggalkan tenaga kerja untuk bekerja pada sektor non pertanian. Strategi peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas dari sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri.

1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Perumusan strategi dimulai dengan menganalisis faktor internal dan eksternal usahatani untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri.

Analisis faktor internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang ada sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penentuan strategi peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian.

1) Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia yang dimaksud adalah tenaga kerja yang melakukan usahatani di sektor pertanian dan penyuluh pertanian. Dari segi tenaga kerja pertanian, pengelolaan usahatani pada dasarnya terdiri dari pemilihan antara berbagai alternatif penggunaan sumberdaya yang terbatas yang terdiri dari lahan, kerja, modal, waktu dan pengelolaannya. Hal ini dilakukan agar tenaga kerja pertanian dapat mencapai tujuan sebaik mungkin dalam lingkungan yang cukup sukar dalam melaksanakan usahataninya.

Berdasarkan jumlah penduduk pada Tabel 7, sumber daya manusia di Kabupaten Wonogiri masih tersedia karena penduduknya yang padat. Namun sebagian besar penduduk di Kabupaten Wonogiri lebih memilih bekerja di luar sektor pertanian dibandingkan bekerja di sektor pertanian. Oleh karena itu, sebagian besar sumber daya manusia pada sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri sudah tergolong tua dan berpendidikan rendah namun memiliki banyak pengalaman dalam mengelola usahatani. Selain itu, sumber daya manusia di Kabupaten Wonogiri mulai mengenal dan menggunakan teknologi baru dengan bimbingan dari penyuluh pertanian serta Dinas- dinas terkait.

2) Organisasi Sebagian besar petani tergabung menjadi anggota kelompok tani sehingga aktif dalam organisasi petani. Kelompok tani sebagai media penyerapan informasi dan sarana bertemunya stakeholder pertanian. Kelompok tani yang telah terbentuk di Kabupaten Wonogiri 2) Organisasi Sebagian besar petani tergabung menjadi anggota kelompok tani sehingga aktif dalam organisasi petani. Kelompok tani sebagai media penyerapan informasi dan sarana bertemunya stakeholder pertanian. Kelompok tani yang telah terbentuk di Kabupaten Wonogiri

3) Kondisi Keuangan Usahatani mampu memberikan keuntungan bagi para tenaga kerja pertanian yang mau mengusahakannya. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa tujuan akhir dari budidaya komoditas pertanian adalah laba atau keuntungan. Tingkat laba/keuntungan sering dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan petani dalam mengusahakan usahataninya. Dengan laba yang diperoleh, petani akan mampu untuk melakukan penyempurnaan mutu, pengembangan teknologi serta perluasan lahan produksinya.

Modal adalah komponen yang cukup pokok dalam menjalankan usahatani di Kabupaten Wonogiri. Sebagian besar petani memiliki modal yang terbatas untuk menjalankan usahataninya. Petani sering mengalami kesulitan dalam hal keuangan sehingga petani terkadang harus meminjam di Koperasi maupun perbankan yang sudah memiliki kerjasama dengan pemerintah misalnya seperti BPD Eromoko yang memberikan pinjaman modal dengan bunga ringan.

4) Produksi Petani merupakan orang yang paling mengetahui sistem usahatani dan paling berkepentingan dengan permasalahan usahatani yang dihadapi. Para petani secara tidak langsung belajar secara terus- menerus tentang usahatani yang digeluti dan ekosistemnya. Sebagian besar petani di Kabupaten Wonogiri sudah lama melakukan usahataninya. Hal ini berarti mereka telah benar-benar mengetahui 4) Produksi Petani merupakan orang yang paling mengetahui sistem usahatani dan paling berkepentingan dengan permasalahan usahatani yang dihadapi. Para petani secara tidak langsung belajar secara terus- menerus tentang usahatani yang digeluti dan ekosistemnya. Sebagian besar petani di Kabupaten Wonogiri sudah lama melakukan usahataninya. Hal ini berarti mereka telah benar-benar mengetahui

5) Pemasaran Petani yang serba terbatas berada pada posisi yang lemah dalam penawaran dan persaingan terutama yang menyangkut penjualan hasil. Kondisi pemasaran akan menentukan tinggi rendahnya penerimaan sedangkan penerimaan merupakan salah satu variabel penentu besarnya pendapatan. Berbagai permasalahan variabel yang berpengaruh terhadap pemasaran harus selalu diperhatikan guna menghasilkan penerimaan yang optimal.

Pemasaran usahatani di Kabupaten Wonogiri bergantung pada tengkulak/pedagang besar. Petani sering dirugikan oleh tengkulak yaitu taksiran jumlah hasil pertanian lebih kecil dari kenyataan dan taksiran harga lebih rendah dari kenyataan maka petani mengalami kerugian dan tengkulak akan mendapatkan keuntungan. Hal ini dikarenakan sebagian besar petani tidak mengetahui informasi pasar termasuk harga hasil pertanian.

b. Analisis Faktor Eksternal Analisis faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor- faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian.

Ketersediaan sarana produksi pertanian baik dalam jumlah, kualitas dan ketepatan waktu akan berpengaruh pada keberhasilan usahatani. Sarana produksi tersebut meliputi bibit/benih, pupuk, dan pestisida. Sarana produksi yang dibutuhkan para petani tersedia dalam jumlah yang cukup dan memadai. Pemasok di Kabupaten Wonogiri untuk masing-masing subsektor berbeda-beda. Pemasok dari luar daerah Kabupaten Wonogiri memiliki banyak peluang untuk menjual/memasok sarana produksi pertanian di Kabupaten Wonogiri karena pengetahuan petani di Kabupaten Wonogiri juga terbatas untuk membuat bibit/benih sendiri. Namun, pemasok dari luar Kabupaten Wonogiri juga merupakan ancaman bagi produsen pembuat bibit/benih yang ada karena kualitas bibit/benih yang bisa dibuat oleh produsen di Kabupaten Wonogiri lebih rendah dibandingkan yang berasal dari luar Kabupaten Wonogiri sehingga petani cenderung memilih bibit/benih yang memiliki kualitas lebih baik.

2) Pelanggan Pelanggan dalam hal ini adalah konsumen yang biasanya membeli produk hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhannya. Petani ada yang memiliki pelanggan masing-masing selain dari mengandalkan tengkulak. Terkadang ada pelanggan yang langsung datang ke petani untuk membeli hasil pertanian. Namun, pelanggan hasil pertanian di Kabupaten Wonogiri masih secara lokal.

3) Kondisi Alam Wilayah Kabupaten Wonogiri mempunyai potensi sumber daya alam yang baik untuk mengembangkan usahatani. Namun harus dengan penanganan khusus pada lahannya karena sebagian besar lahan di Kabupaten Wonogiri merupakan lahan kering sehingga memerlukan pengolahan yang intensif. Cuaca ekstrim juga sangat berpengaruh pada perkembangan dan hasil komoditas pertanian.

tidak menentu. Subsektor yang paling dipengaruhi dengan cuaca ekstrim adalah subsektor perikanan karena ketika peralihan cuaca dari iklim kemarau ke penghujan pH air akan meningkat sehingga banyak ikan yang mati. Oleh karena itu, memerlukan penanganan khusus agar tidak banyak ikan yang mati. Sedangkan untuk subsektor lainnya tidak begitu berpengaruh karena lahan di Kabupaten Wonogiri sebagian besar merupakan lahan kering sehingga memerlukan cukup banyak air.

4) Kebijakan Pemerintah Pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemerintah tingkat kecamatan dan kelurahan menjadi salah satu komponen penting dalam menjalankan usahatani, karena dengan keberadaan pemerintah tersebut dapat memberikan kontribusi dalam menyokong kegiatan usahatani. Pemerintah memberikan beberapa bantuan kepada petani dengan pada tiap subsektor yang berbeda-beda. Program yang dilakukan pemerintah pada subsektor kehutanan adalah GERHAN (Gerakan Hutan Rakyat) yang memberikan bantuan bibit kayu jati kepada petani, subsektor perkebunan adalah bantuan bibit kakao yang bertujuan untuk menjadikan Kabupaten Wonogiri sebagai sentra kakao, subsektor peternakan adalah program inseminasi buatan pada ternak sapi, subsektor perikanan adalah pembuatan berbagai macam olahan berbahan dasar ikan nila merah untuk meningkatkan nilai tambah dari produk perikanan sedangkan untuk subsektor tanaman bahan makanan adalah meningkatkan produk unggulan dari Kabupaten Wonogiri yaitu padi gogo, jagung, kedelai dan ubi kayu.

5) Kondisi Ekonomi Kondisi ekonomi membawa pengaruh yang berarti terhadap jalannya usahatani terutama terhadap pendapatan yang akan diperoleh. Seperti kenaikan harga-harga berpengaruh terhadap harga sarana 5) Kondisi Ekonomi Kondisi ekonomi membawa pengaruh yang berarti terhadap jalannya usahatani terutama terhadap pendapatan yang akan diperoleh. Seperti kenaikan harga-harga berpengaruh terhadap harga sarana

6) Sosial Budaya Perubahan sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat berdampak sangat besar terhadap produksi hasil pertanian. Petani mulai menyadari semakin majunya teknologi pertanian sehingga petani harus bisa mengikutinya untuk mengembangkan usahataninya. Pandangan masyarakat terhadap pertanian, ketidakpercayaan atas keuntungan usahatani sangat mempengaruhi kondisi pertanian sekarang ini. Kemajuan pandangan petani dari segi sosial budaya yaitu mulai mau mengadopsi inovasi-inovasi teknologi baru untuk meningkatkan hasil usahataninya. Hal ini membuka peluang untuk para investor yang ingin menanamkan modal pada sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri karena petani mulai membuka diri untuk mengikuti kemajuan teknologi yang lebih canggih untuk meningkatkan pendapatan dari usahatani.

7) Teknologi Teknologi yang digunakan pada usahatani di Kabupaten Wonogiri masih sederhana. Sebagian besar petani sudah mulai menerapkan teknologi seperti pengaturan jarak tanam, aplikasi pupuk, aplikasi pakan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk peralatan yang sudah menggunakan mesin ada pada subsektor perkebunan khususnya untuk tanaman kakao, sudah ada mesin yang digunakan untuk memecah kulit, menyortir biji kakao dari ukuran kecil sampai yang besar untuk grading. Namun, alat tersebut belum digunakan oleh 7) Teknologi Teknologi yang digunakan pada usahatani di Kabupaten Wonogiri masih sederhana. Sebagian besar petani sudah mulai menerapkan teknologi seperti pengaturan jarak tanam, aplikasi pupuk, aplikasi pakan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk peralatan yang sudah menggunakan mesin ada pada subsektor perkebunan khususnya untuk tanaman kakao, sudah ada mesin yang digunakan untuk memecah kulit, menyortir biji kakao dari ukuran kecil sampai yang besar untuk grading. Namun, alat tersebut belum digunakan oleh

2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal maka dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain : Tabel 20. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam

Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri

Faktor Internal

Kekuatan

Kelemahan

Sumber Daya Manusia

- Petani aktif mengikuti

penyuluhan - Pengalaman petani

- Pendidikan tergolong rendah - Pengelolaan keuangan

usahatani kurang baik - Berorientasi non profit Organisasi

- Pertemuan rutin kelompok

tani

Kondisi Keuangan - Terbatasnya modal Produksi

- Komoditas bervariasi

Pemasaran

- Kualitas hasil pertanian

- Tidak ada harga dasar - Penawaran tengkulak rendah

Faktor Eksternal

Peluang

Ancaman

Pemasok - Penguasaan pasar Pelanggan

- Peningkatan pendapatan

masyarakat

- Konsumen masih lokal Kondisi Alam

- Iklim ekstrim Kebijakan Pemerintah

- Penyuluhan dan

pengawasan rutin penyuluh

- Program pemerintah - Bantuan modal dari

pemerintah

- Adanya kebijakan impor hasil pertanian

Kondisi Ekonomi - Fluktuasi harga hasil pertanian - Harga sarana produksi semakin mahal Sosial Budaya

- Ketergantungan penggunaan bahan kimia sintetis Teknologi

- Perkembangan informasi

dan teknologi usahatani

Sumber : Analisis Data Primer

1) Petani aktif mengikuti penyuluhan Sebagian besar petani di Kabupaten Wonogiri aktif dalam mengikuti kegiatan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh biasanya mengenai informasi-informasi baru dalam mengelola usahatani untuk meningkatkan produksi hasil pertanian di Kabupaten Wonogiri. Banyak manfaat yang dirasakan oleh petani dengan aktif mengikuti kegiatan penyuluhan, diantaranya petani bisa mengenal dan mengetahui teknologi baru dalam menjalankan usahataninya mulai dari pengolahan hingga pasca panennya. Teknologi yang sedang dikenalkan pada petani untuk usahatani berbeda-beda pada masing-masing subsektor. Pada subsektor tanaman bahan makanan sedang dikenalkan sistem tanam jajar legowo untuk meningkatkan hasil produksi padi gogo, subsektor perkebunan dikenalkan mesin pemisah kulit kakao dan untuk sortasi biji kakao, subsektor peternakan sedang digalakkan inseminasi buatan untuk ternak sapi, subsektor kehutanan menjalankan program Gerakan Hutan Rakyat yang hasilnya nanti menjadi hak milik petani yang memiliki lahan untuk penanaman hutan, sedangkan untuk komoditas perikanan sedang diusahakan pengolahan ikan nila serta pembuatan pelet atau makanan ikan secara mandiri.

2) Pengalaman petani Petani di Kabupaten Wonogiri rata-rata sudah berpengalaman untuk usahatani selama 20 tahun lebih. Berbagai seluk beluk dalam usahatani telah mereka alami dalam kurun waktu yang cukup lama tersebut. Sebagian besar usahatani yang mereka jalankan tersebut merupakan usaha turun temurun yang diwariskan oleh orang tua mereka sehingga semakin melengkapi pengetahuan dan wawasan petani tentang usahatani tersebut. Pengalaman usahatani tersebut mampu menumbuhkan kemampuan dan kecakapan petani dalam 2) Pengalaman petani Petani di Kabupaten Wonogiri rata-rata sudah berpengalaman untuk usahatani selama 20 tahun lebih. Berbagai seluk beluk dalam usahatani telah mereka alami dalam kurun waktu yang cukup lama tersebut. Sebagian besar usahatani yang mereka jalankan tersebut merupakan usaha turun temurun yang diwariskan oleh orang tua mereka sehingga semakin melengkapi pengetahuan dan wawasan petani tentang usahatani tersebut. Pengalaman usahatani tersebut mampu menumbuhkan kemampuan dan kecakapan petani dalam

3) Pertemuan rutin kelompok tani Kelompok tani merupakan suatu bentuk organisasi di bidang usahatani. Sebagian besar petani pasti merupakan anggota dari salah satu kelompok tani yang ada di daerah mereka. Kelompok tani di Kabupaten Wonogiri berjumlah 2.356 kelompok tani yang biasanya mengadakan pertemuan tiap 35 hari sekali. Kegiatan yang dilakukan dalam kelompok tani adalah arisan dan musyawarah bersama. Kelompok tani memberikan banyak manfaat bagi petani karena dengan adanya kelompok tani, petani bisa memecahkan masalah dalam usahatani yang sedang dihadapi dengan membicarakannya dalam forum pertemuan rutin tersebut. Masalah yang terjadi dalam usahatani dapat diselesaikan secara bersama-sama dengan petani yang lain. Selain dari forum pertemuan rutin, terkadang penyuluh juga mengunjungi petani perorangan sewaktu-waktu.

4) Komoditas bervariasi Komoditas hasil pertanian yang dihasilkan oleh petani di Kabupaten Wonogiri sangat bervariasi jenisnya. Dari subsektor tanaman bahan makanan yang menjadi komoditas unggul adalah padi gogo, ubi kayu, jagung dan kedelai. Subsektor perkebunan yang paling unggul dan sedang ditingkatkan adalah kakao. Subsektor peternakan yang sedang dikembangkan adalah sapi potong. Subsektor perikanan yang sedang naik daun adalah nila merah yang sebagian besar berada disekitar Waduk Gajah Mungkur. Sedangkan untuk subsektor kehutanan adalah kayu jati yang mulai dikembangkan untuk 4) Komoditas bervariasi Komoditas hasil pertanian yang dihasilkan oleh petani di Kabupaten Wonogiri sangat bervariasi jenisnya. Dari subsektor tanaman bahan makanan yang menjadi komoditas unggul adalah padi gogo, ubi kayu, jagung dan kedelai. Subsektor perkebunan yang paling unggul dan sedang ditingkatkan adalah kakao. Subsektor peternakan yang sedang dikembangkan adalah sapi potong. Subsektor perikanan yang sedang naik daun adalah nila merah yang sebagian besar berada disekitar Waduk Gajah Mungkur. Sedangkan untuk subsektor kehutanan adalah kayu jati yang mulai dikembangkan untuk

5) Kualitas hasil pertanian Hasil pertanian di Kabupaten Wonogiri memiliki kualitas yang baik. Karena dalam pengelolaan usahataninya, petani sangat memperhatikan keadaan dari komoditas hasil pertanian dan menjaga lingkungan tempat budidaya. Pada subsektor tanaman bahan makanan, petani sudah menerapkan go organic atau kembali menggunakan pupuk organik untuk mengembalikan kondisi tanah yang sudah mulai jenuh akibat bahan-bahan kimia. Subsektor perkebunan terutama tanaman kakao sudah menerapkan teknologi pada pembudidayaannya untuk menjaga kualitas kakao, seperti pembuatan rorak yang berfungsi untuk mengumpulkan daun-daun dari tanaman yang bisa digunakan untuk pupuk organik secara tidak langsung. Subsektor perikanan, petani juga mengaplikasikan takaran pakan untuk menjaga kualitas. Subsektor peternakan, petani memberikan pakan pada ternak sesuai takaran dan juga menjaga kesehatan ternak dengan membersihkan kandang secara teratur dan memberikan konsentrat pada ternak. Sedangkan pada subsektor kehutanan, petani tidak begitu rutin dalam pemeliharaannya karena tanaman kayu dapat bertahan hidup tanpa pemeliharaan setelah berumur 1 tahun ke atas namun terkadang petani juga memberi pestisida apabila tanaman terserang hama untuk menjaga kualitas dari kayu.

b. Identifikasi Faktor Kelemahan

1) Pendidikan tergolong rendah Berdasarkan pada komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan, sebagian besar petani di Kabupaten Wonogiri masih tergolong berpendidikan rendah karena sebagian besar penduduk hanya tamatan SD yaitu 41,75% dari penduduk di Kabupaten

Pendidikan yang rendah akan berakibat petani sukar dalam mengadopsi inovasi teknologi yang baru pada usahataninya.

2) Pengelolaan keuangan usahatani kurang baik Terbatasnya modal membuat para petani di Kabupaten Wonogiri belum bisa mengelola keuangan dengan baik. Petani sebenarnya sangat membutuhkan hal tersebut, karena dengan adanya pengelolaan keuangan usahatani maka petani dapat mengetahui besarnya keuntungan maupun kerugian dari usahatani yang dilakukan. Bahkan dalam mengendalikan keuangan mereka untuk budidaya juga sering tercampur untuk kebutuhan rumah tangga sehingga saat untuk memenuhi kebutuhan untuk usahatani terkadang menjadi kesulitan sendiri.

3) Berorientasi non profit Kegiatan usahatani di Kabupaten Wonogiri biasanya tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terlebih dahulu. Sehingga hasil pertanian tidak seluruhnya dijual namun sebagian dijual dan sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sehingga apabila dilihat dari segi keuntungan yang didapatkan oleh petani kelihatan sedikit karena tidak seluruh hasil pertanian dijual untuk mendapatkan keuntungan.

4) Terbatasnya modal Modal merupakan hal utama yang diperlukan petani untuk menjalankan usahatani. Modal yang kurang dalam menjalankan usahatani dapat membuat usahatani terganggu bahkan dapat menghentikan usahatani. Namun petani sekarang sudah cukup mudah untuk mendapatkan bantuan modal usahatani dengan melakukan pinjaman dengan bunga ringan dari lembaga keuangan seperti BPD Eromoko.

Harga dari hasil pertanian merupakan hal yang paling penting untuk petani karena harga itulah yang dapat menentukan besar kecilnya keuntungan yang didapatkan oleh petani. Namun sayangnya, petani tidak pernah mengetahui informasi pasar mengenai harga hasil pertanian sehingga petani hanya mengikuti harga yang diberikan oleh tengkulak yang dapat merugikan petani. Apabila ada harga dasar tiap masing-masing harga hasil pertanian maka petani mampu untuk menjual hasil pertanian tanpa mengandalkan tengkulak karena tengkulak dapat merugikan petani dari segi harga yang diberikan pada petani berbeda dengan harga sebenarnya sehingga tengkulak mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan petani.

6) Penawaran tengkulak rendah Harga penawaran pembelian yang ditawarkan oleh tengkulak untuk hasil pertanian dari petani rendah. Hal ini membuat petani dirugikan karena petani hanya sebagai penerima harga dan tidak mengetahui mengenai informasi harga hasil pertanian di pasaran sedangkan tengkulak mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Namun, dikarenakan keterbatasan transportasi untuk pemasaran sehingga petani tetap mengandalkan tengkulak untuk memasarkan hasil pertaniannya.

c. Identifikasi Faktor Peluang

1) Peningkatan pendapatan masyarakat Sektor pertanian masih memegang peranan penting sebagai penyumbang kontribusi terbesar di Kabupaten Wonogiri. Sektor pertanian merupakan sebagai salah satu kebutuhan pokok dari masyarakat. Pendapatan masyarakat yang meningkat akan sangat mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap hasil pertanian. Peningkatan daya beli masyarakat pun akan berpengaruh terhadap

Kegiatan penyuluhan di Kabupaten Wonogiri sebenarnya rutin namun masih ada beberapa subsektor pertanian yang belum rutin melakukan kegiatan penyuluhan. Dari kelima subsektor pertanian yang paling rutin mengadakan penyuluhan adalah subsektor tanaman bahan makanan karena penyuluh dari subsektor tanaman bahan makanan ada di masing-masing desa di Kabupaten Wonogiri. Sedangkan untuk subsektor lainnya hanya apabila ada program atau masalah di sektor tersebut. Sebenarnya dengan adanya penyuluhan dan pengawasan, penyuluh dapat melihat secara nyata perkembangan dari usahatani di Kabupaten Wonogiri sehingga penyuluh dan pemerintah mampu membantu petani dalam menjalankan usahataninya.

3) Program pemerintah Beberapa tahun ini di Kabupaten Wonogiri mulai membuat dan menjalankan program-program yang bertujuan untuk memajukan sektor pertanian. Petani masih banyak yang memiliki lahan pertanian yang dapat diusahakan untuk komoditas pertanian yang beragam. Program pemerintah yang sudah berjalan di Kabupaten Wonogiri di masing-masing subsektor pertanian adalah Gerakan Hutan Rakyat untuk subsektor kehutanan yang sudah dimulai sejak 2003 hingga saat ini yang bertujuan untuk mensejahterakan petani dan mencegah erosi secara tidak langsung, adanya bantuan bibit kakao untuk subsektor perkebunan yang bertujuan untuk mengembangkan Kabupaten Wonogiri sebagai sentra kakao, pengolahan hasil perikanan seperti pembuatan keripik ikan untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas perikanan, bantuan inseminasi untuk subsektor peternakan untuk meningkatkan produksi ternak khususnya ternak sapi. Pemerintah Kabupaten Wonogiri sedang menggalakkan program- program untuk memajukan sektor pertanian dan meningkatkan

Sebagian besar petani banyak yang memiliki kelemahan pada segi modal untuk menjalankan usahataninya. Hal ini menyebabkan terkadang petani harus meminjam modal dari sanak saudara maupun lembaga keuangan. Petani membutuhkan perhatian dari pemerintah untuk mendukung dalam berjalannya usahatani di Kabupaten Wonogiri. Setidaknya pemerintah dapat memberikan modal maupun pinjaman kepada petani dengan bunga sangat ringan dan dapat meringankan beban dari petani. Bantuan modal yang diberikan pemerintah pada petani tidak hanya dalam bentuk materi. Bantuan untuk subsektor perkebunan berupa bibit tanaman kakao, subsektor kehutanan berupa bibit tanaman jati, subsektor perikanan berupa benih ikan nila merah, subsektor peternakan berupa bantuan ternak dari pemerintah atau dinas peternakan Kabupaten Wonogiri sedangkan untuk subsektor tanaman bahan makanan terkadang juga mendapat bantuan bibit/benih tanaman bahan makanan dari pemerintah seperti tanaman jagung.

5) Perkembangan informasi dan teknologi usahatani

Teknologi yang diterapkan dalam usahatani di Kabupaten Wonogiri masih secara manual atau masih tradisional. Petani masih mengelola usahataninya dengan peralatan yang sederhana dan masih memerlukan tenaga manusia seluruhnya. Penerapan teknologi untuk usahatani harus memperhatikan kecepatan transfer dan adopsi teknologi dari para petani. Namun kebanyakan para petani cenderung menunggu ada petani lain yang mampu membuktikan manfaat suatu teknologi. Mereka cenderung tidak mau mengambil resiko kerugian. Selain itu, jenis teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani dan kondisi lingkungan hendaknya diprioritaskan. Perkembangan teknologi usahatani dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan hasil pertanian di Kabupaten Wonogiri. Adanya Teknologi yang diterapkan dalam usahatani di Kabupaten Wonogiri masih secara manual atau masih tradisional. Petani masih mengelola usahataninya dengan peralatan yang sederhana dan masih memerlukan tenaga manusia seluruhnya. Penerapan teknologi untuk usahatani harus memperhatikan kecepatan transfer dan adopsi teknologi dari para petani. Namun kebanyakan para petani cenderung menunggu ada petani lain yang mampu membuktikan manfaat suatu teknologi. Mereka cenderung tidak mau mengambil resiko kerugian. Selain itu, jenis teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani dan kondisi lingkungan hendaknya diprioritaskan. Perkembangan teknologi usahatani dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan hasil pertanian di Kabupaten Wonogiri. Adanya

d. Identifikasi Faktor Ancaman

1) Penguasaan pasar Bibit/benih dari beberapa komoditas pertanian ada yang berasal dari luar daerah Kabupaten Wonogiri. Hal ini dapat menyebabkan penguasaan pasar dari segi pemasok karena Kabupaten Wonogiri belum bisa menyediakan bibit/benih yang memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dari pemasok daerah lain sehingga pemasok memegang kendali dalam persediaan bibit/benih komoditas pertanian di Kabupaten Wonogiri. Misalnya pada subsektor perikanan, petani perikanan di Kabupaten Wonogiri lebih memilih untuk membeli benih ikan di Janti, Kabupaten Klaten dibandingkan dengan membeli benih di Balai Benih Kabupaten Wonogiri. Hal ini dikarenakan benih di Janti memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan benih di Balai Benih Kabupaten Wonogiri. Oleh karena itu, pasar untuk benih perikanan dikuasai oleh Janti, Kabupaten Klaten

2) Konsumen masih lokal Konsumen hasil pertanian masih tergolong lokal di Kabupaten Wonogiri karena biasanya hasilnya disalurkan dari tengkulak ke pasar daerah dan belum bisa dijual ke luar daerah Wonogiri. Namun untuk hasil dari subsektor kehutanan, hasilnya sudah ada yang dipasarkan ke luar daerah Wonogiri seperti ke daerah Kudus untuk meubel.

3) Iklim ekstrim Iklim ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini sangat mempengaruhi kualitas hasil pertanian. Semakin ekstrim iklim maka kualitas hasil pertanian akan semakin menurun. Hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi petani karena secara tidak langsung pendapatan petani akan berkurang. Subsektor pertanian yang paling 3) Iklim ekstrim Iklim ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini sangat mempengaruhi kualitas hasil pertanian. Semakin ekstrim iklim maka kualitas hasil pertanian akan semakin menurun. Hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi petani karena secara tidak langsung pendapatan petani akan berkurang. Subsektor pertanian yang paling

4) Adanya kebijakan impor hasil pertanian Pemerintah menetapkan kebijakan impor hasil pertanian dari luar negeri. Hal ini dapat menyebabkan terancamnya hasil produk pertanian lokal karena biasanya produk impor memiliki tampilan yang lebih menarik dibandingkan dengan produk pertanian lokal. Selain itu, harga produk impor juga hampir setara dibandingkan dengan produk lokal sehingga konsumen akan lebih tertarik pada produk impor dibanding produk lokal. Kebijakan impor ini merupakan ancaman bagi keberlangsungan usahatani di Kabupaten Wonogiri. Kebijakan impor hasil pertanian yang mengancam untuk komoditas lokal di Kabupaten Wonogiri adalah impor kedelai karena kualitas kedelai impor lebih baik dibandingkan dengan produk lokal. Komoditas ternak khususnya sapi, kualitas impor juga lebih baik dan memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan dengan sapi lokal.

5) Fluktuasi harga hasil pertanian Adanya pengaruh perubahan ekonomi global yang sedang terjadi sekarang ini sangat mempengaruhi naik turunnya harga hasil pertanian. Fluktuasi harga hasil pertanian sangat mempengaruhi pendapatan dari petani karena dengan berubah-ubahnya harga hasil pertanian maka petani juga akan dirugikan apabila harga hasil pertanian turun sedangkan harga saprodi tetap. Hal ini menjadi ancaman bagi petani sehingga dibutuhkan adanya harga dasar hasil

Semakin modern teknologi maka semakin tinggi pula harga sarana produksi tersebut. Sebagian besar petani sudah mulai mengenal teknologi modern dan mulai menggunakannya dalam usahatani. Harga sarana produksi yang semakin tinggi maka pengeluaran yang dikeluarkan petani akan semakin tinggi dan dapat menurunkan pendapatan petani dari usahataninya. Sehingga petani harus pandai dalam menentukan pengeluaran yang akan digunakan pada usahataninya.

7) Ketergantungan penggunaan bahan kimia sintetis

Ketergantungan petani pada bahan kimia dalam menjalankan usahataninya cukup sulit untuk dihilangkan walaupun mulai digerakkan back to nature untuk pertanian. Hal ini dapat menjadi suatu ancaman karena produksi yang dihasilkan apabila menggunakan bahan kimia dapat lebih meningkat sedangkan apabila menggunakan bahan organik terkadang hasilnya belum bisa setara dengan menggunakan bahan kimia. Selain itu, untuk pemberantasan hama maupun penyakit pada sektor pertanian juga masih bergantung pada bahan kimia sintetis karena hasilnya lebih akurat. Misalnya saja pada subsektor tanaman bahan makanan, untuk pemupukan sudah mulai menggunakan bahan organik namun untuk pemberantasan hama, petani masih mengandalkan pestisida bahan kimia karena hasilnya lebih baik dalam memberantas hama dibandingkan dengan menggunakan yang organik.

3. Alternatif Strategi Untuk merumuskan alternatif strategi yang diperlukan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri digunakan analisis Matriks SWOT. Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan internal sehingga

O, strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T. Berikut matriks SWOT yang dihasilkan : Tabel 21. Alternatif Strategi Matriks SWOT Peningkatan Produktivitas

Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri

Kekuatan-S

1. Petani aktif mengikuti penyuluhan

2. Pengalaman petani 3. Pertemuan rutin kelompok tani 4. Komoditas bervariasi 5. Kualitas hasil pertanian

Kelemahan-W

1. Pendidikan tergolong rendah 2. Pengelolaan keuangan

usahatani kurang baik 3. Berorientasi non profit 4. Terbatasnya modal 5. Tidak ada harga dasar 6. Penawaran tengkulak rendah

Peluang-O

1. Peningkatan pendapatan masyarakat 2. Penyuluhan dan pengawasan rutin penyuluh

3. Program pemerintah 4. Bantuan modal dari

pemerintah 5. Perkembangan teknologi usahatani

Strategi S-O

1. Peningkatan permodalan usahatani (S1,S3,O3,O4,O5)

2. Pengembangan pemasaran produk hasil pertanian (S4,S5,O5)

Strategi W-O

1. Memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan PPL (W2,W4,O2,O5) 2. Efisiensi sarana produksi (W4,O1,O5) 3. Pemotivasian petani (W1,W3,W4,O2,O3,O4)

Ancaman-T

1. Monopoli pasar 2. Konsumen masih lokal 3. Iklim ekstrim 4. Adanya kebijakan impor

hasil pertanian 5. Fluktuasi harga hasil pertanian 6. Harga sarana produksi semakin mahal 7. Ketergantungan penggunaan bahan kimia sintetis

Strategi S-T

1. Membuka usaha baru di luar sektor pertanian (S2,T4,T5,T6)

2. Penganekaragaman produk olahan hasil pertanian (S4,S5,T1,T2,T3,T7)

Strategi W-T

1. Pertahankan kerjasama antara kelompok tani dengan pihak terkait (W4,W5,W6,T1,T4,T5,T6)

2. Penundaan investasi usahatani (W4,W5,T1,T4)

Sumber : Analisis hasil penelitian Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri, maka diperoleh beberapa alternatif strategi yang nampak pada matriks SWOT yang dapat dipertimbangkan, diantaranya sebagai berikut :

Strategi S-O (Strength-Opportunity) atau strategi kekuatan-peluang adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi S-O yang dapat dirumuskan adalah :

1) Peningkatan permodalan usahatani (S1,S3,O3,O4,O5)

Peningkatan permodalan bertujuan agar petani dapat menjalankan usahataninya secara keberlanjutan. Sampai saat ini, petani masih memiliki modal yang terbatas untuk menjalankan usahataninya. Sehingga dengan adanya bantuan permodalan dari pihak-pihak terkait mampu membantu petani untuk menjalankan usahataninya.

2) Pengembangan pemasaran produk hasil pertanian (S4,S5,O5) Pengembangan pemasaran produk hasil pertanian bertujuan untuk membuka peluang pasar yang ada di luar Kabupaten Wonogiri. Meluasnya pemasaran akan meningkatkan pendapatan petani. Selain itu, produk hasil pertanian Kabupaten Wonogiri akan dikenal oleh masyarakat secara luas.

b. Strategi W-O Strategi W-O (Weakness-Opportunity) atau strategi kelemahan-peluang adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan yang ada untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi W-O yang dirumuskan adalah :

1) Memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan PPL (W2,W4,O2,O5) Memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan PPL bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi, pengaksesan pasar dan pengelolaan keuangan yang baik. Meningkatnya kemampuan petani diharapkan mampu untuk meningkatkan produksi hasil pertanian di Kabupaten Wonogiri.

2) Efisiensi sarana produksi (W4,O1,O5) Efisiensi sarana produksi bertujuan agar penggunaan sarana produksi 2) Efisiensi sarana produksi (W4,O1,O5) Efisiensi sarana produksi bertujuan agar penggunaan sarana produksi

3) Pemotivasian petani (W1,W3,W4,O2,O3,O4) Pemotivasian petani bertujuan untuk mendorong petani agar mampu melakukan inovasi teknologi dalam menjalankan usahataninya. Petani memerlukan motivasi yang kuat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi hasil pertanian.

c. Strategi S-T Strategi S-T (Strength-Threat) atau strategi kekuatan-ancaman adalah strategi untuk mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki dalam menghindari ancaman. Alternatif strategi S-T yang dapat dirumuskan adalah :

1) Membuka usaha baru di luar sektor pertanian (S2,T4,T5,T6) Membuka usaha baru di luar sektor pertanian ini bertujuan agar petani tidak hanya bergantung pada usahataninya saja. Hal ini mengharapkan agar petani dapat berkembang untuk dapat meningkatkan pendapatannya karena pendapatan dari usahatani tergolong sedikit sehingga terbatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

hasil pertanian (S4,S5,T1,T2,T3,T7) Penganekaragaman olahan hasil pertanian bertujuan untuk mengembangkan produk yang dapat menambah nilai jual produk hasil pertanian. Selain itu, pengolahan dapat memperpanjang daya tahan dari hasil pertanian yang memiliki kelemahan tidak tahan lama.

d. Strategi W-T Strategi W-T (Weakness-Threat) atau strategi kelemahan-ancaman adalah strategi defensif untuk meminimalkan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi yang dirumuskan adalah :

(W4,W5,W6,T1,T4,T5,T6) Pertahankan kerjasama antara kelompok tani dengan pihak terkait bertujuan untuk tetap menjalin relasi yang baik dengan pihak terkait sehingga usahatani dapat berjalan secara kontinyu.

2) Penundaan investasi usahatani (W4,W5,T1,T4)

Penundaan investasi usahatani ini bertujuan untuk tetap survive pada keadaan yang cukup sulit bagi petani sehingga diharapkan petani dapat tetap menjalankan usahataninya secara normal dan tidak mengancam kontinuitas dari usahatani.

4. Prioritas Strategi Setelah mengetahui alternatif-alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri, maka perlu dirumuskan prioritas strategi yang sesuai dengan kondisi saat ini. Prioritas strategi inilah yang nantinya dijadikan acuan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian. Program-program kerja yang nantinya akan direalisasikan oleh pemerintah khususnya dinas-dinas terkait di Kabupaten Wonogiri dan bersinergi dengan petani akan merujuk pada strategi yang paling sesuai. Berdasarkan 8 alternatif strategi yang telah dirumuskan pada analisis SWOT, maka dipilihlah 3 prioritas strategi yang dihitung dengan menggunakan matrik QSP. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan perhitungan dengan matrik QSP, dipilihlah 3 (tiga) strategi yang memiliki nilai teratas pada perhitungan bobot dan rating pada penelitian. Pemilihan prioritas strategi ini didasarkan atas petani untuk meningkatkan produktivitasnya yang masih mengalami kendala dalam hal pengetahuan teknologi, pemasaran dan permodalan. Berikut tabel perhitungan tiga prioritas strategi berurutan berdasarkan nilai tertinggi hasil analisis :

Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri

Alternatif Strategi

1 2 3 Faktor-Faktor Strategis

BOBOT AS TAS AS TAS AS TAS Faktor Kunci Internal

1. Petani aktif mengikuti penyuluhan

2. Pengalaman petani

3. Kelompok tani rutin

4. Komoditas bervariasi

5. Kualitas hasil pertanian

6. Pendidikan tergolong rendah

7. Belum ada pencatatan/pembukuan usahatani

8. Berorientasi untuk memenuhi kebutuhan

9. Terbatasnya modal

10. Tidak ada harga dasar

11. Tergantung pada tengkulak

Total Bobot

Faktor Kunci Eksternal

1. Peningkatan pendapatan masyarakat

2. Penyuluhan dan pengawasan rutin penyuluh

3. Program pemerintah

4. Bantuan bibit/benih

5. Perkembangan informasi dan teknologi usahatani

6. Monopoli pasar

7. Pelanggan masih lokal

8. Iklim ekstrim

9. Adanya kebijakan impor hasil pertanian

10. Fluktuasi harga hasil pertanian

11. Harga sarana produksi semakin mahal

12. Pelaksanaan usahatani masih tradisional

Total Bobot

Total nilai daya tarik

Bobot : Tingkat kepentingan relatif dari masing-masing faktor internal dan

eksternal AS (Attractiveness Score) : Angka yang menunjukkan tingkat ketertarikan

relatif untuk masing-masing strategi yang dipilih. TAS (Total Attractiveness Score) : Mengalikan nilai rating dengan AS

(Attractiveness Score).

1. Membuka usaha baru di luar sektor pertanian (6,44)

Sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri merupakan lapangan usaha yang banyak diusahakan oleh masyarakat. Namun, sampai saat ini, sektor pertanian belum mampu mengangkat taraf hidup dari petani. Usaha baru di luar sektor pertanian diharapkan mampu menambah pendapatan masyarakat sehingga mampu memenuhi kebutuhan dari masyarakat di Kabupaten Wonogiri khususnya tenaga kerja sektor pertanian. Apabila petani memiliki usaha diluar pertanian maka petani dapat mengisi waktu luang ketika tidak melakukan pengelolaan usahatani. Usaha baru di luar sektor pertanian dapat dilakukan seperti pada bidang perdagangan, petani dapat membuka usaha perdagangan misalnya sebagai pedagang di pasar atau pedagang keliling. Meningkatnya pendapatan yang berasal dari luar sektor pertanian diharapkan dapat membantu petani menambah modal untuk menjalankan usahatani, karena modal usahatani yang dimiliki oleh petani terbatas apabila hanya mengandalkan hasil dari usahatani.

2. Memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan PPL (5,61)

Pemerintah dapat lebih berperan dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian dengan melakukan pelatihan, bimbingan, dan pengawasan atau pendampingan yang dilakukan oleh PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) kepada petani. Program untuk mengembangkan petani yang dapat dilakukan oleh Petugas Penyuluh Lapangan adalah merutinkan pertemuan kelompok tani dan melibatkan petani dalam

pengaksesan pasar dan pengelolaan keuangan yang baik. Penyuluhan pertanian merupakan hal yang sangat mempengaruhi peningkatan pengetahuan dari petani. Dengan adanya penyuluhan maka petani akan dapat dengan mudah mengetahui perkembangan inovasi teknologi baru yang belum pernah dikenal oleh petani. Selain itu, dengan adanya penyuluhan, petani dapat saling bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang sedang dialami oleh petani seperti masalah hama dan lainnya yang berhubungan dengan usahataninya. Apabila masalah dalam usahatani dapat diatasi maka secara tidak langsung hasil pertanian akan meningkat dan kualitasnya juga akan menjadi lebih baik. Penyuluhan juga dapat membantu petani untuk mengetahui pengaksesan pasar sehingga pemasaran hasil pertanian dapat semakin luas. Pemerintah juga harus melakukan pembinaan dalam mengelola manajemen yang baik kepada petani agar dapat mengembangkan usahataninya terutama dalam pengelolaan manajemen keuangan sehingga petani dapat mengetahui secara jelas penerimaan dan pengeluaran usahatani dan petani dapat mengetahui keuntungan maupun kerugian yang diperoleh dari usahatani yang dijalankannya.

3. Penganekaragaman produk olahan hasil pertanian (5,54) Kemampuan petani dalam mengembangkan usahataninya memerlukan inovasi yang baru dalam pengelolaan hasilnya. Pengolahan hasil pertanian dapat menguntungkan bagi petani dari segi ekonominya karena dapat menambah pendapatan petani. Adanya pengolahan hasil pertanian akan membuat penganekaragaman jenis makanan olahan yang berasal dari hasil pertanian. Sebagai contoh, Kabupaten Wonogiri terkenal dengan Waduk Gajah Mungkurnya yang sekarang ini digunakan untuk Karamba Jaring Apung untuk memelihara ikan nila. Ikan nila itu dapat diolah menjadi berbagai macam makanan seperti keripik ikan, abon ikan dan lain sebagainya. Hal ini dapat dikembangkan dan dapat menjadi 3. Penganekaragaman produk olahan hasil pertanian (5,54) Kemampuan petani dalam mengembangkan usahataninya memerlukan inovasi yang baru dalam pengelolaan hasilnya. Pengolahan hasil pertanian dapat menguntungkan bagi petani dari segi ekonominya karena dapat menambah pendapatan petani. Adanya pengolahan hasil pertanian akan membuat penganekaragaman jenis makanan olahan yang berasal dari hasil pertanian. Sebagai contoh, Kabupaten Wonogiri terkenal dengan Waduk Gajah Mungkurnya yang sekarang ini digunakan untuk Karamba Jaring Apung untuk memelihara ikan nila. Ikan nila itu dapat diolah menjadi berbagai macam makanan seperti keripik ikan, abon ikan dan lain sebagainya. Hal ini dapat dikembangkan dan dapat menjadi

Berdasarkan hasil analisis menggunakan matriks QSP strategi peningkatan terbaik yang dapat diterapkan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri adalah membuka usaha baru di luar sektor pertanian yang akan sangat berpengaruh dalam peningkatan kemampuan petani dalam bidang usaha selain pertanian, hal tersebut secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan petani. Nilai TAS (Total Attractive Score) dari alternatif strategi tersebut adalah 6,44 sekaligus nilai TAS tertinggi diantara nilai TAS alternatif strategi yang lain. Pelaksanaan alternatif strategi pengembangan berdasarkan nilai TAS pada matriks QSP dilaksanakan dari nilai TAS strategi yang tertinggi, kemudian tertinggi kedua, dan diikuti strategi urutan berikutnya sampai nilai TAS strategi yang terkecil.

Melalui penerapan strategi secara efektif yang dihasilkan dari analisis matriks QSP diharapkan mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri. Adanya peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian maka akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan dari petani sendiri dan juga peningkatan sektor pertanian yang masih merupakan salah satu sektor yang masih sangat potensial untuk diusahakan di Kabupaten Wonogiri. Sehingga strategi tersebut dapat menunjang ketercapaian tujuan dari petani yaitu untuk dapat meningkatkan pendapatan dari petani. Dalam pelaksanaan strategi tersebut diperlukan adanya koordinasi yang lebih baik antara petani, penyuluh serta pemerintah Dinas terkait sehingga hasil yang dicapai lebih efektif.

Membuka usaha baru di luar sektor pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani yang berasal dari luar sektor pertanian Membuka usaha baru di luar sektor pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani yang berasal dari luar sektor pertanian

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri dalam satu tahun sebesar 10,49697 juta rupiah/jiwa atau 874.747 rupiah/jiwa dalam satu bulannya. Jumlah seluruh nilai yang dihasilkan oleh sektor pertanian yang dihasilkan per tenaga kerja sektor pertanian dapat dikatakan rendah. Hal ini dikarenakan jumlah nilai yang dihasilkan oleh petani berasal dari 5 subsektor pertanian yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan sehingga hasil itu termasuk rendah apabila berasal dari sektor pertanian secara keseluruhan.

2. Faktor internal dan eksternal yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri meliputi :

a. Kekuatan : petani aktif mengikuti penyuluhan, pengalaman petani, pertemuan rutin kelompok tani, komoditas bervariasi, kualitas hasil pertanian.

b. Kelemahan : pendidikan tergolong rendah, pengelolaan keuangan usahatani kurang baik, berorientasi non profit, terbatasnya modal, tidak ada harga dasar, penawaran tengkulak rendah.

c. Peluang : peningkatan pendapatan masyarakat, penyuluhan dan pengawasan rutin penyuluh, program pemerintah, bantuan modal dari pemerintah, perkembangan informasi dan teknologi usahatani.

d. Ancaman : penguasaan pasar, konsumen masih lokal, iklim ekstrim, adanya kebijakan impor hasil pertanian, fluktuasi harga hasil pertanian, harga sarana produksi semakin mahal, ketergantungan penggunaan bahan d. Ancaman : penguasaan pasar, konsumen masih lokal, iklim ekstrim, adanya kebijakan impor hasil pertanian, fluktuasi harga hasil pertanian, harga sarana produksi semakin mahal, ketergantungan penggunaan bahan

a. Strategi S-O (Strength-Opportunity)

1) Peningkatan permodalan usahatani

2) Pengembangan pemasaran produk hasil pertanian

b. Strategi W-O (Weakness-Opportunity)

1) Memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan PPL

2) Efisiensi sarana produksi

3) Pemotivasian petani

c. Strategi S-T (Strength-Threat)

1) Membuka usaha baru di luar sektor pertanian

2) Penganekaragaman produk olahan hasil pertanian

d. Strategi W-T (Weakness-Threat)

1) Pertahankan kerjasama antara kelompok tani dengan pihak terkait

2) Penundaan investasi usahatani

4. Berdasarkan analisis matriks QSP, menunjukkan bahwa prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri adalah dengan membuka usaha baru di luar sektor pertanian agar petani dapat meningkatkan pendapatan.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini dapat diberikan saran kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Tenaga kerja sektor pertanian/petani diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan baik secara teknis maupun non teknis dengan melibatkan diri secara aktif dalam pemberdayaan maupun pelatihan yang dilaksanakan oleh penyuluh maupun pihak lainnya.

2. Pemerintah Kabupaten Wonogiri diharapkan mampu mengayomi petani untuk meningkatkan produktivitas serta peningkatan hasil pertanian dalam menjalankan usahataninya serta memberikan bantuan-bantuan pada petani untuk mendukung kontinuitas sektor pertani.